Tuesday 8 January 2013

Cinta Tak Berujung



                                                             By: Ray Rowling
“Cinta”, Kata Cinta ini merupakan sebuah mantra yang dapat merubah  sesuatu yang baik menjadi buruk dan yang buruk menjadi yang baik. Gara-gara Cinta Manusia saling membunuh untuk pertama kalinya dalam sejarah peradaban manusia (habil dan khobil). Dan gara-gara cinta juga Tajmahal kokoh berdiri di india.
Begitu juga cinta yang di alami Reno dan Nando, Meski cinta mereka bukan cinta yang biasa tapi Cinta mereka tulus. Reno adalah seorang Mahasiswa yang bekerja menjadi guru private untuk anak SD dan SMP. Sedangkan Nando juga merupakan mahasiswa namun kehidupannya jauh di atas Reno.
***********
Ketika matahari perlahan tergelincir di ufuk barat, seketika langit berwarna jingga. Di sore itu Reno sedang menyisir rambutnya dengan handuk yang masih melilit di pinggangnya. Nampak wajah Reno sangat ceria dan penuh kebahagiaan. Hanya ada satu alasan mengapa Reno sebahagia sore ini, karena satu jam lagi Nando kekasihnya akan datang menjemputnya untuk mengajak makan malam.
Di waktu yang bersamaan, Nando juga sedang bersiap-siap di kamarnya, kamar yang rapi dan luas juga beberapa perabotan berwarna putih dan biru mendominasi kamar itu. berbeda jauh dengan kamar Reno, Kamar berukuran 3X3 meter Hanya ada Singgel bed di atas lantai beralas karpet berwarna biru tua. Kamar itu smakin sempit dengan adanya lemari dan Meja belajar yang di atasnya terdapat beberapa buku.
Ketika jam dinding menunjukan pukul 18:30 WIB, ponsel Reno berdering. Reno langsung meraih ponselnya dan menjawab panggilan itu, “Hallo, iya Aku sekarang ke sana”, kata Reno sambil tesenyum dan meraih jaketnya.
Reno menuruni anak tangga dan berjalan menuju halaman rumah kosnya. Di pinggir jalan depan kosannya ada sebuah mobil yang sudah familiar bagi Reno. Reno langsung menghampiri mobil itu, seketika kaca mobil terbuka dan tampak di dalam mobil Wajah Nando yang tersenyum pada Reno.
“Sudah lama Do?”, Kata Reno ketika duduk di sebelah Nando.
“Baru aja, setelah kamu turun dari tangga”, Nando tersenyum dan langsung melajukan Mobilnya.
Setelah menempuh perjalanan sekitar dua puluh menit, akhirnya mereka berdua tiba di sebuah Resto.
“Ren, ini Resto tempat favoritku dulu”, kata Nando
“Oia? Sama siapa kamu kesini Do?”, tanya Reno sambil mengikuti Nando masuk ke resto.
“Aku sering ke resto ini, bareng Papa dan Mama dulu waktu Aku masih SMP”
“Oh, berarti tempat ini sudah menjadi tempat favorit keluarga donk?” Reno sedikit tertawa.
“Begitulah Ren, tapi sekarang Papa dan Mama sibuk dan Aku jarang ke tempat ini dan baru hari ini Aku datang dengam orang yang spesial”, kata Nando sambil duduk di ruangan paling pojok.
            Setelah memilih tempat duduk, mereka langsung di datangi waiters dan menyodorkan buku menu.
“Ren, kamu mau pesan apa?’, kata Nando yang sibuk melihat buku menu
“Hemm…”
Belum sempat Reno menjawab, Nando langsung berkata lagi.
“Aku yang pesan makanan aja, Aku yakin kamu pasti suka Ren”
“Baiklah, terserah kamu saja Do”.
Nando langsung menunjuk beberapa makanan dan minuman, waiters itu hanya mengangguk dan mencatat pesanan Nando.
Setelah selesai, akhirnya pelayan cantik itu pergi meninggalkan Nando dan Reno berdua. Suara alunan musik lembut terdengar sayup di ruangan itu.
“Ren, baru malam ni Aku bisa mengajak kamu makan malam”
“Terimakasih do, Aku seneng banget akhirnya kita ada waktu untuk bersama (makan malam)”
“Mau bagaimana lagi Ren, kamu selalu sibuk dengan kerjaanmu dan Aku juga sibuk dengan Resto baru Papa nanti”
“Hehehe, maaf ya Do! Aku tidak bisa selalu menemani hari-harimu” Reno terlihat tak enak hati.
“Tidak masalah Ren, meski kamu tidak selalu menemaniku Aku sangat bahagia kalau kamu selalu di hatiku”, kata Nando sambil memegang tangan Reno di atas meja.
            Reno tersenyum pada Nando, dan langsung menarik tangannya dengan sigap. Nando sedikit kebingungan namun langsung mengerti ketika beberapa pelayan datang ke meja mereka membawa makanan dan minuman yang di pesan.
Waduh, makanan sebanyak ini siapa yang mau ngabisin Do?”, Reno heran melihat piring berisi makanan tetata di atas meja.
“Ya kita Ren, masak orang lain?”
“Ini terlalu banyak Do!”
“Yang banyak kan cuma piringnya saja Ren, tapi isinya Cuma sedikit kok” kata Nando sambil meminum segelas air putih.
“Hahaha, kamu itu bisa saja beralasan Do, awas kalau gak kamu habisin semua makanan ini” Reno tersenum dan langsung menyantap makanannya.
            Baru saja mereka memulai makan, terdengar suara piring pecah dari meja lain. Mereka langsung  menoleh ke arah suara itu. dan di sana terlihat ada seorang pelayan menjatuhkan piring di meja orang lain dan membuat berantakan meja itu.
            Pelayan itu langsung di maki-maki oleh pengunjung itu dan di suruh melakukan ganti rugi. Melihat itu Nando langsung berdiri dan menghampiri meja itu.
“Maaf mbak, mungkin ini memang salah pelayan ini tapi mbak juga merusak suasana kita dengan memaki-maki orang ini” kata Nando ikut campur.
“Siapa kamu? Kamu pacar cewek ini?” kata perempuan yang marah pada pelayan itu.
“Maaf mbak, Saya juga pengunjung tempat ini, Saya Hanya merasa terganggu dengan suara mbak yang marah-marah tidak karuan”
“Ini gara-gara pelayan nggak becus ini, dia harus ganti rugi”
“Baiklah, biar Aku yang mengganti semuanya, berapa mbak?”
Tiba-tiba manajer restoran itu datang.
“Maaf atas ketidak nyamanan ini” kata manajer sambil sedikit membungkuk.
“Saya mau dua ratus ribu atas kcerugian ini” kata perempuan tadi.
“Baiklah, ini mbak dan Saya harap mbak mau memafkan pelayan ini” kata Nando sambil menjulurkan uang dua ratus rupiah.
            Perempuan itu langsung keluar dan Nando juga berbalik ke mejanya. Namun ketika menuju meja Nando menemui manajer resto itu
“Om, jangan pecat pelayan ini, karena dia memang tidak bersalah”.
“Terimakasih Do, perempuan itu juga pernah ribut di tempat ini beberapa bulan yang lalu, korbannya sama yaitu Lilis ini”, kata manajer resto.
            Nando langsung menuju mejanya dan menemui Reno.
“Sorry Ren, Aku tinggal kamu”
“Do, kenapa kamu lakukan itu?”
“Aku teringat ketika kamu masih bekerja di café dulu Do, Aku tak mau seorang pelayan di pecat Hanya gara-gara buat kesalahan yang tidak disengaja” kata Nando
“Hee. Oia kayaknya kamu kenal sama menajer tempat ini?”
“Oh…dia Om Beni, dia teman Papa”
“Hmmm. Pantesan dia kenal kamu do”
“Hehehe, yaudah Ren kita habiskan makanan ini dulu” kata Nando.
Ketika mereka selesai makan, tiba-tiba ada seorang pemuda menghampiri mereka dan langsung mengagetkan Nando. “Hayo, lagi ngapain?’ Kata pemuda itu. Nando langsung menoleh ke arah pemuda itu.
“Rehan?” Nando terkejut.
Rehan tertawa dan berkata, “Bagaimana kabarmu Do?”.
“Baik Han”, jawab Nando datar sambil melihat ke arah Reno. Reno Hanya diam melihat ke arah Nando.
“oia, ini Reno temanku”, kata Nando memperkenalkan Reno.
“Hai” kata Rehan datar. Reno Hanya senyum dan menganggukan kepalanya.
“Han, Mau gabung di sini?” kata Nando sambil melihat ke arah Reno. Reno tersenyum dan mengangguk sebagai tanda mempersilahkan Rehan untuk bergabung.
“Sorry do, Aku lagi bareng teman-teman, lagian kalau Aku di sini nanti malah mengganggu acara kalian” kata Rehan sambil melirik Reno.
“Oh, yaudah kami juga udah selesai kok, sebentar laki kita pulang” Nando menjawab dengan nada datar dan dia akhiri senyuman yang sanagat dipaksakan.
“Oh begitu?, Aku kembali ke teman-teman dulu Do, nanti Aku telfon kamu ya” kata Rehan sambil berlalu.
            Reno Hanya diam menikmati jus buah di gelasnya, Ia namapak melamun memikirkan sesuatu. Nando menatap Reno dan berkata, “Ren, kamu kenapa?”. Reno langsung menjawab, “Ah ‘gak kenapa2 kok, Cuma lagi menikmati Jus ini Do”, kata Reno.
“Oh, begitu ya? yaudah kalau sudah selesai kita balik aja Ren, tunggu sebentar Aku mau ke kasir”, Nado langsung berdiri menuju kasir. Reno juga mengikuti Nando dan meraih jaket Nando.
“Do, Aku tunggu di luar ya. ini semua barang kamu sudah ada di tanganku” kata Reno tersenyum. Setelah membayar bill akhirnya Nando keluar menuju tempat parkir dan langsung memasuki mobilnya.
            Di dalam mobil Nando membuka percakapan, “Ren, Maaf ya makan malam kita kacau dan kurang menyenangkan, apalagi dengan kedatangan Rehan”
“Aku sangat menikmati makan malam kita kok, kamu aja yang terlalu parno” kata Reno sambil tersenyum.
“Bagaimana Aku tidak parno, tiba-tiba Rehan datang dan kamu tahu tentang Rehan. Dia masa laluku Ren, Aku Hanya takut kamu cemburu” kata Nando.
“Iya, tenang saja Do Aku percaya kamu sepenuhnya” Reno tersenyum.
Namun di hati kecilnya, Reno berkata lain, Reno sangat cemburu atas kedatangan Rehan. Reno sangat tahu bahwa dulu Nando sangat mencintai Rehan. Perpisahan mereka berdua dilakukan sepihak oleh Rehan. Rehan menghilang entah kemana tanpa pamit ke Nando. Beharai-hari setelah kepergian Rehan, Nando berusaha melacak keberadaaannya, namun  hasilnya tetap nihil.
Hampir setiap malam Nando berada di café tempat biasa Rehan dan Nando bersama. Nando selalu berharap Rehan datang ke café itu dan mengejutkannya. Namun harapan Hanyalah harapan, dan Rehan tak kunjung datang
Di hari ke dua belas setelah kepergian Rehan akhirnya Nando bertemu dengan Reno yang saat itu menjadi pegawai training di café itu.
Di hari pertama Reno bekerja, Reno membuat kesalahan menumpahkan jus ke meja Nando. Seketika jus itu terciprat ke baju Nando. Nando sangat marah dan membentak Reno
“Heh, kalau kerja hati-hati!” kata Nando sambil berdiri menunjuk Reno.
“Maaf mas, tadi tersenggol oleh pengunjung lain, biar Saya bersihkan mejanya” kata Reno sopan.
“Enak saja minta maaf, Saya mau bertemu dengan manajer café ini,  punya pelayan tak becus!” kata Nando garang.
“Sekali lagi Saya minta maaf mas, jangan lapor ke manajer mas. Saya masih training di sini dan Saya butuh duit untuk kuliah” Reno memohon.
Tiba-tiba seorang laki-laki berumur 40an datang, menuju meja Nando.
“Maaf Mas, apa ada kesalahan dari pelayan kami?” kata orang itu.
“Bapak siapa?”
“Saya asisten manajer di tempat ini”
Nando diam sambil membersihkan kemeja putihnya.
“Reno, kamu harus tanggung jawab atas kesalahanmu” kata asisten manajer itu dengan tegas.
“Iya pak, Saya mengakui kesalahan Saya. Saya mohon jangan pecat Saya Pak” Reno memelas.
Nando melihat Reno dengan perasaan iba. Sekali lagi asisten manajer meminta maaf dan akan mengganti rugi atas kesalahan pelayannya, namun Nando menolaknya.
“Saya Hanya butuh di antar ke toilet” kata Nando.
“Baiklah, Biar Reno yang mengantar kamu mas”, kata Asisten manajer.
            Seketika Reno langsung mengajak Nando ke toilet. Nando membersihkan Jus yang menodai bajunya dengan air, namun noda di bajunya semakin parah.
“Mas, bagaimana kalau Saya cuci bajunya? Biar nanti Mas pakai baju Saya” kata Reno dengan sangat sopan.
“Baiklah, daripada Saya masuk angin”
“Mas, ini bajunya, maaf bajunya jelek mas” kata Reno sambil tersenyum. Nando tidak menjawab dan langsung masuk ke toilet. Setelah ganti baju, Nando melihat Reno sedang menunggunya di depan washtafel. Nando langsung mendekati Reno dan menjulurkan baju kotornya.
“Kamu cuci bersih dan antarkan ke alamat ini”
“Iya mas, secepatnya Saya antar ke rumahnya, sekali lagi maaf atas kesalahan ini”
“Yaudah, Aku pergi dulu” Nando langsung ke luar menuju tempat parkir.
            Reno kembali ke dalam café dan menemui asisten manajer, namun Sayang kesalahan Reno tidak bisa di tolerin. Sebagai pagawai training Reno harus bisa bekerja lebih baik bukan membuat kesalahan di hari pertama Dia bekerja. Dan konsekuensinya adalah, Reno dipecat tanpa mendapatkan upah dari café itu. Reno langsung pulang menuju rumah kosnya dengan perasaan yang kalut.
Ke esokan harinya sepulang kuliah Reno langsung mengambil pakaian yang di jemurnya. Baju Nando juga sudah kering, setelah disetrika Reno langsung membungkusnya dengan kertas koran dan memasukannya ke dalam tas ranselnya.
Reno langsung mengeluarkan motor bututnya dan mengendarai menuju alamat yang diberikan Nando. Setelah bertanya dua kali akhirnya Reno mendapati alamat Nando. Reno tercengang ketika melihat rumah berlantai dua berukuran sangat besar.
“Assalamualaikum” kata Reno sambil mengetuk pintu gerbang. setelah dua kali memanggil akhirnya ada ibu-ibu keluar dari rumah itu.
“Walaikumsalam, cari siapa mas?” kata ibu itu tanpa membuka pintu gerbang.
Reno bingung mau jawab apa, karena memang Reno tidak berkenalan dengan Nando sebelumnya.
“Maaf bu, Saya mencari alamat ini, kemarin ada pemuda yang memberikan alamat ini dan menyuruh Saya datang ke sini.” Kata Reno sambil menunjukan alamat yang tertulis di kertas.
“Iya, benar ini memang rumah yang ada di alamat ini, tapi kamu cari siapa?” tanya ibu itu agak curiga.
“Saya tidak tahu namanya, tapi kedatangan Saya ke sini Hanya untuk memberikan ini”, Reno mengeluarkan baju Nando yang terbungkus koran
 “Yaudah, Saya akan sampaikan nanti, maaf di rumah ini lagi tidak ada orang jadi Saya takut menerima tamu, Saya Hanya pembantu di rumah ini” kata ibu itu sambil menerima bungkusan dari Reno.
“Yaudah, Saya pamit dulu. Bilang nama Saya Reno pelayan café”, Reno langsung menaiki motornya.
            Pembantu rumah Nando langsung masuk ke dalam rumah dan menuju kamar Nando di lantai atas.
“Den, Den Nando”, kata pembantu itu sambil mengetuk pintu.
“Iya, ada apa bik?”, tanya Nando.
“Ini den, tadi ada pemuda yang mengantar ini”
“Dari siapa bik?”
“Saya kurang tau Den, tadi Dia bilang namanya Reno pelayan café. Bibik kembali lagi ke dapur Den”
“Yaudah, terimakasih ya Bik” kata Nando dan masuk kembali ke kamarnya. Di dalam kamar Nando membuka bungkusan itu, dan melihat bajunya sudah bersih dan rapi. Nando tersenyum dan langsung menggantung pakaiannya di lemarinya.
            Di waktu yang sama, Reno masih ada di perjalanan pulang menuju rumah kosnya. Di perjalanan dia mampir di ATM untuk mengambil uang kiriman orang tuanya dari kampung. Reno merasa sangat bimbang karena uang di tabungannya sudah menipis dan dia belum mendapatkan pekerjaan baru. Di dalam ATM Reno mendapatkan ide untuk bekerja sebagai guru private. Reno langsung menuju ke tempat bimbingan belajar dan melamar untuk menjadi guru private di sana. Meski gajinya kecil namun lumayan untuk meringankan beban keluarga.
            Sudah seminggu berlalu Reno bekerja di sebuah bimbingan belajar. Reno sangat menikmati pekerjaannya, karena dia juga mengasah kemampuan dan ilmu yang di dapatnya.
“Reno, ini ada murid baru, dan dia masih sekolah dasar. Saya yakin kamu bisa mengajar anak ini”, kata seorang atasan Reno.
“Saya tidak masalah Pak, yang penting ilmu yang Saya miliki bisa Saya tularkan” kata Reno.
“Baiklah, Sore ini kamu temui orang tuanya dan anaknya di alamat ini”, atasan Reno menjulurkan kertas berisi alamat.
“Sepertinya Saya tau alamat ini”
“Baguslah, Saya sudah hubungi pemilik rumah dan Dia akan menunggu kamu sore nanti”.
            Sore harinya, Reno langsung menuju alamat itu dan dugaanya benar rumah itu adalah rumah Nando.
Pintu gerbang terbuka, dan lagi-lagi Reno di temui oleh pembantu rumah itu.
“Maaf Ibu Nisa ada?”
“Ada di dalam, dari mana?”
“Bilang saja dari bimbingan belajar”
“Baiklah, Saya masuk dulu”
Setelah beberapa menit menunggu akhirnya Reno di persilahkan Masuk.
“Assalamualaiku,” kata Reno
“Walaikumsalam, silahkan duduk” kata ibu Nisa.
“Saya Reno Bu, dari Bimbingan belajar”
“Oh, jangan panggil ibu, panggil Tante saja nak Reno”
“Baiklah tante, Boleh Saya menemui April Anak Tante?”
“Saya Panggil dulu ya, “April..ini guru privatenya sudah datang”” kata Tante Nisa.
            Terdengar suara anak kecil menjawab dan sesekali tertawa terbahak-bahak di temani suara pemuda yang menemaninya.
“April belajar dulu ya, nanti setelah belajar main lagi bareng kakak”, Suara pemuda dari lantai atas. April langsung berlari perlahan menuju ruang tamu di lantai bawah.
“April, sini nak. ini ada kak Reno yang akan menjadi guru private April, ayo salaman dulu” kata Tante Nisa. April langsung menuju Reno dan bersalaman.
“Kak Reno ganteng ya, kayak kak Nando” kata April Polos.
“Hehehe, terimakasih adek, sekarang kita belajar ya” kata Reno dengan ramah.
“Ren, Lebih baik belajar di kamar april saja, karena di sana sudah ada media pembelajaran” kata tante Nisa.
“Iya kak, ayo kita ke atas saja” ajak April menambahkan.
            Reno menurut saja, dan langsung menuju kamar April di lantai atas, kamar yang penuh dengan boneka berwarna hijau dan pink. Juga terdapat meja belajar dan White board. Reno tidak mau membuang-buang waktu, langsung saja dia memulai proses belajar mengajarnya. Nampaknya cara mengajar Reno sangat cocok untuk April, April lebih tanggap dari murid-murid Reno yang lain.
            Tak terasa sudah 90 menit Reno mengajar April, dan saatnya untuk Pamit. April menemani Reno untuk turun ke lantai bawah. Mereka melewati kamar Nando yang terbuka. Reno langsung menoleh ke kamar itu dan di sana ada Nando yang sibuk mengetik di laptopnya. Ketika Nando menoleh Reno sudah turun dari tangga dan menuju Ruang tamu menemui Tante Nisa.
“Tante, hari sabtu atau dua hari lagi sesuai jadwal Saya akan datang ke sini”
“Baiklah Ren, tante akan tunggu, tapi kalau tidak ada tante nanti Reno langsung ke April atau kakanya April saja”
“Baiklah Tante, Reno pulang dulu, Assalamualaikum”
**********
            Hari-hari Reno semakin sibuk dengan jadwal kuliah dan menjadi guru private yang padat. Namun demi memenuhi kebutuhannya Reno harus bekerja ekstra untuk meringankan beban orang tua. Dan sekarang adalah hari sabtu, tepat jam 18:00 setelah sholat maghrib Reno menuju rumah tante Nisa untuk mengajar pelajaran matematika untuk April. Sesampainya di depan gerbang, Reno langsung memencet bell dan seketika pembantu rumah keluar membukakan pintu gerbang dan mempersilahkan masuk.
“Silakan masuk mas, nyonya sedang keluar tadi nyonya sudah berpesan kalau mas datang suruh langsung menemui April di kamarnya”
“Saya tak enak jika harus masuk ke rumah tanpa izin dari pemilik rumah”
“Ya udah, biar Saya panggil den Nando saja, silahkan duduk dulu mas”
“Terimakasih bik,” kata Reno sambil melihat pembantu itu naik ke lantai atas.
            Setelah menunggu beberapa menit, akhirnya terdengar suara hentakan kaki turun dari tangga dibarengi suara canda tawa April.
“Maaf Mas, lama nunggu karena April anaknya agak manja” kata Nando sambil menuju ruang tamu. Reno langsung menoleh ke arah April dan Nando.
“Reno?’ kata Nando terkejut
“Eh, mas yang dulu itu ya?’ Reno pura-pura heran
“Jangan panggil Mas, panggil Nando saja”, Nado tersenyum
“Hehehe, Aprill ayo langsung belajar saja” kata Reno melihat April.
“Yaudah, setelah kewajiban kamu dengan Aprill terpenuhi, nanti Aku mau ngobrol dengan kamu Ren. Silahkan mengajar dulu” kata Nando sambil mengajak Aprill naik ke kamarnya.
            Ketika Reno mengajar di kamar april, sesekali Nando mengintip proses dan cara mengajar Nando di Pintu kamar April. Setelah mengajar, Reno langsung menemui Nando di kamarnya.
“Ren, masuk saja jangan malu-malu”
“Iya, wah kamarnya rapi ya”, kata Reno basa-basi
“Hehehe..biasa saja”
“Oia, Aku mau minta maaf ke kamu Ren”
“Maaf buat apa?”
“Maaf gara-gara Aku kamu di pecat dari café itu”
“Itu sudah berlalu Do, dan sekarang Aku mendapatkan pekerjaan lain yang lebih menyenangkan, tapi kamu tau darimana kalau Aku dipecat?”
“Sebenarnya di hari kamu mengembalikan bajuku, malam harinya Aku ke café itu. tapi Aku tidak mendapati kamu di sana, dan bertanya pada salah satu karyawan di sana ternyata kamu sudah dipecat” Nando terlihat sangat menyesal.
“Oh, jadi kamu kesana Hanya untuk menemuiku?’
“Hehe, iya Ren, Aku Hanya ingin meminta maaf atas sikapku itu dan mengembalikan kaos kamu”
“Oia, Aku jadi lupa dengan kaos itu, kaos butut itu. hehe”
“Kaos butut? Itu masih layak kok, kalau kamu tak keberatan buat Aku saja ya” kata Nando tersenyum dan berharap.
“Hahaha, ambil saja Do, lumayan bisa di jadikan kain pell”
“Husss. Aku tak sekejam itu Ren”
Seketika Reno dan Nando tertawa.
“Oia, kamu kesini naik apa? Apa mau Aku antar?” kata Nando menawarkan diri
“Oiya, sudah malam, Aku mau pulang dulu Do,itu Aku naik motor butut. Hehehe”
“Oh, yaudah mungkin lain kali Aku bisa main ke kos kamu, kamu kos kan?”
“Iya, Aku kos di jalan manggis no 5”
“Yaudah, kapan-kapan Aku main kesana, oia kapan kamu datang kesini lagi?
“Aku ada jadwal dengan April hari selasa, kamis, dan sabtu, yaudah Aku pamit dulu Do, Assalamualaikum”
“Walaikumsalam, hati-hati di jalan”
Di saat itulah pertemanan Reno dan Nando terjalin. Nando datang ke kosan Reno, di sana mereka mengobrol tentang kehidupan masing-masing. Reno menceritakan bahwa dirinya datang dari desa untuk menuntut ilmu di kota itu.
“Oia, kata teman-teman kamu pelanggan di sana ya?” kata Reno
“Iya, Aku lebih sering ke café itu, dan beberapa minggu sebelum bertemu kamu hampir setiap malam Aku menghabiskan waktu di café Hanya untuk menunggu seseorang”
“Wah, pasti cewek kamu ya?’
Nando Hanya tersenyum mendengar komentar Reno yang polos. “Kamu tidak akan percaya kalau Aku ceritakan pada kamu bagaimana diriku”, Nando memandang Reno.
“Kalau itu bersifat pribadi, mending jangan kau ceritakan padaku do, kita kan baru seminggu berteman” kata Reno tersenyum.
“Iya, kita baru seminggu berteman, namun Aku merasa kita sudah saling kenal bertahun-tahun”
“Hehe. Ada-ada saja kamu Do”
“Jangan ketawa Ren, Aku serius. Aku seperti menemukan dirinya yang telah pergi meninggalkanku”
“Maksud kamu apa do? Siapa yang pergi?” Reno merasa penasaran dengan kata-kata Nando.
Nando ragu mau menceritakannya atau tidak. Reno melihat keraguan di dalam diri Nando.
“Yaudah Do, kamu tak perlu bercerita kalau itu sangat berat, masih banyak bahan cerita lain yang dapat kita diskusikan.” Kata Reno. Setelah lama berbincang dengan Reno, akhirnya Nando pamit pulang.
Hampir setiap malam setelah mengajar April, Reno dan Nando mengobrol di kamar Nando. Beberapa kali Nando menjemput Reno untuk ke rumahnya ketika hujan dengan mobilnya. Reno merasa ada yang lain dari sikap Nando, sikap Nando melebihi sikap seorang teman maupun sahabat.
“Ren, besok kamu libur kuliah kan? Mau ikut Aku ‘gak?”
“Kemana do? Aku besok free
“Ok, kalau begitu Aku jemut kamu besok jam 7 pagi”
“Ok Bro, terserah. Aku Hanya bisa mnunggu. Hehehe”
            Keesokan harinya Nando datang ke kosan Reno sesuai janjinya. Reno langsung mengganti baju memakai celana dan jaket.
“Ren, Aku ingin menceritakan sesuatu kepada kamu. Tapi nanti di tempat tujuan kita” kata Nando ketika Reno menaiki Motor di belakangnya.
“Iya, emang kita mau kemana Do?”
“Kamu diam saja, berpegangan dan jangan komentar sampai kita tiba. Ok”
“Ok,” kata Reno.
            Setelah menempuh perjalanan selama 50 menit, dan melewati beberapa hutan akhirnya mereka sampai di sebuah pantai yang beum terjamah manusia. Pantai itu sangat indah, pantai dengan deburan ombak yang tidak begitu besar, dan beralaskan pasir berwarna putih. Reno langsung terkagum-kagum. ketika melihat pantai itu.
“Do, Aku tak pernah melihat pantai bersih seperti ini sebelumnya”, kata Reno sambil melepas helmnya.
“Kamu suka Ren?”
“Iya do, hah…sumpah Aku tidak bisa berkata-kata lagi”
“Hehe, syukurlah berarti Aku tepat membawamu ke sini” Nando tersenyum.
            Nando berjalan mendekati Reno yang sedang melepas sepatunya. “Ren, Aku mau menceritakan rahasia dalam hidupku”
“Ceritakan saja Do, Aku akan menjadi pendengar setiamu. Hehe” kata Reno sambil duduk di samping Nando.
“Kemarin Aku bilang pada kamu, kalau Aku di tinggal orang yang Aku Sayangi, dan merasa menemukannya kembali setelah bertemu dengan kamu” kata Nando memulai pembicaraan.
“Iya, siapa orang itu?” kata Reno penasaran.
“Namanya Rehan”
Mendengar kata Rehan, Reno langsung kaget. Nando menatap Reno dengan penuh tanda tanya.
“Ren, kenapa? Kamu kaget ya?”, Nando tersenyum.
“E.e.enggak kok” Reno gugup.
“Hee, memang sulit untuk di terima, Aku ini mempunyai kelainan Ren. Ku menyukai Laki-laki” Nando kembali menatap Laut luas.
Reno Hanya diam tanpa komentar apapun. Kemudian Nando melanjutkan perkataannya.
“Dia pergi meninggalkanku tanpa ada alasan. Dia menghilang Ren, Aku merasa tidak bisa hidup tanpanya. Namun semua berubah ketika Aku mengenalmu, Aku merasa saatnya menata hidup baru. Melupakan Rehan dan membuka hati untuk orang lain” kata Nando sambil menundukan kepalanya. Suara Nando serak menahan kesedihan dan melanjutkan kata-katanya.
“Maafkan Aku Ren, karena Aku mencintaimu” kata Nando yang masih tertunduk.
            Tiba saatnya bagi Reno untuk berkomentar. “Terkadang apa yang kita persiapkan akan selalu gagal, dan apa yang tidak pernah terpikirkan oleh kita datang dengan tiba-tiba”, kata Reno. Nando masih menundukan kepalanya karena merasa malu dan berfikir kalau Reno akan menghindarinya. Reno meletakan tangannya di pundak Nando.
“Do, Aku juga minta maaf, karena selama ini aku juga mencintaimu secara diam-diam” kata Reno, sambil merangkul Nando. Nando langsung melihat Reno.
“Ren, kamu tidak bercanda?” kata Nando sedikit tersenyum. Reno membalas senyuman Nando dan menggelengkan kepalanya. Seketika Nando langsung memeluk Reno dan Reno membalas pelukannya. Saat itu juga mereka resmi menjadi sepasang kekasih.
*********
Hari menjadi minggu dan minggu menjadi bulan. sudah dua bulan lebih mereka menjalani cinta sejenis. Reno merasa sangat bahagia telah menemukan seseorang yang dapat menerima dirinya apa adanya. Sedangkan Nando juga merasa sangat bahagia telah menemukan seseorang yang dapat mengisi kekosongan dalam hatinya. Dan apa yang di takutkan Reno selama menjalin hubungan dengan Nando akhirnya menjadi kenyataan. Reno merasa akan kehilangan Nando ketika Rehan mantan Nando muncul lagi. dan Hal itu terjadi pada malam ini saat mereka makan berdua di sebuah resto..
Tak terasa mobil Nando sudah ada di depan kosan Reno. “Ren, Aku pulang dulu ya! Aku jemput kamu besok untuk jalan-jalan”, kata Nando.
“Ok Do, Kamu ‘gak mau mampir dulu?”, kata Reno sambil melongoh ke dalam mobil.
“Terimakasih Ren, Aku masih ada janji dengan Papa masalah pembangunan Café and resto, Aku pulang dulu ya ”, Nando melambaikan tangannya dan melajukan mobilnya perlahan.
            Reno langsung menaiki tangga menuju kamarnya di lantai dua. Setelah melepas jaketnya Reno teringat sesuatu. Handphone Reno ketinggalan di resto. Seketika Reno langsung panik, dan memakai jaketnya lagi. Reno bergegas ke tempat parkir dan mengeluarkan motornya. Reno melaju dengan kecepatan tinggi menuju Resto dan dia berharap,”Semoga pelayan Resto mengamankannya”. Setibanya di tempat parkir Reno mendapati mobil Nando ada di depan Resto. Tanpa berfikir panjang Reno langsung bergegas ke tempat kasir dan menanyakan Hanphonenya, ternyata Handphone Reno di amankan oleh salah satu pelayan dan Reno di suruh menunggu sebentar. Akhirnya Reno mendapatkan kembali ponselnya.
            Setelah mendapatkan ponselnya, Reno langsung keluar dari Resto dan baru ingat akan mobil Nando. Reno langsung masuk lagi dan mencari sosok Nando. Ternyata Nando sedang menemui Rehan, dia sedang berdua dengan Rehan. Rehan melihat Reno yang ada di dekat casir, namun Rehan bersikap seperti tidak melihatnya. Reno langsung menghubungi Nando via ponsel, namun panggilan Reno di reject oleh Nando.
Kali ini Reno merasa sangat cemburu dan sedikit emosi, namun dia tidak mau ada masalah jika dia harus menemui mereka. Dengan perasaan kesal Reno langsung pergi dari resto itu.
            Setibanya di kosan, Reno tak hentinya memikirkan Nando. Reno merasa takut kalau Nando nantinya akan meninggalkannya dan kembali ke cinta lamanya yakni Rehan.  Tiba-tiba Hanphone Reno berdering.
Reno menjawab panggilan itu, “Iya Do, kenapa tadi di reject?”.
“Sorry Ren, tadi Papa ngajak ngobrol”, kata Nando sambil tertawa kecil.
“Oh gitu ya? yaudah Aku tadi cuma mau bilang selamat malam, udah ya Aku mau tidur, see you”, Reno langsung mematikan telfonnya. Sekali lagi Handphone itu berdering, namun Reno tak mau mengangkat panggilan dari Nando. Akhirnya Reno mematikan Handphonenya.
            Pagi hari setelah kejadian semalam, Reno masih merasa kesal terhadap Nando. Reno merasa kesal karena Nando telah berbohong kepadanya. Ponsel di atas meja masih dibiarkan mati. hingga akhirnya Reno berangkat ke kampus.
            Di kampus Reno mengaktifkan ponselnya. Ada dua sms dari Nando, “Ren, kamu ada masalah? Atau Aku ada salah? Maafkan Aku Ren kalau Aku membuat kamu tak enak hati dan marah seperti ini. Tapi kamu harus katakan padaku apa yang membuat kamu seperti ini agar Aku tak mengulanginya lagi”. Sms dari Nando. Reno tidak membalas sms dari Nando.
            Tak terasa jam mata kuliah berakhir. Reno langsung bergegas menuju tempat parkir dan mengambil motornya. Ketika di perjalanan Reno di giring oleh Motor lain memaksanya untuk minggir dan berhenti.
Reno merasa sangat kesal dengan ulah pengemudi itu. “heh, Jianc*k? apa ini? Sini kalau berani” Reno turun dari motornya. Pemuda itu juga turun dari motor dan melepas helmnya. Reno langsung terkejut ketika orang tersebut adalah Rehan.
sorry Ren, Aku Hanya ingin bicara”, kata Rehan tersenyum.
“Eh kamu Han? Emang mau bicara apa? Cara kamu memberhentikanku bikin Aku kesal Han” Reno masih terlihat emosi.
“Sebenarnya Aku bingung, kamu kesal gara-gara caraku memberhentikan kamu sekarang ini, atau kamu kesal karena semalam Aku jalan berdua dengan Nando?” Rehan tersenyum sinis.
itu bukan urusan kamu, kamu Hanya masa lalu Nando” Reno menaiki motornya dan langsung pergi. Rehan Hanya tersenyum melambaikan tangannya.
Setelah tiba di kamar kos, Reno langsung berbaring di atas kasur. Dia mencoba menenagkan pikirannya dan perlahan memejamkan matanya. Namun usahanya sia-sia ketika ponselnyanya berdering mengagetkan dirinya yang sedang rilex.
“Hallo iya Do, Aku baru pulang, ok Aku tunggu” kata Reno lemas.
Jelang beberapa menit, Nando tiba di kosannya. Dia langsung berdiri dan membuka pintu ketika Nando mengetuk pintu kamar. Nando langsung masuk dan duduk di atas tempat tidur.
“Ren, kamu kenapa? Apa salahku Ren?”, tanya Nando membuka pembicaraan.
“Tidak ada yang salah Do, Aku Hanya kecapean aja, terlalu banyak pikiran”, Kata Reno sambil berbaring di lantai.
“Ok, kalau begitu ayo kamu ikut Aku Ren”, Nando berdiri mendekati Reno.
“Mau kemana?”
“Ayo ikut saja, nanti kamu tahu” Nando menjulurkan tangannya. Reno langsung meraih tangan Nando dan berdiri.
            Reno meraih jaketnya dan keluar mengikuti Nando. “Do, emang kita mau kemana?” tanya Reno sambil memakai jaketnya. Nando tersenyum dan berkata, “Ayo ikut saja, kamu butuh liburan Ren”. Reno Hanya menurut dan naik ke motor Nando. Motor Nando melaju perlahan, dan semakin lama semakin cepat.
“Ren, pegang yang kuat” Nando melajukan motornya sangat kencang.
Reno langsung memeluk Nando dan berkata, “Do, kita mau kemana? Hati-hati gak usah ngebut” kata Reno.
Nando tidak menghiraukan apa yang di bicarakan Reno. Reno Hanya bisa pasrah dan memejamkan matanya.
            Setelah beberapa menit, akhirnya mereka tiba di pinggir pantai. Reno langsung turun dari motor dan melepas helmnya. Nando juga melepas helmnya dan berkata, “Ren, sepertinya kamu butuh refresing, jadinya Aku bawa kamu ke pantai ini” kata Nando tersenyum. Reno mulai tersenyum dan berkata, “Terimkasih Do”.
Nando langsung turun dari motornya dan melepas sepatunya. Reno melepas jaketnya dan duduk di pinggir pantai memandangi lautan luas. Ombak pantai yang tenang sesekali mengenai ujung kaki Reno.
“Ren, kamu mikirin apa?” tanya Nando.
“Aku Hanya kagum melihat pantai ini, apalagi laut itu” Reno menunjuk ke tengah laut.
“Kenapa dengan lautnya?” kata Nando sambil duduk di samping Reno.
“Kamu lihat, ujung laut itu seperti menyatu dengan langit, namun sebenarnya mereka tidak pernah menyatu sampai kapanpun. Seperti cinta kita Do, cinta kita saling menyatu, namun kenyataannya cinta kita tidak akan pernah menyatu sampai kapanpun, karena cinta kita ini tidak di akui oleh mayarakat dan agama.” Reno memegang tangan Nando.
“Kamu benar, langit dan laut itu tidak akan pernah menyatu sama seperti cinta kita. Tapi apakah kamu tahu, langit dan laut akan selalu terlihat menyatu dari kejauhan itu seperti cinta kita, orang tidak harus tau tentang cinta kita ini yang penting kita selalu bersama” kata Nando mantap.
Reno memandang Nando dengan penuh kasih Sayang. Nando tersenyum,”Ren, sekarang kamu ceritakan apa masalah kamu?”.
Reno agak ragu ketika mau menceritakan masalah yang membuat dia berbeda dari biasanya. “Do, pertemuanmu dengan Rehan Aku merasa, Aku akan kehilangan dirimu” Reno sedikit murung.
Mendengar itu, Nando menghela nafas panjang.
 “Reno..Reno, ternyata apa yang Aku khawatirkan dari kamu benar-benar terjadi, sebenarnya kamu cemburu pada Rehan? Kamu tidak usah cemburu Ren, Rehan itu adalah masa laluku.”
Nando meraih kepala Reno dan mencium bibirnya. Reno memejamkan mata. “Ren, kamu juga jangan pernah tinggalkan Aku ya!” kata Nando setelah melepas ciumannya.
Reno tersenyum dan berkata, “Aku Hanya takut kamu yang meninggalkan Aku do” Reno langsung memeluk Nando. Nando mengelus kepala Reno dengan penuh perasaan.
            Matahari semakin tergelinjir di ufuk barat, membuat warna langit berubah menjadi jingga kemerahan. Reno berdiri dan memegang tangan Nando untuk membantu Nando berdiri. “Do, kita pulang yuk” Kata Reno. “Iya, lebih baik kita pulang, karena Aku sudah merasa sangat gatal ingin mandi, Kamu ikut Aku ke rumah ya” jawab Nando. Tidak perlu ditanya dua kali Reno langsung setuju.
*******
Hari sudah gelap ketika mereka tiba di halaman rumah Nando. Nando memarkirkan motornya di dalam garasi.
“Do, Mama dan Papa kamu ada di rumah?” kata Reno.
“Iya Ren, ayo masuk saja”, kata Nando sambil menarik lengan Reno. Nando langsung mengajak Reno ke kamarnya. Setelah itu Dia menemui Mama dan Papanya di ruang keluarga yang asyik menonton TV.
“Assalamualaikum!” kata Nando sambil mendekati kedua orang tuanya.
“Darimana saja kamu Do? Tadi Mama hubungi kamu hapenya tidak aktif” kata Mama Nando.
“Hem, Nando dari pantai Ma bareng teman-teman, kebetulan di sana tidak ada signal, bareng Reno juga Ma!.”
“Oh mana Reno Do? Kalau kalian belum makan, ajak Reno makan dulu nak”, kata Mama Nando.
mendengar Kata Reno, April langsung berdiri. dan berkata” Kak Reno datang? Horee…April mau tanya PR kepada kak Reno”
“Halah April, kak Reno ke sini bukan Untuk mengajar April, karena bukan jadwalnya kak Reno mengajar”, kata Papa Nando.
“Hhehehe, yaudah Dek, ayo ikut kakak temui kak Reno dulu” ajak Nando.
“Ok kak” April langsung berlari menuju kamar Nando.
Di dalam kamar, Reno sedang menyisir rambutnya yang basah dan memakai kaos yang telah di sediakan Nando untuk Reno.
“Kak Reno, April ada PR sulit banget kak, ajari April ya!” kata April merengek.
“Wah, PR apa Pril? Ayo ke kamar kamu saja” jawab Reno.
“Ren, Aku mandi dulu, kamu bantuin April ya” kata Nando sambil menggerlingkan matanya.
            Dengan sukarela, meski bukan kewajibannya Reno mengajar April, Reno masih tetap bersemangat mengajar april menyelesaikan tugasnya. April memang sangat dekat dengan Reno, membuat dirinya gampang menerima penjelasan dari Reno.
“Itu, gampang kan?’ kata Reno setelah memberi pemecahan kepada April
“Iya kak, hehe april terusin dulu ya kak” kata April.
“Ren, Ayo kita makan dulu” ajak Nando.
Reno langsung mengikuti Nando menuju meja makan di lantai bawah ,melewati ruang keluarga. Reno menyapa Mama dan Papa Nando. Setealah selesai makan, Papa Nando menyuruh Nando untuk membelikan April martabak manis. Nando langsung setuju dan mengajak Apill untuk membeli martabak manis.
Ketika Reno duduk di ruang tamu menunggu Nando dan April, tiba-tiba Reno mendengar percakapan Mama dan Papa Nando.
‘Pa, semoga umur Mama masih panjang ya!”
“Amin, semoga saja Ma, tapi kenapa Mama ngomong begitu?”
“Terkadang kalau Mama sakit, Mama teringat mati pa, padahal Mama sangat ingin menimang cucu”
“Hee. Terkadang Papa juga berfikiran begitu ma, Papa juga ingin lekas menimang cucu.”
“Tapi pa, Nando sampai sekarang belum mengenalkan calon istrinya”
“Mama. Mama. Nando masih terlalu muda untuk menikah”
“Setidaknya Nando pernah mengenalkan ceweknya ke Mama” kata Mama Nando sedikit murung.
“Nando anaknya tertutup ma, ‘gak mungkin Nando mau menceritakan apalagi memperkenalkan ceweknya” kata Papa Nando tenang.
“Bagaimana dengan Rencana kita menjodohkan Nando dengan anak teman Papa dulu?”
“Ma, dulu kita sudah membicarakannya dengan Nando, tapi Nando menolak Rencana kita”
“Iya juga Pa, Mama akan minta tolong Reno untuk membujuk Nando, karena sahabat Nando yang paling dekat saat ini adalah Reno, Mama yakin pasti Reno bisa membantu kita”
            Mendengar itu Reno langsung Panik, dan siap-sipa ditemui Papa atau Mama Nando. Tiba-tiba Mama Nando menemui Reno di ruang tamu.
“Ren, kamu ‘gak istirahat”
“Belum tante, Reno tidak begitu capek”
“Tante boleh bicara sebentar saja?”
“Eh, Boleh tante”
“Gini Ren, Tante itu berharap Nando cepat menikah. Dan tante sudah menyediakan calonnya untuk Nando, namun Nando menolak pilihan Tante”
Reno Hanya diam  tanpa ada komentar, karena dia juga tidak diminta untuk berkomentar.
“Nah, tante mau minta tolong pada Reno, Reno kan teman akrab Nando, bisa bantu Tante bujuk Nando agar mau segera menikah?”
“Maaf sebelumnya Tante, bagaimana mungkin Saya bisa membujuk Nando jika tante saja tidak bisa”
“Entah, tapi tante percaya Ren, kamu bisa”
“Baiklah Tante, Reno Akan berusaha semampu Reno”
“Terimakasih Ren, tante tinggal dulu ya, itu suara mobil Nando sudah datang. Tolong tante ya”
“iya tante” Reno tersenyum.
            Jam dinding sudah menunjukan pukul 22:00, Reno dan Nando sudah berada di kamarnya. Reno masih mekirkan apa yang telah di bebankan kepadanya tentang membujuk Nando. Reno berbaring di sebelah Nando, dan seketika Nado memeluk tubuh Reno.
“Ren, kamu capek enggak?’
“Hmm, sedikit Do, ada apa?”
“Hemm, kamu ingat enggak kapan terakhir kita ngelakuin itu?’
“Ngelakuin apa?” Reno tersenyum menatap langit-langit
“Halah, sok gak tau lo” Nando mencubit hidung Reno.
“Hehehe, udah seminggu lebih Do, terakhir kan di kosanku” kata Reno.
“Aku mau malam ini Ren” Nando berbisik di telinga Nando dan menempelkan bibirnya di telinga Nando.
“Geli Do”, kata Reno pelan.
Nando tidak merespon dia terus melakukan serangan terhadap Reno, hingga akhirnya pertahanan Reno berhasil di jebol. Reno mulai aktif seirama dengan Aksi Nando, hingga akhirnya mereka mencapai puncak kenikmatan dan terkapar akibat kelelahan untuk mencapai kenikmatan itu.
            Nando tertidur tanpa memakai sehalai benang di tubuhnya. Dia tertidur sambil memeluk Reno. Sedangkan Reno Hanya menatap langit-langit dan tak terasa air matanya menetes.
“Ren? Kamu kenapa?”. Kata Nando ketika terbangun melihat Reno menangis.
“’Gak apa-apa Do, Aku Hanya teringat ibu di kampung”
“Oh, jangan sedih Ren, melihat kamu sedih Aku juga sedih”
“Udah ‘gkpapa kok” kata Reno terseyum.
            Sebenarnya Reno menangis karena tugas yang diberikan oleh Mama Nando. Reno tau apa yang di lakukan oleh Nando dan dirinya adalah salah, tapi mereka tidak bisa berbuat apa-apa. Karena mereka menjalani hubungan itu karena cinta, bukan Hanya nafsu dan kepuasan. Tapi bagaimanapun harapan orang tua Nando juga tidak salah, mereka Hanya berharap Nando bahagia dengan istrinya dan menghasilkan anak atau cucu bagi mereka. Harapan orang tua Nando pastinya juga sama dengan harapan orang tua lain, termasuk harapan orang tuan Reno. Hal itulah yang membuat Reno menangis, karena dia tak akan pernah selalu bersama dengan Nando.
Serpihan Kenangan
Siang hari ketika Reno membaringkan diri di atas kasur di dalam kamarnya, tiba-tiba ada Sms dari Nando agar dia secepatnya datang ke rumah sakit. Setibanya di rumah sakit, Reno dikejutkan dengan keberadaan Rehan yang terbaring tak berdaya. Rehan mengalami kecelakaan dan ada luka di kepalanya menyebabkan pendarahan.
“Ren, golongan darah kamu A kan?” tanya Nando
“Iya Do, kenapa?”
Stock golongan darah A di PMI tidak cukup untuk  Rehan”
“Yaudah Do, Aku mau melakukan donor darah” kata Reno terlihat panik.
“Ok, ayo kita ke dokter dulu” Nando mengajak Reno ke dokter untuk memeriksakan darahnya. Setelah melewati pemeriksaan darah, Reno langsung mendonorkan darahnya untuk Rehan.
            Di dalam ruangan tempat donor darah, ada seorang suster yang bercerita tentang Rehan.
“Maaf, Pasien bernama Rehan itu saudara anda?”
“Bukan Sus, dia Hanya teman Saya”
“Untung dia segera mendapat pertolongan pertama”
“Emang, keluarganya belum datang ya Sus?’
“Belum Mas, tapi teman Anda yang satunya itu mau Mendatangani biaya Administrasi dan membayar sebagian Biayanya”
“Syukurlah Sus, Yang penting nyawanya dapat di tolong”
“Dia sangat beruntung punya teman seperti kalian” kata Suster itu sambil melepas jarum yang menusuk Reno.
            Setelah melakukan donor darah, Reno langsung ke luar menuju Nando di depan ruang rawat. Di depan ruangan ada Nando beserta Mama dan Papanya. Reno berjalan sedikit gontai karena merasa pusing setelah mendonorkan darahnya.
“Reno!!” teriak Nando ketika melihat Reno mau roboh.
Seketika Nando berlari dan memapah Reno menuju kursi.
“Do, Reno kenapa?”
“Mungkin Reno lemas ma, soalnya dia baru saja mendonorkan darahnya untuk Rehan”
“Yaudah Do, kamu bawa Reno pulang dulu”, kata Papa Nando
“Aku tak apa Do, Hanya sedikit pusing saja, setelah istirahat mungkin udah pulih lagi”
“Yaitu Ren, ayo Aku antar kamu pulang dulu”, kata Nando sambil memapah Reno.
            Nando mengantar Reno kekosnya, karena jarak dari kos ke rumah sakit sangat dekat. Setelah sampai di kamar dan memastikan Reno istirahat, Nando langsung balik lagi Ke rumah sakit. Dan beberapa menit kemudian dia datang dengan motor milik Reno dan membawakan makanan dan minuman.
“Ren, ayo kamu makan dulu”
“Kamu kenapa kok bisa jadi lemas begini Ren?”
“Aku tidak tahu Do, mungkin sebenarnya kondisi tubuhku tidak layak untuk mendonorkan darah”
“Kenapa?”
“Tadi pagi Aku belum sarapan, dan pulang kuliah di siang hari langsung menuju rumah sakit., Aku Juga Mempunyai masalah dengan tekanan darah rendah, tadi sebenarnya ketika di cek tekanan darahku tidak normal, tapi Aku memaksakan diri untuk segera mendonorkan darah agar Rehan dapat selamat”
“Ren, kenapa kamu memaksakan diri? Aku tak bisa bayangkan kalau terjadi apa-apa pada dirimu”
“Demi Rehan Do” Reno tersenyum.
“Yaudah, tapi jangan kamu ulangi hal seperti itu, kamu makan dulu ya” kata Nando penuh perhatian..
            Setelah beberapa hari, Akhirnya Rehan sadarkan diri. Reno datang ke rumah sakit untuk menjenguk Rehan. Ketika memasuki kamar, ternyata di sana ada Nando sedang menyuapi Rehan dengan potongan buah apel. Rasa cemburu dalam diri Reno pasti ada, namun semuanya di buang demi kebaikan semua.
“Kamu Ren?” kata Rehan serak dan berat.
“Oh, Sebentar ya Aku keluar dulu mau beli makanan” kata Nando sambil ke luar dari kamar. Reno mendekati Rehan yang saat itu masih terbaring di tempat tidur.
“Ren, maafkan Aku ya, selama ini Aku selalu bersikap tidak menyenangkan”
“Sudah Han, lupakan saja. Itu sudah Aku lupakan dan sekarang kamu istirahat biar cepat sembuh”, Kata Reno sambil duduk di samping Rehan.
“Ren, Sebenarnya Aku dan Nando sudah tidak ada hubungan apa-apa, karena Nando sangat mencintaimu melebihi cintanya untukku dulu”, Rehan tersenyum.
Reno langsung memegang tangan Rehan,“Han, maafkan Aku ya, kalau Aku telah merebut Nando dari kamu, Aku sangat mencintainya dan tak mungkin Aku meninggalkan ataupun di tinggalkan olehnya”.
 Rehan Tersenyum dan berkata, “Ren, ini semua sudah takdir. Kamu lebih berhak mendapatkan Nando, karena kamu sangat tulus dan baik, Ren jangan pernah sakiti Nando ya” kata Rehan.
“Pasti Han” kata Reno tersenyum dan agak meremas tangan Rehan.
“Oia, terimakasih atas pertolonganmu juga Ren,”
“Sama-sama Han, Sorry Han Aku tak bisa berlama-lama karena ada jadwal les hari ini, Cepat sembuh Han” kata Reno Sambil berlalu..
Di koridor rumah sakit Reno bertemu dengan Nando.
“Ren? Kok Hanya sebentar?’
“Biasa Do, ada jadwal Les private. Hehehe” kata Reno.
“Mau Aku antar Ren?”
“Aku bawa motor sendiri kok, yaudah kamu temani Rehan ya! Aku sudah tau semuanya dari Rehan, dan maafkan Aku Do”
Nando tersenyum dan mengangguk.
“Yaudah Do, Aku pulang dulu”, kata Reno dan langsung menuju tempat parkir.
************
            Hari-hari berlalu, Reno sibuk dengan Jadwal Les yang semakin padat. Sedangkan Nando juga sibuk mempersiapkan acara pembukaan café and resto baru Papanya. Sedangkan Rehan sudah sembuh dan beristirahat di rumahnya.
            Ketika Reno datang ke rumah Nando untuk mengajar Aprilia, dia selalu menyempatkan diri untuk mengobrol dengan Nando dan semuanya.
“Ren, Besok hari minggu datang ya ke acara pembukaan café baru Om” kata Papa Nando
“InsyaAllah Om, Reno datang”
“Itu harus dan wajib Ren, Karena Itu adalah Cafe pertama kita di kota ini dan Nando akan mengelolanya”, kata Mama Nando menambahkan.
            Setelah mereka ngobrol bersama, akhirnya Reno di antar pulang oleh Nando ke kosannya. tapi sebelumnya Nando mampir di sebuah butik dan membelikan kemeja untuk Reno
“Ini bagus ‘gak?” kata Nando menunjukan baju yang di pegangnya.
“Bagus Do, itu cocok buat kamu” kata Reno antusias.
“Coba Kamu yang pakai!”
“Ya, sama aja Do, ukuran baju kita kan sama, pastinya kalau Aku yang pakai ini juga terlihat bagus”
“Oh, kalau begitu kita ambil kemeja ini saja”
“Wah, yang mau jadi boss ni”
“Haha, apaan sih” kata Nando malu-malu.
            Nando langsung menuju kasir, dan membayar belanjaannya.
“Ren, ini buat kamu, dan ini buat Aku. Sengaja Ku beli baju yang mirip biar nanti kita terlihat kompak. Hehehe”
“Ha? Ini buat Aku? Gak usah repot Do”
“Halah, ini sudah di bayar Ren”
“Tapi..”
“Sudah, pokoknya besok malam kamu pakai baju itu Ok”
“Terimakasih Do,” Reno tersenyum.
**********
            Hari pembukaan café Nando telah tiba, di minggu sore itu Reno memakai Kemeja yang di belikan Nando. Reno menaiki motornya menuju alamat yang di berikan Papa Nando beberapa hari yang lalu. Sesampainya di sana, beberapa undangan telah datang dan terlihat Rehan juga duduk di dalam café menikmati hidangan kecil.
“Hai Ren, baru datang ya?”, kata Rehan tersenyum menyapa Reno.
“Iya Han, sendiri?’
“Iya, tapi sekarang sudah tak sendiri lagi, kan ada kamu teman baikku” kata Rehan tertawa kecil.
Tiba-tiba Mama Nando datang menuju Reno.
“Ren, Nando kemana ya? Acara sudah mau dimulai Tapi anak itu belum datang”, kata tante Nisa panik
“Loh, Reno juga kurang tau tante, emang tadi dari rumah tidak bareng ya?’
“Tante dan Om, juga Aprilia berangkat dari salon, sedangkan Nando masih dirumah”
“Tenang dulu tante, Biar Reno hubungi Nando”
“Yaudah Ren, Tante menemui tamu-tamu dulu”, Kata Mama Nando dan langsung menghindar dari Reno dan Rehan.
“Ren, Coba kamu telfon Nando, siapa tau dia ketiduran” kata Rehan Asal. Langsung saja Reno menghubungi Nando, tapi tidak di angkatnya. Berkali-kali tapi juga tetap tidak di angkat.
“Han, hapenya Aktif tapi dia tidak mengangkatnya”, Reno terlihat samgat panik.
“Tenang dulu Ren, mungkin dia lagi di perjalanan”
“Semoga saja tidak terjadi apa-apa dengan Nando, karena Café ini adalah miliknya dan dia yang akan melAkukan pemotongan pita nanti”, kata Reno berharap.
            Beberapa menit berlalu, dan ternyata Papa Nando sudah tidak bisa berlama-lama, akhirnya Acara di mulai dan berharap Pas acara Pemotongan pita Nando datang. Namun Hingga acara inti selesai Nando tidak kunjung datang, Mama Nando terlihat sangat resah dan berkali-kali melihat ke halaman café.
            Reno dan Rehan juga terlihat khawatir karena ponsel Nando aktif dan dia tidak mengangkatnya. Tiba-tiba Ponsel Reno berdering, setelah di lihat ternyata panggilan dari Nando. Langsung saja Reno mengangkat ponselnya.
“Halo, Do kamu kemana saja. Acara Sudah hampir selesai” kata Reno sedikit kesal.
“Apa? Nando kecelakaan?” Kata Reno ketika mendengar berita itu dari seseorang yang menemukan Nando.
Reno langsung berlari menuju kedua orang tua Nando dan menyampaikan berita itu. kedua orang tua Nando langsung shock, apalagi Mama Nando dia langsung panik dan menangis.
            Kedua orang tua Nando langsung menuju Rumah sakit. Sedangkan Reno dan Rehan di minta untuk tinggal di café hingga para tamu pulang.
“Han, Aku ingin tau keadaan Nando”
“Iya, sebentar lagi kita menyusul ke sana”
“Ayo Han, kita ke rumah sakit sekarag saja”
“Yaudah, Ayo Ren”, kata Rehan dan lagsung membawa Reno menuju Rumah sakit.
            Dengan perasaan berdebar-debar Reno memasuki rumah sakit. Dan di depan ruang ICU tante Nisa Mama Nando menangis Histeris. Aprilia yang masih SD juga terisak di depan Ruang ICU. Langsung saja Reno dan Rehan mendekati mereka berdua.
“Ren, Nando Ren” kata Tante Nisa.
Reno langsung masuk ke ruang Icu, dan ternyata tubuh Nando sudah di tutup kain Putih. Reno dan Rehan langsung berlari menuju jenazah Nando.
“Do, kenapa Do kamu tinggalin Aku?” Reno menangis. Rehan juga menangisi kepergian Nando, namun dia masih bisa menguasai kesedihannya dan langsung membawa Reno ke luar. Rehan menarik Reno untuk Keluar dari ruangan itu berharap Reno tidak melakukan hal-hal yang mencurigakan keluarga Nando.
“Ren, Reno! Tenang Ren” kata Rehan
“Nando Han, dia sudah pergi, Dia bohong padaku Han”
“Iya Ren, tapi kamu harus tenang, ingat Ren jangan luapkan semua perasaanmu, Aku tau kamu sangat sedih, Aku juga sedih Ren”, Rehan memeluk Reno untuk menenangkannya.
“Dia  berjanji tidak akan meninggalkanku Han, tapi nyatanya dia pergi” kata Reno sambil melepas pelukan Rehan.
Tiba-tiba April mendekati Reno dan Rehan..
“Kak, Reno. April sekarang sudah tidak punya kakak lagi”
“April yang tabah ya, anggap saja kak Reno kakak April”, kata Reno sambil memeluk April.
Reno semakin larut dalam kesedihan melihat April beresedih seperti itu. Rehan di samping Reno selalu menenangkannya.
            Akhirnya Nando sudah dikebumikan, Reno merasa sangat sedih kehilangan Nando. Dia bolos kuliah dan mengajar dan Hanya berdiam diri di kamarnya. hingga di siang hari Reno langsung melajukan Motornya menuju pantai tempat mereka jadian dulu. Reno duduk di tepi pantai dan membuka Buku catatannya, dia menulis di buku hariannya.
dear diary
Sudah lama Aku tidak curhat kepada dirimu, karena Aku mempunyai teman curhat lain untuk berbagi yakni Nando, kamu tau sekarang Aku kembali pada dirimu karena Nando sudah pergi, dia pergi tanpa pamit, tanpa senyum, bahkan tanpa marah padaku. diary, sengaja Aku bawa diri kamu kesini agar kamu juga tahu betapa indahnya pantai ini,indahnya pantai ini semakin indah dengan adanya kenanganku bersama Nando. Mungin Nando sudah tenang di ujung sana. Dan sebentar lagi Aku juga akan menyusul Nando. Diary, saatnya Aku juga pamit pada dirimu.
By Reno”
Setelah menulis, Reno langsung berdiri memandangi lautan. Ombak laut yang tidak terlalu besar bekejaran hingga bibir pantai.
“Tuhan, Aku adalah orang yang penuh dosa, Aku memilih jalan yang salah. Mungkin Aku sudah di takdirkan untuk menghuni nerakaMu, Namun Aku tidak mau menghuni nerakaMu dengan Alasan Cintaku ini, lebih baik Aku menghuni neraka dengan alasan lain”, Reno melepas sepatunya dan berjalan perlahan menuju laut.
Reno terus berjalan hingga air laut sebatas pinggangnya dan terus berjalan hingga ombak menerpanya dan tenggalam.
“Nando, sebentar lagi kita akan bertemu meski Hanya sebentar”, Reno memejamkan matanya dan pasrah. Tiba-tiba ke ajaiban datang, ada tangan yang meraih Reno dan menyeretnya ke pinggir pantai. Ketika air hanya setinggi pinggang baru Reno membuka matanya.
“plak” suara tamparan keras menghantam pipi Reno.
“Rehan?” kata Reno kaget.
“Kamu bodoh Ren!”
“Kenapa kamu menyelamatkanku? Biarkan Aku pergi menyusul Nando”, kata Reno yang masih berusaha menuju tengah laut.
“plak” sekali lagi Rehan Menampar Reno.
“Ren, sadar Ren!, Aku tau kamu sangat mencintai Nando, tapi kamu juga punya janji padaku Ren, kamu berjanji akan menjadi sahabatku selamanya, dan kamu juga berjanji pada April akan menjadi kakak pengganti Nando, selain itu kamu juga punya impian untuk membahagiakan kedua orang tuamu, bagaimana semua itu akan kamu wujudkan jika kamu mampus?”, Rehan berbicara dengan nada emosi dan sedikit berteriak.
“Ren, coba kamu pikirkan bagaimana dengan kedua orang tuamu jika kamu mati? kamu mau sia-siakan perjuangan Bapak kamu bekerja banting tulang di desa Hanya demi kamu? Jangan egois Ren!”, kata Rehan sambil meremas pundak Reno.
Reno langsung menangis dan menyesali apa yang akan di lakukannya ini Hanyalah jalan yang salah. Jalan yang di tunjukan oleh setan.
“Han, terimakasih kamu menolongku, jika kamu tidak menolongku mungkin Aku akan meninggalkan orang-orang yang mencintai dan menyayangiku” kata Reno sambil memeluk Rehan.
“Ayo Ren, kita bersama-sama berbenah diri, lupakan masa kelam kita, mari kita berjuang bersama-sama untuk hari yang lebih baik” Rehan mengangkat Reno dan merangkulnya menuju bibir pantai.
            Akhirnya Reno dan Rehan berdiri di tepi pantai menghadap lautan luas. Di pantai itu mereka membuat janji agar mereka bisa hidup lebih baik dan akan membahagiakan Semua orang terdekatnya. Terutama keluarga. Nando dan pantai itu adalah ciptaan Tuhan yang akan menjadi kenangan bagi Rehan dan Reno.
The end

Comments
2 Comments

2 comments:

  1. Ray, gw suka kisah ini harapan gw sih semoga masih ada lanjutannya.Oia gw yg kirim inbox di Fb Ray, salam kenal

    Gens

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terimakasih atas Inboxnya tadi, tawaran yang bagus tapi Aku masih belum siap. hehehe. Sebenarnya sudah kita bahas tadi di inbox mengenai Lanjutan kisah ini, Sama seperti di inbox tadi... Jawabannya adalah masih belum minat lanjutin kisah ini, Ini sudah ending :D hehehe

      Delete

Terimakasih atas kunjungannya, besar harapan penulis tolong tinggalkan jejak dalam kolom komentar, terimakasih....