Welcome to Rayrowling's Blog. Media Berbagi Cerita.

Menulis dan membaca saat ini sudah mulai menjadi trend di kalangan Remaja. Selain itu banyak juga bermunculan cerita untuk kaum minoritas yakni cerita kaum pelangi yang isinya dominan dengan adegan panasnya. Dengan berdasar kedua alasan tersebut Rayrowling(Founder) membangun Blog ini sebagai Media Berbagi Cerita khususnya cerita cinta kaum pelangi yang tidak memfokuskan di adegan Hot-nya untuk lebih jelasnya silahkan baca Visi dan Misi Blog di About Site.
Apa Aja sih yang ada di Ray Rowling's Blog?
1. Tentunya berisi Cerita yang bertema kaum pelangi, baik fiksi maupun non fiksi dari pemilik Blog silahkan lihat label CORETANKU dan dari beberapa tulisan sahabatnya dengan label CORETAN SHABAT
2. Berisi karya lain dari penulis seperti puisi, Argument dan lain-lain untuk itu silahkan kunjungi PETA SITUS kami untuk mengetahui apa yang ada di blog ini. Terimakasih atas kunjungannya.

Monday 28 January 2013

Sebuah Janji



          Harapan dan kenyataan selalu berjalan beriringan, Namun tak semua harapan bisa menjadi kenyataan. Dua tahun berlalu Aku memutuskan menjadikan mereka yang pernah mengisi hatiku menjadi sahabat sejati, bahkan sebagai saudaraku. Meski salah satu dari mereka masih benar-benar ada ikatan saudara walaupun bukan saudara kandungku.
          Aku masih ingat bagaimana mereka berjanji akan melupakan masalah diantara kami, masalah yang kelam di waktu kuliah dulu. Dan hanya satu orang yang dapat memenuhi janjinya, dia adalah Jimmy. Sebagai seorang sahabat Aku bangga melihatnya bertunangan dengan gadis yang cantik dan sholeha. Aku datang menghadiri acara itu, dan membuatku sedikit iri karena dialah orang pertama diantara kami bertiga yang melaksanakan pertunangan.
          Berbeda dengan sahabatku yang satu lagi, Radit… Aku melihatnya tidak ada perubahan pada dirinya. Setahun setelah kami sepakat akan bersahabat dan berusaha meninggalkan masa kelam, Aku bertemu Radit di depan sebuah penginapan di jember. Radit berdiri memakai kaca mata hitam dan penampilannya sangat berbeda seperti Radit yang kukenal.
          Mungkin dia pikir dengan merubah penampilannya, orang-orang terdekatnya tidak akan ada yang mengenalinya. Aku berbalik arah dan mendekati sosok Radit yang berdiri di depan minimarket Seven Dream. “Radit? Ngapain disini?” tanyaku sambil membuka helemku. “Eh? Abang kok disini?” tanya Radit heran dan sedikit kebingungan. “Aku disini ada urusan dengan kontrakan Budhe, Ada urusan kerja ya? Kok gak ngasih kabar?” Tanyaku pada Radit.
          “Oh, Iya ada urusan pekerjaan disini, mau kemana? boleh ikut?” tanya Radit yang agak kebingungan. “Ikut? Kemana?” Tanyaku heran dengan sikapnya yang agak resah. “Kemana Aja, ke Kontrakan Budhe juga boleh” Radit langsung naik ke boncengan motorku. “Loh? Kamu gimana sih? Katanya ada urusan kerja? Sekarang masih jam 10 siang dan menurutku waktu yang pas untuk Pertemuannya!” Kataku sedikit curiga.
          “Tidak ada perubahan, Kamu masih saja cerewet dan agak sewot! Antar Aku cari makan!” Kata Radit datar. “Yaudah, makan dimana?” tanyaku. “Di warung depan Linggar Jati itu masih ada kan? Langganan kita dulu!” Kata Radit tersenyum. “Masih, tapi Aku malas Antri… Kita makan di jalan Riau aja, sebenarnya Aku mau makan disana!” Jawabku langsung melajukan motor ke warung langgananku di jalan Riau.
          “Mau dimakan disini atau dibungkus?” tanyaku. “Dibungkus Aja dan bawa ke kontrakan Budhe, Ok!” Jawab Radit yang masih melihat sekitar. “Baiklah, Seleramu belum berubah kan?” tanyaku memastikan. “Belum… Apa aja boleh” Radit tersenyum. Setelah makanan dibungkus, Radit menjulurkan uang untuk membayar makanan. “Aku saja yang bayar” Kataku menolak uang Radit. “Pengangguran mau traktir Aku?” Ledek Radit dan berhasil membuatku malu.
          “Pengangguran Sukses kan?” Aku tertawa dan pergi dari warung. “Sampai kapan kamu akan bekerja paruh waktu seperti itu Rom? Aku tahu semua tentang kamu dari kak Ana, kamu butuh pekerjaan kan?” Radit terus mengoceh diatas motorku dan Aku hanya bisa mendengarkannya tanpa merespon apa yang diucapkannya. Aku melajukan motorku menuju Kontrakan Bu dhe, “Ini rumah yang baru dibeli Budhe kamu? Lumayan Juga!” Kata Radit ketika melihat rumah kontrakan.
          “Lumayan Ancur kan?” Kataku tersenyum sambil masuk ke dalam rumah. Di dalam rumah ada beberapa teman yang sedang asyik dengan kegiatannya masing-masing. “Baru pulang kuliah?” Sapaku pada penghuni Kos yang sedang duduk di depan pintu kamarnya. “Iya Mas, panas dan capek” Jawabnya sambil mengipas tubuhnya. “Mereka yang kos disini?” bisik Radit. “Iyalah, Kamu makan pakai sendok atau langsung pake tangan?” Tanyaku pada Radit. “Seperti biasa, Pake sendok!” Radit mencari sendok di dalam kamarku. “Tuh, sendok di rak bawah!” Kataku menunjuk Rak kecil di dalam kamar.
          Ketika kami menyantap makanan kami, berkali-kali ponsel Radit berdering namun dia tidak menggubrisnya. “Hapemu loh!” kataku melihat Radit yang lahap dengan makanannya. “Biarin, Gak penting” jawab Radit sambil berhenti makan. “Kamu makan kayak orang kelaperan aja, Jarang makan ya? Sudah berapa lama kamu gak makan?” Tanyaku heran melihat caranya makan.
          “Kurang ajar, kamu pikir Aku kelaperan? Emang sih kelaperan karena sejak tadi pagi belum makan!” kata Radit sambil tertawa. “Oia, kamu tadi belum menjelaskan kedatanganmu datang ke jember dalam rangka apa, dan kapan tiba di Jember? Bareng siapa dan naik Apa?” Tanyaku pada Radit ketika kami sudah selesai makan. “Profesi jadi wartawan ya? Banyak banget pertanyaannya!” kata Radit sambil mengeluarkan sekotak Rokok.
          “Rokok? Sejak kapan kamu merokok?” tanyaku heran. “Beberapa minggu yang lalu, Laki-laki harus merokok!” jawabnya sambil mengeluarkan sebatang rokok dari kotaknya. “Abang Mau?” Tawarnya sambil meletakan kotak rokok di depanku. Aku meraihnya dan melemparnya ke tempat sampah. “Kamu bisa baca tulisan itu?” Kataku sambil menunjuk tulisan yang tertempel di tembok. “Hehehe, jahat baget!” Jawab Radit yang mengurungkan membakar batang rokoknya.
          “Anda Boleh Saja Merokok Asal Asap Ditelan”Radit membaca tulisan itu berulang kali. “Ditelan ya?” tanya Radit melihatku. “Ya, boleh aja… Tuh ambil lagi sekotak rokokmu di tempat sampah” Jawabku tersenyum. “Masih seperti dulu, anti dengan asap rokok” jawab Radit mematahkan batang rokoknya dan melemparnya ke tempat sampah.
          “Bang, Kenapa sih abang itu gak mau diajak kerja di bali? Ada yang memberatkan disini?” tanya Radit. “Aku masih ingin dekat dengan Mama Dit, kamu tahu kan masalah apa yang menimpa keluargaku?” Jawabku. “Iya… Aku tahu Bang! Tapi itu bukan urusanmu memikirkan semuanya, abang juga berhak untuk bahagia!” jawab Radit ramah. “Entahlah, Aku hanya ingin menghibur mamaku Dit, beliau sering sakit-sakitan dan Aku ingin selalu ada disampingnya!” Jawabku sedikit murung.
          “Terus papa abang gimana? Jarang pulang lagi?” Tanya Radit sedikit penasaran. “Pulang sih, pulang dengan membawa anaknya.” Aku tersenyum. “Yaudah, abang sabar aja! Dia kan adik abang juga toh? Yang penting tante sehat dan semuanya bahagia” Kata radit menyemangati. “Iya, terus bagaimana dengan acara kamu di jember?” tanyaku mengganti topik.
          “Haha, Semua masih terkendali… Yaudah Antar Aku ke Penginapan lagi bang” kata Radit sambil berdiri merapikan bajunya. “Kamu mau meeting dengan pakaian seperti itu? bertemu klien atau bertemu dengan orang spesial nih?” Ledekku. “Jangan buruk sangka dulu, Aku akan ganti baju dipenginapan nanti!” Jawabnya datar. “Ngambek? Dasar gak ada perubahan!” kataku mentowel pipinya. Radit pun tersenyum dan sedikit memamerkan susunan giginya.
          “Yaudah, Ayo cepat, semakin panas semakin tidak baik untukku!” kataku pada Radit ambil keluar dari kamar. Radit mengikutiku dan langsung menuju Halaman depan rumah. “Mau pergi lagi mas?” Tanya penghuni kos lain. “Iya dek, nganter temen ke Seven Dream” jawabku ramah. Ketika di halaman, kulihat radit sedang menelfon seseorang dan ketika Aku mendekatinya dia langsung mematikan ponselnya.
          “Klien?” selidikku sambil menaiki motor. “Iya” jawabnya datar dan langsung naik dibelakangku. Perlahan Aku melajukan motorku dan diperjalanan Radit menayakan tentang mantanku yang tak jauh dari kontrakan. “Oia, kemarin cewek di foto facebook itu kos dimana? Yang cantik itu loh!” kata Radit. “Yang sudah putus itu kan? Gak jauh kok di depan sana!” jawabku sambil tertawa. “Hah? Putus lagi? sok laku aja mutusin cewek secantik dia!” Ledek radit mendengar Aku sudah putus dengan Pacarku.
          “Kamu mau? Dia maunya sama orang kaya Dit, cocok dengan kamu!” Jawabku sambil tertawa. “Masalahnya dia mau nggak ya?” jawab Radit dengan nada bercanda. “Kamunya yang gak mau Dit, dia kan cantik bukan ganteng” kataku dan berhasil membuatnya terdiam. “Dit, kok diam?” tanyaku dan dia masih diam. Hingga Akhirnya Aku berhenti di depan Pos Satpam Seven Dream. “Maaf kalau Aku salah bicara, Oia kapan pulang? Kalau nanti malam masih ada di jember kita jalan-jalan yuk!” ajakku dan berhasil membuatnya tersenyum lagi.
          “Beneran? Awas kalau bo’ong!” jawab Radit sambil tersenyum bahagia. Namun tiba-tiba wajahnya menjadi sedikit kebingungan ketika melihat mobil biru mendekatinya. “Ini mobil kamu kan?” tanyaku pada Radit. “Iya…” Jawabnya Ragu. Pintu mobil terbuka dan keluarlah sosok laki-laki yang tingginya hampir sama dengan Radit. Laki-laki itu memandangku dengan heran dan mendekati Radit yang berdiri canggung.
          “Temen kamu Dit?” Tanya pemuda itu. “Emm… Ini Abangku Yog” kata Radit ragu. Aku sudah dapat menagkap situasi diantara mereka, Aku bisa menebak dengan mendengar Radit berbicara. Laki-laki itu memliki hubungan khusus dengan Radit, Dan Aku hanya tersenyum melihat tingkah Radit yang sedikit gagu di depanku. “Hai, Romy” Kataku menjulurkan tangan pasa pemuda bernama Yoga. Yoga terlihat ramah dan meraih tanganku untuk berjabat tangan.
          “Dari bali juga?” tanyaku langsung pada Yoga. “Enggak, Aku tinggal di jember mas!” jawabnya ramah. “Mas sendiri asli jember?” Tanya Yoga. “Ya, Aku tinggal di sekitar jalan Kalimantan” jawabku datar. “Yaudah Dit, Aku mau pergi dulu… Sudah siang dan semakin panas!” kataku sambil memakai helmku. “Loh, kok buru-buru mas? Gak masuk dulu?” kata Yoga menawarkan diri. Aku kembali membuka helmku dan sedikit heran mendengar tawaran dari Yoga. “Kamu juga nginap di sini?” kataku heran. “Iya, kenapa heran gitu mas?” tanya Yoga penuh selidik.
          “Ah, tidak apa-apa, Yaudah kalau tawaran tadi masih berlaku Aku mau masuk kedalam, karena sebelumnya Aku juga belum pernah masuk ke tempat ini” jawabku sambil tersenyum. Kulihat wajah Radit semkin kebingungan, Aku tahu mimik wajah itu dia berusaha menyembunyikan sesuatu dariku. Aku tidak mempermasalahkan kalau pun benar apa yang ada dalam pikiranku, karena Radit adalah masa laluku yang harus dibuang jauh-jauh. Bukan sosoknya yang dibuang tapi kenangan bersamanya dulu.
          Di dalam kamar penginapan, Yoga banyak cerita tentang dirinya. Dia adalah seorang penyiar salah satu staiun Radio di kota jember. “Oh, jadi kamu seorang penyiar? Pantesan suaranya sangat ramah!” kataku tertawa. “Mas sendiri kerja apa?” tanya Yoga. “Aku seorang pengangguran.” Jawabku tersenyum dan berhasil membuat Yoga heran. “Jangan bercanda mas, gak mungkin pengangguran” Kata Yoga tersenyum ke arahku. “Loh, tanyakan saja ke Radit, kerjaku Apa… Karena dia banyak tahu tentang diriku” Kataku melihat Radit yang sedang hanyut dalam lamunannya.
          “Eh, gimana?” tanya Radit. “Kamu kenapa Dit? Kok melamun terus?” Kata Yoga sangat ramah dan penuh perhatian. Aku tersenyum mendegar Yoga seperti itu, dan berhasil membuat Radit salah tingkah. “Oia, kalian sudah lama berhubungan?” tanyaku langsung pada pokok permasalahan. “Hubungan apa ya?” tanya Yoga sedikit kikuk. “Yah, Hubungan… Bisa bertemanan atau apalah” Kataku sambil memakan kacang yang mulai tadi dicampakan oleh kami bertiga. “Ok, kami baru bertemu hari ini, dan sebelumnya kami berkenalan di facebook!” Jawab Radit cepat.
          “Dit?” Yoga memandang Radit. “Sudah Yog, jangan ditutupi lagi… Abang sudah tahu tentang diriku dan Aku tidak bisa menyembunyikannya” Kata Radit pasrah. “Ya ya ya… Baguslah kalau begitu, jadi intinya kamu tadi bohong kan? Hmmm… Katanya ada urusan kerja ternyata liburan ke jember!” Aku mencibir Radit. “Eh mas, Yang sopan dong ngomongnya!” Kata Yoga yang tak suka dengan apa yang kukatakan ke Radit. “Eh, Maaf ya Yog! Aku disini bukan menjadi penyakit diantara kalian, Aku kesini karena tadi undanganmu untuk masuk dan sebelumnya Aku mengantar Radit ke tempat ini” jawabku santai.
          “Iya, tapi kamu seperti memojokan Radit” jawabnya Ketus. “Memojokan? Dit, bagian mana kalimatku yang memojokan kamu? Gak ada kan? Yaudah daripada semakin ribut mending Aku pamit pergi dari sini, oia Kacangnya enak loh terimaksih kacangnya ya!” Aku tersenyum dan langsung keluar dari kamar itu. “Bang… Maaf ya bang!” Kata Radit mengejarku. “Santai aja Dit, Kamu jalanilah kehidupanmu, sesuai apa yang kamu katakan tadi, kamu berhak untuk behagia kan? Gak usah malu-malu gitu sepertinya Yoga itu baik kok” jawabku dan langsung pamit untuk kembali ke kontrakan.
          Di kontrakan Aku tersenyum sendiri mengingat apa yang terjadi beberapa menit yang lalu. Aku tahu Radit pasti malu mengakuinya bahwa dia sekarang masih sama seperti dulu, berhubungan dekat dengan laki-laki dan melakukan hal yang dilakukan oleh dua laki-laki pencinta sejenis. Aku juga mengingat pernyataannya dua tahun yang lalu yang berjanji akan berubah dan menjalani kehidupan sesuai kodrat laki-laki. Aku tahu itu berat, Aku pun juga sedang berusaha dan mengindari hal-hal seperti itu.
          Beratnya untuk berubah menjadi lebih baik pasti juga dirasakan Radit, namun dia tidak terlalu kuat menahan godaan yang semakin besar. Bukan urusanku lagi mengenai kehidupannya, itulah yang dia pilih dan dia sadar memilihnya. Mengingat kejadian dua tahun yang lalu juga ada sosok Jimmy yang selalu membuatku bersemangat. Dia seutuhnya berhasil menjahui dunia pelangi ini, dunia yang tidak banyak orang memahaminya.
Pertunangannya dengan gadis cantik di kota malang merupakan cara tercepat baginya untuk menjauh dari kehidupan dunia pelangi, Aku banyak belajar pada dirinya, dan dia tidak bosan-bosannya menasehatiku untuk menjauhi dari dunia itu. Namun, Aku punya cara tersendiri, cara yang masih kugunakan hingga saat ini. Tidak terasa waktu begitu cepat ketika memikirkan dua sahabatku, sahabat yang memberi warana dalam kehidupanku dan ketika jam dinding menujukan pukul 17:00 WIB, Radit menghubungiku via sms, mengingatkan akan tawaranku untuk jalan-jalan.
Ingat janjinya ya! Jalan-jalan nanti malam” Sms dari Radit. “Jalan-jalannya dipending dulu Dit, kamu bisa jalan dengan Yoga kan?” jawabku. “Nggak, Waktuku sudah selesai dengan Yoga!” Jawab Radit. “Maaf Dit, Aku masih trauma dengan masalah yang dulu. Hehehe” jawabku. “Aku tidak mau tahu, pokonya nanti malam pokoknya harus jadi!” Jawab Radit. “Lihat saja nanti” jawabku.
Malam pun tiba, Tanpa mengkonfirmasi radit datang ke kontrakan dengan mobilnya. “Mau kemana?” tanyaku pada Radit. “Loh? Yang tadi ngajak siapa?” Jawabnya kesal. “Hemmm… Yaudah, kamu taruh mobil kamu di halaman dan kita naik motor aja Dit” Saranku dan Aku pun masuk kedalam kamar mengambil kunci motor. Ketika Radit keluar dari mobilnya setelah memarkir mobilnya, Aku memberikannya helm dan mengajaknya keluar untuk makan malam.
“Mungkin kamu kangen dengan suasana ini, masih ingat kan jalan ini?” kataku di perjalanan menuju tempat yang Aku tuju. “Bukit rembangan?” tebak Radit. “Haha, iya lama Aku tidak makan nasi goreng disana!” jawabku sambil terus melajukan motor ke bungkit rembangan. Tepat di depan kelurahan kemuning Lor Aku menghentikan motorku memilih warung yang memliki penerangan yang cukup. “Kalau sama kamu di warung ini, kalau sama cewek baru yang disana” kataku menunjuk deretan warung yang memiliki penerangan yang minim. “Hahaha, bisa aja! Jadi inget masa lalu” kata Radit tersenyum sendiri. “Jangan berfikiran macem-macem” kataku sambil menimpuk kepala radit dengan sapu lengan jaketku.
Di warung itu, Aku banyak bertanya tentang hubungan radit dengan Yoga, radit mengaku kalau Yoga adalah kenalannya dan tidak ada hubungan diantara mereka dan hanya saling kenal dan akrab saja. “Iya, saling kenal dan akrab artinya berbeda kan?” Aku memandang Radit sambil tersenyum. “Aku manusia Bang, Manusia hanya bisa berusaha dan Tuhan yang menentukan” jawab Radit.
“Iya, itu pilihanmu kok! Aku tidak ada hak untuk ikut campur dalam kehidupanmu” Aku memandang ke arah gemerlap lampu kota jember dari atas bukit. “Aku masih butuh waktu, butuh waktu untuk bertahan dan bersabar, belajar mengendalikan diri dan mencoba menjalin hubungan dengan seorang perempuan” Kata Radit sambil meminum teh hangat yang dihidangkan.
“Bisa, suatu saat nanti kamu pasti bisa menjauh dan menahan keinginan itu” jawabku meyakinkannya. “Pastilah, tapi kapan Aku tidak tahu, yang jelas saat ini Aku masih bimbang, bimbang dengan kehidupanku yang setiap waktu selalu menambah Dosa” jawab Radit terdengar pasrah. “manusia tidak ada yang sempurna dan sudah ditakdirkan melakukan kesalahan, namun bagaimana cara kita mengurangi kesalahan itu dan jangan lupa untuk bermunajat kepadaNya agar diberi kemudahan untuk mengatasi masalah yang ada” jawabku yang kuusahakan terdengar sangat ramah.
Ketika dua porsi nasi goreng datang dan dihidangkan Radit mengucapkan kata-kata yang membuatku sangat senang mendengarnya. “Aku masih ingat dengan Janji Kita bang, Suatu saat Aku akan menepatinya, Janji yang pernah kita ikrarkan bersama dulu” Kata Radit tersenyum dan langsung melahap nasi gorengnya. “Aku juga masih ingat dengan Janji kita bertiga dulu, suatu saat nanti kita akan berkumpul lagi dengan janji baru setelah semua diantara kita menjalankan janji yang pernah kita sepakati” Aku pun melahap nasi gorengku.
“::SEKIAN::”

Cerita ini Hnyalah Karangan Fiktif dan murni imajinasi penulis… jadi kalau ada kesamaan nama, tempat dan kejadian itu hanya ketidak sengajaan. Likenya dong… Hehehe

Handsome Little Liars Chapter 1-A



by: Nino
Penyunting : Rayrowling
Duuaaarrrr!!!!!
Tidak seperti malam-malam sebelumnya, langit mendung dengan disertai petir dan angin kencang melanda kawasan Solobaru. Malam ini mungkin adalah malam yang tidak akan bisa dilupakan oleh empat orang sahabat ini. Nino Maulana, Pasha Kurniawan, Ariel Pradana dan Rory Setyawan sedang menginap di rumah Pasha untuk merayakan kelulusan mereka. Seperti pada umumnya para cowok remaja, di kamar itu mereka bercanda sambil mendengarkan music dan juga tidak ketinggalan satu botol minuman keras menemani malam mereka.
“Akhirnya kita lulus juga, silahkan!” kata Rory kepada sahabat-sahabatnya sambil menyerahkan segelas minuman kepada Pasha.
“Iya, Tidak disangka waktu selama tiga tahun berjalan sangat cepat” jawab Pasha dan meneguk minuman yang diberikan kepadanya.
Lalu tiba-tiba suara petir yang keras menyambar bumi dan menyebabkan listrik padam. Suara menadi hening karena music yang mereka putar juga mati, hanya suara rintikan hujan dan petir mendominasi malam itu.
“Apa yang terjadi?” Tanya Nino kepada Pasha.
“Mungkin ada pohon yang tumbang dan mengenai kabel listrik” jawab Pasha sambil menyalakan korek apinya.
Terdengar ada bunyi sesuatu dari luar pintu kamar Pasha. Bunyi itu adalah suara pintu yang dibuka sangat pelan.
“Eh… Ada sesuatu di luar sana.” celetuk Nino dengan wajah tegangnya.
“Teman-teman” gumam Ariel dengan nada ketakutannya.
Mereka saling bertukar pandangan, saling menatap mata masing-masing dan seakan tahu maksudnya. Dengan berbekal senter yang ada di tangan Pasha, mereka berempat memberanikan diri berjalan menuju pintu kamar. Dan Sesuatu mengeutkan mereka semua.
“Doorrr…!” teriak seorang cowok seumuran mereka dari balik pintu.
“Aaarghhhhh” serempak mereka berempat berteriak karena terkejut.
“Itu tidak lucu Nerro!” protes Pasha kepada cowok yang bernama Nerro.
“Aku malah berpikir ini lucu teman” elak Nerro sambil melangkah masuk ke dalam dengan senyumannya.
“Aku pikir sesuatu! Eh malah kamu yang ngagetin.Oia, Bagaimana dengan rencana masuk kuliah kamu?” Tanya Ariel sambil duduk.
“Seperti yang pernah Aku bilang tadi, bahwa kita akan kuliah di universitas yang sama” jawab Nerro sambil menuangkan minuman ke gelas.
“Pasti akan sangat menyenangkan” Rory ikutan menimpali jawaban Nerro
“Giliranmu!” kata Nerro sambil menyodorkan minuman ke Nino
Semua tertawa ketika Nino tiba giliran buat minum, karena semua tahu bahwa dia paling tidak kuat dalam urusan ‘minum’.
“Hati-hati Nin. Nanti kamu bisa mabuk dan membeberkan rahasia kamu kepada kita semua!” ejek Pasha sambil tertawa. Lalu semuanya ikut tertawa
“Teman adalah tempat untuk berbagi rahasia. Dan itulah yang membuat kita dekat, benar kan?” kata Nerro menjelaskan.
“Ayo di minum” lanjut Nerro menyuruh Nino.
“Yeah” seru Ariel menyoraki sambil diikuti tawa teman-temannya.
*****
Duuaaarrrr!!!!
Petir terus saja menyambar, dan saat ini kamar pasha sudah sepi karena mereka semua larut dalam mabuknya. Tiba-tiba Nino terbangun dan melihat sekelilingnya dan menyadari bahwa Nerro dan Pasha sudah tidak ada lagi di kamar. Lalu dia membangunkan Ariel dan Rory.
“Hey bangun!” kata Nino sambil menepuk kaki Ariel dan Rory.
“Ehm” jawab Rory malas sambil membuka matanya.
“Di mana Nerro dan Pasha” Tanya Ariel yang sudah sadar sepenuhnya.
“Kami tidak tahu” jawab Nino sambil berdiri dan mulai mencari. Dia berjalan ke arah pintu kamar yang terbuka. Di lihatnya dari kejauhan ada seorang yang tengah berjalan ke arahnya.
“Nerro” Tanya Nino hati-hati.
“Dia sudah tidak ada” jawab orang itu yang ternyata Pasha.
“Apa maksudnya dengan dia sudah tidak ada?” Tanya Nino bingung.
“ Aku sudah mencarinya kemana-mana” jelas Pasha sambil memandang ketiga temannya bergntian. “Dan kupikir aku mendengar sebuah teriakan” lanjut Pasha menjelaskan.
Duuaaarrrrr!!!!!
Seperti bunyi petir yang mengagetkan, pernyataan Pasha juga mengagetkan Nino, Ariel dan Rory.

Mohon Komentarnya buat saudara Nino... Sepertinya ini akan menarik :) terimakasih

Sunday 27 January 2013

Mengejar Masa Lalu 07


          Akhir Mengejar Masa Lalu Part 06, Adam sudah menemukan keluarganya dan Johar mengalami hal yang sangat berat untuk dijalani. Alex sahabat barunya menciumnya dan Nico mengatakan bahwa dia cinta pada Johar. Terlalu banyak yang dipikirkan johar membuat dirinya sakit, Namun akhirnya Adam datang lagi menyemangatinya.

Kebahagiaan dan Kebimbangan
            Ke esokan harinya, seperti hari-hari biasa Johar dan Adam berangkat ke sekolah dengan menaiki Angkot. Ketika tiba di gerbang sekolah Alex menunggu mereka dengan motornya. “Kok masih disini Al?” sapa Adam ramah. “Iya, nunggu kalian berdua!” jawabnya sambil tersenyum. “Oh, Ayo kita masuk Al, kayak satpam aja di dekat gerbang.” kata Adam dan terus melangkahkan kaki masuk ke sekolah.
            Johar selalu bersikap acuh ketika Alex berada di sampingnya, Namun Adam tidak mengetahui jika Adiknya tidak mau bicara dengan Alex. “Johar masih sakit Stell, makanya dia males ngomong!” kata Adam ketika bersama Stella. “Oh, Aku pikir ada masalah serius! Soalnya wajah Johar murung gitu!” kata Stella ketika melihat Johar yang Acuh dan sedikit murung.
Saat istirahat pun, Johar memilih untuk menghindar dari Alex dan berjalan sendiri tanpa ditemani Adam. Karena jika bersama Adam pastinya tak jauh dari Alex. “Kak, Johar ke belakang sekolah ya!” Johar berbisik pada Adam dan langsung pergi. “Ngapain?” tanya Adam heran pada Johar yang sudah berjalan menjauh. Johar hanya tersenyum dan terus ke belakang sekolah. Dia memlih rumput yang sudah kering untuk menjadikannya alas duduk.
            “Melamun?” suara Alex mengagetkan Johar. Johar hanya diam memandang Alex, dan ketika Alex akan duduk di sebelahnya, Johar langsung berdiri. “Hei, kamu kenapa sih? Sampai kapan kamu akan menghindar?” kata Alex sambil memegang tangan Johar. “Heh…. Kalau kamu tidak melakukan itu Aku gak akan menjadi seperti ini.” kata Johar kesal. “Heh, Kamu juga harus sadar dong… kamu lupa kalau kamu membalas ciuman itu, jika kamu tidak mau mengapa kau juga melupat bibirku?” Alex tak kalah kesal.
            Johar terdiam memikirkan kejadian kemarin sore, “Kamu pikir Aku menikmatinya? Coba kamu berfikir, Seandainya Aku menikmatinya gak mungkin Aku pergi dari rumah kamu! Kamu pikir Aku laki-laki seperti apa hah?” Kata Johar memegang krah baju Alex. “Jangan munafik kau Jo, Kamu juga menikmatinya!” Alex mendorong Johar. Mendengar itu Johar menjadi marah dan reflex memukul wajah Alex hingga hidungnya berdarah.
            “Ough…!” Alex langsung memegang hidungnya dan mengusap darahnya yang mengalir dengan menatap wajah Johar. “Puas kau?” Kata Alex dan langsung berjalan menuju toilet terdekat. Johar mengkhawatirkan Alex dan mengikutinya ke toilet. “Al maakan Aku… Johar membantu Alex membersihkan darah di wajahnya. Alex terdiam membiarkan Johar membersihkan darah dengan sapu tangannya. Sesekali Johar mencuci sapu tangan mengilangkan darah dan mengusap kembali ke hidung Alex yang masih berdarah.
            “Darahmu masih terus mengalir Al, kita ke UKS aja ya!” kata Johar semakin panik melihat darah tak henti dari hidung Alex. “Sebentar lagi juga akan berhenti Jo!” kata Alex meraih sapu tangan dan membersihkan darahnya sendiri dengan kesal. “Aku panggil teman-teman dulu ya” kata Johar berbalik. Namun tangan Alex memegang Johar, “Gak usah, kamu saja disini sudah cukup.” Kata Alex sambil berkaca di depan cermin.
“Darahnya sudah berhenti, tapi sakitnya masih terasa!” tambah Alex memegang hidungnya. “Maaf Al!” Johar berkali-kali mengucapkan kata maaf. “Aku harus balas kamu Jo” Alex memandang Johar dengan tatapan penuh sinis. “Tapi, kamu juga yang salah!” Johar membela diri. “Aku memukul kamu? Nggak kan?” Kata Alex mulai berdebat lagi. “Yaudah, silahkan pukul Aku” kata Johar sambil memandang Alex. Alex tersenyum melihat Johar yang pasrah. “Tapi jangan di hidung ya!” kata Johar mengingatkan dan menutup matanya.
            “Jangan Crewet! Kalau kamu memang laki-laki terserah Aku mau mukul yang mana” Kata Alex. “Iya, tapi jangan di hidung, Aku tahu rasanya sangat sakit!” Kata Johar dan kembali membuka matanya. Alex langsung mengecup bibir Johar dan berlari keluar toilet. “Bangsar! Aleeeex…!” teriak Johar geram. Alex masuk ke kelas dan mendapati Adam bersama tiga temannya berkumpul di meja Alex. “Kamu kenapa Al?” tanya Stella melihat noda merah di sekitar hidung Alex.
            “Tadi terbentur tembok di belakang”, Jawab Alex sambil memalingkan wajahnya dari teman-temannya. “Tembok? Emang kamu nyium tembok Al?” kata Roy yang pindah ke depan Alex memandanginya dari dekat. Alex langsung mentowel kepala Roy dan menutupi hidungnya dengan sapu tangan basah. “Loh? Itu kan sapu tangan Johar. Johar kemana Al?” tanya Adam.
            “Ada Apa kak? Aku disini.” Johar memasuki kelas. “Syukurlah, Aku kira kamu menghilang Jo” Adam tersenyum pada Johar. Johar memandang Alex dan keduanya saling beradu pandang. Alex tersenyum pada Johar dan melempar sapu tangannya yang basah. “Nih ku kembalikan sapu tangan jeleknya.” Kata Alex. Johar menangkap sapu tangannya dan melemparnya kembali pada Alex, “Bersihkan dulu! Buat kering dan wangi!” kata Johar dan langsung duduk di bangkunya.
            “Sebentar, Aku merasa kalian berdua ada masalah ya?” tanya Adam memandang Alex dan Johar bergantian. “Tanya saja ke Johar Dam, sebenarnya ada apa!” kata Alex datar. Mendengar itu membuat Johar langsung memandang ke arah Alex. “Dek, masalah apa lagi?” Adam memandangi Johar. “Eh, nggak ada kok! Tuh si Alex aja minta di hajar! Kayak anak kecil aja!” Gerutu Johar. “Bukannya kamu yang kayak kecil Jo? Lihat manyun seperti itu malah kayakn balita” Roy menertawakan ekspresi wajah Johar. Johar tertawa sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
            Sepulang sekolah ketika Johar dan Adam menuju dapur untuk makan, mereka berpapasan dengan Nico. Johar masih bersikap dingin pada Nico dan tak mau bertegur sapa. “Nic, makannya kok dikit?” tanya Adam ketika melihat Nico makan. “Gak selera!”jawabnya datar dan pindah ke ruang tamu membawa makanannya. “Nico kenapa dek? Kok jawabnya datar banget?” tanya Adam pada Johar. “Entahlah, Aku tak terlalu memperdulikannya!” jawab Johar dan langsung menyantap makanannya. “Ya juga sih, mungkin dia tahu kalau kita kerja di cafĂ©?” Kata Adam menebak. “Dia sudah tahu kok, Aku yang menceritakannya saat bersama mas Yudi” Jawab Johar.
            “Oh, Pantesan sepertinya dia kurang suka dek! Mungkin dia iri atau kurang suka dengan apa yang kita dapatkan, jadi gak enak pada Nico!” kata Adam sambil menyantap makanannya “Bukan kak, bukan itu masalahnya lupakan saja deh, Nanti juga bakalan berubah lagi!” Jawab Johar agak kesal. “Yaudah, oia nanti sore ikut kakak yuk!” Kata Adam. “Kemana?” tanya Johar. “Ke rumah mama” Jawab Adam datar. “Aku gak bisa, Aku harus mengamen!” Johar beranjak ke tempat mencuci piring dan langsung mencuci piringnya.
            “Kenapa?” tanya Adam yang masih makan. “Aku harus mengamen kak!” Kata Johar. “Mengamen ya… kita tidak usah mengamen dek, Mama memberiku jatah uang untuk kamu juga!” Kata Adam tersenyum. “Itu uang kak Adam, mulai saat ini Aku ingin berjuang sendiri kak!” Jawab Johar dan meninggalkan Adam di dapur. Ketika mau masuk ke kamar, Johar berpapasan lagi dengan Nico yang akan menuju dapur. Johar masih tidak mau bertegur sapa dengan Nico. Nico juga begitu sepertinya dia menghindar dari tatapan Johar.
            Di dalam kamar Johar duduk di atas kasur dan memainkan gitarnya. Meski tangannya memetik gitar namun pikirannya melayang jauh memikirkan Nico dan Alex. Johar memikirkan Nico akan perasaannya, selama ini Nico baik pada Johar, johar pun begitu dan menganggap Nico selayaknya saudara sendiri. Berbeda dengan Alex, Hubungannya baru dekat beberapa bulan terakhir, dan itu membuat Johar merasa nyaman jika bersama Alex, namun dia tak tahu apa yang dirasakannya sebelumnya.
            “Heh, ngelamun aja!” Adam menepuk pundak Johar. “Dek, ayolah ikut kakak ke rumah!” Adam terus membujuk Johar. “Kalau menginap Aku gak mau!” kata Johar. “Iya enggak, kita gak usah nginep dek!” kata Adam memastikan. “Yaudah, Aku libur lagi ngamennya dan terpaksa harus memakai uang tabungan lagi buat ongkos besok.” Johar melihat ke arah lemari. “Aku udah bilang, kalau Aku dapat uang…!” Kata Adam memberikan uang pada Johar.
            “Simpan saja kak, kakak tahu kan kalau Aku jarang pegang uang?” kata Johar tanpa melihat jumlah uang yang dijulurkan Adam. “Yaudah, Aku simpan di tabungan kita aja!” Kata Adam menuju lemari dan meletakan uang untuk Johar di samping tabungannya. Johar terdiam dan terus memainkan gitarnya. Gitar yang dimainkan Johar adalah Gitar pemberian Alex. Setiap memegang gitar itu, dia selalu teringat akan Alex, kebaikannya dan perhatiannya.
            Matahari perlahan pulang ke peraduannya, Bias cahaya berwarna jingga terpancar dari ufuk barat. Ketika Johar selesai sholat, dan Adam membaca Alqur’an, terdengar suara ketukan pintu di depan rumah. Hingga Akhirnya mereka berdua keluar menuju pintu depan, dari kaca terlihat mama Adam melihat ke dalam rumah. “Mama Dek!” Kata Adam dan bergegas membuka pintu rumah.
            “Wah, baru sholat Nak?” Kata Mama Adam sambil tersenyum ramah. “Iya Ma” Adam meraih tangan mamanya dan menciumnya. Hal sama juga dilakukan oleh Johar, “Tante….” Johar menyapa dengan nada sopan. Pandangan mereka langsung mengarah ke sosok pemuda di belakang mama Adam. Pemuda berkaca mata hitam dan berjaket kulit dengan ransel di punggungnya.
            “Siapa Ma?” Tanya Adam ragu. “Oh, Siapa hayo?” Mama Adam menggodanya. “Kak Vicky?” Tebak Johar di samping Adam. Pemuda itu langsung membuka kacamatanya dan tersenyum ke arah mereka berdua. “Kalian pasti sudah tahu ya? Kamu adikku kan?” Kata Vicky sambil menjulurkan tangannya ke Adam. Adam tersenyum lebar dan meraih tangan Vicky menarik dan merapatkan badan mereka, Adam pun menepuk punggung Vicky dengan tangan kirinya. 
            “Ough… jangan keras-keras Dam!” Kata Vicky melepas pelukan Adam. “Ini Johar kan?” Vicky tersenyum menjulurkan tangannya pada Johar. Johar tersenyum dan masih heran menatap Vicky yang memilki wajah sama dengan Adam. “Benar-benar mirip, wajah kalian mirip banget!” Kata Johar bergantian memandang Vicky dan Johar. “Apaan Sih!” Kata Adam sambil mendorong Johar karena malu. “Beneran loh, Aku heran aja… Meski wajahnya sama kayak kak Adam, masih lebih gagah kak Vicky lah, lihat rambutnya yang agak panjang dan penampilannya yang keren, juga kulitnya lebih bersih, putih dan lebih berisi lagi” Kata Johar memuji Vicky.
            “Yaiyalah, Aku dan Vicky tumbuh di lingkungan yang berbeda, sudah pasti kita juga berbeda!” Adam tertawa. “Sudah-sudah… Ayo kita pulang ke rumah!” Ajak Mama Adam. “Sekarang?” Tanya Adam ragu. “Iya, pak Joni menunggu di depan!” Kata Mama Adam. “Tunggu sampai Nico atau Mas Yudi datang ya Ma, sebentar lagi mereka datang sekalian kami mau ganti baju dulu!” Kata Adam. “Yaudah, boleh masuk kan?” Tanya Mama Adam.
            “Ya Allah, Masuk saja Ma!” Kata Adam yang mengajak Mamanya dan Vicky masuk. Adam menemani mamanya di ruang tamu, sedangkan Johar ganti celana dan pakaian, setelah itu langsung bergabung di ruang tamu. Beberapa menit kemudian, Yudi dan Nico datang, “Assalamualaikum” seru Yudi sambil masuk ke ruang tamu. “Walaikum salam, Mas ini mamaku” Kata Adam memperkenalkan Mamanya. Yudi langsung bersikap ramah dan bersalaman dengan Mama Adam dan Vicky.
            “Terimakasih ya Yud, Sudah menjaga Adam selama ini!” Kata Mama Adam. “Ini Nico ya?” tanya Mama Adam dan disambut oleh Nico dengan senyumannya. Suasana di ruang tamu yang ramai membuat Adam langsung ke kamar untuk ganti pakaian. “Kapan-kapan main ke rumah Yud, ajak Nico juga!” kata Mama Adam berbasa-basi.
            Tidak lama kemudian, Adam keluar membawa ranselnya. “Mau ikut mamamu ya?” Tanya Yudi melihat Adam. “Iya Mas, Aku dan Johar mau menginap disana, mungkin besok kami kesini lagi mas!” kata Adam tersenyum. Melihat Adam siap, mama Adam berpamitan dan mengajak Adam dan Johar keluar. “Oia, Ini buat Yudi dan Nico.” Kata Mama Adam menjulurkan uang ke Yudi. “Gak usah repot-repot Bu, Haduh jadi merepotkan.” kata Yudi malu-malu. “Buat beli sesuatu Yud, mari Yud, Nic!” Kata mama Adam dan langsung berjalan menuju gang.
            “Mas, Adam nginep di rumah dulu ya!” Adam berpamitan ke Yudi. “Nic, Jaga kamar ya!” tambah Adam ke Nico. Keduanya hanya tersenyum melihat mereka beriringan menuju gang. “Tidak lama lagi mereka pasti akan pergi dari rumah ini” Kata Nico. “Ya tidak apa-apa Nic, mereka sudah menemukan keluarganya! Johar pasti juga seneng jika tinggal bersama Adam dan keluarganya” Jawab Yudi yang berdiri di depan rumah.
            ******
            Akhirnya mereka berempat tiba di rumah mama Adam. Johar mengikuti Adam di belakangnya. “Kalian sepertinya akrab banget, persaudaraan kalian memang kental” kata Vicky tersenyum melihat Johar yang selalu mengikuti Adam. “Oia, Adam juga adekku karena Aku yang lahir paling akhir” kata Vicky menegaskan. “Loh? Bukannya yang lahir pertama itu menjadi kakak?” Kata Adam.
            “Tanya saja ke mama, siapa kakak dan siapa adek disini” Vicky tersenyum berjalan ke dalam rumah. Ketika berada di ruang tamu, Johar dan Adam langsung duduk dan bersantai. “Kalian gak mau ke kamar?” tanya Vicky. “Sebentar, masih capek Vick” jawab Adam. “Eits, panggil Aku kakak! Jangan dibiasakan panggil namaku, OK!!” kata Vicky tersenyum.
            “Ada apa sih?” Tanya Mama Adam mendekati mereka. “Kak Vicky dan Kak Adam berebut menjadi yang seorang kakak tante!” kata Johar menertawakan keduanya. “Ma, Aku yang jadi kakak kan?” tanya Vicky memastikan. “Kok bisa gitu? Aku yang lahir duluan!” jawab Adam. “Hehehe, kalian seperti anak kecil, begini hanya selisih beberapa menit dan itu membuat mama hampir mati melahirkan kalian berdua. Sekarang kalian berebut menjadi kakak” Mama Adam duduk di sofa.
            “Yang terlahir lebih dulu adalah adik, dan yang terakhir adalah kakak! Itu sudah menjadi kebiasaan orang-orang jawa!” Kata Mama Adam dan berhasil membuat Vicky tertawa dengan kemenangannya. “Kok gitu? Yaudahlah lumayan jadi yang termuda!” kata Adam tersenyum. “Adek dalam saudara kembar umurnya lebih tua loh” Vicky menggoda. “Sudah-sudah, kalian ke kamar aja!” Mama Adam menyuruh mereka masuk ke kamar.
Mereka bertiga langsung menaiki tangga, Vicky masuk ke kamarnya sedangkan Adam dan Johar masuk ke kamar sebelahnya yang sudah disiapkan oleh Mama Adam. Di dalam kamar Johar kagum dengan kamar yang luas dan langsung duduk di atas kasur. “Kak empuk banget kasurnya!” kata Johar menggenjot kasur. “Iya dek, pertama kali Aku tidur di kasur seperti ini rasanya nyaman banget!” jawab Adam sambil meletakan ranselnya di sebelah meja belajar.
            “Enak yah kak, kakak sudah menjadi orang kaya!” kata johar spontan. “Siapa? Aku jadi orang kaya? Ini kan bukan milik Aku dek, ini miliki Mama dan keluarganya” kata Adam. “Tapi kan kak Adam anak tante juga toh?” kata Johar sambil merebahkan tubuhnya di atas kasur. “Ya tapi gak sesimple itu dek!” Adam juga ikut rebahan di atas kasur.
            “Boleh gabung?” Kata Vicky di dekat pintu. “Masuk aja Vick!” kata Adam. “Eits, kakak!” kata Vicky melihat Adam dan menunjuk Adam. “Silahkan kakak Vicky!” Kata Adam dengan nada mengejek. “Nah gitu dong, dibiasakan ya!” kata Vicky sambil naik ke tempat tidur. “Oia, kak Vicky sekolah di jakarta ya? Pasti kelas dua SMA!” tebak Johar. “Iya, Aku sekolah di sana dan tepat banget Aku sudah kelas Dua SMA, Kalian Juga kan?” Vicky merebahkan tubuhnya di tumpukan bantal.
            “Aku masih kelas satu kak!” kata Johar tersenyum. “Oia, kamu kan selisih satu tahun dengan kita, Adam gimana?” Kata Vicky melihat Adam. “Sama, Aku juga kelas satu, lebih tepatnya mengulang di kelas satu!” Adam tersenyum. “Hah? Berarti lebih cepet Aku ya!” kata Vicky gembira. “Yah, situ kan kakaknya…!” jawab Adam ketus.
            “Oia, ceritakan gimana kehidupan kalian di banyuwangi dulu, dan bagaimana ceritanya kalian bisa bertemu dengan mama, Katanya kalian mengamen dan bernyanyi di cafe ya?” Vicky memberikan banyak pertanyaan. “Yang mana dulu harus dijawab? bertanya itu satu-satu jangan borongan seperti itu” Sungut Adam. “Hahaha, terserah deh, tapi ceritakan kehidupan kalian di banyuwangi dulu!” kata Vicky duduk mempersiapkan diri untuk mendengarkan cerita Adam dan Johar.
            *****
            Ke esokan harinya, Adam dan Johar diantar ke sekolah oleh Vicky. Mereka bertiga tidak langsung masuk ke sekolah, menghabiskan detik demi detik bersama karena nanti malam Vicky harus pulang ke jakarta lagi. Ketika mereka Asyik mengobrol, Stella datang menghampiri mereka “Hai Dam!” kata Stella mengumbar senyum termanisnya. “TTM kak Adam” Kata Johar sangat pelan. Mendengar itu Vicky terkekeh, “Hari gini masih gak jelas?” kata Vicky pelan.
            “Hei Stell, teman-teman yang lain udah di dalam belum?” tanya Adam. “Hm… gak tahu ya, eh kalian masih disini?” tanya Stella. “Oia, kenalain ini Vicky!” kata Adam. “Kak Vicky!” Vicky memandang Adam. “Hadeuh…!” Adam mengeluh. “Oh, hai kak” Kata Stella menyapa Vicky. “Ini toh calon adik Ipar” Vicky tersenyum manis dan berhasil membuat Stella malu-malu. Mendengar itu Adam menjadi kikuk dan mengajak untuk segera masuk ke sekolah.
            “Hahaha, Yaudah kalian masuk aja… Oia Jo, Jangan terlalu sering mengganggu Adam dan Stella loh!” Vicky menunjuk Johar. “Ok Boss, di kelas nanti ditinggal berdua aja kok” Johar mengedipkan matanya sambil tersenyum. “Halah…. Fitnah!” Kata Adam menimpuk kepala Johar. Vicky tertawa dan langsung masuk ke mobilnya.
            Di dalam kelas, Johar langsung bergabung dengan Roy dan Rendy yang sedang asyik mengobrol. “Dasar ibu-ibu, pagi-pagi udah Ngerumpi!” Kata Johar sambil memegang pipi Roy dari belakang. “Ih, tangannya dingin kayak mayat!” sungut Roy. “Eh, Alex belum datang?” Tanya Stella. “Belum Stell, sepertinya dia tidak masuk atau terlambat!” Jawab Rendy.
            “Oh, kayaknya dia lebih memilih gak masuk, daripada terlambat!” Kata Stella. “Pasti Stell, surat sudah siap tinggal SMS Alex!” kata Roy sambil mengeluarkan amplop berisi surat Izin. “Dasar, kalian selalu membawa surat izin untuk berjaga-jaga ya? Atau biar bolosnya lancar?” kata Johar heran. “Begitulah Jo, kemarin kamu yang gak masuk itu loh juga kami buatin surat kok!” Kata Roy sambil memasukan lagi amplop ke dalam tasnya.
            “Eh udah masuk, cepat sms Alex mau datang atau bolos?” kata Stella sambil duduk di bangkunya. Johar dan Adam juga bergegas menuju bangkunya yang terpisah dari tempat duduk Stella dan yang lainnya. “Jo” Kata Roy. Ketika Johar melihat Roy, Roy menggerakan bibirnya. Johar dan Adam menangkap kalau Alex jatuh di jalan dan dia kembali ke rumahnya. “Beneran?” Tanya Adam kaget. “Iya… Nanti kita kesana!” Kata Roy dan langsung berhenti ketika seorang guru masuk kelas.
            Waktu istirahat, mereka berdua menanyakan keadaan Alex. “Gimana ceritanya?” Tanya Adam. “Gak tahu, tadi yang bilang gitu adalah mamanya! Karena Alexnya tidur” Jawab Roy. “Yaudah, SMS aja sekarang, kalau Alex yang bales langsung ditelfon” Usul Rendy. Atas saran Rendy, Roy langsung mengirim SMS ke Alex, dan ternyata Alex membalasnya. Roy langsung menelfon Alex, “Gimana Al keadaanmu? Kok bisa jatuh sih?” Kata Roy khawatir.
            “Namanya juga Apes Roy, tapi Aku tidak Apa-apa, hanya bekas patah tulang kemarin agak sakit, tapi kata dokter beberapa minggu lagi juga sembuh!” Suara Alex dari telon yang di loudspeaker. “Yaudah nanti sepulang sekolah kita kesana!” Roy melihat keteman-temannya. “Yaudah, jangan lupa bawa oleh-oleh ya! Minimal makanan kek! Hehehe” Alex tertawa. “Udah sakit masih aja bercanda! Yaudah ntar lagi jam istirahat usai, kamu istirahat Aja Al, Bye” Roy mengakhiri sambungan telefonnya.
            “Yaudah kita kesana nanti siang!” usul Rendy. “Iyalah masak nanti malam!” Sungut Roy. Rendy langsung menimpuk kepala Roy dan membuat semua tertawa. “Jo, kamu ikut kan?” Tanya Stella. “Eh, iya Stell!” Jawab Johar ragu. “Baguslah, dengan begitu Alex akan seneng!” Jawab Rendy. “Iya, Alex dan Johar kan lengket banget setelah kita menjadi teman, tapi sekarang agak merenggang” tambah Rendy. “Iya dek, ada masalah dengan Alex?” selidik Adam.
            “Enggak kak, gak ada apa-apa kok!” Johar mengelak. “Syukurlah, jaga hubungan pertemanan ini, jangan sampai ada masalah diantara kita semua” Kata Adam bijak. “Syukur-syukur ada yang jadian Dam” Roy menambahkan. Mendengar apa yang dikatakan Roy membuat Jantung Johar berdegub kencang. “Siapa yang harus jadian Roy” tanya Rendy. “Siapa Lagi kalau bukan…” Roy menghentikan Kata-katanya.
            “…Tentu saja Adam dan Stella Rend, Udah kayak pacaran gini masih aja gak ada kejelasan!” Roy memandang Adam. Mendengar itu membuat Johar lega dan bisa menurunkan ritme detak jantungnya. “Kok malah bahas kami?” tanya Adam dengan wajahnya memerah. “Yah kamu Dam, Sebenarnya kamu punya perasaan cinta nggak ke Stella?” Tanya Rendy yang membuat Adam kikuk.
            “Jujur Aja kak, Atau Aku bongkar nih!” tambah Johar yang sudah dapat menguasai dirinya. “Eh, ini juga ikut-ikutan ngomong!” Adam melihat ke arah Johar dan berusaha mencoleknya. Johar hanya tersenyum pada Adam menghindar dari tangan Adam. Stella yang sudah tidak tahan denga ejekan sahabatnya, langsung pergi menghindari mereka. “Tuh kan Stellanya ngambek!” Kata Rendy. “Kalian semua harus tanggung jawab tuh!” Kata Adam dan langsung menyusul Stella.
            “Stell, tunggu….” Adam menghentikan Stella dan memegang tangannya. “Aku malu Dam, Malu dengan olokan mereka.” Kata Stella membuang muka. “Ngapain harus malu Stell, kamu tahu nggak? Apa yang kurasakan jika bersamamu!” Kata Adam sambil pindah ke depan Stella. “Aku itu nyaman dekat dengan kamu Stell, kenapa? Karena ada rasa sayang yang lebih untuk kamu!” Kata Adam memegang kedua tangan Stella.
            Di belakang Stella, Johar, Roy dan Rendy menghentikan langkahnya melihat mereka berdua. “Aku akan mengatakan sesuatu, dan ini bukan karena ejekan teman-teman, Aku hanya ingin kamu tahu kalau Aku Cinta kamu, ntah kamu cinta atau tidak tapi Aku bangga mencintaimu Stell, Satu pertanyaan untukmu maukah kamu jadi pacarku?” Adam memandang Stella dengan tatapan penuh harap.
            “Kamu tahu? Aku selalu memendam rasa ini Dam, rasa ini selalu ingin meledak jika Aku bersamamu. Dan mungkin saatnya Aku ungkapkan apa yang kurasakan, Aku juga suka dan Cinta kamu, dan Aku mau jati kekasihmu Dam” Stella tersenyum. “Cie... Ada yang harus traktiran nih!” Kata Roy mendekat. “Harus dong!” tambah Rendy yang mengelilingi mereka berdua. “Ih, Kakakku hebat, nembak cewek di sekolah dan dilihatin teman-teman yang lain juga” Kata Johar sambil merangkul Adam. Adam dan Stella hanya tersenyum bersama.
            “Traktiran ya?” Tanya Adam. “Iya, harus itu!” Kata Roy mantap. “Traktirannya minta ke johar aja ya!!” kata Adam sambil tersenyum pada Johar. “Loh? Kenapa harus Aku kak?” Johar kebingungan. “Lah, lupa dengan permainan kita dulu? Kamu bilang kita berlomba mendapatkan cewek! Dan sekarang siapa dulu yang punya pacar?” Kata Adam dan berhasil membuat Johar kikuk. “Ah, curang nih!” kata Johar menghindar sambil tertawa. “Hei, Mau kemana kau Jo!” Roy dan Rendy mencoba mengejar Johar.
            “Pokoknya traktirannya tetep harus kak Adam!” johar tertawa ketika Roy dan Rendy merangkulnya. “Iya Dam, Eh Stella kok masih malu-malu tuh!” Roy menggoda mereka yang lagi kasmaran. “Ok, Kalau Alex sudah sembuh!” Janji Adam dan membuat semuanya tertawa dan kembali ke kelas.
*****
            Setelah Sekolah selesai, Mereka berlima kumpul di depan Gerbang sekolah. “Ayo Dam bareng kita Aja! Tapi… gak Ada Helm sih” kata Rendy. “Aku menyusul, ntar lagi kakakku menjemput kok!” kata Adam. “Yaudah kita duluan ya!” Kata Roy dan Rendy. “Aku sama siapa?” Kata Stella. “Bareng Adam dan Kakaknya aja!” Roy meninggalkan Stella bersama Adam. “Udah, bareng kita aja Stell. Eh Aku harus manggil kak Stella ya?” Johar meledek Stella. “Apaan sih Jo, umurku masih tua kamu kale!” Sungut Stella di samping Adam. “yah, hanya beda tanggal aja kan?” Kata Johar tersenyum.
            “Stella tahu kan rumah Alex?” Adam memastikan. “Aku tahu kak!” Jawab Johar. “Loh kapan kamu main ke rumah Alex Jo?” Stella Heran dengan Jawaban Johar. “Beberapa hari yang lalu Stell, pulang dari rumah Kak Adam langsung mampir” Jawab Johar. “Eh itu kak Vicky!” Johar menunjuk mobil hitam yang perlahan mendekati mereka bertiga.
            “Masih seperti pagi tadi, kalian bertiga berdiri di tempat yang sama!” kata Vicky dari dalam mobil. “Hmmm… udah beda kak, tadi kan belum jadian, kalau sekarang udah resmi jadian!” Johar melirik Adam dan Stella. “Enggak Kak!” Kata Adam sambil merangkul Johar. “Halah, beneran loh… tanya aja ke Stella” Johar menunjuk Stella yang juga berdiri di dekat mobil. “Wih, sepertinya beneran nih, wah bagus dong udah jelas hubungannya… Ayo kita pulang!” Vicky tersenyum.
           
           
           
            “Maaf kak, kita gak bisa langsung pulang, ada teman yang kecelakaan!” Kata Johar. “Kalian mau menjenguknya? Yaudah aku antar kalian!” Kata Vicky bersemangat. “Eh… makasih kak!” Kata Johar dan membuka pintu di bagian tengah. “Heh Jo, kamu di depan Aja, biarin Adam dan Stella di belakang” Kata Vicky ketika johar masuk ke jok tengah. “Oia, lupa…” Johar tertawa dan langsung pindah.
            Adam dan Stella jadi salah tingkah ketika masuk ke dalam mobil. Di dalam mobil Johar dan Vicky menggoda mereka yang lagi kasmaran. Berkali-kali Johar tertawa dan tak hentinya menggoda Adam. Adam dan Stella hanya bisa tetawa malu, namun keduanya bahagia bisa bersama. “Eh, kemantennya gak ada suaranya ya!” Kata Vicky. “Pada malu-malu kak, biasa baru jadian” Tambah Johar.
            Akhirnya beberapa menit kemudian mereka sampai di rumah Alex. Motor Rendy dan Roy sudah terparkir di halaman rumah Alex. “Gimana Alex?” Tanya Adam ketika melihat Roy dan Rendy berada di beranda rumah Alex. “Kami nunggu kalian, biar bareng masuknya!” jawab Rendy. “Eh, ini kakaknya Adam yang kalian ceritakan tadi?” Kata Roy heran melihat Vicky yang mirip dengan Adam. “Vicky!” sambil menjulukan tangannya Vicky memperkenalkan diri.
            “Mirip banget, Tapi penampilannya beda jauh!” Rendy melihat penampilan Vicky yang modis. “Heh, jangan bilang kalau Aku kampungan ya!” Kata Adam memandang Rendy dan Roy. “Emang kampungan kok!” Kata Johar sambil tertawa. “Iya juga sih, kita kan dari kampung!” Adam tertawa. “Kok malah ngobrol disini? Cepat masuk!” Kata Stella yang sudah tak tahan lagi dengan ulah teman-temannya.
            Roy langsung memencet Bel rumah dan keluarlah pembantu rumah Alex. “Mbok, Alexnya ada?” tanya Roy. “Ada, di kamarnya, Den Alex kecelakaan” Kata pembantu itu. “Iya, kami datang ingin menjenguknya mbok!” Kata Roy. “Siapa mbok?” Mama Alex keluar. “Eh kalian silahkan naik ke kamar Alex langsung aja!” kata Mama Alex ketika melihat Roy dan Rendy. “Terimakasih tante” Mereka langsung naik ke kamar Alex.
            Di dalam kamar, Alex beraring sambil memainkan ponselnya. “Hei… jagoan kok keyok?” Rendy menghampiri Alex dan diikuti Roy, Stella dan yang lainnya. “Eh kalian datang juga ya! Terimakasih udah datang! Mana Oleh-olehnya?” Tanya Alex. “Eh, oleh-olehnya mana ya?” Roy pura-pura lupa melihat Rendy dan Stella bergantian. “Oleh-olehnya ada di Johar Al! Jo, mana Oleh-olehnya?” Rendy melihat Johar dan berhasil membuat Johar kebingungan.
            “Oleh-oleh apa? Aku gak bawa Apa-apa kok!” Kata Johar. Melihat Johar yang bingung membuat semuanya tertawa. “Hehehe, kalian datang aja Aku sudah seneng kok!” Kata Alex tersenyum pada mereka. “Rend itu siapa?” tanya Alex pelan ketika melihat Vicky yang berdiri di belakang Adam. “Lihat baik-baik Al, mirip nggak sama Adam?” Kata rendy. “Oh, ini kembarannya Adam ya?” Alex heran melihat kemiripan wajah Vicky dan Adam. “Biasa Aja Al, kayak gak pernah lihat anak kembar aja!” kata Adam mendekati Alex.
            Vicky juga ikut mendekat dan berkenalan dengan Alex, “Jatuh dimana?” tanya Vicky berbasa-basi. “Jatuh di jalan Hayam wuruk, ada anak kucing yang nyebrang jalan!” Kata Alex. “Kucingnya gimana tidak apa-apa kan?” kata Johar cemas. “Kamu lebih memikirkan kucing daripada temanmu Jo?” respon Alex ketus. “Yah, bukan gitu Al kalau sampai kucingnya mati katanya sih bikin sial terus, Aku kan gak mau kamu kena sial terus!” Kata Johar. “Iya Al, Aku juga pernah dengar seperti itu” Tambah Adam. “Nenekku juga bilang gitu” Rendy juga meyakinkan. Stella dan Roy hanya terdiam menyimak mitos yang mereka bicarakan.
            “Jangan terlalu percaya, itu hanya mitos dan kepercayaan kuno!” Vicky menyanggah mitos itu. “Iya, Aku gak percaya tapi kucingnya tidak apa-apa karena Aku menghindarinya dan membuat Aku terjatuh seperti ini” kata Alex sambil melihat tangannya. “Syukurlah semua baik-baik saja!” kata Johar. “Baik-baik aja? Kamu gak lihat Aku terkapar seperti ini?” Alex meledek Johar. “Kan belum parah toh?” Balas Johar. “Oh doakan Aku parah? Kecelakaan terus koma atau mampus gitu?” suara Alex terdengar serius.
            “Udah masih saja debat yang gak penting!” Adam menengahi. Johar diam memandang Alex dan Alex memilih melihat ke arah teman-teman yang lain. “Cepat sembuh Al, maaf kalau omonganku salah!” Kata Johar pelan. “Tidak apa-apa kok, Aku suka aja debat sama kamu, bermasalah sama kamu Jo! kayak dulu sebelum kita jadi teman.” Jawab Alex sambil tersenyum. “Gak sekalian berantem Aja kalian?” Rendy menambahkan. “Kamu tuh yang harusnya berantem” Roy kesal dengan celoteh Rendy. “Iya, kalau berantem sama kamu Aku mau Roy, Aku pengen mukul muka kamu yang menyebalkan itu” Kata Rendy terdengar kesal.
            “Heh, muka kamu tuh yang ngeselin, coba kamu ke terminal dan berkaca!” Roy tersulut emosi. “Eh, jangan ngotot gitu napa!” Rendy mendorong Roy pelan. “Haduh, sudah-sudah kenapa sih dalam kelompok ini gak pernah ada yang Akur? Tiap hari ribut aja!” Stella menengahi Roy dan Rendy. “Lucu ya kalian semua, kayak anak kecil” Vicky tertawa melihat ulah mereka. “Begitulah kak, kita semua selalu berdebat gak penting” kata Adam. “Tapi itu bagus loh, bisa memperkuat pertemanan, buktinya kalian solid banget meski selalu ada perdebatan yang gak penting! Terkadang cowok itu harus saling memukul biar mengerti perasaan masing-masing!”Kata Vicky menjelaskan.
            “Ya, tapi gak harus berkelahi kak!” Stella mengkerutkan alisnya. “Iya, eh ada yang gak pernah berdebat di kelompok ini kan?” kata Vicky sambil melirik Adam. “Pastilah kak, mana mungkin yang baru jadian berdebat dan bertengkar apalagi sebelumnya mereka juga gak pernah berdebat!” Kata Johar sambil tersenyum pada Adam. “Al, cepat sembuh ya! Biar kita cepat ditraktir Adam dan Stella. Mereka sudah jadian loh!” kata Rendy.
            “Heh yang bener?” Alex heran. “Kapan sih? Kok Aku yang terakhir tahu!” Kata Alex. “Tadi di sekolah Al, makanya jangan atraksi jatuh segala biar selalu update tentang hubungan kami” Kata Adam tersenyum. “Atraksi apaan, selamat deh pokoknya wajib traktiran!” Kata Alex yang bahagia mendengar Adam dan Stella jadian. “Makanya cepat sembuh!” Kata Stella sambil mencoba memijit betis Alex.
            “Al, kami pulang dulu ya! Masih ada kepentingan di rumah!” Adam berpamitan. “Loh? Kok buru-buru sih? Mama pasti bikin makanan untuk kalian” Alex memandang ke johar dan Adam bergantian. “Maaf Al, lain waktu aja ya… soalnya kak Vicky nanti malam udah kembali ke jakarta” Adam memastikan dirinya harus segera pergi. “Yaudah, makasih ya!” Alex tersenyum dan Akhirnya Adam Johar, dan Vicky keluar dari kamar Alex. “Stell, Aku pulang dulu ya!” Kata Adam berpamitan khusus ke Stella.
            Sesampainya di rumah, Vicky banyak bertanya mengenai teman-teman Adam dan Johar. Menurutnya mereka semua masih ke kanak-kanakan tapi seru juga. “Sebenarnya Aku paling gak betah di rumah, terlalu banyak kenangan dengan papa” Kata Vicky di sela obrolannya. “Kenapa Kak?” Tanya Johar prihatin. “Yah, di rumah ini Aku sering teringat papa, jadi Aku lebih suka di jakarta. Tapi setelah ada kalian berdua Aku malah malas mau ke jakarta” Suara Vicky melemah. “Yaudah jangan balik ke jakarta kak” usul Joihar Asal. “Enak aja, Sekolahnya mau ditinggal? Nanti bisa sejajar dengan Adam” Kata Vicky.
            “Yah, kapan-kapan kalian akan kuajak ke jakarta berjumpa dengan nenek di sana” kata Vicky bersemangat. “Heh, Jakarta yang sering di TV itu?” kata Johar senang. “dimana kamu tahu di TV ada jakarta? Kita kan jarang nonton TV dan hampir tak pernah” Kata Adam. “Yaelah, dulu saat di kampung Aku sering ngintipin rumah pak Joko buat nonton TV kak, meski hanya sekilas tapi Aku tahu itu jakarta” Kata Johar. “Hahaha, Kalian bener-bener ya! Jadi pengen ke banyuwangi!” Kata Vicky.
            “Iya, Aku juga kangen Mbak Yati” Johar merenung. “Nanti dek, kita pasti bertemu dengan Mbak Yati” Kata Adam menyemangati. “Loh? Kalian gak ngasih kabar?” Tanya Vicky. “Enggaklah, mau kasih kabar lewat apa? Ponsel kita gak ada!” Kata Johar. “Yaelah, Kalian gak ada Ponsel toh, padahal itu penting loh!” Kata Vicky.
            “Mau makan aja harus ngamen kak, Apalagi mau beli ponsel!” sungut Adam. “Yaudah, nanti kumintakan ke mama!” Kata Vicky. “Eh jangan kak… Gak usah!” Kata Adam. “Loh? Itu penting loh, kalau Aku ingin tahu kabar kalian gimana?” Vicky melihat Adam dan Johar bergantian. “Ya, nanti ajalah!” Adam pasrah. “Oia, Aku ingin sekali lihat kalian bermain gitar, katanya penghibur di cafĂ©?” Vicky meraih bantalnya.
            “Tiap malam Sabtu dan Minggu kami di cafe, tapi sayang kakak harus segera kembali” Kata Adam. “Yaudah, nanti di rekam ya! Terus kirim lewat email” Kata Vicky bersemanagt. “Email? Apa itu?” Johar bingung. “Oia, Aku lupa dikampung gak ada email ya? hehehe… nanti aja deh kujelaskan, Aku temui mama dulu Ok” Vicky keluar dari kamar Adam dan menuju Mamanya yang ada di ruang tengah.
            Tak berapa lama kemudian, Vicky masuk lagi dan mengajak Johar dan Adam jalan-jalan. “Dek Ayo ikut!” kata Vicky. “Kemana Kak?” Adam bermalas-malasan di kamarnya. “Ayolah, kalian semua harus ikut!” kata Vicky sambil menarik tangan Adam dan Johar untuk segera bangun. “Sebentar lagi maghrib loh!” Kata Johar sambil melihat jam dinding. “Sebentar aja, Maghrib kita sudah di rumah kok!” kata Vicky terdengar memaksa.
            Akhirnya mereka bertiga keluar dengan mobil menuju sebuah konter HP. “Mas, Hp ini berapa?’ Tanya Vicky. “Ini empat ratus mas, dan yang satunya lima ratus” Kata Penjaga Konter. “Boleh kurang nggak?” Vicky menawar. “Buat siapa sih?” Adam bertanya.
“Yah buat kalian lah, kalian itu harus punya ponsel meski ponsel biasa kayak punyaku!” kata Vicky. “Eh, gak usah kak!” kata Adam dan Johar hampir bersamaan. “Sudah, ini juga dari mama kok!” jawab Vicky.
            Johar dan Adam hanya bisa menerima, meski ada keraguan namun Vicky terus meyakinkan mereka. “Yaudah mas, bagaimana kalau semua delapan ratus ribu? Kalau boleh sih, kalau enggak kita cari ditempat lain aja” Vicky menawar dua ponsel bekas di etalase. “Yaudah mas, boleh aja… nanti kalau ada keluhan bisa diantar kesini lagi, garansinya satu bulan mas, gimana?” penjual itu balik bertanya. “Ok, deal ya mas!” kata Vicky sambil memeriksa ponsel-ponsel itu.
            Vicky juga membelikan kartu perdana untuk Johar dan Adam dan nomor keduanya langsung disimpan di ponselnya. Hingga Akhirnya suara adzan maghrib berkumandang, “Sudah Adzan, kita pulang yuk” Vicky mengajak mereka pulang ke rumah. Di rumah ketiganya sholat berjamaah, dan ini kali pertama Johar dan Adam sholat berjamaah. Hingga tiba waktu bagi Vicky untuk segera pulang ke jakarta. Tepat pukul 8 malam Vicky diantar ke bandara.
“Ini kali pertama Aku meninggalkan surabaya dengan berat hati!” kata Vicky memandang mamanya. “Kanapa sayang?” Mama Vicky memegang pipinya. “Karena mereka berdua ma, Aku punya saudara dan Aku masih menginginkan bersama mereka!” Vicky tampak sedih dan berat meninggalkan Mereka. “Tenang kak, kita tidak akan kemana-kemana kok, liburan langsung pulang aja kak!” kata Adam terdengar ramah. “Sampai jumpa ya dek!” Vicky memeluk Adam. “Eh, Jo… Tinggallah di rumah! Bagaimana pun kamu juga saudaraku!” Vicky tersenyum pada Johar. “Insyallah kak, dalam waktu dekat Aku akan tinggal disana! Terimakasih ya kak!” kata Johar sambil membalas senyuman Vicky. Vicky pun memeluk Johar dan berpamitan.
            “Sampai Jumpa di liburan smester ya!” kata Vicky dan langsung masuk ke dalam bandara. Vicky terus melihat ke arah mereka sambil terus tersenyum hingga akhirnya Vicky benar-benar harus masuk. “Yaudah, ayo pulang… besok kalian harus ke sekolah kan?” kata Mama Adam. “Iya Ma, besok malam kami juga harus pulang ke kontrakan! Dan bulan depan kami akan tinggal bersama mama!” Kata Adam.
            “Janji ya, bulan depan kalian harus tinggal bersama mama, Jo juga harus mau tinggal dengan tante!” Mama Adam tersenyum ke Johar. “Insyallah tante” Kata Johar. “Sebenarnya ada permintaan dari tante untuk Johar” Kata Mama Adam. “Apa itu?” Johar bertanya. “Aku ingin kamu juga memanggilku mama! Anggap Aku jadi mamamu Jo!” Kata mama Adam terdengar sangat memohon. Mendengar itu Adam dan Johar bertukar pandang dan tersenyum. “Aku gak pernah terfikirkan untuk memiliki mama lagi, Aku gak tahu Papaku dimana dan mama kandungku sudah meninggal, tapi bagaimana pun juga tante sudah kuanggap Mamaku sendiri.” Kata Johar tersenyum.
            “Jangan selalu bersedih Jo, kehidupan itu tidak ada yang tahu, yakinlah kehidupan selalu berputar dan Tuhan tidak pernah tidur dan bosan melihat hambanya! Mulai sekarang panggil Aku mama Ya!” Mama Adam membuka tangannya untuk menerima pelukan dari Johar. Johar ragu dan hanya tersenyum, Namun Mama Adam langsung memeluk Johar dan mengelus kepala Johar. “Kalian semua anak-anak Mama, jangan pernah berpisah lagi ya nak!” Mama Adam meraih adam untuk berpelukan bersama.
            Akhirnya Johar juga mendapatkan seorang Mama, meski mama angkat namun Johar sangat bahagia. Adam pun juga mendapatkan kebahagiaan yang datang bertubi-tubi, bertemunya dengan saudara kembarnya, Mendapatkan cinta Stella, dan sekarang Adam senang mendengar bahwa mamanya juga menganggap Johar sebagai anaknya. Namun, Masih ada masalah yang harus diselesaikan oleh Johar, masalah Alex dan Nico dan Juga mencari keberadaan Ayahnya. Bagaimana kelanjutannya, Baca  Mengejar Masa Lalu 08 J
            :: Mohon Like dan Komennya ya!!! Doakan penulis bisa menyelesaikan cerbung ini yang sudah tinggal 3 part lagi::