Prinsip
memang harus dipegang teguh, sampai akhir hingga ajal menjemput. Ini kisah
seorang pemuda berumur 20 tahun yang selalu menjaga prinsipnya. Dia adalah
Faris dengan prinsipnya yakni “Persabatan
tidak boleh dikotori oleh Cinta”. Baginya prinsip itu adalah harga mutlak
demi kebaikan dirinya dan orang lain.
Ntah
berapa kali Faris menjauhi beberapa temannya, Faris selalu menjauhi mereka jika
mereka mengatakan Cinta atau sekedar memberi isyarat pada Faris. Faris memang
pemuda yang egois, egois bagi kebanyakan orang. Namun baginya dia hanyalah
orang yang selalu memegang prinsipnya. Hingga suatu hari Faris mendapatkan
ujian akan keteguhan prinsipnya. Prinsip yang telah banyak mengecewakan
orang-orang yang mencintainya.
***
Seperti
biasa Faris selalu menghabiskan waktu senggangnya untuk tidur siang, namun
siang itu Faris mendapat telefon dari sahabatnya bernama Ciko, Ciko adalah
sahabat Faris sejak delapan bulan yang lalu dan mereka berdua sama-sama akan
menghadapi wisuda dua minggu lagi. Dengan suara masih berat Faris menjawab
panggilan telfon Ciko.
“Hem… ada apa Cik?”
“Shit… Capek
Aku Bilangin kamu Ris, Panggil aja Iko” Ciko terdengar marah, namun Faris
membalasnya dengan canda tawanya. Ciko memang sangat tidak suka jika Faris
memanggilnya dengan kata Cik, baginya kata Cik adalah panggilan untuk chinese
dalam artian nyonya.
“Maaf Tuan Iko Ssi, saya hanya bercanda dan seperti biasa
saya berhasil membuat alismu mengkerut, hem… ada perlu apa ko?” tanya Faris
tentang alasan Ciko menelfonnya.
Ciko
mengutarakan maksudnya, yakni dia ingin mengajak Faris untuk menghadiri pesta
ulang tahun Boy Friend Ciko. Tentu
saja Faris mengiyakan ajakan Ciko, karena saatnya bagi Faris untuk memperbaiki
hubungan dengan mantannya. Ya… BF Ciko adalah Mantan Faris, dan setelah
bertahun-tahun berhubungan dengan Faris Akhirnya Hubungan yang dimulai dari
hubungan persahabatan berakhir gara-gara salah satu dari mereka tersakiti. Sejak
saat itulah Faris membentuk prinsip baru dalam hidupnya, prinsip yang membuat
dirinya terlihat sangat egois.
Waktu
sudah menunjukan pukul 18:00, Faris pun sudah siap di depan kosnya menunggu
Ciko datang menjemput. Hingga beberapa menit kemudian Ciko datang dengan
mobilnya. Suara klakson di depan gerbang sebagai isyarat bagi Faris. Faris pun
langsung bergegas menuju mobil Ciko.
“Aku tidak harus membawa hadiah kan?” tanya Faris saat
membuka pintu mobil.
“Aku juga tidak membawa hadiah Ris… hahahaha”, Kata
Ciko dan diakhiri tawanya.
“Loh? Kok gitu? Ayo Ko cari hadiah dulu. Masak kita
berdua tidak ada yang membawa kado.”
“Tenang Ris, Aku sudah bawa kado kok, Kamu adalah
kadonya dan si Kado juga tidak boleh bawa Kado” lagi-lagi Ciko tertawa.
“Ah… Ribet penjelasanmu. Yaudah Aku ikut kamu saja”
kata Faris dan langsung duduk disamping Ciko.
Ciko
memang pemuda yang sangat lucu, baginya keceriaan didepan umum adalah harga
mutlak. Ciko memang tidak pernah terlihat bersedih meski pernah kecewa dengan
sikap Faris dulu, karena Faris yang tetap dengan prinsipnya pernah menolak Ciko
dan menghindari Ciko. Namun Ciko tidak patah semangat, dia masih memperjuangkan
persahabatannya dengan Faris, dan berusaha mengubah perasaannya terhadap
sahabatnya tersebut.
“Ris, Terimakasih ya… “, Ciko tersenyum sambil terus
fokus menyetir.
“Untuk apa?”, Faris memandang Ciko dan langsung
mengerutkan alisnya ketika melihat Ciko tersenyum sendiri.
“Untuk semuanya, untuk persahabatan kita, untuk
delapan bulan terakhir dan untuk malam ini” jawab Ciko.
“Hem… Aku juga ingin bilang terimakasih banyak kamu
memang teman dan sahabatku paling baik Ko”. Faris tersenyum pada Ciko dan
mereka pun melanjutkan perjalanan menuju rumah Mike.
*******
Di
sebuah komplek perumahan yang mewah, Ciko berhenti tepat di rumah yang sedang
riuh dengan suara alunan musik. Terlihat beberapa mobil terparkir berdekatan
disekitar rumah itu. Ciko dan Faris pun keluar dari mobil menuju rumah itu.
“Ko, Ramai banget” celetuk Faris ketika memasuki
gerbang.
“Sepertinya memang begitu, ini pesta ulang tahunnya
yang terakhir yang dirayakan dengan teman-teman kampusnya”, jawab Ciko sambil
terus berjalan mendampingi Faris.
Tepat
di depan pintu rumah terlihat sosok laki-laki yang sudah tidak asing lagi bagi
mereka berdua. Dia adalah Mike seorang pemuda berumur 20 tahun yang mengadakan
pesta ulang tahunnya. Mike memang pemuda yang sangat tampan dan kaya, apapun
yang diinginkannya selalu dapat dipenuhi oleh kedua orang tuanya, termasuk
mengadakan pesta yang sangat meriah untuk memperingati kelahirannya.
Ketika
melihat Ciko, Mike langsung tersenyum dan mimiknya berubah ketika melihat
Faris. Wajah putihnya langsung berubah menjadi kemerahan, dan terlihat sangat
canggung.
“Ciko, Semua sudah datang dan kamu orang spesial yang
datang paling akhir” Tukas Mike memandang Ciko.
“Ngaco… Terdengar yang lain tau rasa kau”, tukas Ciko
sambil mencubit perut Mike.
“Hai, selamat ulang tahun mike”, kata Faris menjulurkan
tangannya ketika Mike melihatya dengan ragu.
“Hai, ternyata kejutan itu adalah kamu Ris…
terimakasih sudah datang ke pesta ini, dan maaf sebelumnya kalau…”, kata Mike
dan langsung terpotong oleh Faris.
“Sudahlah, semua sudah berlalu… ngomong-ngomong sampai
kapan kita di depan pintu?” kata Faris sambil tertawa pelan.
Akhirnya
mereka bertiga masuk ke ruang tengah berkumpul bersama teman-teman kuliah Mike.
Tidak ada seorang pun yang Faris kenal di ruangan itu, namun hampir semua
pasang mata melihat ke arahnya. Faris mencoba bersikap sewajar mungkin dan
tersenyum pada mereka semua.
Lampu
mulai redup, Acara inti segera dimulai. Mike langsung memposisikan dirinya
ditengah ruangan dan seketika kue tar yang diatasnya ada lilin berangka 20
menghampiri Mike. Suara alunan musik berubah menjadi alunan piano yang
memainkan lagu selamat ulang tahun. Semua tamu pun ikut bernyanyi dan akhirnya
mike meniup lilinnya.
Ciko
berada disekitar Mike dan pastinya di samping Mike adalah kedua orang tuanya.
Setelah acara potong kue kedua orang tua Mike pamit ke lantai dua dan
membiarkan putranya beramah tamah pada tamu-tamunya.
Saat
Ciko mulai sibuk mengobrol dengan teman-teman Mike, saat itu juga Faris merasa
sendirian di ruangan itu. Meski Ciko meninggalkan Faris, namun Faris tetap
berusaha menikmati suasana pesta di ruangan itu. Faris menjelajah ruangan itu
mengambil segelas minuman yang sudah disediakan.
Namun
Faris terkejut ketika seorang pemuda menghampirinya dan langsung tahu nama
Faris.
“Faris ya?” kata pemuda itu.
“Eh, Iya… Apa kita pernah jumpa?” Faris berusaha
membuka memorinya mencari gambaran pemuda itu.
“Kenalkan nama saya Joy, sebelumnya kita memang belum
pernah jumpa dan saya tahu tentang kamu dari Mike” jawabnya sambil tersenyum.
“Hemmm… jangan bilang kalau kamu itu…” Faris memotong
kalimatnya. Joy langsung tersenyum dan bertingkah melihat semua orang di pesta.
“Faris, feeling
kamu memang selalu tepat, dan itu terbukti dari putusnya kamu dengan Mike
dulu”, lagi-lagi Joy tertawa.
“Hahaha… bisa saja, well kenapa gak kumpul dengan mereka” kata Faris menunjuk Arah Mike
dan Ciko.
“Kamu sendiri bagaimana? Aku lihat kamu mulai awal datang
sepertinya sudah tidak nyaman berada disini” Kata joy sambil menujuk Faris.
Saat
Faris tersenyum, Joy langsung mengajaknya menuju halaman samping rumah Mike.
Faris mengikuti Joy ke samping rumah dan duduk di sebuah bangku taman. Saat Joy
mengeluarkan sebungkus rokok, Faris langung mengatakan bahwa dia tidak suka
berdekatan dengan orang yang merokok dan pamit untuk masuk kedalam.
“Sorry, gak jadi merokok deh” kata Joy.
“Silahkan saja, Aku tidak pernah melarang orang
merokok.” Jawab Faris sambil tersenyum.
“Gak jadi, Aku hanya ingin menemanimu saja, karena aku
tahu kamu itu tidak kenal dengan mereka yang di dalam” jawab Joy sambil meneguk
minumannya.
Obrolan
pun mengalir begitu saja. Faris merasa ada perasaan lain yang akan tumbuh
nantinya jika mereka berdua semakin akrab. Namun perasaan itu hanyalah sebatas
suka pada Joy. Suka bagi Faris berbeda dengan Cinta, Suka baginya adalah
pondasi mau dibawa kemana rasa suka itu. Ada dua kemungkinan, Cinta dan Kagum.
Namun kali ini, Faris merasa, rasa sukanya akan mengalir dan berakhir pada rasa
cinta kepada Joy.
Waktu
semakin lama semakin larut, dan beberapa tamu sudah pulang. Hingga akhirnya
Ciko datang menghampiri Faris di halaman samping.
“Hei, Kamu kok disini Ris?”
“Tanya dirimu aja Ko, kenapa kamu lupa sama orang yang
kau bawa kemari”
“Hahahaha, Aku tadi mencari kamu, tapi kamu tidak ada
didalam ruangan dan akhirnya teman-teman mengalihkan semuanya, termasuk dirimu.
Maaf ya Ris”
“Tidak apa Ko, Faris mulai tadi tidak sendiri kok,
Mulai tadi kita berdua ngobrol bersama” Sela Joy saat Ciko meminta maaf pada
Faris.
“Terimakasih Joy, Si Faris ini orangnya memang gitu
sulit untuk membaur. Dan sekali lagi maaf ya Ris”
“Iya, tapi…” jawab Faris sambil melihat ke ruang
tengah.
“Tapi apa?”
“Aku laper, dan Saat di dalam Aku tidak makan
Hidangannya, tolong ambilkan ya Ko” Kata Faris sambil tersenyum memohon pada
sahabatnya.
“Ok boss, santapan segera datang” jawa Ciko dan
langsung menuju ruang tengah.
Sesaat
semua hening diantara Joy dan Faris. Hanya ada suara Motor dan Mobil para tamu
yang sudah pergi menjauh dari rumah. Faris masih memikirkan akan perasaannya
pada Joy. Faris merasa nyaman saat mengobrol dengan Joy, Namun konsentrasinya
buyar oleh pertanyaan Joy tentang Ciko.
“Ris, sepertinya kamu dan Ciko memang benar-benar
dekat ya. Sepertinya asyik tuh hubungan persabatan kalian” kata Joy.
“Iya, Ciko memang satu-satunya sahabatku yang tersisa”
jawab Joy datar.
“Yang lain kemana?” Joy memandang Faris.
“Yang lain Aku hindari, dan semua itu gara-gara
Prinsip yang kupegang” kata Faris semakin datar.
“Wah… ada yang ngomongin prinsip nih… Mau prinsip atau
makan?” Kata Ciko sambil melihat ke arah Faris.
Terlihat
Ciko tidak sendiri, Mike menyusul ke halaman Samping dengan membawa makanan.
Joy langsung berdiri dan izin untuk mengambil minuman untuk mereka di dalam. Faris
langsung menerima makanan dari Ciko dan mengajak Ciko untuk duduk.
“Aku tidak diajak duduk?” tukas Mike yang berdiri
disamping Ciko.
“Apaan, Kamu kan yang punya rumah, So silahkan duduk saja. Hahaha” Faris
sengaja membuat suasana tidak kaku.
“Tapi… Aku mau juga disuruh duduk oleh kamu Ris” kata
Mike sambil duduk di bangku taman.
“Halah, Pangku saja pada Ciko. Ko, Pangku Mike” kata
Faris sambil tersenyum.
“Biasanya Aku yang Sering dipangku Ris” kata Ciko
sambil tertawa melihat Mike.
Saat
mereka bertiga mulai ngaco akhirnya Joy datang dengan membawa minuman dingin.
Malam itu memang malam yang menyenagkan bagi mereka berempat. Malam yang
membahagiakan bagi Faris, karena dapat membuang rasa amarah dari masalah yang
timbul saat bersama Mike dulu. Faris lebih suka melihat Ciko bahagia bersama
Mike, baginya kebahagiaan seorang sahabat adalah segala-galanya.
****
Seminggu
berlalu setelah pesta itu, Faris memiliki teman telfon dan SMS yakni Joy. Joy
sangat inten menghubungi Faris, dan Akhirnya Faris memilik suatu hasrat pada
Joy, perasaan Cinta pada Joy. Namun Faris tidak memiliki keberanian untuk
mengungkapkannya. Ketika ada kesempatan Joy mengajak Faris untuk makan di
sebuah café. Faris pun menyetujuinya dan bertemu disebuah café yang menjadi
tempat favorit Faris.
“Ris, Aku masih penasaran dengan prinsip kamu” kata
Joy.
“Banyak prinsip yang kupegang Joy, Prinsip yang mana
yang membuat kamu penasaran?”
“Prinsip yang dapat menjauhkan kamu pada
sahabat-sahabatmu”
“oh, Aku itu paling anti menjalin hubungan dengan
sahabat, bagiku hubungan persahabatan kalau ada rasa cinta nantinya
persahabatan itu akan hancur mengikuti hancurnya cinta itu”
“Bagitu ya? Kalau memang itu prinsipmu Aku tak mau
menjadi sahabatmu”
“Kenapa?” tanya Faris.
“Aku takut nantinya Aku jatuh cinta padamu. Hahahaha”
Joy langsung tertawa.
Saat
Joy mengatakan hal itu, Faris merasa sangat senang. Faris memang memiliki rasa
pada Joy, namun menunggu moment yang tepat untuk mengungkapkannya. Faris
memutuskan untuk mengungkapkan perasaannya saat Wisuda mereka berdua. Meski
mereka beda fakultas namun mereka akan Wisuda hari dan tempat yang sama, dan
saat itu Juga Faris berencana akan mengatakan semuanya pada Joy.
****
Beberapa
hari berlalu, saat Faris mempesiapkan semua keperluan Wisudanya yang akan
dilaksanakan dua hari lagi, ada panggilan masuk dari nomor tak dikenal. Dengan
santai Faris mengangkat telfon itu.
“Halo, siapa?” kata Faris.
“Faris?”
“Iya siapa?”
“Kamu tidak perlu tahu siapa diriku, yang perlu kau
tahu adalah sebuah kebenaran yang tidak pernah kau ketahui. Bagaimana mungkin
insting seorang Faris bisa dikelabuhi dan tidak dapat mencium kebenaran yang
ada”
“Halo, maksudnya apa ya? Dan kamu ini siapa?”
“Dengar… Mike kekasih sahabatmu itu tanpa
sepengetahuan Ciko dia bermain dibelakangnya” kata orang itu.
“Maaf, saya tidak ada waktu untuk mengurusi urusan
mereka” kata Faris sambil menutup sambungan telfonnya. Faris langsung memutar
memorinya, mengingat tingkah laku Mike dan Ciko saat di pesta ulang tahun.
Menurutnya hubungan Mike dan Ciko tidak ada yang janggal, Mike seperti
benar-benar menyayangi Ciko.
Berkali-kali
nomor yang tidak dikenal menghubungi Faris. Namun Faris tidak lagi menggubrisnya
hingga beberapa menit berlalu masuklah sebuah pesan.
“Kamu
tidak ingin tahu siapa yang menjadi selingkuhan Mike? Kalau begitu sebagai
hadiah Wisuda kamu, Kuberikan suatu rahasia kecil. Mike dan Joy adalah sepasang
kekasih dan itu sudah berjalan hampir dua bulan yang lalu”
Saat
tahu selingkuhan Mike adalah Joy, Faris langsung gemetar dan hancurlah sudah
harapannya untuk bersama Joy. Berkali-kali Faris mencoba menghubungi nomor yang
mengirim pesan teks itu, namun hasilnya nihil. Nomor itu sudah tidak aktif
lagi.
Malam
itu Faris tidak dapat tidur dengan tenang lagi. Terlalu banyak yang ia
pikirkan, diantaranya adalah tentang hubungan Joy dan Mike. Faris mengingat
masa lalunya dengan Mike. Hubungan mereka berakhir gara-gara Mike selingkuh
dengan orang lain. Mike memang terkenal sebagai playboy atau lebih tepatnya
sebagai maniak sex. Mengingat hal itu membuat Faris marah dan tidak sengaja
membanting ponselnya sebagai pelampiasan amarahnya.
Keesokan
harinya, Faris sudah lebih tenang dan meraih ponselnya yang hancur berantakan
di lantai. Faris mencoba merakit kembali ponselnya dan meski banyak retakan
namun ponselnya masih dapat berfungsi. Tidak ada pesan baru lagi yang masuk,
dan akhirnya Faris memutuskan untuk mandi dan langsung menuju kampus guna
mempersiapkan Wisuda keesokan harinya.
Dari
pagi hingga sore hari Faris disibukan dengan persiapan wisuda, membuat dirinya
sejenak melupakan perasaannya yang hancur. Dan ketika dia makan disebuah resto masuklah sebuah pesan teks di
ponselnya. Pesan itu ternyata dari Joy.
“lebih
dari 24 jam tidak ada kabar dari kamu membuat Aku khawatir tentang dirimu. Lagi
ngapain Ris?”
Faris tidak langsung membalas pesan itu, karena dai ingin
langsung menghubunginya via telefon. Faris ingin mendengar suara Joy walau
hanya sekali saja.
Saat
tiba di kosan, Faris langsung menelfon Joy, seperti biasa Joy dengan nada yang
ceria menyambut suara Faris.
“Halo Ris, wah sesibuk itukah yang mau wisuda esok
pagi?” kata Joy diujung telfon.
“Hahaha… Biasa aja Joy, sibuk mencari penginapan untuk
orang tua. Karena sebentar lagi orang tua akan datang ke kota ini. Bagaimana
dengan kedua orang tua kamu?” tanya Faris.
“Mama dan Papa sudah ada dipenginapan sejak sore tadi,
ya… sepertinya mereka sekarang lagi istirahat disana.”
“Oh, syukurlah Joy” Kata Faris datar.
“Tidak seperti biasanya? Stress mau Wisuda besok ya?”
“Eh… nggak Joy. Masih bisa ceria kok. Hem… boleh tanya
sesuatu nggak?” Faris ragu-ragu mengutarakan pertanyaannya.
“Tanya aja Ris, mumpung satu pertanyaan gratis nih. Hahaha”
“Wah, syukurlah… Aku mau tanya kamu punya hubungan
khusus nggak dengan Mike?”
Sejenak hening. Joy diam dan tidak ada jawaban
darinya. Faris juga terdiam menunggu jawaban dari Joy atas pertanyaannya itu.
“Joy?” Faris memastikan Joy masih ada disambungan
telefonnya.
“Akhirnya… Pertanyaan yang itu muncul. Baiklah… Aku
akui kalau aku memang ada hubungan dengan Mike dan itu sudah berjalan dua bulan
lebih.” Kata Joy sambil mendengus.
“Oh, ternyata benar apa yang dikatakan orang itu, tapi
kamu tahu kan kalau Mike menjalin hubungan dengan Ciko?”
“Iya, saya tahu kok. Dan itulah bodohnya diriku, mau
menerima Mike saat dia masih menjalin hubungan dengan yang lain. Aku sudah
bilang padanya Aku siap mundur kapan saja kalau dia memang lebih memilih Ciko”
“Kasihan Ciko” kata Faris datar.
“Aku juga merasa tidak enak dengan Ciko, tapi
bagaimana lagi… Aku bingung.”
“Itu urusanmu Joy. Semoga kamu bisa bahagia dengan
Mike. Oia… sampaikan salamku untuk Mike”
“Salam apa Ris?”
“Bilang pada Mike, Jadilah laki-laki yang bertanggung
jawab. Suruh Mike mengatakan sebenarnya pada Ciko, karena Aku tak mungkin
mengatakan itu padanya. Oia sampai disini dulu obrolannya lain waktu kita
lanjut ya. Soalnya Orang tua sudah menghubungiku Joy.” Faris terdengar ingin
cepat-cepat mengakhiri saluran telefonnya dengan Joy.
“Ok Ris, nanti Aku sampaikan, hati-hati ya!” Jawab Joy
sebagai akhir dari sambungan telefon.
*****
Suara
alarm yang diseting pukul 05:00 membangunkan Faris dari tidurnya. Kini Faris
lebih tenang setelah semalam mendengar langsung dari Joy. Meski dia merasa
pupus akan harapannya, namun baginya yang seharusnya lebih sakit adalah Ciko.
Saat semua
sudah siap, Faris langsung menjemput kedua orang tuanya di hotel. Membawa mereka
berdua ke gedung tempatnya akan di Wisuda. Di lahan parkir, Faris bertemu
dengan sahabatnya yakni Ciko.
“Wah, Tambah ganteng aja Ris”
“Kamu juga begitu Ko, pantas dengan Toga itu” kata
Faris sambil tersenyum.
Kedua
orang tua Faris berkenalan dengan kedua orang tua Ciko, mereka berenam langsung
menuju halaman Gedung.
“Ma, pa. tunggu di sini ya…” Kata Faris sambil mencium
tangan Mama dan papanya. Ciko pun juga melakukan hal yang sama pada orang
tuanya. Kemudian mereka berdua bersama-sama masuk kedalam Aula.
Ribuan
mahasiswa berbagai Fakultas dan jurusan berkumpul jadi satu menempati kursi
yang sudah disediakan. Faris berkumpul dengan kelompoknya begitu juga dengan
Ciko. Mereka berdua menunggu giliran masing-masing. Hingga akhirnya giliran
Faris tiba. Faris sangat bahagia ketika seorang rektor menyematnya sebagai
Seorang sarjana. Jerih payahnya selama 4 tahun terbayarlah suda.
Faris
langsung duduk lagi ditempatnya, dengan wajah yang berseri-seri dia mencoba
mengirim SMS pada kedua orang tuanya.
“Pa,
Faris sudah diwisuda. Dan sebentar lagi Acara selesai. Mama dan papa tunggu
dihalaman ya!”
Saat
semuanya selesai, akhirnya para wisudawan diperbolehkan keluar dari Aula. Faris
mencari kedua orang tuanya. Faris berlinang air mata ketika melihat mamanya
memeluknya dengan erat.
“Selamat ya nak, mama bangga padamu.”
“Terimakasih ma, kalau bukan dari keringat mama dan
papa tidak mungkin Faris menyelesaikan Studiku ini”
“Papa juga bangga padamu nak. Yah… masak cowok nangis?
Hapus dulu air matamu Ris sebentar lagi kita foto bareng” kata Papa faris
meledeknya.
Tiba-tiba
Ciko dan keluarganya datang bergabung dengan keluarga Faris. Melihat Ciko Faris
langsung memeluknya dan itu merupakan pelukan terakhir untuknya.
“Ris, terimakasih ya… Terimakasih atas semuanya
termasuk persahabatan kita. Dan terimakasih juga kamu telah menyuruh dia
mengatakan sejujurnya padaku. Meski Aku sakit hati, namun Semua terobati oleh
hangatnya seorang sahabat sepertimu.” Kata Ciko panjang lebar.
“Ssst… ngomong apa sih?” kata Faris memberi kode pada
Ciko.
“Hahaha… ayo foto bareng” Ciko tertawa.
****
Hari
itu adalah hari terakhir Faris bertemu dengan Ciko. Dan terakhir kalinya
bertemu dengan Joy. Joy yang dapat menarik hatinya setelah bertahun-tahun karena
tidak ada seorang laki-laki yang mampu memikatnya lagi. Namun pertemuan itu
hanyalah pertemuan seorang teman biasa yang saling berjabat tangan memberikan
ucapan selamat atas Wisudanya masing-masing.
Faris
sudah lebih dewasa, baginya masih banyak tantangan yang harus dihadapinya
kedepan nanti. Baginya tidak ada yang dapat membuatnya hancur dan terpuruk
apalagi tentang cintanya, cinta kaum minoritas.
Didalam
Mobil, Faris tersenyum sendiri dan membuka penutup batrei ponselnya. Faris
mengambil kartu didalamnya dan membuang semua kenangannya di kota itu. kota
yang akan menjadi kenangan yang terkubur. Sahabat, mantan, dan orang-orang
spesial lainnya hilang bersama kartu selulernya.
::SEKIAN::
Cerita ini hanyalah Fiktif belaka, dan tidak mungkin
ada kesamaan nama tokoh dan kejadian. :D