Wednesday, 5 September 2012

Antara Prinsip, Cinta dan Persahabatan



            Prinsip memang harus dipegang teguh, sampai akhir hingga ajal menjemput. Ini kisah seorang pemuda berumur 20 tahun yang selalu menjaga prinsipnya. Dia adalah Faris dengan prinsipnya yakni “Persabatan tidak boleh dikotori oleh Cinta”. Baginya prinsip itu adalah harga mutlak demi kebaikan dirinya dan orang lain.
            Ntah berapa kali Faris menjauhi beberapa temannya, Faris selalu menjauhi mereka jika mereka mengatakan Cinta atau sekedar memberi isyarat pada Faris. Faris memang pemuda yang egois, egois bagi kebanyakan orang. Namun baginya dia hanyalah orang yang selalu memegang prinsipnya. Hingga suatu hari Faris mendapatkan ujian akan keteguhan prinsipnya. Prinsip yang telah banyak mengecewakan orang-orang yang mencintainya.
***
            Seperti biasa Faris selalu menghabiskan waktu senggangnya untuk tidur siang, namun siang itu Faris mendapat telefon dari sahabatnya bernama Ciko, Ciko adalah sahabat Faris sejak delapan bulan yang lalu dan mereka berdua sama-sama akan menghadapi wisuda dua minggu lagi. Dengan suara masih berat Faris menjawab panggilan telfon Ciko.
“Hem… ada apa Cik?”
Shit… Capek Aku Bilangin kamu Ris, Panggil aja Iko” Ciko terdengar marah, namun Faris membalasnya dengan canda tawanya. Ciko memang sangat tidak suka jika Faris memanggilnya dengan kata Cik, baginya kata Cik adalah panggilan untuk chinese dalam artian nyonya.
“Maaf Tuan Iko Ssi, saya hanya bercanda dan seperti biasa saya berhasil membuat alismu mengkerut, hem… ada perlu apa ko?” tanya Faris tentang alasan Ciko menelfonnya.
            Ciko mengutarakan maksudnya, yakni dia ingin mengajak Faris untuk menghadiri pesta ulang tahun Boy Friend Ciko. Tentu saja Faris mengiyakan ajakan Ciko, karena saatnya bagi Faris untuk memperbaiki hubungan dengan mantannya. Ya… BF Ciko adalah Mantan Faris, dan setelah bertahun-tahun berhubungan dengan Faris Akhirnya Hubungan yang dimulai dari hubungan persahabatan berakhir gara-gara salah satu dari mereka tersakiti. Sejak saat itulah Faris membentuk prinsip baru dalam hidupnya, prinsip yang membuat dirinya terlihat sangat egois.
            Waktu sudah menunjukan pukul 18:00, Faris pun sudah siap di depan kosnya menunggu Ciko datang menjemput. Hingga beberapa menit kemudian Ciko datang dengan mobilnya. Suara klakson di depan gerbang sebagai isyarat bagi Faris. Faris pun langsung bergegas menuju mobil Ciko.
“Aku tidak harus membawa hadiah kan?” tanya Faris saat membuka pintu mobil.
“Aku juga tidak membawa hadiah Ris… hahahaha”, Kata Ciko dan diakhiri tawanya.
“Loh? Kok gitu? Ayo Ko cari hadiah dulu. Masak kita berdua tidak ada yang membawa kado.”
“Tenang Ris, Aku sudah bawa kado kok, Kamu adalah kadonya dan si Kado juga tidak boleh bawa Kado” lagi-lagi Ciko tertawa.
“Ah… Ribet penjelasanmu. Yaudah Aku ikut kamu saja” kata Faris dan langsung duduk disamping Ciko.
            Ciko memang pemuda yang sangat lucu, baginya keceriaan didepan umum adalah harga mutlak. Ciko memang tidak pernah terlihat bersedih meski pernah kecewa dengan sikap Faris dulu, karena Faris yang tetap dengan prinsipnya pernah menolak Ciko dan menghindari Ciko. Namun Ciko tidak patah semangat, dia masih memperjuangkan persahabatannya dengan Faris, dan berusaha mengubah perasaannya terhadap sahabatnya tersebut.
“Ris, Terimakasih ya… “, Ciko tersenyum sambil terus fokus menyetir.
“Untuk apa?”, Faris memandang Ciko dan langsung mengerutkan alisnya ketika melihat Ciko tersenyum sendiri.
“Untuk semuanya, untuk persahabatan kita, untuk delapan bulan terakhir dan untuk malam ini” jawab Ciko.
“Hem… Aku juga ingin bilang terimakasih banyak kamu memang teman dan sahabatku paling baik Ko”. Faris tersenyum pada Ciko dan mereka pun melanjutkan perjalanan menuju rumah Mike.
*******
            Di sebuah komplek perumahan yang mewah, Ciko berhenti tepat di rumah yang sedang riuh dengan suara alunan musik. Terlihat beberapa mobil terparkir berdekatan disekitar rumah itu. Ciko dan Faris pun keluar dari mobil menuju rumah itu.
“Ko, Ramai banget” celetuk Faris ketika memasuki gerbang.
“Sepertinya memang begitu, ini pesta ulang tahunnya yang terakhir yang dirayakan dengan teman-teman kampusnya”, jawab Ciko sambil terus berjalan mendampingi Faris.
            Tepat di depan pintu rumah terlihat sosok laki-laki yang sudah tidak asing lagi bagi mereka berdua. Dia adalah Mike seorang pemuda berumur 20 tahun yang mengadakan pesta ulang tahunnya. Mike memang pemuda yang sangat tampan dan kaya, apapun yang diinginkannya selalu dapat dipenuhi oleh kedua orang tuanya, termasuk mengadakan pesta yang sangat meriah untuk memperingati kelahirannya.
            Ketika melihat Ciko, Mike langsung tersenyum dan mimiknya berubah ketika melihat Faris. Wajah putihnya langsung berubah menjadi kemerahan, dan terlihat sangat canggung.
“Ciko, Semua sudah datang dan kamu orang spesial yang datang paling akhir” Tukas Mike memandang Ciko.
“Ngaco… Terdengar yang lain tau rasa kau”, tukas Ciko sambil mencubit perut Mike.
“Hai, selamat ulang tahun mike”, kata Faris menjulurkan tangannya ketika Mike melihatya dengan ragu.
“Hai, ternyata kejutan itu adalah kamu Ris… terimakasih sudah datang ke pesta ini, dan maaf sebelumnya kalau…”, kata Mike dan langsung terpotong oleh Faris.
“Sudahlah, semua sudah berlalu… ngomong-ngomong sampai kapan kita di depan pintu?” kata Faris sambil tertawa pelan.
            Akhirnya mereka bertiga masuk ke ruang tengah berkumpul bersama teman-teman kuliah Mike. Tidak ada seorang pun yang Faris kenal di ruangan itu, namun hampir semua pasang mata melihat ke arahnya. Faris mencoba bersikap sewajar mungkin dan tersenyum pada mereka semua.
            Lampu mulai redup, Acara inti segera dimulai. Mike langsung memposisikan dirinya ditengah ruangan dan seketika kue tar yang diatasnya ada lilin berangka 20 menghampiri Mike. Suara alunan musik berubah menjadi alunan piano yang memainkan lagu selamat ulang tahun. Semua tamu pun ikut bernyanyi dan akhirnya mike meniup lilinnya.
            Ciko berada disekitar Mike dan pastinya di samping Mike adalah kedua orang tuanya. Setelah acara potong kue kedua orang tua Mike pamit ke lantai dua dan membiarkan putranya beramah tamah pada tamu-tamunya.
            Saat Ciko mulai sibuk mengobrol dengan teman-teman Mike, saat itu juga Faris merasa sendirian di ruangan itu. Meski Ciko meninggalkan Faris, namun Faris tetap berusaha menikmati suasana pesta di ruangan itu. Faris menjelajah ruangan itu mengambil segelas minuman yang sudah disediakan.
            Namun Faris terkejut ketika seorang pemuda menghampirinya dan langsung tahu nama Faris.
“Faris ya?” kata pemuda itu.
“Eh, Iya… Apa kita pernah jumpa?” Faris berusaha membuka memorinya mencari gambaran pemuda itu.
“Kenalkan nama saya Joy, sebelumnya kita memang belum pernah jumpa dan saya tahu tentang kamu dari Mike” jawabnya sambil tersenyum.
“Hemmm… jangan bilang kalau kamu itu…” Faris memotong kalimatnya. Joy langsung tersenyum dan bertingkah melihat semua orang di pesta.
“Faris, feeling kamu memang selalu tepat, dan itu terbukti dari putusnya kamu dengan Mike dulu”, lagi-lagi Joy tertawa.
“Hahaha… bisa saja, well kenapa gak kumpul dengan mereka” kata Faris menunjuk Arah Mike dan Ciko.
“Kamu sendiri bagaimana? Aku lihat kamu mulai awal datang sepertinya sudah tidak nyaman berada disini” Kata joy sambil menujuk Faris.
            Saat Faris tersenyum, Joy langsung mengajaknya menuju halaman samping rumah Mike. Faris mengikuti Joy ke samping rumah dan duduk di sebuah bangku taman. Saat Joy mengeluarkan sebungkus rokok, Faris langung mengatakan bahwa dia tidak suka berdekatan dengan orang yang merokok dan pamit untuk masuk kedalam.
“Sorry, gak jadi merokok deh” kata Joy.
“Silahkan saja, Aku tidak pernah melarang orang merokok.” Jawab Faris sambil tersenyum.
“Gak jadi, Aku hanya ingin menemanimu saja, karena aku tahu kamu itu tidak kenal dengan mereka yang di dalam” jawab Joy sambil meneguk minumannya.
            Obrolan pun mengalir begitu saja. Faris merasa ada perasaan lain yang akan tumbuh nantinya jika mereka berdua semakin akrab. Namun perasaan itu hanyalah sebatas suka pada Joy. Suka bagi Faris berbeda dengan Cinta, Suka baginya adalah pondasi mau dibawa kemana rasa suka itu. Ada dua kemungkinan, Cinta dan Kagum. Namun kali ini, Faris merasa, rasa sukanya akan mengalir dan berakhir pada rasa cinta kepada Joy.
            Waktu semakin lama semakin larut, dan beberapa tamu sudah pulang. Hingga akhirnya Ciko datang menghampiri Faris di halaman samping.
“Hei, Kamu kok disini Ris?”
“Tanya dirimu aja Ko, kenapa kamu lupa sama orang yang kau bawa kemari”
“Hahahaha, Aku tadi mencari kamu, tapi kamu tidak ada didalam ruangan dan akhirnya teman-teman mengalihkan semuanya, termasuk dirimu. Maaf ya Ris”
“Tidak apa Ko, Faris mulai tadi tidak sendiri kok, Mulai tadi kita berdua ngobrol bersama” Sela Joy saat Ciko meminta maaf pada Faris.
“Terimakasih Joy, Si Faris ini orangnya memang gitu sulit untuk membaur. Dan sekali lagi maaf ya Ris”
“Iya, tapi…” jawab Faris sambil melihat ke ruang tengah.
“Tapi apa?”
“Aku laper, dan Saat di dalam Aku tidak makan Hidangannya, tolong ambilkan ya Ko” Kata Faris sambil tersenyum memohon pada sahabatnya.
“Ok boss, santapan segera datang” jawa Ciko dan langsung menuju ruang tengah.
            Sesaat semua hening diantara Joy dan Faris. Hanya ada suara Motor dan Mobil para tamu yang sudah pergi menjauh dari rumah. Faris masih memikirkan akan perasaannya pada Joy. Faris merasa nyaman saat mengobrol dengan Joy, Namun konsentrasinya buyar oleh pertanyaan Joy tentang Ciko.
“Ris, sepertinya kamu dan Ciko memang benar-benar dekat ya. Sepertinya asyik tuh hubungan persabatan kalian” kata Joy.
“Iya, Ciko memang satu-satunya sahabatku yang tersisa” jawab Joy datar.
“Yang lain kemana?” Joy memandang Faris.
“Yang lain Aku hindari, dan semua itu gara-gara Prinsip yang kupegang” kata Faris semakin datar.
“Wah… ada yang ngomongin prinsip nih… Mau prinsip atau makan?” Kata Ciko sambil melihat ke arah Faris.
            Terlihat Ciko tidak sendiri, Mike menyusul ke halaman Samping dengan membawa makanan. Joy langsung berdiri dan izin untuk mengambil minuman untuk mereka di dalam. Faris langsung menerima makanan dari Ciko dan mengajak Ciko untuk duduk.
“Aku tidak diajak duduk?” tukas Mike yang berdiri disamping Ciko.
“Apaan, Kamu kan yang punya rumah, So silahkan duduk saja. Hahaha” Faris sengaja membuat suasana tidak kaku.
“Tapi… Aku mau juga disuruh duduk oleh kamu Ris” kata Mike sambil duduk di bangku taman.
“Halah, Pangku saja pada Ciko. Ko, Pangku Mike” kata Faris sambil tersenyum.
“Biasanya Aku yang Sering dipangku Ris” kata Ciko sambil tertawa melihat Mike.
            Saat mereka bertiga mulai ngaco akhirnya Joy datang dengan membawa minuman dingin. Malam itu memang malam yang menyenagkan bagi mereka berempat. Malam yang membahagiakan bagi Faris, karena dapat membuang rasa amarah dari masalah yang timbul saat bersama Mike dulu. Faris lebih suka melihat Ciko bahagia bersama Mike, baginya kebahagiaan seorang sahabat adalah segala-galanya.
****
            Seminggu berlalu setelah pesta itu, Faris memiliki teman telfon dan SMS yakni Joy. Joy sangat inten menghubungi Faris, dan Akhirnya Faris memilik suatu hasrat pada Joy, perasaan Cinta pada Joy. Namun Faris tidak memiliki keberanian untuk mengungkapkannya. Ketika ada kesempatan Joy mengajak Faris untuk makan di sebuah café. Faris pun menyetujuinya dan bertemu disebuah café yang menjadi tempat favorit Faris.
“Ris, Aku masih penasaran dengan prinsip kamu” kata Joy.
“Banyak prinsip yang kupegang Joy, Prinsip yang mana yang membuat kamu penasaran?”
“Prinsip yang dapat menjauhkan kamu pada sahabat-sahabatmu”
“oh, Aku itu paling anti menjalin hubungan dengan sahabat, bagiku hubungan persahabatan kalau ada rasa cinta nantinya persahabatan itu akan hancur mengikuti hancurnya cinta itu”
“Bagitu ya? Kalau memang itu prinsipmu Aku tak mau menjadi sahabatmu”
“Kenapa?” tanya Faris.
“Aku takut nantinya Aku jatuh cinta padamu. Hahahaha” Joy langsung tertawa.
            Saat Joy mengatakan hal itu, Faris merasa sangat senang. Faris memang memiliki rasa pada Joy, namun menunggu moment yang tepat untuk mengungkapkannya. Faris memutuskan untuk mengungkapkan perasaannya saat Wisuda mereka berdua. Meski mereka beda fakultas namun mereka akan Wisuda hari dan tempat yang sama, dan saat itu Juga Faris berencana akan mengatakan semuanya pada Joy.
****
            Beberapa hari berlalu, saat Faris mempesiapkan semua keperluan Wisudanya yang akan dilaksanakan dua hari lagi, ada panggilan masuk dari nomor tak dikenal. Dengan santai Faris mengangkat telfon itu.
“Halo, siapa?” kata Faris.
“Faris?”
“Iya siapa?”
“Kamu tidak perlu tahu siapa diriku, yang perlu kau tahu adalah sebuah kebenaran yang tidak pernah kau ketahui. Bagaimana mungkin insting seorang Faris bisa dikelabuhi dan tidak dapat mencium kebenaran yang ada”
“Halo, maksudnya apa ya? Dan kamu ini siapa?”
“Dengar… Mike kekasih sahabatmu itu tanpa sepengetahuan Ciko dia bermain dibelakangnya” kata orang itu.
“Maaf, saya tidak ada waktu untuk mengurusi urusan mereka” kata Faris sambil menutup sambungan telfonnya. Faris langsung memutar memorinya, mengingat tingkah laku Mike dan Ciko saat di pesta ulang tahun. Menurutnya hubungan Mike dan Ciko tidak ada yang janggal, Mike seperti benar-benar menyayangi Ciko.
            Berkali-kali nomor yang tidak dikenal menghubungi Faris. Namun Faris tidak lagi menggubrisnya hingga beberapa menit berlalu masuklah sebuah pesan.
“Kamu tidak ingin tahu siapa yang menjadi selingkuhan Mike? Kalau begitu sebagai hadiah Wisuda kamu, Kuberikan suatu rahasia kecil. Mike dan Joy adalah sepasang kekasih dan itu sudah berjalan hampir dua bulan yang lalu”
            Saat tahu selingkuhan Mike adalah Joy, Faris langsung gemetar dan hancurlah sudah harapannya untuk bersama Joy. Berkali-kali Faris mencoba menghubungi nomor yang mengirim pesan teks itu, namun hasilnya nihil. Nomor itu sudah tidak aktif lagi.
            Malam itu Faris tidak dapat tidur dengan tenang lagi. Terlalu banyak yang ia pikirkan, diantaranya adalah tentang hubungan Joy dan Mike. Faris mengingat masa lalunya dengan Mike. Hubungan mereka berakhir gara-gara Mike selingkuh dengan orang lain. Mike memang terkenal sebagai playboy atau lebih tepatnya sebagai maniak sex. Mengingat hal itu membuat Faris marah dan tidak sengaja membanting ponselnya sebagai pelampiasan amarahnya.
            Keesokan harinya, Faris sudah lebih tenang dan meraih ponselnya yang hancur berantakan di lantai. Faris mencoba merakit kembali ponselnya dan meski banyak retakan namun ponselnya masih dapat berfungsi. Tidak ada pesan baru lagi yang masuk, dan akhirnya Faris memutuskan untuk mandi dan langsung menuju kampus guna mempersiapkan Wisuda keesokan harinya.
            Dari pagi hingga sore hari Faris disibukan dengan persiapan wisuda, membuat dirinya sejenak melupakan perasaannya yang hancur. Dan ketika dia makan disebuah resto masuklah sebuah pesan teks di ponselnya. Pesan itu ternyata dari Joy.
“lebih dari 24 jam tidak ada kabar dari kamu membuat Aku khawatir tentang dirimu. Lagi ngapain Ris?”
Faris tidak langsung membalas pesan itu, karena dai ingin langsung menghubunginya via telefon. Faris ingin mendengar suara Joy walau hanya sekali saja.
            Saat tiba di kosan, Faris langsung menelfon Joy, seperti biasa Joy dengan nada yang ceria menyambut suara Faris.
“Halo Ris, wah sesibuk itukah yang mau wisuda esok pagi?” kata Joy diujung telfon.
“Hahaha… Biasa aja Joy, sibuk mencari penginapan untuk orang tua. Karena sebentar lagi orang tua akan datang ke kota ini. Bagaimana dengan kedua orang tua kamu?” tanya Faris.
“Mama dan Papa sudah ada dipenginapan sejak sore tadi, ya… sepertinya mereka sekarang lagi istirahat disana.”
“Oh, syukurlah Joy” Kata Faris datar.
“Tidak seperti biasanya? Stress mau Wisuda besok ya?”
“Eh… nggak Joy. Masih bisa ceria kok. Hem… boleh tanya sesuatu nggak?” Faris ragu-ragu mengutarakan pertanyaannya.
“Tanya aja Ris, mumpung satu pertanyaan gratis nih. Hahaha”
“Wah, syukurlah… Aku mau tanya kamu punya hubungan khusus nggak dengan Mike?”
Sejenak hening. Joy diam dan tidak ada jawaban darinya. Faris juga terdiam menunggu jawaban dari Joy atas pertanyaannya itu.
“Joy?” Faris memastikan Joy masih ada disambungan telefonnya.
“Akhirnya… Pertanyaan yang itu muncul. Baiklah… Aku akui kalau aku memang ada hubungan dengan Mike dan itu sudah berjalan dua bulan lebih.” Kata Joy sambil mendengus.
“Oh, ternyata benar apa yang dikatakan orang itu, tapi kamu tahu kan kalau Mike menjalin hubungan dengan Ciko?”
“Iya, saya tahu kok. Dan itulah bodohnya diriku, mau menerima Mike saat dia masih menjalin hubungan dengan yang lain. Aku sudah bilang padanya Aku siap mundur kapan saja kalau dia memang lebih memilih Ciko”
“Kasihan Ciko” kata Faris datar.
“Aku juga merasa tidak enak dengan Ciko, tapi bagaimana lagi… Aku bingung.”
“Itu urusanmu Joy. Semoga kamu bisa bahagia dengan Mike. Oia… sampaikan salamku untuk Mike”
“Salam apa Ris?”
“Bilang pada Mike, Jadilah laki-laki yang bertanggung jawab. Suruh Mike mengatakan sebenarnya pada Ciko, karena Aku tak mungkin mengatakan itu padanya. Oia sampai disini dulu obrolannya lain waktu kita lanjut ya. Soalnya Orang tua sudah menghubungiku Joy.” Faris terdengar ingin cepat-cepat mengakhiri saluran telefonnya dengan Joy.
“Ok Ris, nanti Aku sampaikan, hati-hati ya!” Jawab Joy sebagai akhir dari sambungan telefon.
*****
            Suara alarm yang diseting pukul 05:00 membangunkan Faris dari tidurnya. Kini Faris lebih tenang setelah semalam mendengar langsung dari Joy. Meski dia merasa pupus akan harapannya, namun baginya yang seharusnya lebih sakit adalah Ciko.
            Saat semua sudah siap, Faris langsung menjemput kedua orang tuanya di hotel. Membawa mereka berdua ke gedung tempatnya akan di Wisuda. Di lahan parkir, Faris bertemu dengan sahabatnya yakni Ciko.
“Wah, Tambah ganteng aja Ris”
“Kamu juga begitu Ko, pantas dengan Toga itu” kata Faris sambil tersenyum.
            Kedua orang tua Faris berkenalan dengan kedua orang tua Ciko, mereka berenam langsung menuju halaman Gedung.
“Ma, pa. tunggu di sini ya…” Kata Faris sambil mencium tangan Mama dan papanya. Ciko pun juga melakukan hal yang sama pada orang tuanya. Kemudian mereka berdua bersama-sama masuk kedalam Aula.
            Ribuan mahasiswa berbagai Fakultas dan jurusan berkumpul jadi satu menempati kursi yang sudah disediakan. Faris berkumpul dengan kelompoknya begitu juga dengan Ciko. Mereka berdua menunggu giliran masing-masing. Hingga akhirnya giliran Faris tiba. Faris sangat bahagia ketika seorang rektor menyematnya sebagai Seorang sarjana. Jerih payahnya selama 4 tahun terbayarlah suda.
            Faris langsung duduk lagi ditempatnya, dengan wajah yang berseri-seri dia mencoba mengirim SMS pada kedua orang tuanya.
“Pa, Faris sudah diwisuda. Dan sebentar lagi Acara selesai. Mama dan papa tunggu dihalaman ya!”
            Saat semuanya selesai, akhirnya para wisudawan diperbolehkan keluar dari Aula. Faris mencari kedua orang tuanya. Faris berlinang air mata ketika melihat mamanya memeluknya dengan erat.
“Selamat ya nak, mama bangga padamu.”
“Terimakasih ma, kalau bukan dari keringat mama dan papa tidak mungkin Faris menyelesaikan Studiku ini”
“Papa juga bangga padamu nak. Yah… masak cowok nangis? Hapus dulu air matamu Ris sebentar lagi kita foto bareng” kata Papa faris meledeknya.
            Tiba-tiba Ciko dan keluarganya datang bergabung dengan keluarga Faris. Melihat Ciko Faris langsung memeluknya dan itu merupakan pelukan terakhir untuknya.
“Ris, terimakasih ya… Terimakasih atas semuanya termasuk persahabatan kita. Dan terimakasih juga kamu telah menyuruh dia mengatakan sejujurnya padaku. Meski Aku sakit hati, namun Semua terobati oleh hangatnya seorang sahabat sepertimu.” Kata Ciko panjang lebar.
“Ssst… ngomong apa sih?” kata Faris memberi kode pada Ciko.
“Hahaha… ayo foto bareng” Ciko tertawa.
****
            Hari itu adalah hari terakhir Faris bertemu dengan Ciko. Dan terakhir kalinya bertemu dengan Joy. Joy yang dapat menarik hatinya setelah bertahun-tahun karena tidak ada seorang laki-laki yang mampu memikatnya lagi. Namun pertemuan itu hanyalah pertemuan seorang teman biasa yang saling berjabat tangan memberikan ucapan selamat atas Wisudanya masing-masing.
            Faris sudah lebih dewasa, baginya masih banyak tantangan yang harus dihadapinya kedepan nanti. Baginya tidak ada yang dapat membuatnya hancur dan terpuruk apalagi tentang cintanya, cinta kaum minoritas.
            Didalam Mobil, Faris tersenyum sendiri dan membuka penutup batrei ponselnya. Faris mengambil kartu didalamnya dan membuang semua kenangannya di kota itu. kota yang akan menjadi kenangan yang terkubur. Sahabat, mantan, dan orang-orang spesial lainnya hilang bersama kartu selulernya.
::SEKIAN::
Cerita ini hanyalah Fiktif belaka, dan tidak mungkin ada kesamaan nama tokoh dan kejadian. :D

Comments
0 Comments

0 comments:

Post a Comment

Terimakasih atas kunjungannya, besar harapan penulis tolong tinggalkan jejak dalam kolom komentar, terimakasih....