Welcome to Rayrowling's Blog. Media Berbagi Cerita.

Menulis dan membaca saat ini sudah mulai menjadi trend di kalangan Remaja. Selain itu banyak juga bermunculan cerita untuk kaum minoritas yakni cerita kaum pelangi yang isinya dominan dengan adegan panasnya. Dengan berdasar kedua alasan tersebut Rayrowling(Founder) membangun Blog ini sebagai Media Berbagi Cerita khususnya cerita cinta kaum pelangi yang tidak memfokuskan di adegan Hot-nya untuk lebih jelasnya silahkan baca Visi dan Misi Blog di About Site.
Apa Aja sih yang ada di Ray Rowling's Blog?
1. Tentunya berisi Cerita yang bertema kaum pelangi, baik fiksi maupun non fiksi dari pemilik Blog silahkan lihat label CORETANKU dan dari beberapa tulisan sahabatnya dengan label CORETAN SHABAT
2. Berisi karya lain dari penulis seperti puisi, Argument dan lain-lain untuk itu silahkan kunjungi PETA SITUS kami untuk mengetahui apa yang ada di blog ini. Terimakasih atas kunjungannya.

Friday 29 June 2012

Pacar Facebookku



By : Ilung
Facebook baru, hidup baru. Sepertinya aku setuju dengan ungkapan itu. Punya satu akun yang digunakan untuk umum dan teman sehati sangatlah menguras otak dan emosi. Mesti hati-hati jaga ucapan, sikap dan jangan sampai mencampur adukkan masalah yg terkesan khusus dan yg umum. Karena itu aku putuskan untuk membuat akun baru untuk teman-teman sehatiku.
Sumpah..!!! punya akun pribadi untuk teman sehati sangatlah melegakan dan membahagiakan, kita bisa cuap-cuap sesuka hati tanpa ada yg merasa aneh dan shock dengan ucapan kita. Bisa gila-gilaan dengan teman saat komen status-status konyol dan menarik. Bisa bergalau-galau ria tanpa takut dicemooh orang umum yg dalam hal ini orang lurus atau normal. Bukannya kita tidak normal, hanya saja orientasi kita yg kurang bisa diterima khalayak ramai membuat kita harus pandai menjaga sikap.
Awal berubahnya hidupku adalah saat seseorang meminta pertemanan denganku. Namanya Aditya Pratama, tinggal dan bekerja di Jakarta, single dan menarik. Hal paling menarik darinya adalah alis dan matanya yang seakan menghipnotisku setiap kali melihat PP nya.
“Tama…. Alis dan matamu… Aku sukaaa….!!! Love it lah J” Teriakku saat komen PP nya.
“Ah, kamu. Jadi malu aku. So sweet..  J” balasnya.
“Aku suka yg manis2 kayak kamu..  :p”
“Gula kaliii…”
“Sumpah..!!! Tiap kali liat n natap mata dan alis kamu, lama2 buat aku salting n kayak ada yg kuch kuch hota hai gitu yah…??! Sini donk..!! Aku pengen ngecup alis dan mata kamu. Aku sukaaaa…!!!”
“Iya, ntar aku datang di mimpi kamu sambil bawa kamu dalam dekapanku dan kita bisa terbang menembus awan. Hahaha…”
“Aku melayang2 Tam. Kenapa jantungku jadi berdegup gini yah..??!”
Aku tau ini konyol. Jatuh cinta pada pandangan pertama, mungkin itulah tepatnya. Tapi Cuma karena liat photo profile saja aku sudah jatuh cinta..??! Sepertinya ada yg harus aku periksakan otak dan jiwaku ke psikiater. Aku pasti sudah gila.
Bicara dengannya lewat PM dan setiap status dan photo yg ada, membuatku semakin yakin ada yg tumbuh dihatiku.
Ini salah.!!! Dan ini harus dihentikan!!! batinku. Dengan keputusan sepihak, aku ijin off sementara dari melakukan kontak dengannya. Kata-kata tidak masuk akal dan tingkah konyolku dalam membuatnya berhenti meresponku, dan kata hatiku yg ingin dia meremoveku dari pertemanan membuatku kacau.
Alasan aku ingin menghentikannya benar-benar sepele. Dia lebih muda 5 tahun dariku dan aku menyukainya dengan sebenarnya. Piciknya diriku. Emangnya dia juga suka padaku? Apa dia mau tau problemku? Perang batinku benar-benar mengacaukan hari-hariku dan kegiatanku. Lama bepikir dan setress karenanya, akhirnya aku menyerah. Aku kembali membuka Facebook dengan nama ‘just ileung’ di hapeku. Aku buka akun Tama dan kukirim private massage padanya.
“Aku nyerah Tam. Aku tau sikapku ini tak bisa dibenarkan. Aku lelah berseteru dengan hati dan pikiranku yang tak akan pernah bisa berkompromi denganku. Aku kalah. Dan aku menyerah. Aku putuskan untuk move on saja dan menghadapi semua konsekuensi yang ada.”
Lama tak ada respon darinya. Aku mengirim pesan itu pagi hari. Tapi sampai hampir tengah malam tak kunjung ada tanda-tanda balasannya. Aku prustasi, aku menyesali kebodohanku telah mengacaukan semuanya, mengacaukan hubungan yg sebenarnya baik-baik saja kalau aku tak mulai bersikap aneh. Aku semakin galau dan kacau menyadarinya. Pasrah, aku ingin membuat status permintaan maaf padanya. Tapi niatku urung saat kudapati ada sebuah pesan yg kuterima darinya.
“Maaf kalo Tama sudah menyusahkan ileung selama ini. Maaf kalo Tama ada salah sama ileung selama ini. Kalau ileung ada masalah, bolehlah ileung berbagi dengan Tama. Tama akan jadi pendengar yg baik buat ileung dan akan memberikan saran sebisanya. Kamu mau berbagi denganku kan sobatku. Aku tak punya sahabat dan sodara disini”
Aku terenyuh membaca pesannya. Bodohnya diriku…!!! Tama bahkan tidak sadar dan tak tau apa sebenarnya masalahku. Mataku rasanya berat dan perih. Aku ingin sekali menangis saat ini. Akupun membalas pesannya dengan ucapan yg kubuat seceria mungkin, padahal jadinya garing dan gak jelas.
“Aku gpp Tam J. Maaf yah udah membuatmu merasa tak nyaman. Aku hanya lagi kacau saja. Hahahaha…. Kamu sehat kan? Udah makan belom? Baru pulang kerja yah?”
“Iya, ni baru nyampe rumah. Maaf tadi gak sempet buka FB, jadi telat balasnya. Kalo ada masalah, dibagi lah sobat. Kita kan friend. Hehehe…#sokdekat  :p”
Kasihan sekali kamu lung, dia bahkan hanya menganggapmu sebagai sahabat. Tidak lebih.!!! Akhirnya kita lanjut ngobrol lewat PM dengan perasaan yg campur aduk. Sedih-gembira, tertawa-menangis, syukur-sesal campur aduk  jadi satu. Tapi satu hal yg kusadari. Aku bersyukur, setidaknya aku masih punya kesempatan untuk bicara lagi dengannya dan memperbaiki semuanya.
Sampai suatu saat Tama membalas pesanku yg tengah krisis pede melihat perbandinganku dengannya. Memang sih gak jauh banget. Tapi tetep aja, Tama punya lebih banyak nilai plus daripada aku.
“Jangan pernah berubah karena orang lain. Aku suka dirimu apa adanya. Sejelek apapun dirimu, yg penting kamu merasa nyaman dengan dirimu sendiri, ok. Good night, semoga mimpi indah, hehe…”
Aku baru membalasnya pagi hari.
“Pagi Tama. J Masih tidur ya? Thanks dukungannya ya. J Tapi kamu kejem juga, kok ngatain aku jelek sih? (padahal emang iya, hehe..). Aku beruntung kenal ma kamu Tam. Aku mau jadi teman, sahabat atau partnermu, hehe..”
“Pagi juga sayang. Hahaha…”
“Aaarrgghh…Tama.!!! Pagi2 dapat panggilan sayang dari kamu. Oohh Bundaa..!! kamu mesti tanggung jawab kalo aku beneran kasmaran sama kamu. Aku…. Aaarrgghh… gila kamu Tam.!!”
“Kenapa sih??? Yaudah!!  Pagi sobat. Kok sms aku gak dibales sih?”
Aku memutuskan memberikan nomer hapeku padanya untuk memudahkan komunikasi. Aku gak enak hati kalo kita terus kontak via facebook. Takut nguras dompetnya nanti.
“Gak gak gak.!!! Gak mau ganti. Panggil itu aja. Ehm… panggil sayang maksudnya (jadi malu Tam) J Gak ada sms masuk ini? Gak salah nomernya?”
“Hehehe.. iya kali?! Ini nomerku 08578xxxxxx. Kamu ternyata manja juga ya. Tapi aku suka kok manja-manjaan my honey, hehe..”
Aku bener-benar sudah mabuk kepayang kali ini. Panggilan sayang yg dia berikan sangat berpengaruh besar padaku. Senyum lebar dan hati berbunga-bunga selalu menemaniku saat membaca pesannya.
“Aaargghh… kalo kamu terus begini, otakku pasti cepet konslet Tam. LOVE U…”
Akhirnya keluar juga ungkapan hatiku. Dengan sedikit kawatir, aku menunggu balasannya.
“Love you too my honey, so muchhhh… hahaha…”
Aarrgghh….!!!! Dia membalas cintaku. Apa ini artinya aku punya pacar karena dia bilang cinta padaku?!. Akhirnya…!! Setelah 25 th tak pernah punya pacar, sekarang aku punya juga. Walaupun dia jauh dariku, aku tak perduli. Yang penting sekarang aku punya pacar. Aaarrgghh…!!! Aku ingin sekali berteriak saking senangnya.
Sejak saat itu, kami sering sekali kontak lewat sms. Inboxku rasanya sudah overload terisi pesan darinya. Aku tau, picik banget rasanya kalau aku menambatkan hati pada seseorang yg mungkin takkan pernah bisa kutemui dan aku tak tau bagaimana perangai dia yang sebenarnya. Dan aku juga tak tau apakah ini hanya ke Ge eR anku saja? Tapi aku terlanjur cinta. Semua pikiran negative tentangnya kalah dengan pikiran-pikiran indah tentang kami berdua. Setiap hari kami selalu bertukar informasi tentang diri masing-masing secara mendetail. Dari situ aku yakin, aku tak salah pilih dan dia benar-benar membalas perasaanku. Walaupun dia lebih muda dariku, dia masih mau menerimaku, kestandartan wajahku, dan kekurangan ekonomiku. Semua tentangnya masih jauh lebih baik dariku, dan itu sering membuatku minder dengannya.
Lama berpacaran jarak jauh, ternyata sangat menyiksa kami berdua. Kata-kata cinta tak pernah absen disetiap pesan yg kami kirim. Tapi semua itu justru semakin memperparah rasa rinduku untuk berjumpa dengannya. Mau bagaimana lagi? Jarak dan waktu sepertinya memang tak mendukung hubungan kami. Jadi kami hanya bisa menyalurkan perasaan lewat hape saja.
Seperti malam ini. Karena biaya telpon yg mahal waktu malam, membuat kami hanya bisa bercumbu lewat sms. Tak urung ucapan-ucapan menjurus kerap terlontar dari setiap pesan yg terkirim. Tama horny, dan dia berkata jujur padaku.
“Kamu tau gak yank? setiap kali kamu kirim sms, juniorku selalu berdiri, hahaha”
Deg. Jantungku seakan berhenti beroperasi. Aku juga merasakan hal yg sama dengannya. Entah kenapa setiap kali membaca pesan darinya, aku seolah terangsang karenanya?
“Hahaha…kok bisa ay? Kamu sange ya?”
“Iya yank, aku ampe malu harus benerin celanaku, takut diliatin yang lain.”
“Hahaha… ditahan atuh ay..!!  :p”
“Pulang aja dulu, ntar aku bantu marahin dedenya yg nakal itu deh, hehe…”
“Bener ya yank. Udah gak tahan nih. Dedeku berontak terus daritadi. Hahaha..”
“Sip lah ay, aku pasti bantu kamu. Kalo perlu aku kasih service plus2 deh. Hahaha”
****
“Aku dah nyampe rumah yank. Aku makan dulu ya. Kamu mau disuapin juga gak?”
“Mau ay. Pasti enak kalau kamu yang nyuapin, hehe… sok lah, dimakan dulu nasinya. Baru nanti kamu mandi.”
“Mandiin ya yank. Kan lumayan bisa gosok2an. Hehe..”
“Boleh. Ayo makan..!!! hahaha..”
****
“Udah yank, air hangatnya juga udah siap. Mandiin gih.!!! Udah gerah nih.”
“Kamu dikamar mandi ay? Kok bawa hape?”
“Katanya mau bantu mandiin? Ayo yank. Udah gak tahan nih pengen gosok2an. Hahaha..”
“Yank…. Kok diem…??? Kamu suka Loly Pop gak yank..?”
“Suka. Kenapa?”
“Aku punya nih atu. Kamu mau gak..??!”
“Wakakak… ampun deh ay..!!! Bolehlah kamu bawain aku sekotak Loly Pop kalo nanti kita ketemu. Loly Pop beneran lho ay. hahaha… Bentar yah, aku mo gosok gigi ma cuci muka dulu.”
“Ah, nanggung yank, hahaha…”
“Sigh… kamu tuh ya..!!! Oke deh, aku bantu …!! Hahaha… wait a moment.!”
Akupun mulai mengetikkan sms- sms penggugah sahwat padanya. Salah dia sendiri memaksaku. Hehe…!! Sebenarnya konyol juga. Umumnya, orang itu kan melakukan phone seks, ini aku malah melakukan sms seks.
Sepertinya, bukan jarak saja yang berusaha menguji hubungan kami. Pagi-pagi dia kirim sms untuk membangunkanku. Aku membalas smsnya, tapi dia kembali mengirim sms yang tak sesuai dengan jawabanku. Siang dia sms lagi, merasa sebal karena aku acuhkan seharian ini. Aku balas smsnya, tapi tak kunjung ada balasan darinya. Sore kembali dia sms, mengirimkan pulsa untukku. Okey, ini udah kelewatan. Aku merasa berang karena dia tak menanggapi semua pesanku, tapi disatu sisi aku juga merasa gak enak padanya. Ini bentuk perhatiannya padaku. Tanpa dimintapun dia mau repot-repot membelikan pulsa untukku dan bertanya apakah aku kesal padanya. Aku sudah mengatakan kalau aku tidak apa-apa, dan terima kasih atas niat baiknya. Tapi tetep saja tak ada balasan darinya. Lama-lama aku murka juga. Aku inbox ke FBnya dan Tanya kenapa dia tak membalas semua smsku. Jawabannya sangat singkat padat dan menyebalkan. Tak ada sms masuk ke inboxku ini? katanya.
Aaarrgghhh… berarti smsku gak ada yg nyampe padanya donk? Sepulang kerja, aku putuskan untuk menelponnya dengan nomer satuku. 1 kali 2 kali 3 kali tak ada tanda-tanda dia mengangkat telponku. Aaarrgghh….!!! Rasanya aku pingin banget teriak. Angkat donk Tama..!!! Selang beberapa lama, aku coba menghubunginya lagi, lama gak ada respon. Saat aku hendak memutus sambungan, ternyata diangkat.
“Hallo.” Sapa Tama.
“Hallo, ay? Smsku beneran gak ada yang masuk ya?”
“Gak ada ini.”
“Coba kamu hapus inbox smsku, kali aja overload, makanya gak mau masuk!”
“Tapi sms dari yang lain bisa masuk nih?”
“Makanya dihapus dulu ay…!!!”
“Iya-iya, ini ileung yah?”
“Bukan. Hahaha… dihapus yah!!! Aku tutup dulu telponnya. Ntar lagi aku sms.”
Oh bunda, aku deg-degan. Ini pertama kalinya, aku mendengar suaranya. Unyu-unyu, khas suara anak muda. Aarrgghh… jadi krisis pede gini aku. Hiks….
Ternyata beneran gak bisa. Sudah semua cara dilakukan, dan aku terpaksa format ulang hapeku, takut punyaku yg bermasalah, tapi tetep saja pesanku gak bisa masuk. Akhirnya, kita puasa smsan selama 3 hari. Hanya sms bentar dengan nomer simpatiku, karena biaya smsnya yang naudzubile. Akses internet juga jadi alternative cadangan untuk berkomunikasi, tapi tetep saja kurang efisien. Rasanya dunia terasa hampa tanpa candaan dan obrolan darinya. Sesekali aku telpon juga kalo sudah mentok kangennya. Heran? Ditelpon nyambung, disms gak bisa. Setress dah 3 hari gak bisa ngobrol sama dia lewat sms. Bukannya apa? Sebenarnya aku sudah merangkai kata-kata yang akan aku utarakan padanya setiap kali hendak menelpon. Tapi begitu kita tersambung, otakku blank. Aku lupa apa yang akan aku ucapkan, dan tak urung ucapanku sering belepotan gak jelas saking groginya.
Hari keempat, aku sarankan Tama untuk ganti hapenya. Setidaknya kita bisa tau yang bermasalah hape apa nomernya? Dan Alhamdulillah. Begitu dia pakai hape lain, semua smsku yang pending terkirim semua. Hiks..hiks… rasanya aku pengen nangis saking senengnya.
“Yank, ada 34 sms yang masuk. Hahahaha…”
“Yaudah! Dibaca dulu ay smsnya. Aku seneng banget ay, huhuhu…”  akhirnya, kami kembali bisa ngobrol santai lewat sms. Ah..senangnya.
“Seneng yah yank, bisa smsan lagi sama kamu. Kamu tau gak yank, aku makin cinta sama kamu. I Love U. lama gak ngobrol, bener2 menyiksa. Ternyata gini ya rasanya kangen. Hehe..”
“Iya ay. aku juga ampe stress and males ngapa2in karena gak bisa ngobrol ma kamu.#gombal :p. Love u too, ay. hehe..”
“Hahaha… kamu tau gak yank? Ada yg lagi berontak nih.”
“Atulah ay!! jangan lagi.!! Ntar smsnya gak bisa masuk lagi gara2 kita manfaatin untuk ajang bermesum ria, hahaha…”
“Iya ya yank. Kayaknya kemaren gak bisa karena operatornya ngiri ama kita, hahaha…”
“Yaudah ay! Aku bobo dulu yah. Udah ngantuk nih, besok masuk pagi. Hehe.. love you ay.  J”
“Oke, met bobo ya sayank. Mimpi indah ya! Sini aku peluk n cium dulu. Muaacchhh.. love you too, ayank ku. J”
Entah sudah berapa kali kata Love you, miss u, kangen dan lainnya kami lontarkan dalam setiap pesan yang ada. Tapi tetap saja aku berbunga-bunga setiap membaca ucapan cinta dan kangen darinya. Kupikir, dulu waktu masih tak punya pacar, kata cinta yang keluar dari mulut seorang kekasih itu sangatlah gombal dan tak bermakna. Tapi, setelah aku punya pacar dan dia mengatakan cinta dan rindu padaku, kata-kata itu sangatlah dalam dan berarti buatku. Tak urung aku sering senyum-senyum sendiri saat membaca ucapan cintanya dikala jam kerja. Teman-temanku sampai mengataiku gila karena tak ada hujan ataupun angin aku sering tersenyum sendiri, bahkan tertawa keras saat ber-sms konyol dengan Tama. Itulah cinta. Picik dan dangkal, tapi mampu membuat kita bahagia, dan tak urung juga bisa menyebabkan sakit hati yang tak tertahankan.
****
Hari ini tanggal 16 Juli. Tanggal yang sangat bersejarah buatku, karena pada tanggal inilah aku lahir didunia yang penuh warna ini. Aku sengaja tak mencantumkan hari lahirku di FB karena aku sudah terbiasa tak mendapatkan ucapan Ultah dari siapapun. Bukannya tak ada. Ada sohibku dan beberapa temen dekat yg selalu ingat dengan tanggal lahirku. Hanya mereka yang tau kapan saat ultahku. Pagi tadi, mereka sudah rame menelponku yang tengah tertidur pulas. Mereka sangat antusias saat mengucapkannya, diselingi dengan obrolan-obrolan ringan nan seru perihal kegiatan kita sehari-hari. Tama? Dia tak kuberitahu tanggal lahirku, karena dia tak pernah menanyakannya. Meskipun aku berharap dia mengucapkan met ultah padaku, aku menahannya. Aku tak mau menjadi orang manja yang menginginkan pacarku harus tau tanggal lahirku dan memberi ucapan selamat padaku.
“Hallo, yank..” sapa Tama dari telpon saat aku jalan kaki menuju tempat kostku seusai kerja.
“Iya ay? Tumben malem-malem telpon? Biasa juga sms?” tanyaku sedikit heran.Tak urung aku merasa grogi juga menanggapi telponnya.
“Emang gak boleh ya telpon ayank? Kan pengen denger suara kamu, hehe”
“Ya gak papa sih ay. Cuma grogi aja kalo ngomong langsung ma kamu, hehe..”
“Udah pulang ay?’
“Udah ay. ini lagi jalan.”
“Lewat kuburan yah? Hahaha…”
“Please yah.!!! Kamu kan tau ay, aku paling parno kalo ngomongin gituan.”
“Hahaha… gak usah cepet-cepet gitu lah jalannya. Santai aja..!! Hahaha…”
“Please ay!! Ganti topic aja.!!” Jawabku mulai berpikir serem. Aku paling benci ngomongin horror. Parno abis deh pokoknya. Ini juga terpaksa lewat samping kuburan. Untung masih dijalan raya, jadi gak terlalu serem juga.
“Pelan dikit napa yank jalannya.!!” Aku merasa aneh dengan ucapannya.
“Kenapa kamu ngomong gitu ay?”
“Hahaha… abisnya kamu cepet banget kalo jalan. Capek tau ngejarnya.” Aku kontan celingukan melihat sekitarku. Aku merasa curiga plus Ge Er merespon ucapannya.
Memang ada seorang lelaki memakai topi hitam, jaket dan jeans yang juga berwarna hitam dengan kaos putih dibalik jaketnya. Dia gak sedang menelpon. Jalannya juga cepat kearahku, tapi langsung melewatiku begitu saja. Selain dia, tak ada orang lain lagi disekitarku.
“Ay..??!” panggilku kembali ditelpon. Tak ada respon, tapi masih tersambung.
“Ay… kamu dimana?” tegurku lagi.
“Didepanmu yank.”
Hah???? Didepanku???? Reflex aku kembali melihat sosok lelaki yang sudah berada agak jauh didepanku. Karena minus, aku tak begitu jelas melihatnya sedang apa dalam gelap.
“Didepan mana? Becanda kamu?” tanyaku mulai tegang. Semakin dekat dengannya, lelaki itu Nampak menyunggingkan senyumnya kearahku dengan posisi handphone menempel ditelinganya. Jantungku berpacu kencang. Apakah lelaki didepanku ini Tama?
“Kamu…???” tanyaku masih ditelpon.
“Iya yank, aku didepanmu. Hehe…” gerak bibirnya sama persis dengan ucapan Tama ditelpon. Aku terperangah. Kaget bukan kepalang. Bagaimana…???
“Ta-Tama…??!” sapaku grogi setelah menutup telpon. Lelaki itu tersenyum padaku.
“Hallo yank. Gimana? Kaget ya?” sahutnya masih dengan senyum terkembang dibibirnya. Sosok yang lebih tinggi 5 centian dariku. Wajah kuning mulus dan tampan. Lalu alis serta mata itu..??? Benar-benar sangat menghipnotisku. Aku tak sanggup menjawab uluran tangannya yg berniat menyalamiku. “Yank…??! Pegal nih tanganku begini terus.”
Setengah tersadar, aku membalas uluran tangannya. “Bagaimana…??? Bagaimana bisa kamu berada disini?” tanyaku setengah tak percanya.
Tama tersenyum manis menanggapiku. “Aku ambil cuti khusus untuk hari ini. Aku ingin melewatkan hari special dalam hidupmu ini berdua.”
“Maksudmu?” tanyaku masih tak mengerti.
“Selamat Ulang Tahun, yank.” Desahnya saat bibirnya dia dekatkan ditelingaku.
“Bagaimana kamu bisa tau?” tanyaku sedikit menjauh karena geli. Jantungku jadi semakin berdebar didekatnya.
“Kak Soni yang memberitahuku.” Ah tentu saja Sohibku itu akan memberitahukannya. Aku jadi merasa berbunga-bunga mendapati sosok yang biasanya hanya bisa kuhubungi lewat sms dan dumay kini ada dihadapanku. Jauh-jauh dari Jakarta ke Surabaya hanya untuk mengucapkan Selamat Ultah dan memberi kejutan ini padaku. Aku sangat menghargainya. Aku makin cinta saja sama dia. “Maaf aku tak membawa hadiah apa-apa. Hanya ini yang terbayang diotakku.” Ucapnya sambil merogoh sesuatu ditasnya.
Loly Pop..??? kok..???
“Bukankah kau pernah mengatakan padaku, kalau kita bertemu nanti kau ingin aku membawakan Loly Pop untukmu. Atau…..???” ucapannya yang menggantung diudara itu kontan membuat wajahku bersemu merah. Padahal aku hanya bercanda dan iseng saja saat memintanya membawakanku sekotak Loly Pop kalau kita bisa bertemu nanti.
Tanpa basa basi aku memeluknya. Bodo’lah kalau ada yang melihat kami. Toh kami Cuma berpelukan saja. “Terima kasih, Tama,” ucapku tulus. “Terima kasih sudah mau datang kemari. Kau hadiah terindah untukku hari ini.”
“Padahal, dalam bayanganku kamu orangnya manis yank. Tapi ternyata kamu beneran jelek ya,hahaha…” ucap Tama menggodaku.
Aku sontan mengendurkan pelukanku dan menatapnya. “Apa…kau kecewa?!” tanyaku ragu.
“Ehhmmm…” ucapnya menimbang. Seutas senyum terkembang dibibirnya dan giliran Tama yang memelukku. “Aku suka. Aku tetap suka dengan apa yang ada dihadapanku saat ini.” ucapannya membuatku ikut tersenyum dan membalas pelukannya. “Sepertinya ada yang mau disapa juga nih? Hehe..” Tama tampak geli saat mengucapkannya.
“Siapa..?” tanyaku saat melepas pekukanku dan kembali menatapnya. Tama hanya nyengir lebar sambil menunduk kebawah. Aku yang menangkap maksudnya jadi ikutan nyengir.
“Sepertinya aku dapat dua paket Loly Pop nih malam ini. hahaha… Ayo ay.!!!” ucapku meraih jemari tangannya dan menuntun Tama menuju kostanku.
Sungguh hari ulang tahun yang paling special seumur hidupku. Aku beruntung mengenal Tama. Walau bukan cinta pertama, tapi dia pacar pertamaku dan semoga menjadi pacar terakhirku. Kalau ada yang bertanya, apakah cinta bisa tumbuh dalam waktu singkat dan tanpa melihat objek dengan nyata? Jawabanku, iya. Buktinya aku bisa merasakan itu pada Tama, dan Tama juga merasakan hal yang sama denganku.
I Love you, Tama. I Love you, pacar facebookku.
Cerpen Diposting di
1. http://rayrowling.wordpress.com
2. Page : http://www.facebook.com/ceritakaumpelangi2
3. Group Sugih Stories
4. Blog Jalan Jinta Sesama
Silahkan Promosikan dan  Pembaca bisa berpartisipasi berkomentar dan menilai  (beri angka 1-100).
terimakasih..!

Keceriaanmu, Aromamu dan Tubuhmu




“Dompetku?” desisku pelan sambil merogoh semua kantungku. Ternyata dompetku raib.

“Hei kau! Umm terimakasih sudah menyelamatkanku dari para penjahat itu tadi…”

“Hn…” jawabku singkat dan kembali berjalan.

“Eh tunggu! Umm… ini dompetmu bukan? Aku temukan tidak jauh dari tempat kau bertarung tadi,” katanya sambil tersenyum. Kami saling tatap.

Keceriaanmu, Aromamu dan Tubuhmu

By: Yanz
Genre: Romance drama
Rate: Mature for sex content


Namaku Fajar, 25 tahun. Baru beberapa jam aku ke kota, tapi sudah menemukan kenyataan bahwa hidup di kota itu kejam dan begitu banyak tindakan kriminal. Syukurlah aku sudah membekali diri dengan ilmu bela diri. Bukan hanya bisa melindungi diri sendiri tapi juga orang lain, seperti orang yang ada di depanku ini, dia dirampok 3 penjahat tadi. Dia terlihat seperti pemuda yang berumur kisaran 20 tahun, kulit yang putih, wajah oriental, gayanya cukup fashionable dan bisa diperkirakan bahwa dia bukanlah seorang pemuda yang hidup dari kalangan bawah.

“Hei, apa benar ini dompetmu?” tanyanya lagi.

Aku terbangun dari lamunanku, “Ehem… ya, terimakasih…” jawabku datar, mengambil dompet dan berlalu.

Dia kembali mengikuti langkahku, “Sama-sama. Umm.. namamu siapa? Aku Kevin. Kau siapa?” tanyanya dengan senyum ceria.

“Fajar…” jawabku singkat.

“Umm.. bawaanmu bayak sekali. Kau baru datang di sini?”

“Hm.. ya.. ada masalah?”

“Gak sih… tapi aku hutang budi denganmu, kalau kau berkenan kau bisa tinggal dulu di apartemenku sampai kau mendapatkan tempat tinggal.”

Aku berhenti, menatapnya sejenak, dia tersenyum lebar, “Tidak, terimakasih. Aku tidak mau merepotkan.”

“Gak lah, aku tinggal sendiri dan sangat sepi. Yaa paling tidak kau bisa menjadi teman mengobrolku nanti. Ayolaah… jangan biarkan aku dalam hutang budi yang tak terbayar.”

“Tadi kau sudah mengembalikan dompetku, kurasa itu setimpal.”

“Tidak sebanding dengan nyawaku yang baru saja kau selamatkan. Jangan terlalu keras kepala, kau fikir enak tidur di luar?”

“Baiklah aku ikut denganmu…”

“Nah, bagus… ayo, mobilku ada di arah sana…”

-0-0-0-

“Apartemen yang sangat mewah, kau pasti orang kaya…” kataku ketika masuk di apartemennya.

“Duduk dulu. Ahahaha.. bukan aku yang kaya, tapi orang tuaku. Yaa.. walaupun aku sudah mulai berpenghasilan semenjak memasuki dunia modeling tapi orang tuaku lah yang paling berjasa.”

“Oh… Hn..”

“Kau sendiri mau kerja apa di sini Fajar?”

“Apapun, yang penting halal.”

“Niat yang mulia. Ah, jadi model saja sepertiku? Kau juga tampan, macho pula.”

Aku tertawa pelan, “Haha… tidak pernah terbayangkan sebelumnya.”

Dia menatapku takjub, “Eh.. eh ternyata kau juga bisa tertawa? Kufikir kau hanya bisa cool…”

Aku hanya diam. Terlihat dia mengambil setoples lolypop dan menyodorkannya untukku. Aku hanya menggeleng, sedangkan dia memakan lolypop besar berbentuk bulat gepeng dan berwarna-warni bagaikan pelangi, “Aku sangat suka dengan makanan manis, terutama lolypop ini!”

“Aku malah sebaliknya, sangat muak dengan hal manis,” ya… aku sangat tidak suka hal manis, kecuali bibir yang manis.

“Kau ini aneh sekali, lolypop itu enak, cobalah!”

“Aku sudah pernah mencoba, jangan memaksaku. Tolong hargai, bukankan setiap orang punya perbedaan?”

Dia mengangguk dengan innocent. Dia duduk di dekatku dan sesekali mencuri pandangan padaku. Aku diam, ya aku memang pendiam. Aku merasa tidak punya hal yang terlalu penting untuk dibicarakan. Dia menjilat-jilat permennya dengan wajah yang sangat imut, entah mengapa aku jadi tertarik.

“Permen sebanyak ini, kau memakannya setiap hari?” tanyaku.

“Iya! Aku sangat suka, bahkan aku punya 2 kardus!” katanya girang.

Aku menatapnya heran, sedikit heran ternyata masih ada pemuda yang bukan remaja lagi masih suka memakan permen, seperti anak kecil saja. Bahkan apartemennya pun berkesan sangat ceria dengan warna orange yang mendominasi, “Apa gigimu tidak rusak jika terlalu sering memakannya hm?” kataku sambil memegang dagunya dan membuka mulutnya, “Gigi yang bagus…” desisku pelan.

Entah mengapa wajah putihnya langsung berubah memerah, “Jangan dekatkan wajahmu begitu,” katanya salah tingkah.

Aku jadi merasa tidak enak, “Umm maaf…”

Dia menyentuh lenganku sehingga menimbulkan desiran aneh, “Harusnya aku yang meminta maaf. Hehe aku hanya umm… susah menjelaskannya.”

Aku menatapnya dengan curiga, dia terlalu manis untuk ukuran cowok normal. Apa mungkin dia juga gay? Hmm harap-harap cemas rasanya, tapi raut wajahnya yang menampakkan kegugupan membuatku sangat yakin. Lalu aku pun mengetesnya. Kuraih tangannya yang menggenggam lenganku, kemudian aku genggam dengan hangat. Terlihat wajahnya salah tingkah dan bertambah merah, “Kau kenapa memerah?” tanyaku menggoda sambil mendekatkan wajah, sangat dekat. Seolah ingin menciumnya. Dia semakin salah tingkah dan menunduk.

“Eh… jangan terlalu dekat, aku jadi tidak bisa bernafas,” katanya sambil mendorong dadaku pelan.

“Kenapa tidak bisa bernafas? Apa aromaku tidak enak…”

“Bukan, aku suka aromamu… ah maksudku… aku…”

CUP

Aku langsung mengecup bibir ranumnya itu, dia terdiam dengan tangan yang masih menempel di dadaku. Kutatap wajahnya, dia memejamkan mata. Kedua tangan mungilnya kugenggam dengan erat dan kuletakkan ke kedua pipiku setelah melepaskan ciuman, “Kau begitu menggoda, seperti loly pop, kau begitu cerah, aroma dan rasanya pun manis,” ucapku lembut sambil mengecup kedua tangannya secara bergantian.

Dia menggigit bibir bawahnya dan pandangannya lari kemana-mana karena gugup, kemudian dia memeluk dadaku, “Ternyata bukan hanya aku, detak jantungmu pun jadi sangat cepat…” katanya yang meletakkan kuping di dadaku dan meraba dadaku. Aku memeluknya dengan hangat dan kumasukkan tanganku ke dalam bajunya untuk meraba punggungnya.

“Aaah… euumhhh… geli,” dia menggeliat.

“Apa kau sengaja membawaku karena kau menginginkanku?” tanyaku menggodanya.

“Um… sedikit…” katanya bangkit dan menatapku dengan tatapan cemas. Aku tersenyum tipis.

“Dasar nakal…” bisikku seraya menjilati kupingnya. Dia menggeliat, aku menciumi wajahnya dan melumat bibir bawahnya dengan lembut sedangkan tanganku meraba perut dan dadanya.

“Aaakhh… eummhh uh… geli, aah…” desahnya dengan menggoda, sehingga membuatku semakin liar.

Dia menatapku lekat sedangkan tangannya mencengkram kuat bahuku. Kutarik pinggangnya dan mencium lehernya, merasakan aroma segar dari pemuda imut ini, keindahannya melebihi lolypop buatku, bahkan dia bisa menjadi candu buatku jika bisa ‘kumakan’. Kujilat leher jenjangnya, kadang kugigit pelan agar dia mengalunkan desahan indah dari mulutnya . dia memeluk erat leherku dan memejamkan mata karena nikmat saat aku memberikan banyak tanda cinta di lehernya. Aku berhenti sejenak, menatap wajah indah dan polos miliknya yang bak seorang malaikat kemudian kubisikkan, “Bolehkah aku memilikimu?”

Dia menatapku ragu, wajahnya memerah namun dia mengangguk pelan mungkin karena tidak mampu mengungkapkan kegugupannya melalui perkataan. Kubuka bajunya, menampakan tubuh mulusnya yang berwarna kekuningan, aku pun membuka pakaianku. Sesaat kukecup lembut bibirnya sebelum aku turun ke dadanya, kurebahkan perlahan tubuhnya ke sofa coklat panjang itu dan menikmati nipple segar dan kemerahan itu telah menegang. Kuraba perutnya sedangkan lidahku menari di nipplenya, kadang kuhisap dan kugigit pelan, “Aaaakhh…. Eeummmhh… oooohhh… geli… aaahhh…” dia mendorong bahuku pelan, mungkin karena tidak sanggup menerima rangsangan geli dan nikmat yang luar biasa.

“Kenapa?” tanyaku lembut dan mengecup tangan mungilnya.

“A-aku…meskipun sudah lama aku mengidam-idamkan ingin bercinta dengan lelaki tapi belum pernah diserang lelaki begini, makanya aku tidak terbiasa.”

“Kau akan terbiasa, aku akan memperlakukanmu dengan lembut dan perlahan,” bisikku kemudian mengecup keningnya. Tangannya melingkar di pinggangku lalu aku peluk tubuh mungilnya dengan erat. Nyaman, ya nyaman sekali.

Setelah berhasil menenangkannya aku kembali melanjukan aktivitasku yang sempat tertunda. Kujilat perutnya, sedangkan tanganku meremas tonjolan keras yang ada di balik celana jeansnya. Perlahan kutarik resleting itu, melemparkan celananya dan melihat penis kerasnya tercetak cukup jelas di balik CDnya, sangatlah menggoda. Kubuka lebar selangkangannya, pertama-tama kujilati paha mulusnya sedangkan matanya menatap aku yang di bawahnya, mulutnya terbuka terlihat dia ngos-ngosan dan bersusah payah mengatur nafas, alisnya berkerut terpancar kecemasan.

“Kau jangan khawatir, ini akan terasa nikmat…” kataku pelan. Aku kembali menjilati dan menghisap pahanya sedangkan aku sedikit menggoda dengan mengocok penis kerasnya dengan cepat.

“Ooohh… Aaaahh… aaaakkhh… eummmhh… oooohh…” dia menggerang dan meremas sofa dengan kuat.

Kuremas-remas testisnya dan menjilati perutnya, “Kau menyukainya hmm?”

“I-iya… aaaakkhh… more… enghhhh… aaaahh…”

Aku tersenyum licik, kusejajarkan badan kami, masih dalam posisi aku yang menunggangi tubuhnya. Lalu kugesekkan penis kerasku yang masih terbungkus rapi di dalam celana dengan penisnya, dia memejamkan mata dengan nikmat. Aku kembali menghisap lehernya, tangannya kuangkat di atas kepala kemudian ciumanku turun ke dadanya, dan naik lagi kelengannya. Dia menggelinjang geli, deru nafasnya terdengar jelas, dia terus mendesah dan menatapku dengan tatapan cinta. Dia membuatku gemas, bukan sekedar nafsu tapi aku sangat menyayangi sosok mungil itu detik itu juga, memeluknya dan mencumbunya adalah hal terindah yang bisa membuat jantungku bernyanyi riang.


Kali ini aku mencumbunya penuh nafsu sehingga membuatnya menggerang lebih hebat ketika aku menghisap dadanya dan mengocok penisnya, “Aaaaakhhh… ooohhh…. Aaaaakhhh… eummhhh… oooohh…” tubuhnya bergerak-gerak dalam dekapanku.

Aku turun ke bawah, melihat penampakan penis indah kemerahan telah menegang dengan sempurna. Kujilat ujungnya sehingga membuat bulu kakinya merinding, lalu kumasukkan penisnya perlahan ke dalam mulutku sedangkan tanganku meremas testisnya. Hisapanku semakin kuat dan cepat sehingga desahannya tidak bisa lagi ditahan, tubuhnya pun berusaha memberontak namun kutahan. Aku merasakan ketidak nyamanan dengan celanaku karena semakin sempit, lalu kubuka celanaku. Terlihat kejantanan kokoh dan mengacung tinggi ini sudah sangat ‘kelaparan’, dia menatap gugup penisku yang lebih besar dari miliknya itu sedangkan aku tersenyum.

“Enghhh aku takut,” bisiknya sambil mempererat pelukan. Kuusap rambutnya dengan lembut.

“Jangan ragu padaku…”


Kembali kulebarkan pahanya, menusuk lubangnya dengan jemariku. Benar saja, lubangnya masih sangat sempit menandakan tak ada seorang pun yang pernah menjamahnya, “Aaah… rasanya masih asing buatku,” katanya sambil meremas bahuku.

“Kau akan menikmatinya sayang,” aku mengecup lembut pipinya. Kubasahi jariku dengan saliva kemudian kulumuri ke lubangnya untuk mempermudah aku memasukinya nanti.

Jari keduaku berhasil menerobos lubangnya, “Enghhh… uuuhh…” dia melenguh pelan.

Jari ketigaku pun masuk dan keluar masuk melalui lubangnya, dia mulai menggerang keras dan mencakar bahuku, “Sabar sayang…” aku kembali menenangkannya dan mengecup hidungnya. Dia menatapku sejenak kemudian menyembuyikan wajahnya di sela-sela leherku. Kugesekkan penisku ke lubangnya.

“Aaaaaakhh… aaaaah… aaaargghhh… ooohh…” erangannya semakin menjadi saat aku berhasil memasukkan seluruh penisku.

Aku mendorong tubuhnya, memintanya menatapku kemudian mengecup bibirnya, erangannya tenggelam dalam ciuman kami sedangkan aku memberanikan diri memaju-mundurkan tubuh.

“Aaaaakhh… sakit sekali, aku mohon hentikhaann aaaakkhh…” teriaknya disertai butiran air matanya. Aku jadi iba, tapi aku sudah tidak bisa lagi menahan nafsuku yang telah menyeruak.

Aku menciumi wajahnya dan menjilat air mata yang ada di pipinya, “Tenanglah… ini hanya sementara…” bisikku dan menatapnya lekat. Aku memperdalam penisku, menahan rasa ibaku dan memuaskan hasratku.

Setelah sekitar 10 menit keluar-masuk dari lubangnya, akhirnya dia bisa menikmati permainan ini, “Aaaah… eummmhhh… ooohhh…” desahnya

“Enghhh… uuuhhh…. Aaaahh….” aku pun tidak bisa menahan desahanku karena himpitan lubangnya yang semakin kuat.

“Aaaaakhhh… Aaaaarrrggghhhhh…” dia mengocok penisnya hingga memuntahkan lahar kental itu sedangkan aku memaju-mundurkan pinggulku lebih cepat dan tubuhku pun roboh menindihnya, keringatku berkucuran dan aku menahan getaran karena klimaks yang kami rasakan.

Dia menatapku yang tersengal-sengal, perlahan dia mendekatkan bibir dan mengecup bibirku.

“Aku ingin memiliki malam ini, besok dan selamanya. Bolehkah?” tanyaku sambil mengecup lembut bibir bawahnya.

Senyumnya merekah, “Kau sungguh-sungguh?” tanyanya dengan memeluk leherku.

Aku juga tersenyum tipis, “Aku sungguh-sungguh, mungkin aku terlalu lancing dan ini terlalu cepat tapi apa kau tau aku sangat bahagia di dekatmu malaikatku?” dia hanya mengangguk bersemangat dan menempelkan kepalanya di dada bidangku.

Sampai Jumpa Kawan


Sampai Jumpa Kawan


27 Juni 2012 Pukul 01.00 WIB - Mimpi
Sam, ini malam ketiga aku terbangun dari tidurku karena memimpikanmu. Dan lagi-lagi mimpi itu terulang.
Tapi, mimpi kali ini berbeda. Aku dapat menyelesaikannya sebelum akhirnya berteriak dan terjaga dari tidurku.
Aku tak tahu, kenapa mimpi itu selalu datang belakangan ini. Apa mungkin ini akan jadi nyata?
Ya Allah, berikan aku jawabannya. Jika ini hanya bunga tidur, mohon jangan berikan mimpi ini lagi.
Tapi, kalau memang mimpi ini adalah isyarat dari-Mu, mohon berikan hamba kesempatan untuk sekedar mengucapkan selamat tinggal padanya.

Kututup diary ku, dan meletakannya dengan rapih pada posisinya semula. Tanpa sengaja, mata ini melihat bingkai foto yang berdiri tegak diatas meja belajarku. Kupandangi kelima orang, termasuk aku sendiri, tersenyum didalamnya. Ah....mungkin lebih tepat kalau dibilang empat. Difoto ini, bahkan kau tak bisa sebentar saja tersenyum untuk merayakan kemenangan band kita di pentas musik tahun lalu. Kami sudah memaksamu tersenyum saat itu, tapi justru sikap kami yang membuatmu makin kehilangan selera untuk melakukannya. Sam, malah dengan sorot matamu yang terkesan lelah, dan bibir tipismu yang tanpa senyuman, kau makin terlihat menawan. Dan wajah itulah yang akhirnya membuatku menerima tawaran, untuk menjadi vokalis di band kalian.

Ahh...Sam, aku jadi teringat kembali dengan mimpi tadi. Semoga ini memang benar hanya bunga tidur saja. Aku tak sanggup membayangkan saat harus benar-benar mengucapkan selamat tinggal padamu.
Lebih baik aku Tahajud sekarang, semoga Allah segera memberikan jawabannya padaku.

* * * * * * * *

27 Juni 2012 Pukul 06.20 WIB - Di Sekolah
Waktu menunjukkan pukul 06.20, saat kulirik jam dinding yang menempel ditembok kelas tadi.
Aku tersenyum saat melihatmu masuk kedalam kelas dengan jalanmu yang santai, tapi lalu kau berhenti mendadak dan tercengang karena melihatku duduk dikursi sebelahmu.
Tadinya kupikir kau kaget mendengar keputusanku untuk duduk disebelahmu hari ini. Tapi ternyata bukan itu alasannya.
"Loh..tumben pagi-pagi dah dateng Rey? Mimpi apa semalem?"
Itulah perkataanmu saat kau akhirnya menarik kursi, dan duduk disebelahku.
Ah, Sam....seandainya kau tahu, memang karena mimpi semalam lah yang membuatku datang pagi-pagi sekali dan memilih duduk disebelahmu saat ini.

Entahlah, aku merasa kalau mimpi kali ini bukan hanya bunga tidur saja. Selesai Salat Tahajud tadi, aku t'lah memutuskan untuk menemanimu seharian.
Aku tahu, kau takkan suka kuikuti. Karena sebelumnya memang kau tak pernah mau ditemani, dan lebih memilih sendiri, kecuali saat kita harus latihan.
Tapi sepertinya keberuntungan memihakku hari ini. Tak lama setelah duduk, kau berkata padaku kalau hari ini kita akan latihan jam 2 siang nanti. Aku pun langsung mengiyakannya padamu.

Sebenarnya, ingin rasanya aku berbicara banyak dan panjang lebar padamu. Tapi sulit sekali. Selain karena tak tahu harus membahas apa, kau juga bukan tipe orang yang bisa diajak berbicara panjang lebar.
Pada akhirnya, kita sama-sama terdiam dan sibuk mengerjakan tugas sekolah, sampai akhirnya kelas pun ramai karena teman-teman yang lain telah berdatangan.
Saat melirik sekilas kearahmu, aku mendapatimu sedang menatapku. Bukan pandangan heran atau benci yang kutangkap.
Entahlah....sekilas melihat pandanganmu tadi, aku teringat lagi dengan mimpi semalam.

Kau menatapku dengan pandangan tadi, sambil berkata "Maafin gue Rey". Tak ada kata-kata lain. Hanya itu yang kau ucapkan. Tapi kemudian kau memelukku, layaknya memeluk seorang sahabat lama. Erat dan lama sekali. Lalu kau melepaskan pelukanmu, dan berjalan pergi meninggalkanku.

Aku tak sadar kalau ternyata kau masih menatapku, saat aku mencoba mengingat arti pandanganmu didalam mimpi tadi. Aku pun menunduk karena tak tahan lagi dengan tatapanmu itu. Ya....aku tahu sekarang. Apa arti dari pandanganmu itu dan pandanganmu didalam mimpi semalam. Itu pandangan perpisahan. Ya Allah, inikah jawabannya?

* * * * * * * *

27 Juni 2012 Pukul 16.00 WIB - Studio Latihan
"Jabat tanganku, mungkin untuk yang terakhir kali
Kita berbincang, tentang memori di masa itu

Peluk tuuuubuhkuu, usapkan juga air matakuuuu....
Kita teeeeerrrharuuuu, seakan tiada bertemu lagi

Bersenang-senanglah, karna hari ini yang kan kita rindukan
Dihari nantiii, sebuah kisah klasik untuk masa depan

Bersenang-senanglah, karna waktu ini yang kan kita banggakan
Dihari tuaaaa......wooooo.....

Sampai jumpa kawankuuu.....Semoga kita selaluuu...
Menjadi sebuah kisah klasik untuk masa depaaannnn...

Sampai jumpa kawanku....semoga kita selaluuu...
Menjadi sebuah kisah klasik untuk masa depaaaaaannnnn...."

"Oke, cukup Rey.
Sumpah, tadi itu suara lo mellow abisss....Penghayatannya dapet banget.
Asalkan lo bisa bawain lagu kita dengan penghayatan tadi, gue yakin...kita bisa dapet juara lagi,"

"Iya Rey. Keren gila....gue aja tadi maen gitar sampe merinding disco gara-gara denger suara lo,"

"Haha....lebay kalian. Tapi emang bener sih Rey, tadi itu...Awesome.
Gak salah deh bro, kita pilih lo jadi vokalis band kita,"

Aku hanya tersenyum mendengar komentar mereka. Andai saja mereka tahu, kenapa aku bisa menghayati lagu dari Sheila On 7 tadi.
Ah, Sam....kau mungkin tak berkomentar apa-apa tentang suaraku. Tapi, saat selesai bernyanyi tadi, aku sadar kalau kau sedang menatapku dengan pandangan....Ah, aku tak ingin mengatakannya.

Ya Allah, kenapa ini semua bisa kebetulan? Jawaban yang Engkau berikan makin jelas sekarang.
Saat ini, justu aku bertanya pada diriku. Apa aku sudah siap dengan perpisahan?

"Ya udah, pulang yok!!! Udah abis juga nih jam sewa studionya.
Enaknya sekarang kemana ya? Males kalo langsung pulang. Masih sore nih!!"

"Kerumah gue aja. Kebetulan bokap-nyokap lagi keluar kota, jadi rumah kosong," kuharap mereka tak menolak.

"Serius lo? Wah, boleh kalo gitu. Dikamar lo ada PS kan Rey?
Asyik, bisa tanding bola nih kita,"

"Oke, sepakat kalo gitu. Yuk keluar, kita kerumah Rey sekarang.
Sam, lo ngapain masih diem aja dibelakang drum? Ayo cabut!!"

Lagi-lagi aku merasa beruntung hari ini. Aku masih bisa bersama dengan Sam.
Dengan tersenyum, kuikuti mereka yang berjalan keluar studio. Aku memilih berjalan dibelakang Sam. Dengan begini, aku bisa melihat cara berjalannya. Entahlah, aku selalu suka melihat jalannya yang santai.

"Rey, lo sama gue aja. Gue mau taruh motor dulu dirumah. Biar gue ada temen ngobrol sambil jalan kerumah lo,"

"Oh...oke Sam,"

Hmmm...Sam, andai saja tawaran ini berlaku tiap hari.
Rumah kita memang dekat. Tapi sampai sekarang, aku belum punya keberanian untuk mengunjungi rumahmu.

"Guys, kalau gitu...kalian pegang kunci rumah gue. Takut nanti kelamaan nunggu,"

"Oke Rey..."

* * * * * * * *

27 Juni 2012 Pukul 17.00 WIB - Sampai Jumpa Kawan
Sam, sepanjang perjalanan tadi...kita sama-sama terdiam. Aku terlalu sibuk dengan pikiranku sendiri. Kau tahu Sam? Firasatku mengatakan, takkan lama lagi kita akan benar-benar berpisah. Aku....Aku tak tahu lagi Sam. Mudah-mudahan aku bisa ikhlas. Ya Allah, kuatkan hamba.

"Hey, malah bengong!! Ayo, jalan. Yang lain dah pada nunggu,"

"Eh...Iya Sam, sorry. Ayo!"

Saat berjalan disampingmu, aku masih saja tak punya topik menarik yang bisa kujadikan pemancing, agar kau mau berbicara panjang lebar denganku.
Sam, mungkinkah bila kau saja yang memulainya?

"Mmm..Rey.."

"Ya Sam?"

"Bokap-nyokap lo sering keluar kota? Trus, emang dirumah nggak ada pembantu?"

"Hmmm..Lumayan sering sih. Kadang malah keluar negeri.
Bik Inem lagi pulang kampung Sam, bentar lagi kan mau puasa...jadi dia mau kumpul dulu sama keluarganya,"  hey....apa tadi benar kau yang bertanya Sam?

"Ohh...berarti udah biasa ya? Lo anak tunggal kan Rey?"

"Hmmm...biasa sendiri, bukan berarti terbiasa kesepian.
Gue bersyukur dengan keadaan gue sekarang.  Bokap-nyokap bener-bener udah kerja keras buat menghidupi kami. Jasa mereka nggak akan pernah bisa gue bales.
Gue bisa seperti ini karna mereka Sam. Dan tentunya karna Allah. Tapi, bahkan sampai sekarang....gue belum terbiasa kesepian. Padahal gue sering banget sendirian.
Iya Sam, gue anak tunggal. Dan itu nggak bisa jadi alasan, gue akan terbiasa sama yang namanya kesepian,"

Hey, tolong jangan menatapku seperti itu Sam. Sungguh, aku tak kuat melihatnya.

"Rey..."

"Hmm..."

PLukKk....

Tuhan, Sam memelukku sekarang. Ia benar-benar memelukku. Erat sekali.
Badannya hangat sekali, dan Sam.....aku suka sekali dengan aroma tubuhmu.
Aku...Aku tak bisa mengelak lagi.
Sam, aku mencintaimu. Aku benar-benar mencintaimu. Aku tak ingin lagi membohongi perasaanku.
Tapi, ya Allah....pelukan ini....bukankah ini seperti yang didalam........

"Maafin gue Rey....."

Sam, kumohon....
Jangan sampai aku lepas kontrol.....

"Dan mulai sekarang, gue akan berusaha jadi kawan baik lo. Kapanpun lo butuh temen..... Rey, call me," akhirnya kau melepas pelukanmu juga Sam.

Hanya dengan tersenyum, aku bisa membalas tawarannya. Aku tak bisa memandang wajahnya lagi.
Mata ini sudah terasa panas. Aku tahu, sebentar lagi akan ada air yang menetes.

"Eh iya Rey, biasanya kalo gue lagi ngerokok...lo pasti nawarin permen.
Kebetulan gue mau ngerokok, boleh minta permennya? Hehe...buat pengganti rokok,"

"Ya Sam....habis. Tadi belum sempet beli,"

Apa yang harus kulakukan? Aku ingin menangis. Tapi tidak disini, didepanmu Sam.
Ah....bukankah itu.....

"Gue beli dulu deh Sam. Kebetulan ada mini-market tuh disebrang. Lo tunggu sini ya,"

"Eh Rey....."

Aku tak menunggunya selesai bicara. Aku tahu, kau pasti akan menolaknya Sam. Tapi hanya ini caranya agar kau tak melihat air mataku menetes.
Kali ini, aku tak menahannya lagi. Kubiarkan mata ini mengeluarkan airnya yang hangat, sampai aku merasa puas.
Ah....Sam. Tidakkah kau sadar?
Kau lah yang pertama berkata ingin jadi kawan baikku.
Hanya kau yang pernah memelukku dengan erat, selain kedua orang tuaku.
Dan yang terpenting, kau yang tlah membuatku merasakan, apa itu cinta.

Kurasa sudah cukup, aku sudah terlalu lama di toilet ini. Sam pasti menungguku.
Aku haus. Air mineral sepertinya pilihan yang tepat.

"Air mineral aja mas? Ada yang lain?"

Aku tak perhatikan, apa yang dibicarakan kasir itu. Pandanganku kini hanya fokus pada sebuah benda dengan kemasan yang unik tertata rapih dimeja kasir.

"Mmm...Mba, sama itu deh, Lolipopnya dua,"

Aku terus memandangi Lolipop yang kini dengan eratnya kupegang, saat keluar dari mini-market tadi.
Kemasannya unik. Aku suka. Semoga kau juga Sam.

"REYYYYYY......REYYYY....!!!!!

Hey, tak perlu berteriak Sam. Aku sedang kearahmu sekarang.
Ah...Sam, kini kau malah melambai.
Dengan tersenyum, akupun balas melambainya. Aku mencintaimu Sam. Benar-benar mencintaimu.
Saat berjalan kearahmu, aku tak pedulikan yang lain. Aku hanya ingin melihat wajahmu.
Lalu, aku tersadar. Kau melambai untuk menunjukkan sesuatu padaku. Saat aku mengikuti arah lambaianmu, aku melihatnya sekarang.

Sebuah mobil berkecepatan tinggi sedang melaju kearahku. Aku tahu, tak bisa lagi menghindarinya.
Yang kulakukan hanya tersenyum sambil melihat wajahmu dan berkata "Sampai jumpa Sam". Hanya sepersekian detik kemudian, aku merasa tubuhku terpental diudara. Lama sekali aku merasa tubuhku masih saja terbang diudara. Sampai kemudian, tubuhku mendarat dan mengeluarkan bunyi BUMMM dan KRAKKK keras sekali.
Lambat-laun aku merasa kan kehilangan kesadaran. Aku tahu apa yang terjadi. Sebelum semuanya terasa gelap, aku masih bisa melihat wajahmu Sam. Agak samar, tapi aku tetap mengenalimu. Aku pun ikhlas, lalu mencoba tersenyum dan berkata "Allahu Akbar". Kini semua akhirnya gelap.

* * * * * * * *

27 Juni 2012 Pukul 17.30 WIB - Sam
"REYYYYY....REYYYYY....BANGUN REYYYYYY.....
TOLONGGGGG.....TOLONGGGGGG!!!!!"

Ya Allah, kenapa ini terjadi?
Gue emang bego. Kenapa tadi gue biarin dia nyebrang sendirian. Padahal jelas tadi gue lihat Rey nangis waktu dia nyebrang ke mini-market. Harusnya gue tahan dia tadi, atau setidaknya nemenin dia kesana.
Sam....dasar bego, nggak guna!!!

Tapi semua udah terlambat, sekarang semua dah kejadian.
Rey, gue mohon....buka mata lo. Gue tahu lo orang yang kuat Rey.
Rey, bangun Rey......

Gue paham, semuanya udah terlambat. Tapi entah kenapa, gue masih terus mengguncang-guncang tubuhnya, seakan-akan...Rey akan bangun pada akhirnya.
Penglihatan gue mulai tertutup dengan sesuatu. Ternyata mata ini tak terasa meneteskan air.
Gue terus-terusan nangis sambil meluk tubuh Rey. Gue nggak peduli sama keadaan disekitar gue. Gue juga nggak peduli sama orang-orang yang maksa gue buat ngelepasin Rey, karna mereka bilang ambulans sudah datang.
Gue cuma mau sama dia sekarang!!! Gue mau meluk dia buat yang terakhir kalinya!!!

* * * * * * * *

"Reyyyyyy......maafin mama nak......Ini semua karna mama Rey....
Reyyyyyy......Ya Allah.....kenapa harus anakku yang Engkau panggil lebih dulu......"

"Mah.....sudah mah.....kita harus ikhlas. Agar Rey tenang disana. Ini sudah takdir mah....."

Gue bener-bener nggak tega lihat bokap sm nyokapnya Rey. Dengan sabar dan tenangnya, bokap Rey mencoba menenangkan istrinya agar tak mencoba menggali kubur dengan cakarnya seperti tadi. Padahal, gue yakin....bokapnya tak kalah menderita seperti istrinya.

Ya Allah, maafkan hamba yang tadinya berpikir Engkau tidak memperingatkan padaku sebelumnya.
Padahal tanda-tanda itu sudah jelas sekali.

Dari awal, semuanya udah jelas.
Rey datang ke sekolah pagi-pagi, dia juga minta duduk disebelah gue.
Sepanjang jam pelajaran, dia sama sekali nggak banyak omong. Nggak seperti biasanya. Padahal tiap kali gue lihat mata dia, jelas banget kalau dia mau bilang sesuatu.
Di Studio, dengan lirihnya Rey menghayati lagu yang bertema perpisahan dari Sheila On 7. Disana juga dia terkadang ngelirik gue dengan pandangan yang sekarang gue tahu artinya.
Dan terakhir, waktu gue jalan sama dia....entah kenapa, gue pengen meluk dia....dan rasanya, itu terakhir kali gue akan bisa meluk dia.

Ternyata, Allah udah ngasih Tanda ke gue, lewat sikap-sikapnya Rey seharian ini.
Sekarang semuanya udah terjadi. Semua udah ditetapkan. Waktu nggak bisa diputar ulang.

Sambil menatap Lolipop yang tadinya menempel erat ditangan lo saat kecelakaan, dan sekarang berada ditangan gue.
Gue menyadari hal penting lain yang selama ini berusaha gue tolak.

"Gue cinta sama lo Rey. Gue harap, lo masih bisa denger suara gue ini.
Dan gue baru paham apa arti dari ucapan lo, terbiasa sendiri...bukan berarti terbiasa kesepian.
Maafin gue Rey. Semoga tenang disana.
Sampai Jumpa Kawan......"


- Finish -

=============================================


About me:
Well....ini cerpen pertama gue....mmm, maksudnya cerpen pertama yang bertemakan kaum pelangi. Thank's God, ternyata bisa juga gue selesain.
Dan sekarang, gue juga lagi berusaha nerusin cerbung gue yang judulnya "Playboy Setengah Tulen". Sama, ini juga cerbung perdana yg bertemakan kaum pelangi. Mungkin belum ada yg baca sm sekali, hehe...
Anyway, i'm forgot to introduce my self.
Gue Sam. Sam Witwicky, offcourse not my real name.

Same like the actors rite? Hehe....itu bukan kebetulan kok.
Hmmm....mau bilang semoga kalian suka, kayaknya susah ya?
Mending gue ucapin, thank you so much....makasih banyak yg udah mau baca cerpen "Sampai Jumpa Kawan" ini.
Dan seperti judulnya.....
Sampai Jumpa Kawan^^