Alhamdulillah
sampai saat ini Aku masih tepat waktu menerbitkan Cerbung ini, dan Buat pembaca
meski tidak meninggalkan komentar saya ucapkan terimakasih. Di Mengejar
Masa Lalu Part 2 Adam dan Johar tinggal di rumah Yudi dan Nico yang
berprofesi sebagai pengamen. Atas bantuan Yudi Akhirnya mereka berdua juga
mendapatkan kesempatan bersekolah. Namun Apa yang terjadi setelah ini? Silahkan
baca kelanjutannya di Mengejar Masa lalu Part 03 berikut ini.
Sekolah Baru dan Alex and the genk
Senin
Pagi Johar dan Adam sudah rapi menggunakan seragam putih abu-abu mereka.
Terlihat perbedaan pada seragam mereka berdua, Seragam Johar lebih putih dan
bersih karena mereka baru membelinya di pasar. Berbeda dengan Adam yang memakai
seragam bekas sekolah di banyuwangi dulu yang warnanya sudah memudar dan agak
kecoklatan.
Johar
melihat perbedaan itu dan merasa iba pada Adam. “Kak, kenapa sih kakak tidak
membeli yang baru lagi?” Kata Johar sambil melihat Adam yang merapikan bajunya.
“Buat apa? Yang penting berseragam kan?” jawab Adam santai. “Ya… tapi Aku merasa
gak enak karena hanya Aku yang memakai seragam baru ini” Kata Johar dengan nada
tak enak. “Dek, Aku sudah merasakan memakai seragam putih abu-abu baru, dan
kamu belum pernah sama sekali, jadi sudah sepantasnya kamu memakai seragam itu”
jawab Adam sambil memegang pundak Johar.
“Sebentar,
dengan seragam itu kamu terlihat semakin dewasa dek” Tambah Adam sambil melihat
seluruh tubuh Johar yang berbalut seragam SMA. “Ah, bisa aja nih bikin GR!
Hmmm… Semakin ganteng kan kak?” Jawab Johar sambil berkaca. “Lumayanlah, tapi
masih jauh dibanding denganku. Hehehe” Jawab Adam sambil tertawa. “Ok, di SMA
nanti kita bersaing, siapa yang cepat mendapatkan cewek adalah pemenangnya”
Tantang Johar sambil merapikan rambutnya. “Eh, jangan lupa tujuan kita sekolah
adalah mencari Ilmu dan jangan lupa dengan harapan Bu Sarah” Kata Adam dengan
nada serius. “Hahaha, iyalah… jangan khawatirkan itu kak, Kita Akan bersaing dalam
prestasi juga!” Johar memandang Adam dengan mantap. “Yaudah, ayo kita keluar
sambil nunggu Mas Yudi di ruang tamu” Ajak Adam dan dia pun keluar dari kamar.
Di
ruang tamu Nico sedang santai dan memainkan gitarnya. Adam mendekati Nico dan
melihatnya bermain gitar. “Nic, kapan-kapan ajari Aku main gitar ya!” kata Adam
yang terlihat kagum dengan permainan Nico. “Boleh kak, nanti kuajari!” jawab
Nico. “Aku juga Nic” Johar menambahkan dan bergabung di ruang tamu. “Nah,
tambah satu lagi muridmu Nic!” kata Adam sambil menunjuk Johar.
“Ok,
Nanti kita belajar bersama, tuh Mas Yudi sudah siap” Jawab Nico sambil menunjuk
Yudi yang berdiri melihat mereka. “Ayo berangkat!”, kata Yudi singkat sambil
memegang gitarnya. “Sukses ya!” kata Nico ketika melihat Adam dan Johar keluar
dari rumah.
Yudi
mengantar Johar dan Adam menuju sekolah yang akan menjadi tempat menimba ilmu
bagi mereka berdua. Ketika turun dari angkot, Adam langsung membayar ongkosnya
dan berkata pada Yudi, “Kali ini kita yang bayari mas!”. Yudi tertawa dan
menyuruh mereka berdua segera masuk. “Baiklah, Aku harus ke terminal dulu, Aku
harap kalian ingat jalan pulang” jawab Yudi sambil menyebrang jalan menunggu
Angkot di sebrang jalan.
Adam
dan Johar hanya tertawa dan langsung menuju gerbang sekolah. Di atas gerbang
bertuliskan SMA Harapan Sentosa, dan Mereka berhenti di depan gerbang melihat
tulisan itu. “Bismillahirromanirrohim”
Kata Adam sambil memasuki gerbang. Terlihat beberapa siswa berkeliaran di
sekolah, dan ada beberapa dari mereka memakai jaket menutupi seragam mereka.
Adam
langsung menuju kantor kepala sekolah untuk menemui Ibu Ana sesuai anjuran Bu Sarah.
Adam mengetuk pintu dan Ibu Ana langsung menyapa mereka berdua, “Kalian pasti
Adam dan Johar ya? Silahkan duduk” kata Bu Ana. “Terimaksih Bu, saya
direkomendasikan oleh Ibu sarah untuk datang ke sekolah ini” jawab Adam dengan
sopan santun. “Saya sudah tahu, Apa kalian bawa berkas-berkasnya?” kata Bu Ana.
“Iya Bu, kami bawa berkas-berkasnya, Ini berkas-berkasnya” kata Adam sambil menjulurkan
Ijazah SMP mereka berdua. “Oh, Adam lulusan tahun lalu ya? Sedangkan Johar baru
kemarin lulus…. Nilai kalian lumayan bagus, oia… Adam membawa raport?” tanya Bu
Ana.
“Ada
bu” Adam pun merogoh tasnya dan mengeluarkan raport kenaikan SMAnya dulu. “Kamu
seharusnya sudah berada di kelas dua Dam, nilai kamu lumayan dan Raport ini
juga sudah ditandatangani di belakang. Pasti wali kelas kamu cerdas membiarkan
kolom perpindahan kosong dengan stempel dan tanda tangan sekolah, jadi kamu
bisa langsung masuk ke kelas dua.” Kata Bu Ana sambil membolak-balikan lembar
demi lembar raport Adam.
“Apa?
Aku bisa langsung masuk kelas dua?” tanya Adam memastikan. “Iya… Johar mulai
dari awal di kelas satu dan kamu di kelas dua” jawabnya. “Maaf bu, bisakah Aku
memulainya dari awal seperti Johar?” Tanya Adam memelas. “Bisa, tapi sayang kan
waktu kamu terbuang?” jawab Bu Ana. “Tidak masalah bu, Aku mau menemani Johar
dari awal lagi” jawabnya sambil tersenyum
“Kak,
mending langsung masuk kelas dua aja” Kata Johar berbisik. “Yaudah, kalian
masuk dari awal lagi dan sebagai SISWA baru di SMA ini, semoga kalian sukses
dan menjadi siswa berprestasi” kata Bu Ana dan mengajak mereka untuk melihat
sekolah. Mereka berjalan mengikuti Bu Ana dari belakang, dan ketika berada di
koridor kantor, Bu Ana berhenti dan menyuruh mereka berdua berkeliling di
lingkuangan sekolah.
“Wah….
Apa benar ini sekolah Swasta?” Tanya Adam keheranan. “Iya kak, Ini sih sekolah
bagus, lihat lapangan Basket, ada perpustakaannya juga” Kata Johar sambil
menunjuk lapangan basket dan perpustakaan. “Bener dek, fasilitasnya lengkap,
ayo kita keliling dulu” Kata Adam mengajak Johar berkeliling. Banyak hal yang
membuat mereka kagum dengan sekolah ini, perpustakaan yang besar, laboratrium
yang lengkap, bahkan Toilet yang bersih. “Kak, ini namanya surga sekolah” jawab
Johar sambil tertawa. Adam menepuk kepala Johar, “Enak Aja bandingin dengan
Surga, biasa aja Dek” kata Adam sambil terus berjalan menyusuri koridor sekolah
di lantai bawah.
Ketika
mereka lewat di lapangan basket yang ada di tengah Sekolah Johar dan Adam
berputar melihat gedung sekolah yang besar dan bertingkat. Dan saat itu juga
Johar melihat ada Bola basket yang terbang ke arah mereka berdua. “Awas!”
teriak johar pada Adam. Adam pun menoleh dan langsung menangkap bola basket
itu.
Johar langsung melihat ke arah bola
berasal dan disana ada tiga pemuda dan seorang perempuan cantik berdiri melihat
ke arah mereka. “Hei, Serahkan bola itu” kata pemuda berjaket biru. “Ini
milikmu?” jawab Adam sambil memainkan bola basket itu. “Ya, cepat serahkan!”
tukas pemuda berjaket biru sambil mendekat kearah mereka berdua. “Kalau mau
ambil sendiri” jawab Johar sambil tersenyum melihat ke arah Johar.
Johar mengerti dan mundur beberapa
langkah dari posisinya. Pemuda itu pun mendekati Adam dan berusaha meraih
bolanya. “Jangan macem-macem kau” kata pemuda itu mengancam Adam. “Silahkan
kalau kamu memang mau bola ini” Jawab Adam sambil melempar bola ke arah Johar.
Johar menangkap bola itu dan menatap
pemuda itu. Namun dua pemuda lain mendekati Johar dan berusaha mengambil Bola
di tangan Johar. “Kak…” kata Johar sambil berlari mendrible bola basket. Adam
pun mengikuti Johar dan menerima umpan Johar, dengan sekali lemparan Bola masuk
ke ring basket. “Kalau mau bolanya Ambil saja sendiri” Adam menunjuk bola yang
menggelinding keluar lapangan.
“Songong banget kalian berdua,
kalian belum tahu kami dan ingat urusan kita tidak akan selesai sampai disini”
kata pemuda berjaket biru. Adam dan Johar hanya tersenyum dan menghindar menuju
kantor kepala sekolah. “Kalian sudah berkenalan dengan Alex?” tanya ibu Ana di
ruang kepala sekolah. “Alex?” tanya Johar. “Iya, anak yang tadi bermain basket
dengan kalian” jawab Ibu Ana.
“Oh, yang pakai jaket biru itu Alex!”
kata Adam sambil tersenyum melihat Johar. “Oia, ini ada Seragam khusus sekolah
ini dari kakak Angkatan kalian, jadi kalian tidak usah beli seragam khusus dan
dapat memakai ini.” Bu Ana memberikan dua stel pada mereka berdua. “Terimakasih
banyak Bu, Oia kapan dimulai aktivitas sekolah? Kami sudah tidak sabar ingin
menikmati masa-masa SMA di sekolah ini” tanya Adam memastikan kepada Bu Ana.
“Minggu depan, karena mulai besok masih acara pengenalan sekolah oleh kakak
Osis, tapi acaranya hanya seremonial gak ada pelonco yang aneh-aneh seperti
sekolah lain, jadi kalian bisa datang lagi besok pagi!” Kata Bu Ana dengan
suaranya yang khas.
“Baiklah Bu, kalau memang sekarang
tidak ada kegiatan di sekolah, kami boleh pamit pulang?” Johar meminta izin
segera pulang. “Iya, sekarang memang masih belum aktif, karena beberapa anggota
Osis masih belum masuk, jadi kalian berdua boleh pulang!” Kata Bu Ana sambil
tersenyum. Adam dan Johar langsung berdiri dan bersalaman kepada Bu Ana.
*********
Sesampainya di rumah, Mereka
mendapati rumah terkunci dan tak ada orang di dalamnya. Johar pun langsung
menggeser Pot bunga, dan ternyata disana ada kunci rumah. “Kok Tahu dek?” tanya
Adam heran. “Hahaha, Aku pernah lihat Mas Yudi kearah sini, ya feeling aja kak”
jawab Johar sambil tersenyum. “Oh, yaudah cepat buka pintunya! Kakak capek”
kata Adam sambil menunjuk pintu kamar.
“Pasti mau tidur siang!” sungut
Johar sambil memasukan anak kunci. Akhirnya mereka masuk ke rumah dan sesuai
tebakan Johar, Adam langsung berbaring di tempat tidur. “Hemm…. Daripada tidur
mending nyuci baju, selama beberapa hari kita datang kita belum pernah menyuci
baju kak, lihat! Sudah menggunung.” Kata Johar sambil menujuk tumpukan baju.
“Iya, ayo kita nyuci… kalau nggak ada kerjaan kakak pengennya tidur terus!”
jawab Adam yang masih bermalasan di atas kasur. “Jangan banyak omong, cepat
bangun!” kata Johar sambil mengambil setumpuk pakaian.
Adam pun bangun dan meraih sisa
pakaian kotor dan mengikuti Johar ke dapur. “kita mau nyuci dimana?” Tanya Adam
kebingungan. “Nggak tahu, tempatnya terlalu kotor ya kak!” jawab Johar.
“Yaudah, kita balik ke kamar lagi!” Komando Adam. “Enak Aja, mau tidur lagi?”
tukas Johar. “Bukan, Maksudnya kita nyuci baju setelah membersihkan kamar mandi
ini, nanti kita nyuci disini” Jawab Adam sambil menunjuk kamar mandi yang kotor.
“Oh begitu, yaudah Kita mundur dulu
ke kamar.. hehehe. Kayak perang aja ya kak, maen mundur segala.” Jawab Johar
sambil tertawa terkekeh. “Dek, ayo kita ke pasar dulu! Beli perlengkapan yang
belum ada di sini” jawab Johar. “Pasar yang kemarin itu?” johar mengingat pasar
yang sebelumnya sudah didatangi mereka untuk membeli seragam. “Iyalah, pasar
mana lagi? Ayo cepat mumpung belum terlalu siang dan tak terlalu panas” jawab
Adam. “Yaudah kak!” kata Johar lemas.
Akhirnya mereka menuju pasar yang
jaraknya tidak terlalu jauh dari tempat tinggal mereka. Adam membeli beberapa
perlengkapan kebersihan dan beberapa perlengkapan masak. “Loh? Kok kakak beli
ini?” tanya Johar ketika melihat Adam membeli alat masak. “Kakak pikir lebih
baik kita masak dek, lumayan kan bisa menghemat pengeluaran” kata Adam. “Tapi…
kakak yakin dengan semua barang kita ini? Sisa uangnya bagaimana kak?” Tanya
Johar khawatir. “Tenang saja dek, masih terkendali kok” Adam terenyum.
Mereka berdua akhirnya kembali ke
rumah dengan membawa banyak barang. Adam juga membeli karpet dengan ukuran 2
meter untuk kamarnya. Banyak pengeluaran di siang itu dan membuat Johar selalu
memikirkan uang. “Kak, Kita cari kerja yuk!” kata Johar sambil menata barang
belanjaannya di kamar. “Kerja? Masalah itu gampang dek… Ayo kita bersihin kamar
mandi dan dapur dulu!” jawab Adam sambil mengambil sikat dan cairan pembersih.
Johar mengikuti Adam dari belakang juga membawa sikat, namun Sikat yang
dipegang johar bukanlah untuk lantai melainkan untuk mencuci pakaian. “Dek, itu
sikat Baju… Adek sapu dapur aja” Kata Adam melihat Johar yang berdiri di
belakangnya.
“Oh, Maaf!” kata Johar kebingungan.
“Kamu kenapa dek? Jangan terlalu banyak pikiran hanya gara-gara uang, Kita
pikirkan dulu apa yang bisa kita kerjakan sekarang!” Adam terdengar sedikit
kesal. “Iya kak, maaf…. Johar terlalu takut!” Johar menyadari apa yang
dipikrkannya, dan dia langsung mengambil sapu membersihkan dapur yang kotor.
Beberapa jam kemudian datanglah Nico yang mendapati Johar dan Adam
membersihkan kamar mandi dan dapur. “Eh, kalian lagi bersih-bersih ya?” Nico
mencoba membersihkan perabotan dapur peninggalan ibunya. “Sambil olah raga Nic,
Ayo bersih-bersih bersama biar badan sehat” Adam berbicara dari kamar mandi
sambil menyiram lantai. “Iya Kak, Nico dan Mas Yudi tidak pernah memakai dapur
jadi membersihkan saja juga tidak pernah” Nico tersenyum malu.
“Kamar mandi sering digunakan tapi tidak pernah dibersihkan” tukas
Johar. “Iya maaf Jo, kami malas ya!” jawab Nico sedikit malu. “Halah,
sebenarnya kita juga pemalas kok Nic” Adam mencoba menghibur Nico dan memberi
kode kepada Johar. “Hehe… iya Nic, Aku juga malas kok kalau di rumah, tapi
kalau di rumah orang bisa rajin begini” Johar menambahkan untuk mengurangi rasa
malu Nico.
“Oia Nic, bagaimana kalau kita masak saja?” kompornya masih berfungsi
kan?” tanya Adam yang sudah selesai dengan kamar mandinya. “Masih kok, itu ada
minyaknya kak… biar Nico bersihkan dulu” Nico meraih kompor di pojok dapur.
“Biar saya yang bersihkan Nic, sekalian Aku cek masih berfungsi atau tidak”
Adam mengambil Kompor dari tangan Nico. Dengan usaha keras kamar mandi dan
dapur menjadi bersih, Adam juga membelikan lampu untuk dapur dan memasangnya
agar dapur menjadi terang.
“Alhamdulillah, semua bersih dan kita punya dapur yang dapat kita
gunakan.” kata Johar mengelap keningnya. Adam mengambil perlengkapan dapur yang
dibelinya di pasar dan menatanya bersama barang-barang peninggalan ibu Nico.
“Kak, terimakasih ya!” Nico mendekati Adam dengan mata berkaca-kaca. “Kenapa
Nic?” tanya Adam. “Berkat kalian berdua sekarang rumah ini selalu ramai, Aku
merasa bahagia karena rumah ini seperti dulu lagi ketika masih ada Ibu…
memikirkan itu, kok Aku jadi inget Ibu ya!” jawab Nico sambil memaksakan diri
untuk tersenyum.
Tiba-tiba Adam memeluk Nico, dan mengusap kepalanya, “Ini seperti
rumahku juga Nic, Kamu dan Mas Yudi juga kuanggap saudara!” Adam menenangkan
Nico yang bersedih. “Terimakasih kak”, Kata Nico melepas pelukan Adam dan
melihat ke arah Johar. Mata johar juga sudah berkaca-kaca tidak bisa menahan
haru di dapur itu, Namun Adam langsung merubah suasana, “Daripada bersedihan,
bagaimana kalau kita masak Mie instan dan telor?” Usul Adam bersemnagat.
“Sekalian masak Nasi kak!” tambah Johar. “Ah, kalian selalu makanan yang
dipikirkan.. hehe” ledek Nico.
Akhirnya Nico dan Johar pergi ke warung membeli beras dan mie Instan tak
lupa juga telur seperempat. Uang yang digunakan adalah uang Johar yang
ditiipkan oleh Adam, Namun Nico mencoba membayar setengahnya. “Nggak Usah Nic,
ini traktiranku dan kak Adam karena sudah bisa sekolah besok pagi” kata Johar
sambil menjulurkan uang kepemilik warung. “Terimakasih ya Jo” Nico terseyum
manis kepada Johar. “Jangan terimakasih aja Nic, Ajari Aku main gitar ya!” Kata
Johar sambil tertawa.
“Sesampainya di rumah mereka berdua langsung memasak di dapur, Ketika
memasak Nasi yang membutuhkan waktu lama, Johar dan Adam menyempatkan untuk
mencuci baju. Nico membentu mereka berdua mencuci dan menjemur pakaian hingga
akhirnya Nasi menjadi matang. Kemudian menggoreng telur dan memasak mie instan,
semua siap di atas piring dan rantang tempat nasi. “Yaudah, mending kita sholat
dulu” kata Adam. “Yaudah kak, duluan sana…. Kita bergantian saja” jawab Johar.
Setelah semua selesai Sholat, barulah Yudi datang dengan gitarnya.
“Wangi apa nih? Siapa yang masak?” Yudi memeriksa dapur dan mendapati dapur
sudah bersih. “Kalian yang masak? Dan beresin ini semua?” kata Yudi sambil
melihat sekelilingnya. “Hehehe… iya Mas, Tidak ada kerjaan jadi bersih-bersih
mas, tidak apa-apa kan?” Johar tersenyum pada Yudi. “Sepertinya Ibu
meninggalkan dapur ini tidak sia-sia, karena ada kalian berdua yang akan
menggunakannya” Yudi terseyum bahagia.
“Yaudah, kita makan dulu mas!” ajak Adam sambil mengangkat makanan ke
ruang tamu. “Wow, Ada yang traktiran ya?” ledek Yudi menatap Johar dan adam
bergantian. “Hahaha, Syukuran mas!” jawab Adam. Adam melihat hanya ada tiga
kursi plastik di ruang tamu, dan Akhirnya dia masuk ke kamarnya mengambil
karpet yang baru ia beli. Adam dan Johar langsung menggelar karpet itu di ruang
tamu. “Kalau makan di bawah begini kan enak” kata Johar melihat Yudi dan Nico
yang berdiri keheranan.
“Kalian baru belanja?” tanya Yudi sambil duduk di atas karpet. “Iya Mas”
jawab Adam. “Berapa harga karpet ini?” tanya Adam sambil meraih piring. “Murah
mas dua meter ini hanya 50rb” Jawab Adam tersenyum. “Yaudah nanti biar kuganti
ya!” kata Yud. “Hah? Nggak usah mas, biarkan saja disini” jawab Adam sambil
tertawa. “Halah, kalian itu masih banyak keperluan” Yudi menatap Adam. “Jangan
begitu mas, Kita disini kan ngontrak. Jadi kami masih punya kewajiban ke mas
yudi dan Nico membayar kontrakan, Kalau mas Yudi memang mau membayar karpet ini
sekalian hitung berapa biaya kontrakan kami mas. Dengan begitu kami bisa
membayarnya setiap bulan!” suara Adam terdengar sangat sopan.
“Kalian tinggallah sesuka hati kalian disini, dan jangan memikirkan
biaya tempat tinggal karena kalian benar-benar membuat rumah ini seperti dulu
lagi, serasa ada Ibu di rumah ini.” Kata yudi. “Maksudnya mas?” tanya Johar
memastikan apa yang didengarnya itu benar. “Iya mas, maksud mas Yudi itu apa?”
tambah Adam dengan nada penasaran. “Maksudnya kalian tinggalah disini gratis,
ya mungkin nanti kita patungan untuk bayar listrik dan air aja” Yudi tersenyum
kepada Adam dan johar. Nico yang diam akhirnya angkat bicara, “Sudah dengar
kan? Kalian gratis tinggal di sini! Nanti kalau memang mau masak biar kita
patungan dan masak bergantian” Nico terseyum. “Emang Nico bisa masak?” tanya
Yudi. “Hehe… Enggak Mas!” jawabnya polos. Akhirnya semua tertawa dan langsung
menyantap makanan yang sudah mulai dingin.
************
Ke esokan harinya Adam dan Johar kembali ke sekolah, “Kak, sudah mulai
ramai ya!” Kata Johar sambil berjalan di samping Adam. Ketika melewati ruang
guru, Johar bertemu dengan Bu Ana. “Johar, Adam…. Kalian baru datang?” tanya Bu
Ana ramah. “Baru saja Bu” Johar menjawab pertanyaan itu. “Oh Ayo ikut Ibu ke
ruangan” Bu Ana mengajak Johar menuju ruangannya. “Ini Jo, ada kue buat kalian
berdua! Karena kemarin ada acara di rumah!” kata Bu Ana sambil menjulurkan
sekotak kue pada Johar.
“Eh, terimakasih Bu” jawab Johar dan Adam bersamaan. “Ingat… jangan
dibuang! Harus dimakan” kata Bu Ana sambil tersenyum. “Pasti bu ini kan
makanan, gak mungkin kita buang!, yaudah kami pamit keluar dulu Bu!” Adam
keluar dari ruangan kepala sekolah dan Johar mengkuti Adam dengan membawa kota
berisi kue. “Dek, mending simpan didalam tas kakak saja” Kata Adam sambil
membalikan badannya. Akhirnya kotak berisi kue itu masuk ke dalam ransel Adam
dan mereka berdua menuju pinggir lapangan Basket melihat beberapa siswa baru
berhamburan di sana.
“Ketika Asyik duduk memandangi suasana yang ada terdengar suara
keributan di belakang sekolah. Johar dan Adam berdiri dan melihat dari jauh ada
keributan apa di belakang sekolah. Ternyata Johar dan Adam melihat Alex dan gengnya
membuat keributan di belakang sekolah. “Si Alex and the gank kak, songong
banget tuh anak!” kata Johar sambil melihat mereka di belakang sekolah. “Sudah
lah, jangan terlalu dipikirkan dan kita tak harusnya bermasalah dengan mereka.
Kamu lihat kan? Mereka sepertinya menjadi biang masalah di sekolah ini, mungkin
saja orang tua mereka orang-orang berpengaruh di sekolah ini jadi sekolah tidak
pernah menindak merekaQ!” Adam mencoba menganalisis keadaan. “Apa? Mereka kan
sama seperti kita kak! Masih baru dan tak mungkin bisa berkuasa seperti itu”
jawab Johar. “Aku sempat mendengar pembicaraan anak-anak tadi, katanya Alex
adik dari mantan preman sekolah sini, dan orang tuanya adalah donatur di
sekolah ini” jawab Adam memandang lapangan basket.
“Oh, Begitu kak….pantesan sombong banget tuh anak” Jawab Johar. “Yaudah
sebaiknya kita pergi dari tempat ini, daripada bertemu dengan mereka. Karena
kita sudah bermasalah dengan mereka kemarin” Kata Adam sambil tertawa. “Loh?
Kakak takut?” tanya Johar mengikuti Adam. “Tidak, tapi ini jalan terbaiknya.”
Adam tersenyum dan pindah ke depan perpustakaan.
Tak lama mereka duduk di perpustakaan, bel sekolah pun berbunyi.dan
suara pengeras suara terdengar meminta semua siswa baru berkumpul di lapangan
basket. Johar dan Adam bergabung dengan segerombolan siswa baru di lapangan
basket. Dan setelah mendengar pengarahan atas pembagian kelas dan kegiatan yang
akan dilakukan sampai sore hari, akhirnya semuanya bubar menuju papan
pengumuman. Di papan pengumuman terpampang pembagian kelas dan semua siswa
harus masuk kelas yang sudah ditentukan.
Untung saja Johar dan Adam masih satu kelas dan mereka berdua langsung
menuju kelas yang ada di lantai dua. Ini kali pertama bagi johar dan Adam
menaiki lantai dua, karena sebelumnya mereka hanya berkeliling di bawah. Ketika
memasuki kelas Johar terkejut melihat Alex dan genknya sudah menempati kelas.
Beberapa dari siswa terlihat segan terhadap mereka, dan itu membuat mereka
semakin percaya diri. Namun, berbeda dengan Adam, dia santai berjalan
berdampingan dengan Johar tanpa menghiraukan Alex dan gengnya.
“Heh, kamu yang kemarin itu kan? ngapain disini?’ bentak alex. “Owh….
Santai aja bro, kami disini mau sekolah dan mengikuti kegiatan ini.” Jawab Adam
tersenyum sambil mengangkat kedua tangannya. “Sini lo” Alex berdiri dari tempat
duduknya. “Sorry, Aku sudah mendapat tempat duduk di sana, tak mungkin bagiku
untuk duduk disebelahmu” kata Adam sambil menunjuk tempat duduk di sebelahnya.
Johar di sebelah Adam hanya tersenyum dengan ulah Adam. “Kak, jangan diladeni.”
Bisik Johar ditelinga Adam. “Heh, ngapain berbisik?” kata Alex. Johar hanya
tersenyum dan itu membuat Alex semakin marah.
Alex memandang kedua temannya dan mereka berdua langung mendekati Adam
dan Johar. Seketika Adam dan Johar juga berdiri untuk melawan dua orang teman
Alex. “Ada apa ini?” Kata Bu Ana yang masuk ke kelas. Seketika semuanya
langsung bubar dan duduk di bangku masing-masing. Bu Ana melihat ke arah Adam
dan Johar sambil menggelengkan kepala. “Baiklah, Ibu harap kalian disini itu
Akur jangan ada keributan, karena Ibu mau sekolah ini terkenal dengan
prestasinya bukan terkenal dengan premanismenya, sudah terlalu lama sekolah ini
terkenal dengan segi negatifnya dan itu membuat nama sekolah ini semakin jelek
di masyarakat”, Bu Ana meminta mereka untuk selalu bersikap baik.
“Yaudah, sekian dan saya serahkan kepada kakak-kakak osis kalian” kata
Bu Ana dan langsung keluar dari ruangan. “Kak, sekolah bagus ini terkenal
dengan negatifnya?” bisik Johar. “Iya dek, Waduh…. Sepertinya kita salah masuk
sekolah nih!” jawab Adam kecewa. “Hahaha, tak masalah kak asalkan gratis dan
dapat ilmu dari guru yang berkompeten!” Adam masih berbisik. “Kita lihat saja
nanti, apakah guru disini berkompeten atau sama seperti murid-muridnya?” Adam
tersenyum sinis.
Ketika acara dimulai, yang pertama adalah pengenalan tentang sekolah dan
beberapa fasilitas yang berada didalamnya oleh anggota Osis, dan selanjutnya
beberapa pelatihan kedisiplinan dan motivasi dari beberapa guru yang bergantian
masuk ke kelas. Hingga Akhirnya terdengar suara adzan dan mereka pun langsung istirahat.
Adam dan Johar bergegas menuju Mushollah yang berada di samping ruang guru di
lantai bawah.
Selesai sholat, Adam dan johar lagi-lagi dicegat oleh Alex yang selalu
berempat dengan temannya. “Mau sholat ya?” tanya Johar pada mereka berempat.
“Kalau kalian cowok, datanglah di belakang sekolah nanti sore sepulang sekolah!”
Alex menantang Adam dan Johar. “Mau kamu Apa lex? Sepertinya kalian punya
dendam kepada kita hanya gara-gara bola kemarin?” Adam kali ini terpancing emosi.
“Biar kalian tahu siapa diriku, dan jangan macam-macam kepada kami!” Alex dan
genng-nya langsung menghindar.
Adam dan johar masih berdiri di depan pagar mushola. “Adam, Johar?” sapa
Bu Ana di musholah. “Kalian buat masalah dengan mereka?” Bu Ana terdengar
khawatir. “Mereka siapa Bu?’ tanya Johar sambil melihat ke arah Alex dan
gengnya. “Sebaiknya kalian ikut Aku ke kantor” pinta Bu Ana.
Ketika di ruang kepala sekolah, adam diceritakan tentang Alex dan
Gengnya. “Mereka berempat adalah anak donatur tetap di sekolah ini, dan Ayah
Alex adalah donatur terpenting di yayasan ini. Alex sebenarnya anak baik,
begitu juga dengan almarhum kakaknya Satria. Namun didikan kedua orang tuanya
yang membuat mereka keterlaluan di sekolah. Satria menjadi ketua geng di
sekolah ini, dan meninggal kecelakaan ketika Satria balap liar di jalan.” Bu
Ana menghentikan pembicaraannya ketika mendengar suara bell masuk.
“Bu, bell masuk!” kata Johar tegang. “Biarlah, nanti saya antarkan
kalian ke kelas dengan alasan kalian masih ada urusan denganku sebagai kepala sekolah!”
Jawab Bu Ana. “Yaudah Bu, Oia perempuan yang selalu bersama Alex itu siapa? Dan
dua laki-laki seperti body guardnya itu siapa Bu?” Adam mulai tertarik dengan
geng Alex. “Perempuan itu adalah Stella, dia juga anak donatur tetap dan kedua
laki-laki itu adalah Rendy dan Roy, merekalah yang sering berkelahi disekolah
ini kalau dibandingkan dengan Alex, namun Alex adalah biang masalah” Jawab Bu
Ana menerawang. “Loh, bukannya mereka masih baru bu? Kenapa Ibu tahu tentang
mereka?” tanya Adam penasaran. “Mereka dulu satu sekolah ketika SMP, dan Saat
SMA sekarang ini, mereka masih terus bersama. Orang tua Alex meminta sahabat
Alex menempati kelas yang sama. Ntah bagaimana dengan otak mereka Aku belum
tahu pasti!”, Jawab Bu Ana lemas.
“Yaudah, Ayo kalian ku antar ke kelas biar tidak di hukum oleh guru
pengisi materi, Oia… Aku mohon pada kalian jangan terlalu mencari masalah
dengan Alex atau sahabat-sahabatnya itu.” Harapan Bu Ana pada mereka.
Sesampainya di kelas, Adam langsung menuju kursinya dan menyimak materi yang
disampaikan oleh seorang guru.
Dan Akhirnya Masa oriantasi siswa yang diisi ceramah selesai, Adam dan
Johar langsung menuju Anak tangga dan menuruni tangga. Ketika sampai di lantai
bawah, lengan Johar ditarik oleh Rendy dan Roy menuju belakang sekolah. Johar
memberontak dan tak tahu harus berbuat apa. “Heh!, lepasin tangan Jo” Kata Adam
mencoba menarik Roy. “Ikuti kami!”, kata Roy. “Iya! lepasin dulu!”kali ini Adam
membentak mereka berdua. Roy dan Rendy melepaskan Johar, seketika Johar
mendorong Roy membuatnya hampir terjatuh. “Cukup Jo, kita ikuti mau mereka!
Lama-lama mereka benar-benar menyebalkan!” Kata Adam sambil menuju belakang
sekolah.
Di belakang sekolah ada Alex yang sedang merokok ditemani Stella.
“Kalian pikir bisa kabur?” Kata Alex. “Sebentar lex, Apa mau kamu?” Tanya Adam.
“Aku mau kalian meminta maaf kepada kami” jawabnya santai. “Oh, kamu mau kami
minta maaf, Ok…. Maafkan kami!” jawab Adam datar. “Tidak segampang itu, kalian
harus berlutut di depanku dan minta maaf secara tulus!” Alex semakin ngelunjak.
“Heh, kau pikir kamu itu siapa? Kau pikir kamu ini ketua geng sekolah
hanya gara-gara kalian orang kaya dan ayah kalian donatur di sokolah ini” Johar
mendekati alex dan memegang krah bajunya. Alex langsung meninju Johar tepat di hidungnya
dan langsung mengalir darah segar di hidungnya. “Jo!” teriak Adam ketika Johar
roboh.
“Adam pun langsung menghajar Alex, namun Adam hanya bisa membalas
memuluk wajah Alex dua kali dan akhirnya Adam di keroyok oleh Roy dan Rendy.
Johar bangun dan membantu Adam, sedangkan Alex berdiam diri dengan terus
memegang pelipisnya yang lebam, juga hidungnya yang berdarah. Johar melawan
Roy, sedangkan Adam berhadapan dengan Rendy. Mereka berdua saling memukul dan
bergulat di lapangan sekolah. “Berhenti!” Suara Stella membuat Roy dan Rendy
berhenti. “Cukup! Ayo kita pulang lihat Alex terus mimisan nih!” kata stellah
melihat alex yang terus mimisan. Roy dan Rendy langsung berlari memapah Alex
menuju mobilnya di tempat parkir.
“Ini Buat kalian” kata Stella sambil melempar sebungkus tisu dan berlari
mengikuti Alex. “Adek tidak apa-apa?” tanya Adam sambil melihat wajah Johar.
“Aku tidak apa-apa kak, kakak bagaimana?” suara Johar ngos-ngosan. “Cuma
sedikit sakit di wajah, Ambil tisu itu dek kita harus bersihkan luka ini” kata
Adam menyuruh Johar. Akhirnya mereka berdua menuju toilet dan membersihkan
luka-lukanya.
Tak berapa lama kemudian Johar keluar dari toilet dan duduk merasakan
kesakitannya. “Dek, beneran kamu tidak apa-apa?” Tanya Adam memastikan. “Aku
sedikit pusing kak, Tapi masih bisa ditahan kok” Jawab Johar perlahan. “kita
tadi belum makan dek, Oia kita masih punya kue pemberian bu Ana tadi” Adam
membuka ranselnya. Kotak kue dari Bu Ana sudah tidak karuan, karena perkelahian
tadi.
“Kuenya hancur dek!” Adam mengeluarkan kotak kue itu dan mencoba memakan
kue yang sudah tak berbentuk. “Asal masih bisa dimakan kak, kita sudah janji
pada bu Ana akan memakan kue-kue ini” Johar mengambil serpihan kue dan
memakannya. “Iya dek, meski hancur begini yang penting rasa tetap enak dan juga
mengenyangkan” Adam terus menghabiskan kuenya. Hingga akhirnya mereka berdua
keluar dari sekolah dan pulang menuju rumah dengan luka lebam di wajah mereka.
Ketika berada di rumah, Johar bertemu dengan Nico. “Johar? Kenapa?” Nico
terdengar sangat khawatir. “Habis berantem Nic” Jawab johar sambil meringis
dengan wajah lebamnya. “Kak Adam tahu?” tanya Nico sambil melihat ke arah kamar
Adam. “Aku dan kak Adam berantem bersama, sekarang dia lagi istirahat” Jawab
Johar. “Maksudnya kalian berdua berantem? Kenapa sih bersaudara harus berantem?”
Kata Nico heran. “Bukan Nic, Aku dan kak Adam tadi berantem dengan Gank
Sekolah” Jawab Johar sambil mendekati tempat minum.
“Yaudah, ayo ikut Aku jo!” Nico menarik Johar yang saat itu sedang
meminum air. “Heph…” Johar hampir menumpahkan Airnya. “Kemana Nic?” Tanya Johar
panik. “Aku obati lukamu” Jawab Nico datar dan langsung masuk ke kamar Nico.
“Tidak usah Nic, Nanti juga sembuh” jawab Johar. “Kata siapa? Ini harus segera
diberi anti septic dan ini Aku ada persediaan” Nico mengeluarkan kotak obatnya
dan mulai mengobati Johar.
Perlahan Nico mengusap pelipis johar, dan diarea bibir yang terluka.
“Nic, Kamu baik banget ya!” Kata Johar. “Diam, nanti Obatnya masuk ke mulut”
tukas Nico. Setelah selesai Johar masih duduk di kamar Nico melihat Nico
membereskan kapas dan beberapa plaster. “Jo, kamu bawa ini ke kamarmu dan obati
kak Adam” Nico menjulurkan kotak obatnya. Johar hanya diam memandang Nico dan
memikirkan sesuatu. “Heh, jangan banyak melamun. Kamu mikirin siapa sih?” tanya
Nico. “Mikirin kamu Nic” jawab Johar spontan. “Udah… pergi ke kamar kamu Jo!”
Nico mendorong Johar ke luar kamar.
“Tadi baik, sekarang jadi galak kamu Nic” Johar tersenyum pada Nico.
“Obati kak Adam Ya!” kata Nico sambil menutup kamarnya. “Nic, tunggu sebentar!’
Johar menahan pintu yang akan ditutup oleh Nico. “Ada apa Jo?” tanya Nico
sambil membuka lagi pintunya. “Aku hanya mau bilang, terimakasih ya!” Johar
tersenyum dan suaranya terdengar sangat tulus.
Johar pun langsung pergi dari
kamar itu dan masuk ke kamarnya. “Kak bangun!” kata Johar. Namun Adam masih
terlelap dalam tidurnya. “Terpaksa Johar mengobati Adam yang sedang terlelap,
perlahan namun pasti Johar menempelkan kapas-kapas yang sudah di lumuri anti
septik pada luka Adam. “Dek?” kata Adam yang terbangun karena kesakitan.“Kakak
berobat dulu ya!” Johar membenarkan posisinya. Perlahan Adam duduk dan
memasrahkan lukanya pada Johar.
“Adek siapa yang mengobati” tanya
Adam heran melihat luka Johar sudah ditutup kapas. “Nico kak!” jawabnya datar.
“Jangan sampai Adek cerita siapa yang menjadi musuh kita pada Nico atau pun Mas
Yudi. Kakak tak mau menjadi melebar masalahnya! Kamu tahu kan Mas Yudi banyak
kenalan preman disini?” kata Adam sambil meringis kesakitan. “Iya kak, Aku juga
berfikiran begitu, Aku tadi bercerita pada Nico namun tidak menyebutkan nama
mereka” Jawab Johar sambil menempelkan plester.
********
Di waktu yang bersamaan Nico di kamarnya berbaring menghadap langit-langit
memikirkan perasaan tak lazim dari dirinya. Di pikirannya hanya ada wajah
Johar, dan selalu memikirkan Johar. “Kenapa denganku ya? Kenapa harus selalu Jo
yang kupikirkan?” Nico mencoba menghilangkan bayangan Johar. Namun setiap
berusaha menghilangkan bayangan itu, bayangan Johar selalu jelas membayanginya.
“Apakah Aku suka Johar?” Nico bertanya pada dirinya sendiri.
“Tak mungkin Aku menyukainya dia sudah seperti saudara bagiku, tapi Aku
takut kalau ini benar-benar rasa suka yang berbeda dan akan menjadi Cinta!”
Nico berbicara sendiri di kamarnya. “Aku juga tidak tahu kalau dia sama
sepertiku yakni seorang laki-laki yang mencintai kaumnya sendiri, laki-laki
dengan cinta yang tak pernah diterima oleh masyarakat” Nico terus memikirkan
keadaanya dan akhirnya terlelap dalam tidurnya di sore itu.
Akhirnya
Ada masalah lain yang dihadapi oleh Johar dan Adam, mereka harus menyelesaikan
masalahnya dengan Alex dan berusaha menjadi siswa berprestasi. Di sisi lain Ada
seorang yang memilki perasaan berbeda terhadap Johar, yakni Nico! Apakah Johar
akan mengetahui perasaan Nico? Dan bagaimana Adam dan Johar bertahan di sekolah
dengan musuh besarnya? Silahkan baca Mengejar Masa Lalu 04
Sekian
dan terimakasih.
baca lanjutannya ini, pertama aku merasa seperti sedang bermain mon, wktu mreka bersih2 dan masak2 itu, lucu kalii....
ReplyDeleteTruss acara disekolah yg berantem itu, seru jga tp bkin deg2'an dgn nasib mreka kelanjutannya
rasa cinta nico ke johar itu, mengingatkanku dengan ceriya film love of siam.... Hihiii...ga tau kenpa, tp seruu....
Kalimat terakhir berasa seperti cerita legenda di radio2 dlu wktu kecil, bkin penasaran....kekeke...
Dira
@Diraaaa : Wah Serasa jaman dulu ya? ada pertanyaan di akhir cerita. wkwkwkwk. Tapi emang sengaja dibuat seperti itu Dir, mengingat pembaca cerita di radio dulu :P Aku belum nonton love of siam, semoga gak sama :D wkwkwkwkw
DeleteWah smalem komnenku ga masuk, heheheh
ReplyDeleteKomen lagi dah...
Hmmmm... Tetep keren... Makin bnyk misteri..
Lanjut...
Wah gda namanya komenku diatas, hehehe
ReplyDeleteIdans_Go
itukah yang dinamakan komentar? hahaha... dasar idans yang lagi terbuai asmara mengomentari cerita singkat banget :D tapi tetep ku ucapkan terimakasih buat idans :)
ReplyDeletestory yg k 4 udah di hapus ya
Deletesambungan yang ke 4 mana ni story nya
ReplyDeleteMaaf Bro, linknya rusak, tapi sudah diperbaiki... http://rayrowling.blogspot.com/2013/01/MML-04.html
Delete