Saturday 12 January 2013

Mengejar Masa Lalu 03


Alhamdulillah sampai saat ini Aku masih tepat waktu menerbitkan Cerbung ini, dan Buat pembaca meski tidak meninggalkan komentar saya ucapkan terimakasih. Di Mengejar Masa Lalu Part 2 Adam dan Johar tinggal di rumah Yudi dan Nico yang berprofesi sebagai pengamen. Atas bantuan Yudi Akhirnya mereka berdua juga mendapatkan kesempatan bersekolah. Namun Apa yang terjadi setelah ini? Silahkan baca kelanjutannya di Mengejar Masa lalu Part 03 berikut ini.
Sekolah Baru dan Alex and the genk
            Senin Pagi Johar dan Adam sudah rapi menggunakan seragam putih abu-abu mereka. Terlihat perbedaan pada seragam mereka berdua, Seragam Johar lebih putih dan bersih karena mereka baru membelinya di pasar. Berbeda dengan Adam yang memakai seragam bekas sekolah di banyuwangi dulu yang warnanya sudah memudar dan agak kecoklatan.
            Johar melihat perbedaan itu dan merasa iba pada Adam. “Kak, kenapa sih kakak tidak membeli yang baru lagi?” Kata Johar sambil melihat Adam yang merapikan bajunya. “Buat apa? Yang penting berseragam kan?” jawab Adam santai. “Ya… tapi Aku merasa gak enak karena hanya Aku yang memakai seragam baru ini” Kata Johar dengan nada tak enak. “Dek, Aku sudah merasakan memakai seragam putih abu-abu baru, dan kamu belum pernah sama sekali, jadi sudah sepantasnya kamu memakai seragam itu” jawab Adam sambil memegang pundak Johar.
            “Sebentar, dengan seragam itu kamu terlihat semakin dewasa dek” Tambah Adam sambil melihat seluruh tubuh Johar yang berbalut seragam SMA. “Ah, bisa aja nih bikin GR! Hmmm… Semakin ganteng kan kak?” Jawab Johar sambil berkaca. “Lumayanlah, tapi masih jauh dibanding denganku. Hehehe” Jawab Adam sambil tertawa. “Ok, di SMA nanti kita bersaing, siapa yang cepat mendapatkan cewek adalah pemenangnya” Tantang Johar sambil merapikan rambutnya. “Eh, jangan lupa tujuan kita sekolah adalah mencari Ilmu dan jangan lupa dengan harapan Bu Sarah” Kata Adam dengan nada serius. “Hahaha, iyalah… jangan khawatirkan itu kak, Kita Akan bersaing dalam prestasi juga!” Johar memandang Adam dengan mantap. “Yaudah, ayo kita keluar sambil nunggu Mas Yudi di ruang tamu” Ajak Adam dan dia pun keluar dari kamar.
            Di ruang tamu Nico sedang santai dan memainkan gitarnya. Adam mendekati Nico dan melihatnya bermain gitar. “Nic, kapan-kapan ajari Aku main gitar ya!” kata Adam yang terlihat kagum dengan permainan Nico. “Boleh kak, nanti kuajari!” jawab Nico. “Aku juga Nic” Johar menambahkan dan bergabung di ruang tamu. “Nah, tambah satu lagi muridmu Nic!” kata Adam sambil menunjuk Johar.
            “Ok, Nanti kita belajar bersama, tuh Mas Yudi sudah siap” Jawab Nico sambil menunjuk Yudi yang berdiri melihat mereka. “Ayo berangkat!”, kata Yudi singkat sambil memegang gitarnya. “Sukses ya!” kata Nico ketika melihat Adam dan Johar keluar dari rumah.
            Yudi mengantar Johar dan Adam menuju sekolah yang akan menjadi tempat menimba ilmu bagi mereka berdua. Ketika turun dari angkot, Adam langsung membayar ongkosnya dan berkata pada Yudi, “Kali ini kita yang bayari mas!”. Yudi tertawa dan menyuruh mereka berdua segera masuk. “Baiklah, Aku harus ke terminal dulu, Aku harap kalian ingat jalan pulang” jawab Yudi sambil menyebrang jalan menunggu Angkot di sebrang jalan.
            Adam dan Johar hanya tertawa dan langsung menuju gerbang sekolah. Di atas gerbang bertuliskan SMA Harapan Sentosa, dan Mereka berhenti di depan gerbang melihat tulisan itu. “Bismillahirromanirrohim” Kata Adam sambil memasuki gerbang. Terlihat beberapa siswa berkeliaran di sekolah, dan ada beberapa dari mereka memakai jaket menutupi seragam mereka.
            Adam langsung menuju kantor kepala sekolah untuk menemui Ibu Ana sesuai anjuran Bu Sarah. Adam mengetuk pintu dan Ibu Ana langsung menyapa mereka berdua, “Kalian pasti Adam dan Johar ya? Silahkan duduk” kata Bu Ana. “Terimaksih Bu, saya direkomendasikan oleh Ibu sarah untuk datang ke sekolah ini” jawab Adam dengan sopan santun. “Saya sudah tahu, Apa kalian bawa berkas-berkasnya?” kata Bu Ana. “Iya Bu, kami bawa berkas-berkasnya, Ini berkas-berkasnya” kata Adam sambil menjulurkan Ijazah SMP mereka berdua. “Oh, Adam lulusan tahun lalu ya? Sedangkan Johar baru kemarin lulus…. Nilai kalian lumayan bagus, oia… Adam membawa raport?” tanya Bu Ana.
            “Ada bu” Adam pun merogoh tasnya dan mengeluarkan raport kenaikan SMAnya dulu. “Kamu seharusnya sudah berada di kelas dua Dam, nilai kamu lumayan dan Raport ini juga sudah ditandatangani di belakang. Pasti wali kelas kamu cerdas membiarkan kolom perpindahan kosong dengan stempel dan tanda tangan sekolah, jadi kamu bisa langsung masuk ke kelas dua.” Kata Bu Ana sambil membolak-balikan lembar demi lembar raport Adam.
            “Apa? Aku bisa langsung masuk kelas dua?” tanya Adam memastikan. “Iya… Johar mulai dari awal di kelas satu dan kamu di kelas dua” jawabnya. “Maaf bu, bisakah Aku memulainya dari awal seperti Johar?” Tanya Adam memelas. “Bisa, tapi sayang kan waktu kamu terbuang?” jawab Bu Ana. “Tidak masalah bu, Aku mau menemani Johar dari awal lagi” jawabnya sambil tersenyum
            “Kak, mending langsung masuk kelas dua aja” Kata Johar berbisik. “Yaudah, kalian masuk dari awal lagi dan sebagai SISWA baru di SMA ini, semoga kalian sukses dan menjadi siswa berprestasi” kata Bu Ana dan mengajak mereka untuk melihat sekolah. Mereka berjalan mengikuti Bu Ana dari belakang, dan ketika berada di koridor kantor, Bu Ana berhenti dan menyuruh mereka berdua berkeliling di lingkuangan sekolah.
            “Wah…. Apa benar ini sekolah Swasta?” Tanya Adam keheranan. “Iya kak, Ini sih sekolah bagus, lihat lapangan Basket, ada perpustakaannya juga” Kata Johar sambil menunjuk lapangan basket dan perpustakaan. “Bener dek, fasilitasnya lengkap, ayo kita keliling dulu” Kata Adam mengajak Johar berkeliling. Banyak hal yang membuat mereka kagum dengan sekolah ini, perpustakaan yang besar, laboratrium yang lengkap, bahkan Toilet yang bersih. “Kak, ini namanya surga sekolah” jawab Johar sambil tertawa. Adam menepuk kepala Johar, “Enak Aja bandingin dengan Surga, biasa aja Dek” kata Adam sambil terus berjalan menyusuri koridor sekolah di lantai bawah.
            Ketika mereka lewat di lapangan basket yang ada di tengah Sekolah Johar dan Adam berputar melihat gedung sekolah yang besar dan bertingkat. Dan saat itu juga Johar melihat ada Bola basket yang terbang ke arah mereka berdua. “Awas!” teriak johar pada Adam. Adam pun menoleh dan langsung menangkap bola basket itu.
            Johar langsung melihat ke arah bola berasal dan disana ada tiga pemuda dan seorang perempuan cantik berdiri melihat ke arah mereka. “Hei, Serahkan bola itu” kata pemuda berjaket biru. “Ini milikmu?” jawab Adam sambil memainkan bola basket itu. “Ya, cepat serahkan!” tukas pemuda berjaket biru sambil mendekat kearah mereka berdua. “Kalau mau ambil sendiri” jawab Johar sambil tersenyum melihat ke arah Johar.
            Johar mengerti dan mundur beberapa langkah dari posisinya. Pemuda itu pun mendekati Adam dan berusaha meraih bolanya. “Jangan macem-macem kau” kata pemuda itu mengancam Adam. “Silahkan kalau kamu memang mau bola ini” Jawab Adam sambil melempar bola ke arah Johar.
            Johar menangkap bola itu dan menatap pemuda itu. Namun dua pemuda lain mendekati Johar dan berusaha mengambil Bola di tangan Johar. “Kak…” kata Johar sambil berlari mendrible bola basket. Adam pun mengikuti Johar dan menerima umpan Johar, dengan sekali lemparan Bola masuk ke ring basket. “Kalau mau bolanya Ambil saja sendiri” Adam menunjuk bola yang menggelinding keluar lapangan.
            “Songong banget kalian berdua, kalian belum tahu kami dan ingat urusan kita tidak akan selesai sampai disini” kata pemuda berjaket biru. Adam dan Johar hanya tersenyum dan menghindar menuju kantor kepala sekolah. “Kalian sudah berkenalan dengan Alex?” tanya ibu Ana di ruang kepala sekolah. “Alex?” tanya Johar. “Iya, anak yang tadi bermain basket dengan kalian” jawab Ibu Ana.
            “Oh, yang pakai jaket biru itu Alex!” kata Adam sambil tersenyum melihat Johar. “Oia, ini ada Seragam khusus sekolah ini dari kakak Angkatan kalian, jadi kalian tidak usah beli seragam khusus dan dapat memakai ini.” Bu Ana memberikan dua stel pada mereka berdua. “Terimakasih banyak Bu, Oia kapan dimulai aktivitas sekolah? Kami sudah tidak sabar ingin menikmati masa-masa SMA di sekolah ini” tanya Adam memastikan kepada Bu Ana. “Minggu depan, karena mulai besok masih acara pengenalan sekolah oleh kakak Osis, tapi acaranya hanya seremonial gak ada pelonco yang aneh-aneh seperti sekolah lain, jadi kalian bisa datang lagi besok pagi!” Kata Bu Ana dengan suaranya yang khas.
            “Baiklah Bu, kalau memang sekarang tidak ada kegiatan di sekolah, kami boleh pamit pulang?” Johar meminta izin segera pulang. “Iya, sekarang memang masih belum aktif, karena beberapa anggota Osis masih belum masuk, jadi kalian berdua boleh pulang!” Kata Bu Ana sambil tersenyum. Adam dan Johar langsung berdiri dan bersalaman kepada Bu Ana.
*********
            Sesampainya di rumah, Mereka mendapati rumah terkunci dan tak ada orang di dalamnya. Johar pun langsung menggeser Pot bunga, dan ternyata disana ada kunci rumah. “Kok Tahu dek?” tanya Adam heran. “Hahaha, Aku pernah lihat Mas Yudi kearah sini, ya feeling aja kak” jawab Johar sambil tersenyum. “Oh, yaudah cepat buka pintunya! Kakak capek” kata Adam sambil menunjuk pintu kamar.
            “Pasti mau tidur siang!” sungut Johar sambil memasukan anak kunci. Akhirnya mereka masuk ke rumah dan sesuai tebakan Johar, Adam langsung berbaring di tempat tidur. “Hemm…. Daripada tidur mending nyuci baju, selama beberapa hari kita datang kita belum pernah menyuci baju kak, lihat! Sudah menggunung.” Kata Johar sambil menujuk tumpukan baju. “Iya, ayo kita nyuci… kalau nggak ada kerjaan kakak pengennya tidur terus!” jawab Adam yang masih bermalasan di atas kasur. “Jangan banyak omong, cepat bangun!” kata Johar sambil mengambil setumpuk pakaian.
            Adam pun bangun dan meraih sisa pakaian kotor dan mengikuti Johar ke dapur. “kita mau nyuci dimana?” Tanya Adam kebingungan. “Nggak tahu, tempatnya terlalu kotor ya kak!” jawab Johar. “Yaudah, kita balik ke kamar lagi!” Komando Adam. “Enak Aja, mau tidur lagi?” tukas Johar. “Bukan, Maksudnya kita nyuci baju setelah membersihkan kamar mandi ini, nanti kita nyuci disini” Jawab Adam sambil menunjuk kamar mandi yang kotor.
            “Oh begitu, yaudah Kita mundur dulu ke kamar.. hehehe. Kayak perang aja ya kak, maen mundur segala.” Jawab Johar sambil tertawa terkekeh. “Dek, ayo kita ke pasar dulu! Beli perlengkapan yang belum ada di sini” jawab Johar. “Pasar yang kemarin itu?” johar mengingat pasar yang sebelumnya sudah didatangi mereka untuk membeli seragam. “Iyalah, pasar mana lagi? Ayo cepat mumpung belum terlalu siang dan tak terlalu panas” jawab Adam. “Yaudah kak!” kata Johar lemas.
            Akhirnya mereka menuju pasar yang jaraknya tidak terlalu jauh dari tempat tinggal mereka. Adam membeli beberapa perlengkapan kebersihan dan beberapa perlengkapan masak. “Loh? Kok kakak beli ini?” tanya Johar ketika melihat Adam membeli alat masak. “Kakak pikir lebih baik kita masak dek, lumayan kan bisa menghemat pengeluaran” kata Adam. “Tapi… kakak yakin dengan semua barang kita ini? Sisa uangnya bagaimana kak?” Tanya Johar khawatir. “Tenang saja dek, masih terkendali kok” Adam terenyum.
            Mereka berdua akhirnya kembali ke rumah dengan membawa banyak barang. Adam juga membeli karpet dengan ukuran 2 meter untuk kamarnya. Banyak pengeluaran di siang itu dan membuat Johar selalu memikirkan uang. “Kak, Kita cari kerja yuk!” kata Johar sambil menata barang belanjaannya di kamar. “Kerja? Masalah itu gampang dek… Ayo kita bersihin kamar mandi dan dapur dulu!” jawab Adam sambil mengambil sikat dan cairan pembersih. Johar mengikuti Adam dari belakang juga membawa sikat, namun Sikat yang dipegang johar bukanlah untuk lantai melainkan untuk mencuci pakaian. “Dek, itu sikat Baju… Adek sapu dapur aja” Kata Adam melihat Johar yang berdiri di belakangnya.
            “Oh, Maaf!” kata Johar kebingungan. “Kamu kenapa dek? Jangan terlalu banyak pikiran hanya gara-gara uang, Kita pikirkan dulu apa yang bisa kita kerjakan sekarang!” Adam terdengar sedikit kesal. “Iya kak, maaf…. Johar terlalu takut!” Johar menyadari apa yang dipikrkannya, dan dia langsung mengambil sapu membersihkan dapur yang kotor.
Beberapa jam kemudian datanglah Nico yang mendapati Johar dan Adam membersihkan kamar mandi dan dapur. “Eh, kalian lagi bersih-bersih ya?” Nico mencoba membersihkan perabotan dapur peninggalan ibunya. “Sambil olah raga Nic, Ayo bersih-bersih bersama biar badan sehat” Adam berbicara dari kamar mandi sambil menyiram lantai. “Iya Kak, Nico dan Mas Yudi tidak pernah memakai dapur jadi membersihkan saja juga tidak pernah” Nico tersenyum malu.
“Kamar mandi sering digunakan tapi tidak pernah dibersihkan” tukas Johar. “Iya maaf Jo, kami malas ya!” jawab Nico sedikit malu. “Halah, sebenarnya kita juga pemalas kok Nic” Adam mencoba menghibur Nico dan memberi kode kepada Johar. “Hehe… iya Nic, Aku juga malas kok kalau di rumah, tapi kalau di rumah orang bisa rajin begini” Johar menambahkan untuk mengurangi rasa malu Nico.
“Oia Nic, bagaimana kalau kita masak saja?” kompornya masih berfungsi kan?” tanya Adam yang sudah selesai dengan kamar mandinya. “Masih kok, itu ada minyaknya kak… biar Nico bersihkan dulu” Nico meraih kompor di pojok dapur. “Biar saya yang bersihkan Nic, sekalian Aku cek masih berfungsi atau tidak” Adam mengambil Kompor dari tangan Nico. Dengan usaha keras kamar mandi dan dapur menjadi bersih, Adam juga membelikan lampu untuk dapur dan memasangnya agar dapur menjadi terang.
“Alhamdulillah, semua bersih dan kita punya dapur yang dapat kita gunakan.” kata Johar mengelap keningnya. Adam mengambil perlengkapan dapur yang dibelinya di pasar dan menatanya bersama barang-barang peninggalan ibu Nico. “Kak, terimakasih ya!” Nico mendekati Adam dengan mata berkaca-kaca. “Kenapa Nic?” tanya Adam. “Berkat kalian berdua sekarang rumah ini selalu ramai, Aku merasa bahagia karena rumah ini seperti dulu lagi ketika masih ada Ibu… memikirkan itu, kok Aku jadi inget Ibu ya!” jawab Nico sambil memaksakan diri untuk tersenyum.
Tiba-tiba Adam memeluk Nico, dan mengusap kepalanya, “Ini seperti rumahku juga Nic, Kamu dan Mas Yudi juga kuanggap saudara!” Adam menenangkan Nico yang bersedih. “Terimakasih kak”, Kata Nico melepas pelukan Adam dan melihat ke arah Johar. Mata johar juga sudah berkaca-kaca tidak bisa menahan haru di dapur itu, Namun Adam langsung merubah suasana, “Daripada bersedihan, bagaimana kalau kita masak Mie instan dan telor?” Usul Adam bersemnagat. “Sekalian masak Nasi kak!” tambah Johar. “Ah, kalian selalu makanan yang dipikirkan.. hehe” ledek Nico.
Akhirnya Nico dan Johar pergi ke warung membeli beras dan mie Instan tak lupa juga telur seperempat. Uang yang digunakan adalah uang Johar yang ditiipkan oleh Adam, Namun Nico mencoba membayar setengahnya. “Nggak Usah Nic, ini traktiranku dan kak Adam karena sudah bisa sekolah besok pagi” kata Johar sambil menjulurkan uang kepemilik warung. “Terimakasih ya Jo” Nico terseyum manis kepada Johar. “Jangan terimakasih aja Nic, Ajari Aku main gitar ya!” Kata Johar sambil tertawa.
“Sesampainya di rumah mereka berdua langsung memasak di dapur, Ketika memasak Nasi yang membutuhkan waktu lama, Johar dan Adam menyempatkan untuk mencuci baju. Nico membentu mereka berdua mencuci dan menjemur pakaian hingga akhirnya Nasi menjadi matang. Kemudian menggoreng telur dan memasak mie instan, semua siap di atas piring dan rantang tempat nasi. “Yaudah, mending kita sholat dulu” kata Adam. “Yaudah kak, duluan sana…. Kita bergantian saja” jawab Johar.
Setelah semua selesai Sholat, barulah Yudi datang dengan gitarnya. “Wangi apa nih? Siapa yang masak?” Yudi memeriksa dapur dan mendapati dapur sudah bersih. “Kalian yang masak? Dan beresin ini semua?” kata Yudi sambil melihat sekelilingnya. “Hehehe… iya Mas, Tidak ada kerjaan jadi bersih-bersih mas, tidak apa-apa kan?” Johar tersenyum pada Yudi. “Sepertinya Ibu meninggalkan dapur ini tidak sia-sia, karena ada kalian berdua yang akan menggunakannya” Yudi terseyum bahagia.
“Yaudah, kita makan dulu mas!” ajak Adam sambil mengangkat makanan ke ruang tamu. “Wow, Ada yang traktiran ya?” ledek Yudi menatap Johar dan adam bergantian. “Hahaha, Syukuran mas!” jawab Adam. Adam melihat hanya ada tiga kursi plastik di ruang tamu, dan Akhirnya dia masuk ke kamarnya mengambil karpet yang baru ia beli. Adam dan Johar langsung menggelar karpet itu di ruang tamu. “Kalau makan di bawah begini kan enak” kata Johar melihat Yudi dan Nico yang berdiri keheranan.
“Kalian baru belanja?” tanya Yudi sambil duduk di atas karpet. “Iya Mas” jawab Adam. “Berapa harga karpet ini?” tanya Adam sambil meraih piring. “Murah mas dua meter ini hanya 50rb” Jawab Adam tersenyum. “Yaudah nanti biar kuganti ya!” kata Yud. “Hah? Nggak usah mas, biarkan saja disini” jawab Adam sambil tertawa. “Halah, kalian itu masih banyak keperluan” Yudi menatap Adam. “Jangan begitu mas, Kita disini kan ngontrak. Jadi kami masih punya kewajiban ke mas yudi dan Nico membayar kontrakan, Kalau mas Yudi memang mau membayar karpet ini sekalian hitung berapa biaya kontrakan kami mas. Dengan begitu kami bisa membayarnya setiap bulan!” suara Adam terdengar sangat sopan.
“Kalian tinggallah sesuka hati kalian disini, dan jangan memikirkan biaya tempat tinggal karena kalian benar-benar membuat rumah ini seperti dulu lagi, serasa ada Ibu di rumah ini.” Kata yudi. “Maksudnya mas?” tanya Johar memastikan apa yang didengarnya itu benar. “Iya mas, maksud mas Yudi itu apa?” tambah Adam dengan nada penasaran. “Maksudnya kalian tinggalah disini gratis, ya mungkin nanti kita patungan untuk bayar listrik dan air aja” Yudi tersenyum kepada Adam dan johar. Nico yang diam akhirnya angkat bicara, “Sudah dengar kan? Kalian gratis tinggal di sini! Nanti kalau memang mau masak biar kita patungan dan masak bergantian” Nico terseyum. “Emang Nico bisa masak?” tanya Yudi. “Hehe… Enggak Mas!” jawabnya polos. Akhirnya semua tertawa dan langsung menyantap makanan yang sudah mulai dingin.
************
Ke esokan harinya Adam dan Johar kembali ke sekolah, “Kak, sudah mulai ramai ya!” Kata Johar sambil berjalan di samping Adam. Ketika melewati ruang guru, Johar bertemu dengan Bu Ana. “Johar, Adam…. Kalian baru datang?” tanya Bu Ana ramah. “Baru saja Bu” Johar menjawab pertanyaan itu. “Oh Ayo ikut Ibu ke ruangan” Bu Ana mengajak Johar menuju ruangannya. “Ini Jo, ada kue buat kalian berdua! Karena kemarin ada acara di rumah!” kata Bu Ana sambil menjulurkan sekotak kue pada Johar.
“Eh, terimakasih Bu” jawab Johar dan Adam bersamaan. “Ingat… jangan dibuang! Harus dimakan” kata Bu Ana sambil tersenyum. “Pasti bu ini kan makanan, gak mungkin kita buang!, yaudah kami pamit keluar dulu Bu!” Adam keluar dari ruangan kepala sekolah dan Johar mengkuti Adam dengan membawa kota berisi kue. “Dek, mending simpan didalam tas kakak saja” Kata Adam sambil membalikan badannya. Akhirnya kotak berisi kue itu masuk ke dalam ransel Adam dan mereka berdua menuju pinggir lapangan Basket melihat beberapa siswa baru berhamburan di sana.
“Ketika Asyik duduk memandangi suasana yang ada terdengar suara keributan di belakang sekolah. Johar dan Adam berdiri dan melihat dari jauh ada keributan apa di belakang sekolah. Ternyata Johar dan Adam melihat Alex dan gengnya membuat keributan di belakang sekolah. “Si Alex and the gank kak, songong banget tuh anak!” kata Johar sambil melihat mereka di belakang sekolah. “Sudah lah, jangan terlalu dipikirkan dan kita tak harusnya bermasalah dengan mereka. Kamu lihat kan? Mereka sepertinya menjadi biang masalah di sekolah ini, mungkin saja orang tua mereka orang-orang berpengaruh di sekolah ini jadi sekolah tidak pernah menindak merekaQ!” Adam mencoba menganalisis keadaan. “Apa? Mereka kan sama seperti kita kak! Masih baru dan tak mungkin bisa berkuasa seperti itu” jawab Johar. “Aku sempat mendengar pembicaraan anak-anak tadi, katanya Alex adik dari mantan preman sekolah sini, dan orang tuanya adalah donatur di sekolah ini” jawab Adam memandang lapangan basket.
“Oh, Begitu kak….pantesan sombong banget tuh anak” Jawab Johar. “Yaudah sebaiknya kita pergi dari tempat ini, daripada bertemu dengan mereka. Karena kita sudah bermasalah dengan mereka kemarin” Kata Adam sambil tertawa. “Loh? Kakak takut?” tanya Johar mengikuti Adam. “Tidak, tapi ini jalan terbaiknya.” Adam tersenyum dan pindah ke depan perpustakaan.
Tak lama mereka duduk di perpustakaan, bel sekolah pun berbunyi.dan suara pengeras suara terdengar meminta semua siswa baru berkumpul di lapangan basket. Johar dan Adam bergabung dengan segerombolan siswa baru di lapangan basket. Dan setelah mendengar pengarahan atas pembagian kelas dan kegiatan yang akan dilakukan sampai sore hari, akhirnya semuanya bubar menuju papan pengumuman. Di papan pengumuman terpampang pembagian kelas dan semua siswa harus masuk kelas yang sudah ditentukan.
Untung saja Johar dan Adam masih satu kelas dan mereka berdua langsung menuju kelas yang ada di lantai dua. Ini kali pertama bagi johar dan Adam menaiki lantai dua, karena sebelumnya mereka hanya berkeliling di bawah. Ketika memasuki kelas Johar terkejut melihat Alex dan genknya sudah menempati kelas. Beberapa dari siswa terlihat segan terhadap mereka, dan itu membuat mereka semakin percaya diri. Namun, berbeda dengan Adam, dia santai berjalan berdampingan dengan Johar tanpa menghiraukan Alex dan gengnya.
“Heh, kamu yang kemarin itu kan? ngapain disini?’ bentak alex. “Owh…. Santai aja bro, kami disini mau sekolah dan mengikuti kegiatan ini.” Jawab Adam tersenyum sambil mengangkat kedua tangannya. “Sini lo” Alex berdiri dari tempat duduknya. “Sorry, Aku sudah mendapat tempat duduk di sana, tak mungkin bagiku untuk duduk disebelahmu” kata Adam sambil menunjuk tempat duduk di sebelahnya. Johar di sebelah Adam hanya tersenyum dengan ulah Adam. “Kak, jangan diladeni.” Bisik Johar ditelinga Adam. “Heh, ngapain berbisik?” kata Alex. Johar hanya tersenyum dan itu membuat Alex semakin marah.
Alex memandang kedua temannya dan mereka berdua langung mendekati Adam dan Johar. Seketika Adam dan Johar juga berdiri untuk melawan dua orang teman Alex. “Ada apa ini?” Kata Bu Ana yang masuk ke kelas. Seketika semuanya langsung bubar dan duduk di bangku masing-masing. Bu Ana melihat ke arah Adam dan Johar sambil menggelengkan kepala. “Baiklah, Ibu harap kalian disini itu Akur jangan ada keributan, karena Ibu mau sekolah ini terkenal dengan prestasinya bukan terkenal dengan premanismenya, sudah terlalu lama sekolah ini terkenal dengan segi negatifnya dan itu membuat nama sekolah ini semakin jelek di masyarakat”, Bu Ana meminta mereka untuk selalu bersikap baik.
“Yaudah, sekian dan saya serahkan kepada kakak-kakak osis kalian” kata Bu Ana dan langsung keluar dari ruangan. “Kak, sekolah bagus ini terkenal dengan negatifnya?” bisik Johar. “Iya dek, Waduh…. Sepertinya kita salah masuk sekolah nih!” jawab Adam kecewa. “Hahaha, tak masalah kak asalkan gratis dan dapat ilmu dari guru yang berkompeten!” Adam masih berbisik. “Kita lihat saja nanti, apakah guru disini berkompeten atau sama seperti murid-muridnya?” Adam tersenyum sinis.
Ketika acara dimulai, yang pertama adalah pengenalan tentang sekolah dan beberapa fasilitas yang berada didalamnya oleh anggota Osis, dan selanjutnya beberapa pelatihan kedisiplinan dan motivasi dari beberapa guru yang bergantian masuk ke kelas. Hingga Akhirnya terdengar suara adzan dan mereka pun langsung istirahat. Adam dan Johar bergegas menuju Mushollah yang berada di samping ruang guru di lantai bawah.
Selesai sholat, Adam dan johar lagi-lagi dicegat oleh Alex yang selalu berempat dengan temannya. “Mau sholat ya?” tanya Johar pada mereka berempat. “Kalau kalian cowok, datanglah di belakang sekolah nanti sore sepulang sekolah!” Alex menantang Adam dan Johar. “Mau kamu Apa lex? Sepertinya kalian punya dendam kepada kita hanya gara-gara bola kemarin?” Adam kali ini terpancing emosi. “Biar kalian tahu siapa diriku, dan jangan macam-macam kepada kami!” Alex dan genng-nya langsung menghindar.
Adam dan johar masih berdiri di depan pagar mushola. “Adam, Johar?” sapa Bu Ana di musholah. “Kalian buat masalah dengan mereka?” Bu Ana terdengar khawatir. “Mereka siapa Bu?’ tanya Johar sambil melihat ke arah Alex dan gengnya. “Sebaiknya kalian ikut Aku ke kantor” pinta Bu Ana.
Ketika di ruang kepala sekolah, adam diceritakan tentang Alex dan Gengnya. “Mereka berempat adalah anak donatur tetap di sekolah ini, dan Ayah Alex adalah donatur terpenting di yayasan ini. Alex sebenarnya anak baik, begitu juga dengan almarhum kakaknya Satria. Namun didikan kedua orang tuanya yang membuat mereka keterlaluan di sekolah. Satria menjadi ketua geng di sekolah ini, dan meninggal kecelakaan ketika Satria balap liar di jalan.” Bu Ana menghentikan pembicaraannya ketika mendengar suara bell masuk.
“Bu, bell masuk!” kata Johar tegang. “Biarlah, nanti saya antarkan kalian ke kelas dengan alasan kalian masih ada urusan denganku sebagai kepala sekolah!” Jawab Bu Ana. “Yaudah Bu, Oia perempuan yang selalu bersama Alex itu siapa? Dan dua laki-laki seperti body guardnya itu siapa Bu?” Adam mulai tertarik dengan geng Alex. “Perempuan itu adalah Stella, dia juga anak donatur tetap dan kedua laki-laki itu adalah Rendy dan Roy, merekalah yang sering berkelahi disekolah ini kalau dibandingkan dengan Alex, namun Alex adalah biang masalah” Jawab Bu Ana menerawang. “Loh, bukannya mereka masih baru bu? Kenapa Ibu tahu tentang mereka?” tanya Adam penasaran. “Mereka dulu satu sekolah ketika SMP, dan Saat SMA sekarang ini, mereka masih terus bersama. Orang tua Alex meminta sahabat Alex menempati kelas yang sama. Ntah bagaimana dengan otak mereka Aku belum tahu pasti!”, Jawab Bu Ana lemas.
“Yaudah, Ayo kalian ku antar ke kelas biar tidak di hukum oleh guru pengisi materi, Oia… Aku mohon pada kalian jangan terlalu mencari masalah dengan Alex atau sahabat-sahabatnya itu.” Harapan Bu Ana pada mereka. Sesampainya di kelas, Adam langsung menuju kursinya dan menyimak materi yang disampaikan oleh seorang  guru.
Dan Akhirnya Masa oriantasi siswa yang diisi ceramah selesai, Adam dan Johar langsung menuju Anak tangga dan menuruni tangga. Ketika sampai di lantai bawah, lengan Johar ditarik oleh Rendy dan Roy menuju belakang sekolah. Johar memberontak dan tak tahu harus berbuat apa. “Heh!, lepasin tangan Jo” Kata Adam mencoba menarik Roy. “Ikuti kami!”, kata Roy. “Iya! lepasin dulu!”kali ini Adam membentak mereka berdua. Roy dan Rendy melepaskan Johar, seketika Johar mendorong Roy membuatnya hampir terjatuh. “Cukup Jo, kita ikuti mau mereka! Lama-lama mereka benar-benar menyebalkan!” Kata Adam sambil menuju belakang sekolah.
Di belakang sekolah ada Alex yang sedang merokok ditemani Stella. “Kalian pikir bisa kabur?” Kata Alex. “Sebentar lex, Apa mau kamu?” Tanya Adam. “Aku mau kalian meminta maaf kepada kami” jawabnya santai. “Oh, kamu mau kami minta maaf, Ok…. Maafkan kami!” jawab Adam datar. “Tidak segampang itu, kalian harus berlutut di depanku dan minta maaf secara tulus!” Alex semakin ngelunjak.
“Heh, kau pikir kamu itu siapa? Kau pikir kamu ini ketua geng sekolah hanya gara-gara kalian orang kaya dan ayah kalian donatur di sokolah ini” Johar mendekati alex dan memegang krah bajunya. Alex langsung meninju Johar tepat di hidungnya dan langsung mengalir darah segar di hidungnya. “Jo!” teriak Adam ketika Johar roboh.
“Adam pun langsung menghajar Alex, namun Adam hanya bisa membalas memuluk wajah Alex dua kali dan akhirnya Adam di keroyok oleh Roy dan Rendy. Johar bangun dan membantu Adam, sedangkan Alex berdiam diri dengan terus memegang pelipisnya yang lebam, juga hidungnya yang berdarah. Johar melawan Roy, sedangkan Adam berhadapan dengan Rendy. Mereka berdua saling memukul dan bergulat di lapangan sekolah. “Berhenti!” Suara Stella membuat Roy dan Rendy berhenti. “Cukup! Ayo kita pulang lihat Alex terus mimisan nih!” kata stellah melihat alex yang terus mimisan. Roy dan Rendy langsung berlari memapah Alex menuju mobilnya di tempat parkir.
“Ini Buat kalian” kata Stella sambil melempar sebungkus tisu dan berlari mengikuti Alex. “Adek tidak apa-apa?” tanya Adam sambil melihat wajah Johar. “Aku tidak apa-apa kak, kakak bagaimana?” suara Johar ngos-ngosan. “Cuma sedikit sakit di wajah, Ambil tisu itu dek kita harus bersihkan luka ini” kata Adam menyuruh Johar. Akhirnya mereka berdua menuju toilet dan membersihkan luka-lukanya.
Tak berapa lama kemudian Johar keluar dari toilet dan duduk merasakan kesakitannya. “Dek, beneran kamu tidak apa-apa?” Tanya Adam memastikan. “Aku sedikit pusing kak, Tapi masih bisa ditahan kok” Jawab Johar perlahan. “kita tadi belum makan dek, Oia kita masih punya kue pemberian bu Ana tadi” Adam membuka ranselnya. Kotak kue dari Bu Ana sudah tidak karuan, karena perkelahian tadi.
“Kuenya hancur dek!” Adam mengeluarkan kotak kue itu dan mencoba memakan kue yang sudah tak berbentuk. “Asal masih bisa dimakan kak, kita sudah janji pada bu Ana akan memakan kue-kue ini” Johar mengambil serpihan kue dan memakannya. “Iya dek, meski hancur begini yang penting rasa tetap enak dan juga mengenyangkan” Adam terus menghabiskan kuenya. Hingga akhirnya mereka berdua keluar dari sekolah dan pulang menuju rumah dengan luka lebam di wajah mereka.
Ketika berada di rumah, Johar bertemu dengan Nico. “Johar? Kenapa?” Nico terdengar sangat khawatir. “Habis berantem Nic” Jawab johar sambil meringis dengan wajah lebamnya. “Kak Adam tahu?” tanya Nico sambil melihat ke arah kamar Adam. “Aku dan kak Adam berantem bersama, sekarang dia lagi istirahat” Jawab Johar. “Maksudnya kalian berdua berantem? Kenapa sih bersaudara harus berantem?” Kata Nico heran. “Bukan Nic, Aku dan kak Adam tadi berantem dengan Gank Sekolah” Jawab Johar sambil mendekati tempat minum.
“Yaudah, ayo ikut Aku jo!” Nico menarik Johar yang saat itu sedang meminum air. “Heph…” Johar hampir menumpahkan Airnya. “Kemana Nic?” Tanya Johar panik. “Aku obati lukamu” Jawab Nico datar dan langsung masuk ke kamar Nico. “Tidak usah Nic, Nanti juga sembuh” jawab Johar. “Kata siapa? Ini harus segera diberi anti septic dan ini Aku ada persediaan” Nico mengeluarkan kotak obatnya dan mulai mengobati Johar.
Perlahan Nico mengusap pelipis johar, dan diarea bibir yang terluka. “Nic, Kamu baik banget ya!” Kata Johar. “Diam, nanti Obatnya masuk ke mulut” tukas Nico. Setelah selesai Johar masih duduk di kamar Nico melihat Nico membereskan kapas dan beberapa plaster. “Jo, kamu bawa ini ke kamarmu dan obati kak Adam” Nico menjulurkan kotak obatnya. Johar hanya diam memandang Nico dan memikirkan sesuatu. “Heh, jangan banyak melamun. Kamu mikirin siapa sih?” tanya Nico. “Mikirin kamu Nic” jawab Johar spontan. “Udah… pergi ke kamar kamu Jo!” Nico mendorong Johar ke luar kamar.
“Tadi baik, sekarang jadi galak kamu Nic” Johar tersenyum pada Nico. “Obati kak Adam Ya!” kata Nico sambil menutup kamarnya. “Nic, tunggu sebentar!’ Johar menahan pintu yang akan ditutup oleh Nico. “Ada apa Jo?” tanya Nico sambil membuka lagi pintunya. “Aku hanya mau bilang, terimakasih ya!” Johar tersenyum dan suaranya terdengar sangat tulus.
 Johar pun langsung pergi dari kamar itu dan masuk ke kamarnya. “Kak bangun!” kata Johar. Namun Adam masih terlelap dalam tidurnya. “Terpaksa Johar mengobati Adam yang sedang terlelap, perlahan namun pasti Johar menempelkan kapas-kapas yang sudah di lumuri anti septik pada luka Adam. “Dek?” kata Adam yang terbangun karena kesakitan.“Kakak berobat dulu ya!” Johar membenarkan posisinya. Perlahan Adam duduk dan memasrahkan lukanya pada Johar.
 “Adek siapa yang mengobati” tanya Adam heran melihat luka Johar sudah ditutup kapas. “Nico kak!” jawabnya datar. “Jangan sampai Adek cerita siapa yang menjadi musuh kita pada Nico atau pun Mas Yudi. Kakak tak mau menjadi melebar masalahnya! Kamu tahu kan Mas Yudi banyak kenalan preman disini?” kata Adam sambil meringis kesakitan. “Iya kak, Aku juga berfikiran begitu, Aku tadi bercerita pada Nico namun tidak menyebutkan nama mereka” Jawab Johar sambil menempelkan plester.
********
Di waktu yang bersamaan Nico di kamarnya berbaring menghadap langit-langit memikirkan perasaan tak lazim dari dirinya. Di pikirannya hanya ada wajah Johar, dan selalu memikirkan Johar. “Kenapa denganku ya? Kenapa harus selalu Jo yang kupikirkan?” Nico mencoba menghilangkan bayangan Johar. Namun setiap berusaha menghilangkan bayangan itu, bayangan Johar selalu jelas membayanginya. “Apakah Aku suka Johar?” Nico bertanya pada dirinya sendiri.
“Tak mungkin Aku menyukainya dia sudah seperti saudara bagiku, tapi Aku takut kalau ini benar-benar rasa suka yang berbeda dan akan menjadi Cinta!” Nico berbicara sendiri di kamarnya. “Aku juga tidak tahu kalau dia sama sepertiku yakni seorang laki-laki yang mencintai kaumnya sendiri, laki-laki dengan cinta yang tak pernah diterima oleh masyarakat” Nico terus memikirkan keadaanya dan akhirnya terlelap dalam tidurnya di sore itu.
            Akhirnya Ada masalah lain yang dihadapi oleh Johar dan Adam, mereka harus menyelesaikan masalahnya dengan Alex dan berusaha menjadi siswa berprestasi. Di sisi lain Ada seorang yang memilki perasaan berbeda terhadap Johar, yakni Nico! Apakah Johar akan mengetahui perasaan Nico? Dan bagaimana Adam dan Johar bertahan di sekolah dengan musuh besarnya? Silahkan baca Mengejar Masa Lalu 04 
Sekian dan terimakasih.

Comments
8 Comments

8 comments:

  1. baca lanjutannya ini, pertama aku merasa seperti sedang bermain mon, wktu mreka bersih2 dan masak2 itu, lucu kalii....

    Truss acara disekolah yg berantem itu, seru jga tp bkin deg2'an dgn nasib mreka kelanjutannya

    rasa cinta nico ke johar itu, mengingatkanku dengan ceriya film love of siam.... Hihiii...ga tau kenpa, tp seruu....

    Kalimat terakhir berasa seperti cerita legenda di radio2 dlu wktu kecil, bkin penasaran....kekeke...

    Dira

    ReplyDelete
    Replies
    1. @Diraaaa : Wah Serasa jaman dulu ya? ada pertanyaan di akhir cerita. wkwkwkwk. Tapi emang sengaja dibuat seperti itu Dir, mengingat pembaca cerita di radio dulu :P Aku belum nonton love of siam, semoga gak sama :D wkwkwkwkw

      Delete
  2. Wah smalem komnenku ga masuk, heheheh
    Komen lagi dah...
    Hmmmm... Tetep keren... Makin bnyk misteri..
    Lanjut...

    ReplyDelete
  3. Wah gda namanya komenku diatas, hehehe


    Idans_Go

    ReplyDelete
  4. itukah yang dinamakan komentar? hahaha... dasar idans yang lagi terbuai asmara mengomentari cerita singkat banget :D tapi tetep ku ucapkan terimakasih buat idans :)

    ReplyDelete
  5. sambungan yang ke 4 mana ni story nya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Maaf Bro, linknya rusak, tapi sudah diperbaiki... http://rayrowling.blogspot.com/2013/01/MML-04.html

      Delete

Terimakasih atas kunjungannya, besar harapan penulis tolong tinggalkan jejak dalam kolom komentar, terimakasih....