By:
Ray Rowling
“Cinta”,
Kata Cinta ini merupakan
sebuah mantra yang dapat merubah sesuatu
yang baik menjadi buruk dan yang buruk menjadi yang baik. Gara-gara Cinta
Manusia saling membunuh untuk pertama kalinya dalam sejarah peradaban manusia
(habil dan khobil). Dan gara-gara cinta juga Tajmahal kokoh berdiri di india.
Begitu juga cinta yang di alami Reno dan Nando, Meski
cinta mereka bukan cinta yang biasa tapi Cinta mereka tulus. Reno adalah
seorang Mahasiswa yang bekerja menjadi guru private untuk anak SD dan SMP.
Sedangkan Nando juga merupakan mahasiswa namun kehidupannya jauh di atas Reno.
***********
Ketika matahari perlahan
tergelincir di ufuk barat, seketika langit berwarna jingga. Di sore itu Reno
sedang menyisir rambutnya dengan handuk yang masih melilit di pinggangnya. Nampak
wajah Reno sangat ceria dan penuh kebahagiaan. Hanya ada satu alasan mengapa Reno
sebahagia sore ini, karena satu jam lagi Nando kekasihnya akan datang
menjemputnya untuk mengajak makan malam.
Di waktu yang bersamaan, Nando
juga sedang bersiap-siap di kamarnya, kamar yang rapi dan luas juga beberapa
perabotan berwarna putih dan biru mendominasi kamar itu. berbeda jauh dengan
kamar Reno, Kamar berukuran 3X3 meter Hanya ada Singgel bed di atas lantai beralas karpet berwarna biru tua. Kamar
itu smakin sempit dengan adanya lemari dan Meja belajar yang di atasnya
terdapat beberapa buku.
Ketika jam dinding
menunjukan pukul 18:30 WIB, ponsel Reno berdering. Reno langsung meraih
ponselnya dan menjawab panggilan itu, “Hallo, iya Aku sekarang ke sana”, kata Reno
sambil tesenyum dan meraih jaketnya.
Reno menuruni anak tangga
dan berjalan menuju halaman rumah kosnya. Di pinggir jalan depan kosannya ada
sebuah mobil yang sudah familiar bagi Reno. Reno langsung menghampiri mobil
itu, seketika kaca mobil terbuka dan tampak di dalam mobil Wajah Nando yang
tersenyum pada Reno.
“Sudah lama Do?”, Kata Reno ketika duduk di sebelah Nando.
“Baru aja, setelah kamu turun dari tangga”, Nando
tersenyum dan langsung melajukan Mobilnya.
Setelah menempuh perjalanan
sekitar dua puluh menit, akhirnya mereka berdua tiba di sebuah Resto.
“Ren, ini Resto tempat favoritku dulu”, kata Nando
“Oia? Sama siapa kamu kesini Do?”, tanya Reno sambil
mengikuti Nando masuk ke resto.
“Aku sering ke resto ini, bareng Papa dan Mama dulu
waktu Aku masih SMP”
“Oh, berarti tempat ini sudah menjadi tempat favorit
keluarga donk?” Reno sedikit tertawa.
“Begitulah Ren, tapi sekarang Papa dan Mama sibuk dan Aku
jarang ke tempat ini dan baru hari ini Aku datang dengam orang yang spesial”,
kata Nando sambil duduk di ruangan paling pojok.
Setelah
memilih tempat duduk, mereka langsung di datangi waiters dan menyodorkan buku menu.
“Ren, kamu mau pesan apa?’, kata Nando yang sibuk
melihat buku menu
“Hemm…”
Belum sempat Reno menjawab, Nando langsung berkata
lagi.
“Aku yang pesan makanan aja, Aku yakin kamu pasti suka
Ren”
“Baiklah, terserah kamu saja Do”.
Nando langsung menunjuk beberapa makanan dan minuman, waiters itu hanya mengangguk dan
mencatat pesanan Nando.
Setelah selesai, akhirnya pelayan cantik itu pergi
meninggalkan Nando dan Reno berdua. Suara alunan musik lembut terdengar sayup
di ruangan itu.
“Ren, baru malam ni Aku bisa mengajak kamu makan malam”
“Terimakasih do, Aku seneng banget akhirnya kita ada
waktu untuk bersama (makan malam)”
“Mau bagaimana lagi Ren, kamu selalu sibuk dengan
kerjaanmu dan Aku juga sibuk dengan Resto baru Papa nanti”
“Hehehe, maaf ya Do! Aku tidak bisa selalu menemani hari-harimu” Reno
terlihat tak enak hati.
“Tidak masalah Ren, meski kamu tidak selalu menemaniku
Aku sangat bahagia kalau kamu selalu di hatiku”, kata Nando sambil memegang
tangan Reno di atas meja.
Reno
tersenyum pada Nando, dan langsung menarik tangannya dengan sigap. Nando
sedikit kebingungan namun langsung mengerti ketika beberapa pelayan datang ke
meja mereka membawa makanan dan minuman yang di pesan.
“Waduh,
makanan sebanyak ini siapa yang mau ngabisin Do?”, Reno heran melihat piring
berisi makanan tetata di atas meja.
“Ya kita Ren, masak orang lain?”
“Ini terlalu banyak Do!”
“Yang banyak kan cuma piringnya saja Ren, tapi isinya
Cuma sedikit kok” kata Nando sambil meminum segelas air putih.
“Hahaha, kamu itu bisa saja beralasan Do, awas kalau
gak kamu habisin semua makanan ini” Reno tersenum dan langsung menyantap
makanannya.
Baru
saja mereka memulai makan, terdengar suara piring pecah dari meja lain. Mereka
langsung menoleh ke arah suara itu. dan
di sana terlihat ada seorang pelayan menjatuhkan piring di meja orang lain dan
membuat berantakan meja itu.
Pelayan
itu langsung di maki-maki oleh pengunjung itu dan di suruh melakukan ganti
rugi. Melihat itu Nando langsung berdiri dan menghampiri meja itu.
“Maaf mbak, mungkin ini memang salah pelayan ini tapi
mbak juga merusak suasana kita dengan memaki-maki orang ini” kata Nando ikut
campur.
“Siapa kamu? Kamu pacar cewek ini?” kata perempuan
yang marah pada pelayan itu.
“Maaf mbak, Saya juga pengunjung tempat ini, Saya Hanya
merasa terganggu dengan suara mbak yang marah-marah tidak karuan”
“Ini gara-gara pelayan nggak becus ini, dia harus
ganti rugi”
“Baiklah, biar Aku yang mengganti semuanya, berapa
mbak?”
Tiba-tiba manajer restoran itu datang.
“Maaf atas ketidak nyamanan ini” kata manajer sambil
sedikit membungkuk.
“Saya mau dua ratus ribu atas kcerugian ini” kata
perempuan tadi.
“Baiklah, ini mbak dan Saya harap mbak mau memafkan
pelayan ini” kata Nando sambil menjulurkan uang dua ratus rupiah.
Perempuan
itu langsung keluar dan Nando juga berbalik ke mejanya. Namun ketika menuju
meja Nando menemui manajer resto itu
“Om, jangan pecat pelayan ini, karena dia memang tidak
bersalah”.
“Terimakasih Do, perempuan itu juga pernah ribut di
tempat ini beberapa bulan yang lalu, korbannya sama yaitu Lilis ini”, kata
manajer resto.
Nando
langsung menuju mejanya dan menemui Reno.
“Sorry Ren, Aku tinggal kamu”
“Do, kenapa kamu lakukan itu?”
“Aku teringat ketika kamu masih bekerja di café dulu Do,
Aku tak mau seorang pelayan di pecat Hanya gara-gara buat kesalahan yang tidak
disengaja” kata Nando
“Hee. Oia kayaknya kamu kenal sama menajer tempat
ini?”
“Oh…dia Om Beni, dia teman Papa”
“Hmmm. Pantesan dia kenal kamu do”
“Hehehe, yaudah Ren kita habiskan makanan ini dulu”
kata Nando.
Ketika mereka selesai makan,
tiba-tiba ada seorang pemuda menghampiri mereka dan langsung mengagetkan Nando.
“Hayo, lagi ngapain?’ Kata pemuda itu. Nando langsung menoleh ke arah pemuda
itu.
“Rehan?” Nando terkejut.
Rehan tertawa dan berkata, “Bagaimana kabarmu Do?”.
“Baik Han”, jawab Nando datar sambil melihat ke arah Reno.
Reno Hanya diam melihat ke arah Nando.
“oia, ini Reno temanku”, kata Nando memperkenalkan Reno.
“Hai” kata Rehan datar. Reno Hanya senyum dan
menganggukan kepalanya.
“Han, Mau gabung di sini?” kata Nando sambil melihat
ke arah Reno. Reno tersenyum dan mengangguk sebagai tanda mempersilahkan Rehan
untuk bergabung.
“Sorry do, Aku lagi bareng teman-teman, lagian kalau Aku
di sini nanti malah mengganggu acara kalian” kata Rehan sambil melirik Reno.
“Oh, yaudah kami juga udah selesai kok, sebentar laki
kita pulang” Nando menjawab dengan nada datar dan dia akhiri senyuman yang
sanagat dipaksakan.
“Oh begitu?, Aku kembali ke teman-teman dulu Do, nanti
Aku telfon kamu ya” kata Rehan sambil berlalu.
Reno Hanya
diam menikmati jus buah di gelasnya, Ia namapak melamun memikirkan sesuatu. Nando
menatap Reno dan berkata, “Ren, kamu kenapa?”. Reno langsung menjawab, “Ah ‘gak
kenapa2 kok, Cuma lagi menikmati Jus ini Do”, kata Reno.
“Oh, begitu ya? yaudah kalau sudah selesai kita balik
aja Ren, tunggu sebentar Aku mau ke kasir”, Nado langsung berdiri menuju kasir.
Reno juga mengikuti Nando dan meraih jaket Nando.
“Do, Aku tunggu di luar ya. ini semua barang kamu
sudah ada di tanganku” kata Reno tersenyum. Setelah membayar bill akhirnya Nando keluar menuju tempat
parkir dan langsung memasuki mobilnya.
Di
dalam mobil Nando membuka percakapan, “Ren, Maaf ya makan malam kita kacau dan
kurang menyenangkan, apalagi dengan kedatangan Rehan”
“Aku sangat menikmati makan malam kita kok, kamu aja
yang terlalu parno” kata Reno sambil tersenyum.
“Bagaimana Aku tidak parno, tiba-tiba Rehan datang dan
kamu tahu tentang Rehan. Dia masa laluku Ren, Aku Hanya takut kamu cemburu”
kata Nando.
“Iya, tenang saja Do Aku percaya kamu sepenuhnya” Reno
tersenyum.
Namun di hati kecilnya, Reno berkata lain, Reno sangat
cemburu atas kedatangan Rehan. Reno sangat tahu bahwa dulu Nando sangat
mencintai Rehan. Perpisahan mereka berdua dilakukan sepihak oleh Rehan. Rehan
menghilang entah kemana tanpa pamit ke Nando. Beharai-hari setelah kepergian Rehan,
Nando berusaha melacak keberadaaannya, namun
hasilnya tetap nihil.
Hampir setiap malam Nando berada di café tempat biasa Rehan
dan Nando bersama. Nando selalu berharap Rehan datang ke café itu dan
mengejutkannya. Namun harapan Hanyalah harapan, dan Rehan tak kunjung datang
Di hari ke dua belas setelah kepergian Rehan akhirnya Nando
bertemu dengan Reno yang saat itu menjadi pegawai training di café itu.
Di hari pertama Reno bekerja, Reno membuat kesalahan
menumpahkan jus ke meja Nando. Seketika jus itu terciprat ke baju Nando. Nando
sangat marah dan membentak Reno
“Heh, kalau kerja hati-hati!” kata Nando sambil
berdiri menunjuk Reno.
“Maaf mas, tadi tersenggol oleh pengunjung lain, biar Saya
bersihkan mejanya” kata Reno sopan.
“Enak saja minta maaf, Saya mau bertemu dengan manajer
café ini, punya pelayan tak becus!” kata
Nando garang.
“Sekali lagi Saya minta maaf mas, jangan lapor ke
manajer mas. Saya masih training di
sini dan Saya butuh duit untuk kuliah” Reno memohon.
Tiba-tiba seorang laki-laki berumur 40an datang,
menuju meja Nando.
“Maaf Mas, apa ada kesalahan dari pelayan kami?” kata
orang itu.
“Bapak siapa?”
“Saya asisten manajer di tempat ini”
Nando diam sambil membersihkan kemeja putihnya.
“Reno, kamu harus tanggung jawab atas kesalahanmu”
kata asisten manajer itu dengan tegas.
“Iya pak, Saya mengakui kesalahan Saya. Saya mohon
jangan pecat Saya Pak” Reno memelas.
Nando melihat Reno dengan perasaan iba. Sekali lagi
asisten manajer meminta maaf dan akan mengganti rugi atas kesalahan pelayannya,
namun Nando menolaknya.
“Saya Hanya butuh di antar ke toilet” kata Nando.
“Baiklah, Biar Reno yang mengantar kamu mas”, kata
Asisten manajer.
Seketika
Reno langsung mengajak Nando ke toilet. Nando membersihkan Jus yang menodai
bajunya dengan air, namun noda di bajunya semakin parah.
“Mas, bagaimana kalau Saya cuci bajunya? Biar nanti
Mas pakai baju Saya” kata Reno dengan sangat sopan.
“Baiklah, daripada Saya masuk angin”
“Mas, ini bajunya, maaf bajunya jelek mas” kata Reno
sambil tersenyum. Nando tidak menjawab dan langsung masuk ke toilet. Setelah
ganti baju, Nando melihat Reno sedang menunggunya di depan washtafel. Nando langsung mendekati Reno dan menjulurkan baju
kotornya.
“Kamu cuci bersih dan antarkan ke alamat ini”
“Iya mas, secepatnya Saya antar ke rumahnya, sekali
lagi maaf atas kesalahan ini”
“Yaudah, Aku pergi dulu” Nando langsung ke luar menuju
tempat parkir.
Reno
kembali ke dalam café dan menemui asisten manajer, namun Sayang kesalahan Reno
tidak bisa di tolerin. Sebagai pagawai training
Reno harus bisa bekerja lebih baik bukan membuat kesalahan di hari pertama Dia
bekerja. Dan konsekuensinya adalah, Reno dipecat tanpa mendapatkan upah dari
café itu. Reno langsung pulang menuju rumah kosnya dengan perasaan yang kalut.
Ke esokan harinya sepulang
kuliah Reno langsung mengambil pakaian yang di jemurnya. Baju Nando juga sudah
kering, setelah disetrika Reno langsung membungkusnya dengan kertas koran dan
memasukannya ke dalam tas ranselnya.
Reno langsung mengeluarkan motor bututnya dan
mengendarai menuju alamat yang diberikan Nando. Setelah bertanya dua kali
akhirnya Reno mendapati alamat Nando. Reno tercengang ketika melihat rumah
berlantai dua berukuran sangat besar.
“Assalamualaikum” kata Reno sambil mengetuk pintu
gerbang. setelah dua kali memanggil akhirnya ada ibu-ibu keluar dari rumah itu.
“Walaikumsalam, cari siapa mas?” kata ibu itu tanpa
membuka pintu gerbang.
Reno bingung mau jawab apa, karena memang Reno tidak
berkenalan dengan Nando sebelumnya.
“Maaf bu, Saya mencari alamat ini, kemarin ada pemuda
yang memberikan alamat ini dan menyuruh Saya datang ke sini.” Kata Reno sambil
menunjukan alamat yang tertulis di kertas.
“Iya, benar ini memang rumah yang ada di alamat ini,
tapi kamu cari siapa?” tanya ibu itu agak curiga.
“Saya tidak tahu namanya, tapi kedatangan Saya ke sini
Hanya untuk memberikan ini”, Reno mengeluarkan baju Nando yang terbungkus koran
“Yaudah, Saya
akan sampaikan nanti, maaf di rumah ini lagi tidak ada orang jadi Saya takut
menerima tamu, Saya Hanya pembantu di rumah ini” kata ibu itu sambil menerima
bungkusan dari Reno.
“Yaudah, Saya pamit dulu. Bilang nama Saya Reno
pelayan café”, Reno langsung menaiki motornya.
Pembantu
rumah Nando langsung masuk ke dalam rumah dan menuju kamar Nando di lantai
atas.
“Den, Den Nando”, kata pembantu itu sambil mengetuk
pintu.
“Iya, ada apa bik?”, tanya Nando.
“Ini den, tadi ada pemuda yang mengantar ini”
“Dari siapa bik?”
“Saya kurang tau Den, tadi Dia bilang namanya Reno
pelayan café. Bibik kembali lagi ke dapur Den”
“Yaudah, terimakasih ya Bik” kata Nando dan masuk
kembali ke kamarnya. Di dalam kamar Nando membuka bungkusan itu, dan melihat
bajunya sudah bersih dan rapi. Nando tersenyum dan langsung menggantung
pakaiannya di lemarinya.
Di
waktu yang sama, Reno masih ada di perjalanan pulang menuju rumah kosnya. Di
perjalanan dia mampir di ATM untuk mengambil uang kiriman orang tuanya dari
kampung. Reno merasa sangat bimbang karena uang di tabungannya sudah menipis
dan dia belum mendapatkan pekerjaan baru. Di dalam ATM Reno mendapatkan ide
untuk bekerja sebagai guru private. Reno langsung menuju ke tempat bimbingan
belajar dan melamar untuk menjadi guru private di sana. Meski gajinya kecil
namun lumayan untuk meringankan beban keluarga.
Sudah
seminggu berlalu Reno bekerja di sebuah bimbingan belajar. Reno sangat
menikmati pekerjaannya, karena dia juga mengasah kemampuan dan ilmu yang di
dapatnya.
“Reno, ini ada murid baru, dan dia masih sekolah
dasar. Saya yakin kamu bisa mengajar anak ini”, kata seorang atasan Reno.
“Saya tidak masalah Pak, yang penting ilmu yang Saya
miliki bisa Saya tularkan” kata Reno.
“Baiklah, Sore ini kamu temui orang tuanya dan anaknya
di alamat ini”, atasan Reno menjulurkan kertas berisi alamat.
“Sepertinya Saya tau alamat ini”
“Baguslah, Saya sudah hubungi pemilik rumah dan Dia
akan menunggu kamu sore nanti”.
Sore
harinya, Reno langsung menuju alamat itu dan dugaanya benar rumah itu adalah
rumah Nando.
Pintu gerbang terbuka, dan lagi-lagi Reno di temui
oleh pembantu rumah itu.
“Maaf Ibu Nisa ada?”
“Ada di dalam, dari mana?”
“Bilang saja dari bimbingan belajar”
“Baiklah, Saya masuk dulu”
Setelah beberapa menit menunggu akhirnya Reno di
persilahkan Masuk.
“Assalamualaiku,” kata Reno
“Walaikumsalam, silahkan duduk” kata ibu Nisa.
“Saya Reno Bu, dari Bimbingan belajar”
“Oh, jangan panggil ibu, panggil Tante saja nak Reno”
“Baiklah tante, Boleh Saya menemui April Anak Tante?”
“Saya Panggil dulu ya, “April..ini guru privatenya
sudah datang”” kata Tante Nisa.
Terdengar
suara anak kecil menjawab dan sesekali tertawa terbahak-bahak di temani suara
pemuda yang menemaninya.
“April belajar dulu ya, nanti setelah belajar main
lagi bareng kakak”, Suara pemuda dari lantai atas. April langsung berlari perlahan
menuju ruang tamu di lantai bawah.
“April, sini nak. ini ada kak Reno yang akan menjadi
guru private April, ayo salaman dulu” kata Tante Nisa. April langsung menuju Reno
dan bersalaman.
“Kak Reno ganteng ya, kayak kak Nando” kata April
Polos.
“Hehehe, terimakasih adek, sekarang kita belajar ya”
kata Reno dengan ramah.
“Ren, Lebih baik belajar di kamar april saja, karena
di sana sudah ada media pembelajaran” kata tante Nisa.
“Iya kak, ayo kita ke atas saja” ajak April
menambahkan.
Reno
menurut saja, dan langsung menuju kamar April di lantai atas, kamar yang penuh
dengan boneka berwarna hijau dan pink. Juga terdapat meja belajar dan White board. Reno tidak mau
membuang-buang waktu, langsung saja dia memulai proses belajar mengajarnya.
Nampaknya cara mengajar Reno sangat cocok untuk April, April lebih tanggap dari
murid-murid Reno yang lain.
Tak
terasa sudah 90 menit Reno mengajar April, dan saatnya untuk Pamit. April
menemani Reno untuk turun ke lantai bawah. Mereka melewati kamar Nando yang
terbuka. Reno langsung menoleh ke kamar itu dan di sana ada Nando yang sibuk
mengetik di laptopnya. Ketika Nando menoleh Reno sudah turun dari tangga dan
menuju Ruang tamu menemui Tante Nisa.
“Tante, hari sabtu atau dua hari lagi sesuai jadwal Saya
akan datang ke sini”
“Baiklah Ren, tante akan tunggu, tapi kalau tidak ada
tante nanti Reno langsung ke April atau kakanya April saja”
“Baiklah Tante, Reno pulang dulu, Assalamualaikum”
**********
Hari-hari
Reno semakin sibuk dengan jadwal kuliah dan menjadi guru private yang padat.
Namun demi memenuhi kebutuhannya Reno harus bekerja ekstra untuk meringankan
beban orang tua. Dan sekarang adalah hari sabtu, tepat jam 18:00 setelah sholat
maghrib Reno menuju rumah tante Nisa untuk mengajar pelajaran matematika untuk
April. Sesampainya di depan gerbang, Reno langsung memencet bell dan seketika
pembantu rumah keluar membukakan pintu gerbang dan mempersilahkan masuk.
“Silakan masuk mas, nyonya sedang keluar tadi nyonya
sudah berpesan kalau mas datang suruh langsung menemui April di kamarnya”
“Saya tak enak jika harus masuk ke rumah tanpa izin
dari pemilik rumah”
“Ya udah, biar Saya panggil den Nando saja, silahkan
duduk dulu mas”
“Terimakasih bik,” kata Reno sambil melihat pembantu
itu naik ke lantai atas.
Setelah
menunggu beberapa menit, akhirnya terdengar suara hentakan kaki turun dari
tangga dibarengi suara canda tawa April.
“Maaf Mas, lama nunggu karena April anaknya agak
manja” kata Nando sambil menuju ruang tamu. Reno langsung menoleh ke arah April
dan Nando.
“Reno?’ kata Nando terkejut
“Eh, mas yang dulu itu ya?’ Reno pura-pura heran
“Jangan panggil Mas, panggil Nando saja”, Nado
tersenyum
“Hehehe, Aprill ayo langsung belajar saja” kata Reno
melihat April.
“Yaudah, setelah kewajiban kamu dengan Aprill
terpenuhi, nanti Aku mau ngobrol dengan kamu Ren. Silahkan mengajar dulu” kata Nando
sambil mengajak Aprill naik ke kamarnya.
Ketika
Reno mengajar di kamar april, sesekali Nando mengintip proses dan cara mengajar
Nando di Pintu kamar April. Setelah mengajar, Reno langsung menemui Nando di
kamarnya.
“Ren, masuk saja jangan malu-malu”
“Iya, wah kamarnya rapi ya”, kata Reno basa-basi
“Hehehe..biasa saja”
“Oia, Aku mau minta maaf ke kamu Ren”
“Maaf buat apa?”
“Maaf gara-gara Aku kamu di pecat dari café itu”
“Itu sudah berlalu Do, dan sekarang Aku mendapatkan
pekerjaan lain yang lebih menyenangkan, tapi kamu tau darimana kalau Aku
dipecat?”
“Sebenarnya di hari kamu mengembalikan bajuku, malam
harinya Aku ke café itu. tapi Aku tidak mendapati kamu di sana, dan bertanya
pada salah satu karyawan di sana ternyata kamu sudah dipecat” Nando terlihat
sangat menyesal.
“Oh, jadi kamu kesana Hanya untuk menemuiku?’
“Hehe, iya Ren, Aku Hanya ingin meminta maaf atas
sikapku itu dan mengembalikan kaos kamu”
“Oia, Aku jadi lupa dengan kaos itu, kaos butut itu.
hehe”
“Kaos butut? Itu masih layak kok, kalau kamu tak
keberatan buat Aku saja ya” kata Nando tersenyum dan berharap.
“Hahaha, ambil saja Do, lumayan bisa di jadikan kain
pell”
“Husss. Aku tak sekejam itu Ren”
Seketika Reno dan Nando tertawa.
“Oia, kamu kesini naik apa? Apa mau Aku antar?” kata Nando
menawarkan diri
“Oiya, sudah malam, Aku mau pulang dulu Do,itu Aku
naik motor butut. Hehehe”
“Oh, yaudah mungkin lain kali Aku bisa main ke kos
kamu, kamu kos kan?”
“Iya, Aku kos di jalan manggis no 5”
“Yaudah, kapan-kapan Aku main kesana, oia kapan kamu
datang kesini lagi?
“Aku ada jadwal dengan April hari selasa, kamis, dan
sabtu, yaudah Aku pamit dulu Do, Assalamualaikum”
“Walaikumsalam, hati-hati di jalan”
Di saat itulah pertemanan Reno
dan Nando terjalin. Nando datang ke kosan Reno, di sana mereka mengobrol
tentang kehidupan masing-masing. Reno menceritakan bahwa dirinya datang dari
desa untuk menuntut ilmu di kota itu.
“Oia, kata teman-teman kamu pelanggan di sana ya?”
kata Reno
“Iya, Aku lebih sering ke café itu, dan beberapa
minggu sebelum bertemu kamu hampir setiap malam Aku menghabiskan waktu di café Hanya
untuk menunggu seseorang”
“Wah, pasti cewek kamu ya?’
Nando Hanya tersenyum mendengar komentar Reno yang
polos. “Kamu tidak akan percaya kalau Aku ceritakan pada kamu bagaimana
diriku”, Nando memandang Reno.
“Kalau itu bersifat pribadi, mending jangan kau
ceritakan padaku do, kita kan baru seminggu berteman” kata Reno tersenyum.
“Iya, kita baru seminggu berteman, namun Aku merasa
kita sudah saling kenal bertahun-tahun”
“Hehe. Ada-ada saja kamu Do”
“Jangan ketawa Ren, Aku serius. Aku seperti menemukan
dirinya yang telah pergi meninggalkanku”
“Maksud kamu apa do? Siapa yang pergi?” Reno merasa
penasaran dengan kata-kata Nando.
Nando ragu mau menceritakannya atau tidak. Reno
melihat keraguan di dalam diri Nando.
“Yaudah Do, kamu tak perlu bercerita kalau itu sangat
berat, masih banyak bahan cerita lain yang dapat kita diskusikan.” Kata Reno.
Setelah lama berbincang dengan Reno, akhirnya Nando pamit pulang.
Hampir setiap malam setelah
mengajar April, Reno dan Nando mengobrol di kamar Nando. Beberapa kali Nando
menjemput Reno untuk ke rumahnya ketika hujan dengan mobilnya. Reno merasa ada
yang lain dari sikap Nando, sikap Nando melebihi sikap seorang teman maupun
sahabat.
“Ren, besok kamu libur kuliah kan? Mau ikut Aku ‘gak?”
“Kemana do? Aku besok free”
“Ok, kalau begitu Aku jemut kamu besok jam 7 pagi”
“Ok Bro, terserah. Aku Hanya bisa mnunggu. Hehehe”
Keesokan
harinya Nando datang ke kosan Reno sesuai janjinya. Reno langsung mengganti
baju memakai celana dan jaket.
“Ren, Aku ingin menceritakan sesuatu kepada kamu. Tapi
nanti di tempat tujuan kita” kata Nando ketika Reno menaiki Motor di
belakangnya.
“Iya, emang kita mau kemana Do?”
“Kamu diam saja, berpegangan dan jangan komentar
sampai kita tiba. Ok”
“Ok,” kata Reno.
Setelah
menempuh perjalanan selama 50 menit, dan melewati beberapa hutan akhirnya
mereka sampai di sebuah pantai yang beum terjamah manusia. Pantai itu sangat
indah, pantai dengan deburan ombak yang tidak begitu besar, dan beralaskan
pasir berwarna putih. Reno langsung terkagum-kagum. ketika melihat pantai itu.
“Do, Aku tak pernah melihat pantai bersih seperti ini
sebelumnya”, kata Reno sambil melepas helmnya.
“Kamu suka Ren?”
“Iya do, hah…sumpah Aku tidak bisa berkata-kata lagi”
“Hehe, syukurlah berarti Aku tepat membawamu ke sini” Nando
tersenyum.
Nando
berjalan mendekati Reno yang sedang melepas sepatunya. “Ren, Aku mau
menceritakan rahasia dalam hidupku”
“Ceritakan saja Do, Aku akan menjadi pendengar
setiamu. Hehe” kata Reno sambil duduk di samping Nando.
“Kemarin Aku bilang pada kamu, kalau Aku di tinggal
orang yang Aku Sayangi, dan merasa menemukannya kembali setelah bertemu dengan
kamu” kata Nando memulai pembicaraan.
“Iya, siapa orang itu?” kata Reno penasaran.
“Namanya Rehan”
Mendengar kata Rehan, Reno langsung kaget. Nando
menatap Reno dengan penuh tanda tanya.
“Ren, kenapa? Kamu kaget ya?”, Nando tersenyum.
“E.e.enggak kok” Reno gugup.
“Hee, memang sulit untuk di terima, Aku ini mempunyai
kelainan Ren. Ku menyukai Laki-laki” Nando kembali menatap Laut luas.
Reno Hanya diam tanpa komentar apapun. Kemudian Nando
melanjutkan perkataannya.
“Dia pergi meninggalkanku tanpa ada alasan. Dia
menghilang Ren, Aku merasa tidak bisa hidup tanpanya. Namun semua berubah
ketika Aku mengenalmu, Aku merasa saatnya menata hidup baru. Melupakan Rehan
dan membuka hati untuk orang lain” kata Nando sambil menundukan kepalanya.
Suara Nando serak menahan kesedihan dan melanjutkan kata-katanya.
“Maafkan Aku Ren, karena Aku mencintaimu” kata Nando
yang masih tertunduk.
Tiba
saatnya bagi Reno untuk berkomentar. “Terkadang apa yang kita persiapkan akan
selalu gagal, dan apa yang tidak pernah terpikirkan oleh kita datang dengan
tiba-tiba”, kata Reno. Nando masih menundukan kepalanya karena merasa malu dan
berfikir kalau Reno akan menghindarinya. Reno meletakan tangannya di pundak Nando.
“Do, Aku juga minta maaf, karena selama ini aku juga
mencintaimu secara diam-diam” kata Reno, sambil merangkul Nando. Nando langsung
melihat Reno.
“Ren, kamu tidak bercanda?” kata Nando sedikit
tersenyum. Reno membalas senyuman Nando dan menggelengkan kepalanya. Seketika Nando
langsung memeluk Reno dan Reno membalas pelukannya. Saat itu juga mereka resmi
menjadi sepasang kekasih.
*********
Hari menjadi minggu dan minggu menjadi bulan. sudah dua
bulan lebih mereka menjalani cinta sejenis. Reno merasa sangat bahagia telah
menemukan seseorang yang dapat menerima dirinya apa adanya. Sedangkan Nando
juga merasa sangat bahagia telah menemukan seseorang yang dapat mengisi
kekosongan dalam hatinya. Dan apa yang di takutkan Reno selama menjalin
hubungan dengan Nando akhirnya menjadi kenyataan. Reno merasa akan kehilangan Nando
ketika Rehan mantan Nando muncul lagi. dan Hal itu terjadi pada malam ini saat
mereka makan berdua di sebuah resto..
Tak terasa mobil Nando sudah ada di depan kosan Reno.
“Ren, Aku pulang dulu ya! Aku jemput kamu besok untuk jalan-jalan”, kata Nando.
“Ok Do, Kamu ‘gak mau mampir dulu?”, kata Reno sambil
melongoh ke dalam mobil.
“Terimakasih Ren, Aku masih ada janji dengan Papa
masalah pembangunan Café and resto, Aku pulang dulu ya ”, Nando melambaikan
tangannya dan melajukan mobilnya perlahan.
Reno
langsung menaiki tangga menuju kamarnya di lantai dua. Setelah melepas jaketnya
Reno teringat sesuatu. Handphone Reno ketinggalan di resto. Seketika Reno
langsung panik, dan memakai jaketnya lagi. Reno bergegas ke tempat parkir dan
mengeluarkan motornya. Reno melaju dengan kecepatan tinggi menuju Resto dan dia
berharap,”Semoga pelayan Resto mengamankannya”. Setibanya di tempat parkir Reno
mendapati mobil Nando ada di depan Resto. Tanpa berfikir panjang Reno langsung
bergegas ke tempat kasir dan menanyakan Hanphonenya, ternyata Handphone Reno di
amankan oleh salah satu pelayan dan Reno di suruh menunggu sebentar. Akhirnya Reno
mendapatkan kembali ponselnya.
Setelah
mendapatkan ponselnya, Reno langsung keluar dari Resto dan baru ingat akan
mobil Nando. Reno langsung masuk lagi dan mencari sosok Nando. Ternyata Nando
sedang menemui Rehan, dia sedang berdua dengan Rehan. Rehan melihat Reno yang
ada di dekat casir, namun Rehan
bersikap seperti tidak melihatnya. Reno langsung menghubungi Nando via ponsel,
namun panggilan Reno di reject oleh Nando.
Kali ini Reno merasa sangat cemburu dan sedikit emosi,
namun dia tidak mau ada masalah jika dia harus menemui mereka. Dengan perasaan
kesal Reno langsung pergi dari resto itu.
Setibanya
di kosan, Reno tak hentinya memikirkan Nando. Reno merasa takut kalau Nando
nantinya akan meninggalkannya dan kembali ke cinta lamanya yakni Rehan. Tiba-tiba Hanphone Reno berdering.
Reno menjawab panggilan itu, “Iya Do, kenapa tadi di
reject?”.
“Sorry Ren, tadi Papa ngajak ngobrol”, kata Nando
sambil tertawa kecil.
“Oh gitu ya? yaudah Aku tadi cuma mau bilang selamat
malam, udah ya Aku mau tidur, see you”,
Reno langsung mematikan telfonnya. Sekali lagi Handphone itu berdering, namun Reno
tak mau mengangkat panggilan dari Nando. Akhirnya Reno mematikan Handphonenya.
Pagi
hari setelah kejadian semalam, Reno masih merasa kesal terhadap Nando. Reno
merasa kesal karena Nando telah berbohong kepadanya. Ponsel di atas meja masih
dibiarkan mati. hingga akhirnya Reno berangkat ke kampus.
Di
kampus Reno mengaktifkan ponselnya. Ada dua sms dari Nando, “Ren, kamu ada masalah? Atau Aku ada salah?
Maafkan Aku Ren kalau Aku membuat kamu tak enak hati dan marah seperti ini.
Tapi kamu harus katakan padaku apa yang membuat kamu seperti ini agar Aku tak
mengulanginya lagi”. Sms dari Nando. Reno tidak membalas sms dari Nando.
Tak
terasa jam mata kuliah berakhir. Reno langsung bergegas menuju tempat parkir
dan mengambil motornya. Ketika di perjalanan Reno di giring oleh Motor lain
memaksanya untuk minggir dan berhenti.
Reno merasa sangat kesal dengan ulah pengemudi itu.
“heh, Jianc*k? apa ini? Sini kalau
berani” Reno turun dari motornya. Pemuda itu juga turun dari motor dan melepas
helmnya. Reno langsung terkejut ketika orang tersebut adalah Rehan.
sorry Ren, Aku Hanya ingin bicara”, kata Rehan
tersenyum.
“Eh kamu Han? Emang mau bicara apa? Cara kamu
memberhentikanku bikin Aku kesal Han” Reno masih terlihat emosi.
“Sebenarnya Aku bingung, kamu kesal gara-gara caraku
memberhentikan kamu sekarang ini, atau kamu kesal karena semalam Aku jalan
berdua dengan Nando?” Rehan tersenyum sinis.
itu bukan urusan kamu, kamu Hanya masa lalu Nando” Reno
menaiki motornya dan langsung pergi. Rehan Hanya tersenyum melambaikan
tangannya.
Setelah tiba di kamar kos, Reno langsung berbaring di
atas kasur. Dia mencoba menenagkan pikirannya dan perlahan memejamkan matanya.
Namun usahanya sia-sia ketika ponselnyanya
berdering mengagetkan dirinya yang sedang rilex.
“Hallo iya Do, Aku baru pulang, ok Aku tunggu” kata Reno
lemas.
Jelang beberapa menit, Nando tiba di kosannya. Dia
langsung berdiri dan membuka pintu ketika Nando mengetuk pintu kamar. Nando
langsung masuk dan duduk di atas tempat tidur.
“Ren, kamu kenapa? Apa salahku Ren?”, tanya Nando
membuka pembicaraan.
“Tidak ada yang salah Do, Aku Hanya kecapean aja,
terlalu banyak pikiran”, Kata Reno sambil berbaring di lantai.
“Ok, kalau begitu ayo kamu ikut Aku Ren”, Nando
berdiri mendekati Reno.
“Mau kemana?”
“Ayo ikut saja, nanti kamu tahu” Nando menjulurkan
tangannya. Reno langsung meraih tangan Nando dan berdiri.
Reno
meraih jaketnya dan keluar mengikuti Nando. “Do, emang kita mau kemana?” tanya Reno
sambil memakai jaketnya. Nando tersenyum dan berkata, “Ayo ikut saja, kamu
butuh liburan Ren”. Reno Hanya menurut dan naik ke motor Nando. Motor Nando
melaju perlahan, dan semakin lama semakin cepat.
“Ren, pegang yang kuat” Nando melajukan motornya
sangat kencang.
Reno langsung memeluk Nando dan berkata, “Do, kita mau
kemana? Hati-hati gak usah ngebut” kata Reno.
Nando tidak menghiraukan apa yang di bicarakan Reno. Reno
Hanya bisa pasrah dan memejamkan matanya.
Setelah
beberapa menit, akhirnya mereka tiba di pinggir pantai. Reno langsung turun
dari motor dan melepas helmnya. Nando juga melepas helmnya dan berkata, “Ren,
sepertinya kamu butuh refresing, jadinya Aku bawa kamu ke pantai ini” kata Nando
tersenyum. Reno mulai tersenyum dan berkata, “Terimkasih Do”.
Nando langsung turun dari motornya dan melepas
sepatunya. Reno melepas jaketnya dan duduk di pinggir pantai memandangi lautan
luas. Ombak pantai yang tenang sesekali mengenai ujung kaki Reno.
“Ren, kamu mikirin apa?” tanya Nando.
“Aku Hanya kagum melihat pantai ini, apalagi laut itu”
Reno menunjuk ke tengah laut.
“Kenapa dengan lautnya?” kata Nando sambil duduk di
samping Reno.
“Kamu lihat, ujung laut itu seperti menyatu dengan
langit, namun sebenarnya mereka tidak pernah menyatu sampai kapanpun. Seperti
cinta kita Do, cinta kita saling menyatu, namun kenyataannya cinta kita tidak
akan pernah menyatu sampai kapanpun, karena cinta kita ini tidak di akui oleh
mayarakat dan agama.” Reno memegang tangan Nando.
“Kamu benar, langit dan laut itu tidak akan pernah menyatu
sama seperti cinta kita. Tapi apakah kamu tahu, langit dan laut akan selalu
terlihat menyatu dari kejauhan itu seperti cinta kita, orang tidak harus tau
tentang cinta kita ini yang penting kita selalu bersama” kata Nando mantap.
Reno memandang Nando dengan penuh kasih Sayang. Nando
tersenyum,”Ren, sekarang kamu ceritakan apa masalah kamu?”.
Reno agak ragu ketika mau menceritakan masalah yang
membuat dia berbeda dari biasanya. “Do, pertemuanmu dengan Rehan Aku merasa, Aku
akan kehilangan dirimu” Reno sedikit murung.
Mendengar itu, Nando menghela nafas panjang.
“Reno..Reno,
ternyata apa yang Aku khawatirkan dari kamu benar-benar terjadi, sebenarnya
kamu cemburu pada Rehan? Kamu tidak usah cemburu Ren, Rehan itu adalah masa
laluku.”
Nando meraih kepala Reno dan mencium bibirnya. Reno
memejamkan mata. “Ren, kamu juga jangan pernah tinggalkan Aku ya!” kata Nando
setelah melepas ciumannya.
Reno tersenyum dan berkata, “Aku Hanya takut kamu yang
meninggalkan Aku do” Reno langsung memeluk Nando. Nando mengelus kepala Reno
dengan penuh perasaan.
Matahari
semakin tergelinjir di ufuk barat, membuat warna langit berubah menjadi jingga
kemerahan. Reno berdiri dan memegang tangan Nando untuk membantu Nando berdiri.
“Do, kita pulang yuk” Kata Reno. “Iya, lebih baik kita pulang, karena Aku sudah
merasa sangat gatal ingin mandi, Kamu ikut Aku ke rumah ya” jawab Nando. Tidak
perlu ditanya dua kali Reno langsung setuju.
*******
Hari sudah gelap ketika mereka tiba di halaman rumah Nando.
Nando memarkirkan motornya di dalam garasi.
“Do, Mama dan Papa kamu ada di rumah?” kata Reno.
“Iya Ren, ayo masuk saja”, kata Nando sambil menarik
lengan Reno. Nando langsung mengajak Reno ke kamarnya. Setelah itu Dia menemui Mama
dan Papanya di ruang keluarga yang asyik menonton TV.
“Assalamualaikum!” kata Nando sambil mendekati kedua
orang tuanya.
“Darimana saja kamu Do? Tadi Mama hubungi kamu hapenya
tidak aktif” kata Mama Nando.
“Hem, Nando dari pantai Ma bareng teman-teman,
kebetulan di sana tidak ada signal, bareng Reno juga Ma!.”
“Oh mana Reno Do? Kalau kalian belum makan, ajak Reno
makan dulu nak”, kata Mama Nando.
mendengar Kata Reno, April langsung berdiri. dan
berkata” Kak Reno datang? Horee…April mau tanya PR kepada kak Reno”
“Halah April, kak Reno ke sini bukan Untuk mengajar
April, karena bukan jadwalnya kak Reno mengajar”, kata Papa Nando.
“Hhehehe, yaudah Dek, ayo ikut kakak temui kak Reno
dulu” ajak Nando.
“Ok kak” April langsung berlari menuju kamar Nando.
Di dalam kamar, Reno sedang menyisir rambutnya yang
basah dan memakai kaos yang telah di sediakan Nando untuk Reno.
“Kak Reno, April ada PR sulit banget kak, ajari April
ya!” kata April merengek.
“Wah, PR apa Pril? Ayo ke kamar kamu saja” jawab Reno.
“Ren, Aku mandi dulu, kamu bantuin April ya” kata Nando
sambil menggerlingkan matanya.
Dengan
sukarela, meski bukan kewajibannya Reno mengajar April, Reno masih tetap
bersemangat mengajar april menyelesaikan tugasnya. April memang sangat dekat
dengan Reno, membuat dirinya gampang menerima penjelasan dari Reno.
“Itu, gampang kan?’ kata Reno setelah memberi pemecahan
kepada April
“Iya kak, hehe
april terusin dulu ya kak” kata April.
“Ren, Ayo kita makan dulu” ajak Nando.
Reno langsung mengikuti Nando menuju meja makan di lantai
bawah ,melewati ruang keluarga. Reno menyapa Mama dan Papa Nando. Setealah
selesai makan, Papa Nando menyuruh Nando untuk membelikan April martabak manis.
Nando langsung setuju dan mengajak Apill untuk membeli martabak manis.
Ketika Reno duduk di ruang tamu menunggu Nando dan
April, tiba-tiba Reno mendengar percakapan Mama dan Papa Nando.
‘Pa, semoga umur Mama masih panjang ya!”
“Amin, semoga saja Ma, tapi kenapa Mama ngomong
begitu?”
“Terkadang kalau Mama sakit, Mama teringat mati pa,
padahal Mama sangat ingin menimang cucu”
“Hee. Terkadang Papa juga berfikiran begitu ma, Papa
juga ingin lekas menimang cucu.”
“Tapi pa, Nando sampai sekarang belum mengenalkan
calon istrinya”
“Mama. Mama. Nando masih terlalu muda untuk menikah”
“Setidaknya Nando pernah mengenalkan ceweknya ke Mama”
kata Mama Nando sedikit murung.
“Nando anaknya tertutup ma, ‘gak mungkin Nando mau
menceritakan apalagi memperkenalkan ceweknya” kata Papa Nando tenang.
“Bagaimana dengan Rencana kita menjodohkan Nando dengan
anak teman Papa dulu?”
“Ma, dulu kita sudah membicarakannya dengan Nando,
tapi Nando menolak Rencana kita”
“Iya juga Pa, Mama akan minta tolong Reno untuk
membujuk Nando, karena sahabat Nando yang paling dekat saat ini adalah Reno, Mama
yakin pasti Reno bisa membantu kita”
Mendengar
itu Reno langsung Panik, dan siap-sipa ditemui Papa atau Mama Nando. Tiba-tiba Mama
Nando menemui Reno di ruang tamu.
“Ren, kamu ‘gak istirahat”
“Belum tante, Reno tidak begitu capek”
“Tante boleh bicara sebentar saja?”
“Eh, Boleh tante”
“Gini Ren, Tante itu berharap Nando cepat menikah. Dan
tante sudah menyediakan calonnya untuk Nando, namun Nando menolak pilihan
Tante”
Reno Hanya diam
tanpa ada komentar, karena dia juga tidak diminta untuk berkomentar.
“Nah, tante mau minta tolong pada Reno, Reno kan teman
akrab Nando, bisa bantu Tante bujuk Nando agar mau segera menikah?”
“Maaf sebelumnya Tante, bagaimana mungkin Saya bisa
membujuk Nando jika tante saja tidak bisa”
“Entah, tapi tante percaya Ren, kamu bisa”
“Baiklah Tante, Reno Akan berusaha semampu Reno”
“Terimakasih Ren, tante tinggal dulu ya, itu suara
mobil Nando sudah datang. Tolong tante ya”
“iya tante” Reno tersenyum.
Jam
dinding sudah menunjukan pukul 22:00, Reno dan Nando sudah berada di kamarnya. Reno
masih mekirkan apa yang telah di bebankan kepadanya tentang membujuk Nando. Reno
berbaring di sebelah Nando, dan seketika Nado memeluk tubuh Reno.
“Ren, kamu capek enggak?’
“Hmm, sedikit Do, ada apa?”
“Hemm, kamu ingat enggak kapan terakhir kita ngelakuin
itu?’
“Ngelakuin apa?” Reno tersenyum menatap langit-langit
“Halah, sok gak tau lo” Nando mencubit hidung Reno.
“Hehehe, udah seminggu lebih Do, terakhir kan di
kosanku” kata Reno.
“Aku mau malam ini Ren” Nando berbisik di telinga Nando
dan menempelkan bibirnya di telinga Nando.
“Geli Do”, kata Reno pelan.
Nando tidak merespon dia terus melakukan serangan
terhadap Reno, hingga akhirnya pertahanan Reno berhasil di jebol. Reno mulai
aktif seirama dengan Aksi Nando, hingga akhirnya mereka mencapai puncak kenikmatan
dan terkapar akibat kelelahan untuk mencapai kenikmatan itu.
Nando
tertidur tanpa memakai sehalai benang di tubuhnya. Dia tertidur sambil memeluk Reno.
Sedangkan Reno Hanya menatap langit-langit dan tak terasa air matanya menetes.
“Ren? Kamu kenapa?”. Kata Nando ketika terbangun
melihat Reno menangis.
“’Gak apa-apa Do, Aku Hanya teringat ibu di kampung”
“Oh, jangan sedih Ren, melihat kamu sedih Aku juga
sedih”
“Udah ‘gkpapa kok” kata Reno terseyum.
Sebenarnya
Reno menangis karena tugas yang diberikan oleh Mama Nando. Reno tau apa yang di
lakukan oleh Nando dan dirinya adalah salah, tapi mereka tidak bisa berbuat
apa-apa. Karena mereka menjalani hubungan itu karena cinta, bukan Hanya nafsu
dan kepuasan. Tapi bagaimanapun harapan orang tua Nando juga tidak salah,
mereka Hanya berharap Nando bahagia dengan istrinya dan menghasilkan anak atau
cucu bagi mereka. Harapan orang tua Nando pastinya juga sama dengan harapan
orang tua lain, termasuk harapan orang tuan Reno. Hal itulah yang membuat Reno
menangis, karena dia tak akan pernah selalu bersama dengan Nando.
Serpihan
Kenangan
Siang hari ketika Reno membaringkan diri di atas kasur
di dalam kamarnya, tiba-tiba ada Sms dari Nando agar dia secepatnya datang ke
rumah sakit. Setibanya di rumah sakit, Reno dikejutkan dengan keberadaan Rehan
yang terbaring tak berdaya. Rehan mengalami kecelakaan dan ada luka di
kepalanya menyebabkan pendarahan.
“Ren, golongan darah kamu A kan?” tanya Nando
“Iya Do, kenapa?”
“Stock
golongan darah A di PMI tidak cukup untuk
Rehan”
“Yaudah Do, Aku mau melakukan donor darah” kata Reno
terlihat panik.
“Ok, ayo kita ke dokter dulu” Nando mengajak Reno ke
dokter untuk memeriksakan darahnya. Setelah melewati pemeriksaan darah, Reno
langsung mendonorkan darahnya untuk Rehan.
Di
dalam ruangan tempat donor darah, ada seorang suster yang bercerita tentang Rehan.
“Maaf, Pasien bernama Rehan itu saudara anda?”
“Bukan Sus, dia Hanya teman Saya”
“Untung dia segera mendapat pertolongan pertama”
“Emang, keluarganya belum datang ya Sus?’
“Belum Mas, tapi teman Anda yang satunya itu mau
Mendatangani biaya Administrasi dan membayar sebagian Biayanya”
“Syukurlah Sus, Yang penting nyawanya dapat di tolong”
“Dia sangat beruntung punya teman seperti kalian” kata
Suster itu sambil melepas jarum yang menusuk Reno.
Setelah
melakukan donor darah, Reno langsung ke luar menuju Nando di depan ruang rawat.
Di depan ruangan ada Nando beserta Mama dan Papanya. Reno berjalan sedikit
gontai karena merasa pusing setelah mendonorkan darahnya.
“Reno!!” teriak Nando ketika melihat Reno mau roboh.
Seketika Nando berlari dan memapah Reno menuju kursi.
“Do, Reno kenapa?”
“Mungkin Reno lemas ma, soalnya dia baru saja mendonorkan
darahnya untuk Rehan”
“Yaudah Do, kamu bawa Reno pulang dulu”, kata Papa Nando
“Aku tak apa Do, Hanya sedikit pusing saja, setelah
istirahat mungkin udah pulih lagi”
“Yaitu Ren, ayo Aku antar kamu pulang dulu”, kata Nando
sambil memapah Reno.
Nando
mengantar Reno kekosnya, karena jarak dari kos ke rumah sakit sangat dekat.
Setelah sampai di kamar dan memastikan Reno istirahat, Nando langsung balik
lagi Ke rumah sakit. Dan beberapa menit kemudian dia datang dengan motor milik Reno
dan membawakan makanan dan minuman.
“Ren, ayo kamu makan dulu”
“Kamu kenapa kok bisa jadi lemas begini Ren?”
“Aku tidak tahu Do, mungkin sebenarnya kondisi tubuhku
tidak layak untuk mendonorkan darah”
“Kenapa?”
“Tadi pagi Aku belum sarapan, dan pulang kuliah di
siang hari langsung menuju rumah sakit., Aku Juga Mempunyai masalah dengan
tekanan darah rendah, tadi sebenarnya ketika di cek tekanan darahku tidak normal,
tapi Aku memaksakan diri untuk segera mendonorkan darah agar Rehan dapat
selamat”
“Ren, kenapa kamu memaksakan diri? Aku tak bisa
bayangkan kalau terjadi apa-apa pada dirimu”
“Demi Rehan Do” Reno tersenyum.
“Yaudah, tapi jangan kamu ulangi hal seperti itu, kamu
makan dulu ya” kata Nando penuh perhatian..
Setelah
beberapa hari, Akhirnya Rehan sadarkan diri. Reno datang ke rumah sakit untuk
menjenguk Rehan. Ketika memasuki kamar, ternyata di sana ada Nando sedang
menyuapi Rehan dengan potongan buah apel. Rasa cemburu dalam diri Reno pasti
ada, namun semuanya di buang demi kebaikan semua.
“Kamu Ren?” kata Rehan serak dan berat.
“Oh, Sebentar ya Aku keluar dulu mau beli makanan”
kata Nando sambil ke luar dari kamar. Reno mendekati Rehan yang saat itu masih
terbaring di tempat tidur.
“Ren, maafkan Aku ya, selama ini Aku selalu bersikap
tidak menyenangkan”
“Sudah Han, lupakan saja. Itu sudah Aku lupakan dan
sekarang kamu istirahat biar cepat sembuh”, Kata Reno sambil duduk di samping Rehan.
“Ren, Sebenarnya Aku dan Nando sudah tidak ada
hubungan apa-apa, karena Nando sangat mencintaimu melebihi cintanya untukku
dulu”, Rehan tersenyum.
Reno langsung memegang tangan Rehan,“Han, maafkan Aku
ya, kalau Aku telah merebut Nando dari kamu, Aku sangat mencintainya dan tak
mungkin Aku meninggalkan ataupun di tinggalkan olehnya”.
Rehan Tersenyum
dan berkata, “Ren, ini semua sudah takdir. Kamu lebih berhak mendapatkan Nando,
karena kamu sangat tulus dan baik, Ren jangan pernah sakiti Nando ya” kata Rehan.
“Pasti Han” kata Reno tersenyum dan agak meremas
tangan Rehan.
“Oia, terimakasih atas pertolonganmu juga Ren,”
“Sama-sama Han, Sorry Han Aku tak bisa berlama-lama karena
ada jadwal les hari ini, Cepat sembuh Han” kata Reno Sambil berlalu..
Di koridor rumah sakit Reno bertemu dengan Nando.
“Ren? Kok Hanya sebentar?’
“Biasa Do, ada jadwal Les private. Hehehe” kata Reno.
“Mau Aku antar Ren?”
“Aku bawa motor sendiri kok, yaudah kamu temani Rehan
ya! Aku sudah tau semuanya dari Rehan, dan maafkan Aku Do”
Nando tersenyum dan mengangguk.
“Yaudah Do, Aku pulang dulu”, kata Reno dan langsung
menuju tempat parkir.
************
Hari-hari
berlalu, Reno sibuk dengan Jadwal Les yang semakin padat. Sedangkan Nando juga
sibuk mempersiapkan acara pembukaan café
and resto baru Papanya. Sedangkan Rehan sudah sembuh dan beristirahat di
rumahnya.
Ketika
Reno datang ke rumah Nando untuk mengajar Aprilia, dia selalu menyempatkan diri
untuk mengobrol dengan Nando dan semuanya.
“Ren, Besok hari minggu datang ya ke acara pembukaan
café baru Om” kata Papa Nando
“InsyaAllah Om, Reno datang”
“Itu harus dan wajib Ren, Karena Itu adalah Cafe
pertama kita di kota ini dan Nando akan mengelolanya”, kata Mama Nando
menambahkan.
Setelah
mereka ngobrol bersama, akhirnya Reno di antar pulang oleh Nando ke kosannya.
tapi sebelumnya Nando mampir di sebuah butik dan membelikan kemeja untuk Reno
“Ini bagus ‘gak?” kata Nando menunjukan baju yang di
pegangnya.
“Bagus Do, itu cocok buat kamu” kata Reno antusias.
“Coba Kamu yang pakai!”
“Ya, sama aja Do, ukuran baju kita kan sama, pastinya
kalau Aku yang pakai ini juga terlihat bagus”
“Oh, kalau begitu kita ambil kemeja ini saja”
“Wah, yang mau jadi boss ni”
“Haha, apaan sih” kata Nando malu-malu.
Nando
langsung menuju kasir, dan membayar belanjaannya.
“Ren, ini buat kamu, dan ini buat Aku. Sengaja Ku beli
baju yang mirip biar nanti kita terlihat kompak. Hehehe”
“Ha? Ini buat Aku? Gak usah repot Do”
“Halah, ini sudah di bayar Ren”
“Tapi..”
“Sudah, pokoknya besok malam kamu pakai baju itu Ok”
“Terimakasih Do,” Reno tersenyum.
**********
Hari
pembukaan café Nando telah tiba, di minggu sore itu Reno memakai Kemeja yang di
belikan Nando. Reno menaiki motornya menuju alamat yang di berikan Papa Nando
beberapa hari yang lalu. Sesampainya di sana, beberapa undangan telah datang
dan terlihat Rehan juga duduk di dalam café menikmati hidangan kecil.
“Hai Ren, baru datang ya?”, kata Rehan tersenyum
menyapa Reno.
“Iya Han, sendiri?’
“Iya, tapi sekarang sudah tak sendiri lagi, kan ada
kamu teman baikku” kata Rehan tertawa kecil.
Tiba-tiba Mama Nando datang menuju Reno.
“Ren, Nando kemana ya? Acara sudah mau dimulai Tapi
anak itu belum datang”, kata tante Nisa panik
“Loh, Reno juga kurang tau tante, emang tadi dari
rumah tidak bareng ya?’
“Tante dan Om, juga Aprilia berangkat dari salon,
sedangkan Nando masih dirumah”
“Tenang dulu tante, Biar Reno hubungi Nando”
“Yaudah Ren, Tante menemui tamu-tamu dulu”, Kata Mama Nando
dan langsung menghindar dari Reno dan Rehan.
“Ren, Coba kamu telfon Nando, siapa tau dia ketiduran”
kata Rehan Asal. Langsung saja Reno menghubungi Nando, tapi tidak di angkatnya.
Berkali-kali tapi juga tetap tidak di angkat.
“Han, hapenya Aktif tapi dia tidak mengangkatnya”, Reno
terlihat samgat panik.
“Tenang dulu Ren, mungkin dia lagi di perjalanan”
“Semoga saja tidak terjadi apa-apa dengan Nando, karena
Café ini adalah miliknya dan dia yang akan melAkukan pemotongan pita nanti”,
kata Reno berharap.
Beberapa
menit berlalu, dan ternyata Papa Nando sudah tidak bisa berlama-lama, akhirnya
Acara di mulai dan berharap Pas acara Pemotongan pita Nando datang. Namun
Hingga acara inti selesai Nando tidak kunjung datang, Mama Nando terlihat
sangat resah dan berkali-kali melihat ke halaman café.
Reno
dan Rehan juga terlihat khawatir karena ponsel Nando aktif dan dia tidak
mengangkatnya. Tiba-tiba Ponsel Reno berdering, setelah di lihat ternyata panggilan
dari Nando. Langsung saja Reno mengangkat ponselnya.
“Halo, Do kamu kemana saja. Acara Sudah hampir
selesai” kata Reno sedikit kesal.
“Apa? Nando kecelakaan?” Kata Reno ketika mendengar
berita itu dari seseorang yang menemukan Nando.
Reno langsung berlari menuju kedua orang tua Nando dan
menyampaikan berita itu. kedua orang tua Nando langsung shock, apalagi Mama Nando dia langsung panik dan menangis.
Kedua
orang tua Nando langsung menuju Rumah sakit. Sedangkan Reno dan Rehan di minta
untuk tinggal di café hingga para tamu pulang.
“Han, Aku ingin tau keadaan Nando”
“Iya, sebentar lagi kita menyusul ke sana”
“Ayo Han, kita ke rumah sakit sekarag saja”
“Yaudah, Ayo Ren”, kata Rehan dan lagsung membawa Reno
menuju Rumah sakit.
Dengan
perasaan berdebar-debar Reno memasuki rumah sakit. Dan di depan ruang ICU tante
Nisa Mama Nando menangis Histeris. Aprilia yang masih SD juga terisak di depan
Ruang ICU. Langsung saja Reno dan Rehan mendekati mereka berdua.
“Ren, Nando Ren” kata Tante Nisa.
Reno langsung masuk ke ruang Icu, dan ternyata tubuh Nando
sudah di tutup kain Putih. Reno dan Rehan langsung berlari menuju jenazah Nando.
“Do, kenapa Do kamu tinggalin Aku?” Reno menangis. Rehan
juga menangisi kepergian Nando, namun dia masih bisa menguasai kesedihannya dan
langsung membawa Reno ke luar. Rehan menarik Reno untuk Keluar dari ruangan itu
berharap Reno tidak melakukan hal-hal yang mencurigakan keluarga Nando.
“Ren, Reno! Tenang Ren” kata Rehan
“Nando Han, dia sudah pergi, Dia bohong padaku Han”
“Iya Ren, tapi kamu harus tenang, ingat Ren jangan
luapkan semua perasaanmu, Aku tau kamu sangat sedih, Aku juga sedih Ren”, Rehan
memeluk Reno untuk menenangkannya.
“Dia berjanji
tidak akan meninggalkanku Han, tapi nyatanya dia pergi” kata Reno sambil
melepas pelukan Rehan.
Tiba-tiba April mendekati Reno dan Rehan..
“Kak, Reno. April sekarang sudah tidak punya kakak
lagi”
“April yang tabah ya, anggap saja kak Reno kakak
April”, kata Reno sambil memeluk April.
Reno semakin larut dalam kesedihan melihat April
beresedih seperti itu. Rehan di samping Reno selalu menenangkannya.
Akhirnya
Nando sudah dikebumikan, Reno merasa sangat sedih kehilangan Nando. Dia bolos
kuliah dan mengajar dan Hanya berdiam diri di kamarnya. hingga di siang hari Reno
langsung melajukan Motornya menuju pantai tempat mereka jadian dulu. Reno duduk
di tepi pantai dan membuka Buku catatannya, dia menulis di buku hariannya.
“dear diary
Sudah
lama Aku tidak curhat kepada dirimu, karena Aku mempunyai teman curhat lain untuk
berbagi yakni Nando, kamu tau sekarang Aku kembali pada dirimu karena Nando
sudah pergi, dia pergi tanpa pamit, tanpa senyum, bahkan tanpa marah padaku.
diary, sengaja Aku bawa diri kamu kesini agar kamu juga tahu betapa indahnya
pantai ini,indahnya pantai ini semakin indah dengan adanya kenanganku bersama Nando.
Mungin Nando sudah tenang di ujung sana. Dan sebentar lagi Aku juga akan
menyusul Nando. Diary, saatnya Aku juga pamit pada dirimu.
By
Reno”
Setelah menulis, Reno langsung berdiri memandangi
lautan. Ombak laut yang tidak terlalu besar bekejaran hingga bibir pantai.
“Tuhan, Aku adalah orang yang penuh dosa, Aku memilih
jalan yang salah. Mungkin Aku sudah di takdirkan untuk menghuni nerakaMu, Namun
Aku tidak mau menghuni nerakaMu dengan Alasan Cintaku ini, lebih baik Aku
menghuni neraka dengan alasan lain”, Reno melepas sepatunya dan berjalan perlahan
menuju laut.
Reno terus berjalan hingga air laut sebatas
pinggangnya dan terus berjalan hingga ombak menerpanya dan tenggalam.
“Nando, sebentar lagi kita akan bertemu meski Hanya
sebentar”, Reno memejamkan matanya dan pasrah. Tiba-tiba ke ajaiban datang, ada
tangan yang meraih Reno dan menyeretnya ke pinggir pantai. Ketika air hanya
setinggi pinggang baru Reno membuka matanya.
“plak” suara tamparan keras menghantam pipi Reno.
“Rehan?” kata Reno kaget.
“Kamu bodoh Ren!”
“Kenapa kamu menyelamatkanku? Biarkan Aku pergi
menyusul Nando”, kata Reno yang masih berusaha menuju tengah laut.
“plak” sekali lagi Rehan Menampar Reno.
“Ren, sadar Ren!, Aku tau kamu sangat mencintai Nando,
tapi kamu juga punya janji padaku Ren, kamu berjanji akan menjadi sahabatku
selamanya, dan kamu juga berjanji pada April akan menjadi kakak pengganti Nando,
selain itu kamu juga punya impian untuk membahagiakan kedua orang tuamu,
bagaimana semua itu akan kamu wujudkan jika kamu mampus?”, Rehan berbicara
dengan nada emosi dan sedikit berteriak.
“Ren, coba kamu pikirkan bagaimana dengan kedua orang
tuamu jika kamu mati? kamu mau sia-siakan perjuangan Bapak kamu bekerja banting
tulang di desa Hanya demi kamu? Jangan egois Ren!”, kata Rehan sambil meremas
pundak Reno.
Reno langsung menangis dan menyesali apa yang akan di
lakukannya ini Hanyalah jalan yang salah. Jalan yang di tunjukan oleh setan.
“Han, terimakasih kamu menolongku, jika kamu tidak
menolongku mungkin Aku akan meninggalkan orang-orang yang mencintai dan
menyayangiku” kata Reno sambil memeluk Rehan.
“Ayo Ren, kita bersama-sama berbenah diri, lupakan
masa kelam kita, mari kita berjuang bersama-sama untuk hari yang lebih baik” Rehan
mengangkat Reno dan merangkulnya menuju bibir pantai.
Akhirnya Reno dan Rehan berdiri di tepi pantai
menghadap lautan luas. Di pantai itu mereka membuat janji agar mereka bisa
hidup lebih baik dan akan membahagiakan Semua orang terdekatnya. Terutama
keluarga. Nando dan pantai itu adalah ciptaan Tuhan yang akan menjadi kenangan
bagi Rehan dan Reno.
The
end
Ray, gw suka kisah ini harapan gw sih semoga masih ada lanjutannya.Oia gw yg kirim inbox di Fb Ray, salam kenal
ReplyDeleteGens
Terimakasih atas Inboxnya tadi, tawaran yang bagus tapi Aku masih belum siap. hehehe. Sebenarnya sudah kita bahas tadi di inbox mengenai Lanjutan kisah ini, Sama seperti di inbox tadi... Jawabannya adalah masih belum minat lanjutin kisah ini, Ini sudah ending :D hehehe
Delete