Welcome to Rayrowling's Blog. Media Berbagi Cerita.

Menulis dan membaca saat ini sudah mulai menjadi trend di kalangan Remaja. Selain itu banyak juga bermunculan cerita untuk kaum minoritas yakni cerita kaum pelangi yang isinya dominan dengan adegan panasnya. Dengan berdasar kedua alasan tersebut Rayrowling(Founder) membangun Blog ini sebagai Media Berbagi Cerita khususnya cerita cinta kaum pelangi yang tidak memfokuskan di adegan Hot-nya untuk lebih jelasnya silahkan baca Visi dan Misi Blog di About Site.
Apa Aja sih yang ada di Ray Rowling's Blog?
1. Tentunya berisi Cerita yang bertema kaum pelangi, baik fiksi maupun non fiksi dari pemilik Blog silahkan lihat label CORETANKU dan dari beberapa tulisan sahabatnya dengan label CORETAN SHABAT
2. Berisi karya lain dari penulis seperti puisi, Argument dan lain-lain untuk itu silahkan kunjungi PETA SITUS kami untuk mengetahui apa yang ada di blog ini. Terimakasih atas kunjungannya.

Monday 29 July 2013

Sahabat Dumay - Forever

Gambar di atas adalah gambar yang kubuat khusus untuk ulang tahun sahabatku. Siapakah sahabatku itu? Dia adalah orang yang kutemukan di facebook… meski beberapa teman facebook merupakan sahabatku, namun hanya dia yang masih berkumanikasi denganku… tentunya facebook “Rayrowling” yang jarang aktif. :D hehehe.
Now, alias malam ini dia memberi kabar bahwa dirinya lagi sakit dan berbaring terkapar di hospital. Sakitnya masih sama seperti sakit sebelumnya yakni masalah dengan lambung, wah… mungkin gara-gara puasa dan akhirnya kambuh lagi maagnya.. J dalam kesempatan ini, Aku hanya bisa mendo’akan agar lekas sembuh dan bisa beraktivitas lagi.
Sebenarnya komunikasiku dengan dia sudah jarang, gak seperti dulu saat kita mengerjakan skripsi untuknya.  Sekarang lebih pasif dan hanya sesekali memberi dan menanyakan kabar. Kalau Aku sih paling sering tanya kabar, maklumlah stock teman yang mau ditanya kabar makin dikit. Hahaha. Tapi bukan itu maksudku, maksudku adalah agar tali silaturahmi tetep berjalan.
Oia, Pasti yang baca tulisan ini mengira tulisan ini adalah tulisan cerita seks atau cerita cinta gay. Bukan kawan, ini tulisan masih bukan tentang kehidupan seperti itu. Meski kami berdua adalah seorang gay. Hehehe… Ya, Aku gay lebih tepatnya mengarah ke bisex kali, tapi itu masa lalu yang harus dilupakan. Sekarang saatnya untuk memandang masa depan dan memperbaiki kehidupan yang layak dan benar.

Ngomongin masa depan, nih sahabatku yang mulai tadi kuceritakan “Rencanaya” akan meninggalkan dunia Gay untuk selamanya, yah meski aku tak percaya seratus persen dengan kehidupannya sih. Hohoho. Biarlah waktu dan dirinya yang menentukan jalan hidupnya, dan Akhirnya sekarang setelah beberapa hari menentukan tidak akan masuk ke ranah kehidupan Gay, Aku mendapati dirinya masih berhubungan dengan cowok. Wkwkwkwk. Pengen tahu buktinya? Nih Aku tampilin message Facebooknya J
Dari gambar di atas sudah dapat dipastikan penyakit temanku masih kambuh alias gak bener niatnya. Hahaha. Sebenarnya di atas message itu ada picture KON*** milik temannya, dan maaf tidak bisa ku upload karena bisa menyebabkan sesuatu hal yang kalian inginkan. :p. itulah kehidupan sahabatku dan Aku tahu, kehidupannya tak mungkin berubah jika gaya hidupnya tak di rubah… entar ujung-ujungnya Aku yang dibuat malu atas kesalahanku.
Senjata Pamungkasnya adalah “Kalau kamu diberi Barang Pasti dijual” kata-kata itu membuatku down. Karena Aku pernah menjual barang pemberiannya, hiks.! Namun Aku menjualnya karena memang sudah kepepet, dan tak ada lagi barang milikku yang harus kujual. Jangan sampai Aku mengemis menjajakan bagian tubuh di stasiun. Meski berat dan penuh pertimbangan Barangnya juga sudah habis terjual. Hahaha. Maaf ya my bro…J
Gara-gara kejadian itu, sampai sekarang kalau ngomong sesuatu pasti mengungkit Yang sudah-sudah yakni tentang Insiden penjualan Barang. Kemarin saja bilang mau ngasih barang lagi, udah seneng sih eh tapi dia bilang gak jadi takut terjual lagi… Fiuh, sudahlah yang penting kita masih tetap berteman dan berkomunikasi. Benar kan?
Dia sulit ditebak dan punya sifat buruk, keburukannya adalah PLIN PLAN… banyak permintaan darinya untuk mencari barang, baik Handphone dan terakhir kamera. Bersemangat Aku mencari di bursa penjualan online akhirnya tidak digubris olehnya. Apa mungkin dia hanya mempermainkanku karena Aku menginginkan barang-barang itu ya? Hahaha… Kurang ajar, kalau itu benar. Tenang saja Bro, Aku sudah nabung dan segera mendapatkan apa yang kumau.. J hahaks
Itulah tentang sahabatku, meski aku tak pernah bertemu sebelumnya namun Aku yakin dibalik sosok royalnya ada sosok baik di dalamnya, di balik keburukannya masih ada intan cahaya putih penerang kegelapan. Loh kok malah mbulet gak jelas? :D Maksudku itulah sahabatku, apa adanya dan menyenangkan. Maukah kalian menjadi sahabatku? Walau tidak pernah bertemu namun dapat membagi cerita baik suka dan duka… J Sharing bersama dan memecahkan masalah bersama.
Sekian dan wasalam… see You…
Rayrowling

Thursday 11 July 2013

Selamat Menunaikan Ibadah Puasa


Assalamualaikum pengunjung Blog antah berantah ini, Blog yang sudah tak bertuan lagi. Sesuai judul postingan… Isi Postingan ini tak lain dan tak bukan untuk mengucapkan “SELAMAT MENUNAIKAN IBADAH PUASA”. Selain itu, ada beberapa pokok yang ingin aku sampaikan…
---oO000Oo---
Sekalian mau mengucapkan selamat jalan untuk temanku “Wisanggeni (C)” dan semoga kau tenang disana. Sebagai pembelajaran bahwa hidup mati seseorang tidak dapat diukur dengan jumlah umur kita atau lamanya kita hidup di dunia ini. Seperti dia pemuda sopan dan menghargai perbedaan harus segera kembali ke Sang pencipta-Nya di umur 15 tahun. Sekali lagi Tenanglah kau disana. Dan semoga kita selalu siap bila Tuhan menjemput kita. Aamiin
---oO000Oo---
Mengenai Blog ini, memang isinya banyak mengarah ke kehidupan HOMOSEKSUAL baik GAY or LESBIAN. Aku akui isi tulisannya 98% tentang kehidupan gay terutama tentang hubungan percintaannya. Namun dari 98% itu hanya ada 10% yang tidak mengumbar tentang SEKS / Hubungan percintaannya.
Bukan itu saja, para pengunjung sengaja dibuat “NYASAR” ke BLOG ini oleh si om GOOGLE dengan kata kunci “CERITA CINTA GAY” sebanyak 60% dan sisanya dibagi oleh beberapa kata kuci lain. Menarik? Tidak…!
---oO000Oo---
Menanggapi beberapa pertanyaan yang dikirm di KOMENTAR atau dikirim di Email mengenai kelanjutan cerita bersambung yang gak jelas yang pernah kutulis dengan judul “MENGEJAR MASA LALU”. Saya Mohon Maaf untuk saat ini cerita itu tidak dapat diteruskan kembali. Kenapa? Karena saya terlalu sibuk dan ingin mengubah maind set pembaca yang berfikiran apa yang kutulis adalah sebuah cerita HOMOSEKSUAL. Meskipun saya mengakui, apa yang kutulis tersebut terdapat unsur Gay walau porsinya sedikit…(Harus sangat sedikit).
Kalau memang ada waktu, Aku akan melanjutkan Tulisan itu dan berharap pembaca dapat mengambil pesan positifnya. Doakan saja semoga selalu sehat J
---oO000Oo---
Terakhir… untuk sahabat, teman, dan saudaraku, jangan lupa agar selalu mencari kebenaran yang telah tersembunyi dalam diri kita. Pilihan ada ditangan kita, kalau bisa memilih yang baik kenapa tidak? Wasalamualaikum… J

Rayrowling

Thursday 27 June 2013

INTERMEZZO


Tulisan ini bukan untuk memprovokasi pembaca, namun lebih kearah membagi pengalaman yang pernah dialami.
          Apa yang sudah dilarang oleh Tuhan kalau dikerjakan tidak akan ada baiknya sama sekali. Begitu juga dengan hubungan sesama jenis yang tentunya semua Agama melarang penganutnya untuk melakukan tindakan seperti itu. Apa yang didapat ketika seseorang melakukan hubungan sesama jenis? Kebahagiaan…! Itu pasti ada jika mereka benar-benar berada di dalamnya. Namun kebahagiaan yang mereka dapat bukanlah kebahagiaan yang mereka butuhkan, melainkan kebahagiaan karena pelarian akan dirinya sendiri.
          Banyak yang mengatakan, bahwa hidup itu pilihan… memilih menjalani kehidupan hubungan sesama jenis adalah pilihan yang sadar bagi mereka. Namun, banyak diantara mereka yang tidak tahu alasan memilih jalan itu. Yang lain menyalahkan masa lalunya, Lingkungan keluarga maupun Lingkungan masyarakat yang membuat mereka memilih jalan itu.
          Apakah kita bahagia menjalani kehidupan sesama jenis? Jawabanya ada pada diri kita sendiri… Cobalah berpikir bagaimana kehidupan kita jika tidak terjun pada dunia cinta sesama itu? Menghayallah…! Menghayal akan kehidupanmu dengan Istri dan anak-anakmu kelak. Aku yakin tak seorang pun diantara pelaku cinta sejenis menginginkan anaknya kelak ikut terjerumus dalam dunia kelam itu.
          Karena mereka tahu… Betapa tidak enaknya hidup berbeda dengan kodrat yang ditentukan oleh Tuhan dan Karena mereka tahu itu adalah jalan yang salah. Ingat… Hidup adalah pilihan, Pilihlah yang Benar menurut Tuhan kita… Karena hukum Tuhan adalah Mutlak…

Tuhan tidak pernah meninggalkan hambanya…



oO0Oo-Rayrowling- oO0Oo

Sunday 24 March 2013

Sekedar Posting


          Tidak mudah membujuk orang yang sudah bertekad bulat seperti pemilik blog ini, tekad untuk berhenti menulis kisah bertajuk cinta sejenis khususnya kaum gay. Namun, Ada sedikit celah untuk membujuknya meneruskan tulisan yang masih mengambang endingnya yakni cerita mengejar Masa Lalu. Untuk itu akhirnya dia mau menulis atau melanjutkan apa yang masih menjadi tanggungannya.
       Untuk diketahui saja, ada beberapa alasan mengapa dia ingin berhenti menulis cerita cinta sejenis ini antara lain:
  1. Terlalu memiliki keinginan besar yang membuatnya gampang putus asa. Keinginannya adalah untuk menyampaikan bagaimana seharusnya kaum pelangi bersikap. Bukan mengajak bertobat secara paksa melainkan mengajak untuk intropeksi diri melalui tulisan tulisannya yang penuh akan nilai. Sehingga semua pembaca mendapat pesan yang ada di dalamnya Namun, baginya itu terlalu berat untuk dilakukan karena banyak yang menghujat dirinya.
  2. Gampang terpengaruh, sifatnya yang gampang terpengaruh dan masih labil membuat dirinya selalu lari dari masalah. Tidak seharusnya dia lari dari masalah yang membelenggunya dan akhirnya kreativitasnya terkekang.
  3.  Dia tidak pernah berhenti berusaha berubah menjadi laki-laki normal, laki-laki yang sesuai dengan kodratnya sehingga hal mudah yang harus dilakukan adalah meninggalkan semua yang berbau Gay, termasuk menulis sebuah cerita kehidupan seorang gay.
  4.  Dia tidak mau, para plagiator dan copier mengambil karyanya yang ada di blog ini tanpa izin darinya.

 Itu yang saya dapat darinya, seseorang yang selalu bikin saya penasaran baik di facebook mau pun di SMS, dan Akhirnya tadi pagi saya bisa bertemu dengannya, walau perlu waktu berbulan-bulan meyakinkannya agar berani bertemu dengan diriku yang berniat ingin menjadi temannya. Dan dari pertemuan itu, saya bisa membujuknya untuk melanjutkan beberapa cerita yang masih menggantung dengan syarat saya bisa menyumbang tulisan di blognya ini dan mengelolah blognya yang sepertinya tidak lama lagi akan di buat terbatas hanya untuk orang-orang yang dapat menghargai karyanya, berkomentar, dan lain-lain.
Saya tahu, ini adalah tanggung jawab yang berat dan tentu saja ini menjadi tantangan buatku yang masih duduk di bangku SMA. Sekian dan terimakasih…

Jember, 24 Maret 2013

Wisanggeni

Monday 11 February 2013

Mengejar Masa Lalu 08

Akhir Mengejar Masa Lalu part 07, Adam sudah bertemu dengan saudara kembarnya bernama Vicky, Dia adalah pemuda yang baik dan menganggap Adam dan Johar adalah adik laki-lakinya. Johar pun diangkat menjadi anak oleh Mama Adam. Kebahagiaan Aam berlipat ganda ketika ia berhasil mendapatkan cinta Stella. Namun bagi Johar hari-harinya semakin sulit dijalani, karena harus berhaapan engan Alex dan Nico 
            Beberapa bulan telah berlalu, Johar dan Adam telah menempuh Ujian kenaikan kelas dan menunggu hasil jerih payahnya selama setahun di kelas satu SMA. Kini di pagi yang cerah mereka berdua datang ke sekolah lebih awal dan berdiri di depan perpustakaan. “Mungkin nggak ya Aku menjadi juara kelas lagi?” Kata Johar tersenyum di depan Adam yang sedang sibuk dengan ponselnya. “Kita lihat saja nanti, siapa yang akan menjadi juara kelas” jawab Adam dan masih sibuk dengan Ponselnya. “Kalau masalah naik kelas, seratus persen Aku yakin naik kelas kak, tapi hanya 50% keyakinanku akan mengalahkan kak Adam” Jawab Johar murung.
            “Loh? Belum tentu lah, kita kan sudah belajar bersama selama ini dek?” Kata Adam yang langsung menyimpan ponselnya di saku celana. “Akhir-akhir ini Aku banyak masalah kak, jadi kurang fokus dalam urusan sekolah, Aku juga sering bolos dan hal itu menjadi pertimbangan para guru untuk memberikan nilai.” Johar duduk di lantai. “Hmmm… sebenarnya kamu itu punya masalah apa sih? Setiap Aku tanya kamu selalu saja mengelak” Adam duduk di dekat Johar.
            Johar pun langsung menyebarkan penglihatannya ke sekitar sekolah yang agak sepi dan mulai berbicara pada Adam. “Aku pengen jumpa Papaku kak!” Kata Johar murung. “Pasti Jo, kamu akan berjumpa dengan beliau, Alex dan Vicky sudah berupaya membantu kamu juga kan? Sabar aja ya! Suatu saat kita akan menemukan Papa kamu” Adam memegang pundak Johar dan menenangkannya.
            “Oia, boleh kakak tanya satu hal?” Adam memandang dalam pada Johar yang sangat murung. “Apa kak?” Johar melihat ke Arah Adam. “Kamu sudah berjanji pada Mama akan tinggal dengan kakak di rumah, kenapa kamu masih bertahan di kontrakan Jo? terus saat di kontrakan Aku merasakan hubunganmu dan Nico tidak seperti biasanya” Kata Adam dengan suara pelan. “Maaf kak, Aku masih tidak enak pada Mas Yudi dan Nico jika kita semua menetap di rumah Mama, hampir satu tahun kita tinggal di kontrakan dan Aku merasa berat meninggalkan kontrakan kak” Kata Johar menundukan kepalanya, memandang garis ubin.
            “Ya, Aku juga sama dek… makanya terkadang Aku masih menginap di kontrakan. Tapi kakak menjadi tidak enak pada Mas Yudi dan Nico, seharusnya mereka bisa menempati kamar masing-masing jika Adek mau tinggal di rumah.” Jawab Adam. “Entahlah!” Kata Johar datar. “Oia, kamu belum jawab masalah kamu dengan Nico, mengapa kamu menghindari Nico beberapa bulan ini?” tanya Adam dengan nada penuh curiga. “Ada sesuatu kak, tak mungkin Aku menceritakan pada kak Adam” jawab Johar yang membuat Adam semakin penasaran.
            “Yang jelas kalau ngomong dek! Aku tidak mengerti apa yang kamu katakan, mengapa harus ada rahasia di antara kita?” tanya Adam semakin penasaran. “Udahlah kak, Aku bisa menghadapinya kok, Oia tadi kak Vicky sms katanya hari jum’at pagi dia akan pulang, Jadi tidak sabar ingin bertemu dengannya” Jawab Johar sambil berdiri dan menjauh meninggalkan Adam sendiri menuju kelasnya. Hal itu dilakukan untuk menghindar dari pertanyaan Adam yang memojokan dirinya.
            “Hei, Ngapain kalian pagi-pagi sudah ada di sekolah?” Tanya Roy yang berjalan bertiga dengan Alex dan Rendy. “Biasa, Jaga sekolah!” Jawab Johar tersenyum. “Tidak terlalu pagi kok, kalian saja yang datangnya terlalu siang!” Jawab Adam yang berada di belakang Johar. “Oia, Stella gak bareng kalian?” tambah Adam mencari sosok Stella. “Bosen! Selalu Stella, Stella dan Stella yang ditanya tiap kita berjumpa.” Sungut Rendy yang sudah bosan mendengar kata Stella dari mulut Adam beberapa Bulan terakhir sejak Adam dan Stella berpacaran.
            “Haha, Masak Aku mau tanya tentang kalian? Sudah jelas kalian sehat dan berada di depanku” Adam tertawa mendekati Rendy dan merangkulnya kemudian mengacak-ngacak rambutnya. “Maklumlah, kita juga perlu diperhatikan oleh anggota kelompok, jangan Cuma satu orang dong” Tambah Alex tersenyum. “Udah Ah, jangan konyol deh! Sebentar lagi kita sudah di bangku keals dua dan tidak sepantasnya kita bersikap kekanak-kanakan” kata Johar sambil menghindar dari teman-temannya.
            “Hei Jo, mau kemana?” Tanya Rendy. “Ke ruang Olah Raga, mau ambil bola basket” Jawab Johar terus berjalan. Mendengar kata Bola Basket, Rendy dan Roy langsung berlari mengikuti Johar menuju ruang penyimpanan alat-alat olah raga. “Kamu gak ikut Dam?” Tanya Alex yang juga melangkahkan kakinya untuk mengikuti Johar. “Al, Aku mau bicara dengan kamu, kita ke kelas saja!” Ajak Adam terdengar serius.
            “Bicara apa? Di lapangan aja Dam, sekalian bermain basket.” Kata Alex yang sedang bingung untuk mengikuti Johar atau Adam yang sudah menaiki tangga. “Jangan!, Aku ingin membicarakan ini tanpa sepengetahuan Johar, ini menyangkut Johar Al. Ayolah ikut ke kelas!” Adam menarik Alex untuk mengikutinya menuju kelas.
            Ketika berada di dalam kelas yang kosong, Adam mulai melirik arah sekitarnya memastikan tidak ada yang mendengar. “Mau bicara apa Dam? Kayaknya serius banget!” Kata Alex. “Baiklah, pertama Aku mau tanya sesuatu padamu, Aku lihat kalian beruda tidak terlalu akrab sekarang, Akrab sih tapi kurang lepas dan tidak seperti dulu lagi!” Tanya Adam dan membuat Alex bingung untuk menjawabnya.
            “Maksudnya?” Alex memandang Adam. “Kamu dan Johar punya masalah apa?” Tanya Adam serius. “Enggak, tidak ada masalah kok, kamu tahu sendiri kita selalu belajar bersama saat ujian kemarin” Jawab Alex membela diri. “Iya, beberapa minggu ini, sebelumnya kenapa?” Tanya Adam menyudutkan Alex. “Aku gak tahu, mungkin itu Cuma perasaanmu saja, coba kamu tanyakan pada Johar jika jawabanku belum memuaskan! Emang ada apa sih kok curiga banget?” Alex mengkerutkan alisnya dan memandang sinis pada Adam.
            “Gak usah mandang gitu juga Al” Adam tersenyum dan berbalik menjauhi Alex. “Yaudah lupakan saja Al, oia satu pertanyaan lagi, bagaimana info tentang Ayah Johar?” Adam memastikan. “Papa masih mencari informasi ke para relasinya, kata papa Sulit mencari orang hanya bermodal foto masa SMAnya, dan sekarang pasti sudah berubah wajah dan tubuhnya.” Jawab Alex. “Iya juga sih, Aku hanya kasihan pada Johar Al, tadi pagi dia bilang sangat ingin bertemu dengan Ayahnya” Jawab Adam lesu duduk di atas meja.
            “Aku sudah berusaha semampuku Dam, atas saran Vicky kemarin Aku juga memosting di jejaring sosial juga, di video permainan music kalian juga kuselipkan di deskripsi youtube, Entahlah Aku jadi ikut merasa kasihan pada Johar” Jawab Alex sambil duduk di sebelah Adam memandang lantai kelas. “Yaudah Al, yang penting kita semua sudah berusaha kan? Sekarang hanya bisa berdoa kepada Allah atas usaha yang kita lakukan, semoga ada hasilnya.” Adam turun dari meja dan langsung keluar kelas meninggalkan Alex sendiri yang melamun memikirkan Johar.
            Di lapangan basket Johar asyik bermain bola basket bersama beberapa anak lain di sekolah. Di antara mereka ada Roy dan Rendy yang berdiri di pihak lain melawan tim Johar. Ketika Johar memandang ke lantai dua, terlihat Alex yang berdiri memandang ke arahnya. Johar tersenyum melambaikan tangannya guna mengajak Alex bergabung. Alex membalas senyumanya dan hanya memberi kode Ok dan langsung turun menuju lapangan basket. “Kak Adam! ayo main…!” Kata johar ketika melihat Adam melintas di sekitar lapangan Basket. “Timnya udah pas kan? Kamu main aja sendiri” Jawab Adam sambil meringis menghindari silaunya sinar matahari.
            “Ayo Dam, kamu di tim Johar dan Aku di team Roy dan Rendy” Alex menepuk pundak Adam dan langsung masuk ke lapangan basket. “Hei… over pemain nih” jawab Adam sambil melepas tas ranselnya. “Ini hanya permainan kak, bukan pertandingan… Ayo kita cetak skor terbanyak buat ngalahin mereka!” Johar tersenyum sambil memandang ke arah Alex yang berdiri di depan Roy dan Rendy. “Siap menjadi pecundang?” kata Alex tersenyum sinis. “Lihat saja nanti!” Kata Johar sambil  melemparkan Bola ke arah Alex.
            Akhirnya setelah beberapa menit berpanas-panasan bermain basket dan tim Alex memenagkan pertandingannya. Kemudian mereka semua menuju kantin sekolah untuk membeli minuman. “Dek, Nanti pulang ke rumah atau ke kontrakan?” Tanya Adam sambil meneguk minumannya. “Ke kontrakan kak, salam ke mama ya!” Jawab Johar sambil mengipas tubuhnya yang berkeringat. “Yaudah, yang penting malam sabtu dan minggu kamu menginap di rumah Mama seperti biasanya” Jawab Adam.
            “Kenapa sih kamu tidak tinggal bersama Adam saja?” tanya Rendy dengan mimik wajah keheranan. “Ya terserah Johar kan Ren?” jawab Roy ketus. “Heh monyet, Aku gak tanya kamu!” Rendy melempar Roy dengan tisu bekas. “Hahaha… udah-udah nanti berantem beneran!” Johar tertawa melihat tingkah Roy dan Rendy yang selalu tidak Akur. “Yaudah, Ayo kita pulang, semua sudah pada pulang tuh, dan beberapa nilai juga sudah terpampang di papan pengumuman” Ajak Adam sambil melangkahkan keluar dari kantin.
            “Eh Jo, kamu pulang ke kontrakan kan? Aku antar ke kontrakan ya!” Alex mendekati Johar. “Boleh, penghematan biaya Transport” Jawab Johar tersenyum. “Dek, kakak pulang dulu ya! Sampai jumpa besok pagi di sekolah. OK” Kata Adam ketika naik ke angkot menuju arah berbeda dengan Johar. “Iya kak, salam untuk mama!” Jawab Johar yang berdiri sendiri di depan gerbang.
            Ketika angkot yang dinaiki Adam menjauh, tiba-tiba Alex datang dengan motornya dari belakang Johar. “Adam udah pulang?” tanya Alex. “Iya baru saja naik angkot,  mungkin mumpung ada angkot lewat Al jadi gak nunggu kamu disini, Oia jadi nganter Aku nggak?” tanya Johar. “Ayo naik! Kita lewat jalan alternatif aja ya, soalnya kamu gak ada helm dan di waktu seperti ini pak sulipi bergentayangan” Kata Alex dan langsung melajukan motornya. “Heh, pak polisi bukan sulipi” Johar memprotes Alex sambil tertawa. “Hahaha… Kalau pilisi itu yang bener-bener mengayomi masyarakat, kalau pak sulipi itu yang meresahkan masyarakat” Kata Alex tertawa dan terus melajukan motornya menuju kontrakan Johar.
            Setibanya di rumah konrakan, Johar bertemu dengan Yudi yang sedang duduk di ruang tamu. “Mana Adam Jo?” Tanya Yudi yang mendapati Johar datang dengan Alex. “Kak Adam  malam ini nginep di rumahnya mas!” Jawab Johar yang terlihat sangat kelelahan. “Loh kamu gak ke sana juga Jo?” Tanya Yudi yang duduk di ruang tamu. “Nggak mas, Jo tidur di sini aja.” jawab Johar sambil duduk di ruang tamu. “Yaudah, Aku berangkat dulu Jo, Oia kalau Nico datang, suruh Nico buat bayar tagihan listrik bulan ini! Uangnya sudah ada di lemari.” Kata Yudi dan langsung keluar menuju terminal. “Ok, Mas!” jawab Johar sambil berdiri dari duduknya.
            “Al, Aku capek banget pengen rebahan di kasur!” Kata Johar sambil menggerak-gerakan tangannya. “Yaudah sana kau istirahat aja!” Jawab Alex. “Terus kamu gak mau pulang?” Tanya Johar heran. “Tadi Aku sudah bilang kan? Mama dan Papa lagi ke luar kota. Jadi di rumah hanya ada pembantu, kamu gak kasihan sama Aku?” Kata Alex memelas. “Yaudah, Ayo ke kamar aja Al, atau lebih baik kamu di ruang tamu aja!” Kata Johar sambil berdiri mendekati kamarnya.
            “Yah… masak Aku sendirian? Percuma dong Aku disini yang bertujuan mencari teman!” Kata Alex mengikuti Johar. “Yaudah, di kamar aja Al, kamu bisa main gitar atau mijitin Aku. Hehehe” Johar tertawa sambil berbaring di atas kasur. “Emang kamu sakit Jo? Kok minta dipijitin?” Tanya Alex tersenyum. “Iya Al, leher dan punggungku sakit semua, gara-gara olah raga tadi itu. Maklum lah lama gak berolah raga. hehehe” Jawab Johar sambil tertawa lemas.
            “Sini Aku pijitin!” Alex langsung meraih betis Johar dan memijitnya. “Sebentar, ini gratis kan?” tanya Johar sambil tertawa melihat Alex. “Kalau gak gratis kamu gak mungkin bisa membayarnya karena harga pijitanku paling mahal di dunia ini” Alex tertawa dan terus memijat betis Johar. “Alhamdulillah kalau gratis. Terusin yah. Hehehe” kata Johar dan membenarkan posisinya lagi.
            “Yaudah, Buat kamu apa aja boleh” Kata Alex. “Awas kalau macem-macem!” Johar berbalik lagi. “Iya nih Orang… berbaring dan rilex aja lah! Curiga terus!” Alex memaksa Johar untuk tidur. Alex memijat Johar dengan lembut di bagian leher dan punggungnya. Hingga beberapa menit kemudian, Johar minta ijin untuk membuka baju. “Al Aku buka Baju dulu, gerah banget!” Kata Johar. Alex menghentikan pijatannya dan melihat ke arah Johar yang berusaha duduk dan melepas bajunya. “Ya ampun, Baju kamu juga basah tuh!” Kata Johar melihat baju Alex yang basah.
            “Aku tahan mulai tadi Jo, takutnya kamu berburuk sangka lagi padaku!” Kata Alex sambil mengelap titik keringat di keningnya. “Yah, nggak juga Al… Buka Aja baju kamu! Oia, Kalau capek udahan mijitnya!" Kata Johar dan kembali telungkup. “Enak aja udahan, kalau udah nyaman jangan lupa gantian mijitin Aku” Alex menekan kepala Johar. “Oalah, Aku pikir gratis ternyata minta gantian! Tapi jangan sekarang ya Al Aku bener-bener sangat lelah” kata Johar yang berbaring telungkup di atas kasur.
            “Yaudah, kamu istirahat aja Jo” Alex berdiri dan mendekati jendela untuk menikmati udara yang berhembus. Ketika melihat Johar yang berbaring di atas kasur Alex mengunci pandangannya pada Johar yang berbaring kelelahan. “Lihat apa Al?” tanya Johar yang tiba-tiba memergoki Alex yang melamun memandangnya. “Masih aja perhatikan Aku kamu Jo, Gak mungkin Aku macem-macem lagu, kamu tidur aja!” Jawab Alex. “Hehe, enggak kok Al, Aku tidak memikirkan buruk tentang kamu, karena Aku lebih nyaman bersama kamu kok” kata Johar. “Nyaman? Maksudnya?” Tanya Alex heran. Johar tidak menjawab dan memilih untuk diam dan akhirnya dia terlelap dalam tidurnya.
            Udara yang berhembus tidak dapat menghilangkan gerah di tubuh Alex. Keringat bercucuran dan membuatnya sedikit mengkilat. Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu kamar Johar. “Jo, ada orang tuh” Alex mencoba membangunkan Johar, namun Johar tidak bangun dari tidurnya. Terpaksa Alex membuka pintu sedikit dan melihat siapa berada di luar. “Heh, ngapain kamu disini?” kata Nico yang mendorong pintu kamar Johar dan membuat Alex sedikit terpental.
“Kalian berdua ngapain sih? Berduaan di kamar sama-sama gak pake baju! Kalian mesum di rumah ini ya?” Suara Nico membangunkan Johar. “Ada apa Nic?” tanya Johar kaget sambil mengusap wajahnya. “Kamu mesum dengan orang ini Jo?” Nico mendekati Johar. Wajah Nico terlihat sangat marah dan membuat Johar kebingungan. “Apa yang kamu katakan Nic? Kamu jangan salah sangka dulu!” Johar mencoba menjelaskan pada Nico. “Iya Nic, kami tidak melakukan apa-apa!” Tambah Alex.
            “Heh, kamu ini hanya tamu di sini, jangan banyak bicara!” Kata Nico berbalik mendekati Alex. “Aku memang tamu, tapi tak sepantasnya kamu berburuk sangka Nic” Alex terus mencoba memberikan penjelasan pada Nico. “Diam!” Bentak Nico pada Alex. “Heh Nic, mau kamu itu apa? Kamu cemburu? Cemburu kalau Alex ada di kamarku? Ok Aku dan Alex barusan melakukan sesuatu yang belum pernah kau lakukan denganku!” Johar marah pada Nico. “Jo…!” Alex mencoba menenangkan Johar yang terpancing oleh ulah Nico.
            “Oh, kamu lebih memilihnya daripada memilihku Jo? Aku tahu kamu sebenarnya homo Jo, dasar laki-laki munafik bilang saja kalau kamu tidak mau denganku gara-gara Aku miskin kan? Sekarang Aku tahu, bahwa sebenarnya kamu itu gila harta Jo” Nico mencerca Johar. “Maksud kamu? Kalu bicara hati-hati Nic” Tanya Johar heran dan berdiri. “Kamu memilih orang ini karena dia kaya kan? Kamu lebih memilih tinggal dengan Adam karena Adam sekarang sudah kaya kan?” kata Nico menatap Johar.
            “Gila kamu Nic, sudah gak waras! Al ayo kita keluar aja, jangan hiraukan dia yang sudah tak waras!” Johar mengambil kaosnya yang ada di bawah kakinya. Alex juga meraih bajunya yang ada di dekat Nico dan mereka berdua langsung keluar dari kamar. Ketika Alex mengikuti Johar dari belakang, Nico meraih Ballpoint yang berada di atas meja Kamar Johar dan langsung menusukan ke punggung Alex. “Ahh…!” Alex mengeluh kesakitan dan memegang luka di punggungnya. “Kenapa Al?” Tanya Johar dan terkejut melihat punggung Alex yang menancap Ballpoin.
            “Bangsat!” Johar memegang krah baju Nico dan memukul Nico tepat di wajahnya. “Sudah Jo!” Alex memaksa Johar dan menariknya keluar. “Bajingan kau Nic! Setan!” Johar terus membentak Nico dan memukulnya. “Jo cukup! malu kalau di dengar tetangga!” Alex meringis memegang pundaknya dan melihat Nico yang menunduk tak berdaya menutupi wajahnya. “Kamu tidak apa-apa kan? Coba kulihat lukamu!” Kata Johar di ruang tamu. “Nyilu dan sedikit perih, tidak seharusnya kamu seperti itu ke Nico” jawab Alex dengan wajah kesal.
            “Biarin Al, sekali-kali dia pantas mendapatkannya.” Jawab Johar sambil memeriksa luka di punggung Alex. “Kamu keterlaluan Jo!” Jawab Alex ketus. “Yaudah, kita ke dokter Al dan jangan bahas anak itu lagi!” Kata Johar panik menarik Alex ke depan rumah. “Bagaimana dengan Nico? Kamu lihat kan darah yang keluar dari hidungnya tadi?” Alex menjadi khawatir. “Sudahlah, kamu maunya apa sih Al? Jangan buat Aku kesal padamu!” Kata Johar sambil mengerutkan alisnya.
“Maaf Jo, Kamu bisa bawa motor kan?” Kata Alex langsung mengalihkan arah pembicaraanya “Bisa Al, biar Aku yang bawa motor kamu! Di dekat sini ada dokter kok” Kata Johar sambil menaiki motor Alex. Akhirnya Johar membawa Alex menuju dokter yang tidak jauh dari tempat mereka. Dokter banyak tanya mengenai luka yang ada di punggung Alex, “Kenapa ini? Kena paku?” tanya Dokter sambil membersihkan luka di punggung Alex.
            “Bukan Dok, tadi kena plastik… saya kurang hati-hati!” jawab Alex sambil meringis kesakitan. “Kalau memang plastik, tidak masalah, tapi luka ini agak lama sembuhnya, jangan terlalu sering kena air dan selalu jaga kebersihan dan rajin ganti kain kasanya!” Jawab Dokter sambil membalut Luka Alex. “Tidak masalah kan dok? Takutnya ada benda yang tertinggal di dalamnya!” kata Johar memastikan. “Sudah saya periksa, tidak ada yang tersisa di lukanya, hanya pendarahan ringan aja!” Jawab Dokter ramah.
            Setelah ke dokter, Johar membawa Alex menuju rumahnya. “Jo, sekarang kamu mau kemana?” Tanya Alex ketika Johar memarkir motor Alex di depan garasinya. “Mungkin Aku ke rumah kak Adam aja, Sudah saatnya kami menetap di rumah itu.” jawab Johar lemas sambil duduk di teras rumah. “Yaudah, ayo masuk dulu Jo! Oia, kejadian ini jangan sampai ada yang tahu ya! Bisa jadi masalah serius nantinya.” Kata Alex yang duduk di samping Johar. “Aku tahu kok! Maaf Al tadi itu salahku! Andai saja Aku bilang pada kamu apa yang terjadi antara Aku dan Nico, dan Andai saja Aku tidak mengatakan kalau kamu adalah kekasihku, kamu tidak akan seperti ini Al” Kata Johar pelan.
            “Sudahlah, meski tadi hanya bo’ongan Aku sangat seneng kok mendengarnya!” Alex tersenyum meletakan tangannya di atas tangan Johar. Johar menarik tangannya dan merubah arah pembicaraan. “Oia, kamu nggak mau ngajak Aku masuk dan memberi minum atau apa gitu?” Tanya Johar sambil berdiri dari kursi di teras rumah. “Hahaha, yaudah Ayo masuk Jo, kamu sudah hubungi Adam kalau kamu ada disini?” tanya Alex sambil menyentuh punggung Johar dan sedikit mendorongnya masuk ke rumah. “Nanti saja Al” Kata Johar.
            Beberapa jam berlalu, setelah makan di rumah Alex johar mendapati ponselnya berdering. “Kak Adam Al” Kata Johar sambil mengangkat panggilan Adam. “Iya kak, Aku di rumah Alex nih…! Kalau tidak keberatan bisa jemput di rumah Alex? Kalau gak bisa tunggu saja di kontrakan!” kata Johar. “Yaudah, Aku kesana dek, mumpung Pak Joni tidak sibuk!” Jawab Adam di ujung telefon. “Yaudah kak, Aku tunggu sekarang!” Johar langsung mengakhiri sambungan telefonnya.
            “Adam mau kesini?” tanya Alex khawatir. “Kok khawatir gitu Al?” Tanya Johar heran. “Jangan ceritakan masalah ini ya Jo! Pada siapa pun tak terkecuali Adam” Kata Alex memohon. “Iya, tidak mungkin juga Aku akan menceritakannya! Kamu tenang aja Al semua akan baik-baik saja setelah Aku pergi dari kontrakan itu masalahnya pasti akan menguap begitu saja” Jawab Johar.
            “Bagaimana lukamu Al? masih terasa sakit?” tanya Johar. “Masih Jo, perih dan agak panas!” jawab Alex sambil meringis. “Terus siapa yang akan mengganti perban itu Al?” Tanya Johar khawatir. “Ya kamulah, siapa lagi? Tak mungkin aku minta bantuan mama atau papa, pasti mereka akan banyak tanya nantinya” Jawab Alex merengut. “Hah? Aku harus datang ke sini setiap hari mengganti perban itu? Macam perawat saja!” Tukas Johar. “Ya Nggak Juga Jo, Gantinya bisa di sekolah kan? Di toilet atau di UKS!” Saran Alex. “Oh… yaudah kalau gitu, kamu bawa aja perlengkapannya dan Aku akan mengganti perban di punggung kamu” Johar mengiyakan saran Alex.
            Akhirnya Adam datang ke rumah Alex, Adam tidak mau berlama-lama dan segera berpamitan. “Al, Aku balik dulu ya! Sudah hampir maghrib dan harus cepat pulang ke rumah!” kata Adam. “Yaudah kalian berdua hati-hati ya!” Alex mengantar mereka hingga depan gerbang. Di perjalanan pulang Johar tidak banyak bicara, dia hanya diam memikirkan apa yang akan terjadi ketika dia bertemu dengan Nico nanti. Berkali-kali Adam mengajak Johar berbicara namun Johar menjawabnya dengan singkat dan tak bersemangat. Ada sedikit curiga pada diri Adam. “Dek, kenapa suram gitu?” tanya Adam memandang Johar. “Enggak kok, Oia kak mulai malam ini kita pamit ke mas Yudi dan Nico ya! Sudah saatnya kita meninggalkan rumah itu!” kata Johar.
            “Akhirnya, kamu mau juga tinggal di rumah mama bersama kakak! Yaudah barang-barang yang masih ada di kamar kita itu bawa aja dek, sebagian punya kakak udah ada di rumah kok!” jawab Adam.
            Setibanya di rumah kontrakan, Johar tidak mendapati Nico, hanya ada Yudi yang sedang memainkan gitarnya. “Assalamualaikum mas!” kata Adam. “Walaikum salam, kalian darimana? Katanya sekarang mau menginap di rumah mamamu Dam?” tanya Yudi. “Iya mas, begini mas Yudi… Mungkin kami berdua tidak akan tinggal di rumah ini lagi. tapi kami akan sering berkunjung ke rumah ini mas!” Adam menghentikan pembicaraannya ketika Yudi mulai menghentikan permainan gitarnya.
            “Yaudah Dam, sebaiknya kalian tinggal di rumah itu, tapi jangan lupakan saudara-saurdaramu yang disini” Yudi tersenyum. “Pastinya mas, Mas Yudi banyak membantu, ntah kalau kami tidak bertemu dengan mas Yudi mungkin kami tidak akan seperti ini” kata Adam yang juga tersenyum. “Iya mas, Aku juga mau bilang banyak terimakasih dan memohon maaf yang sebesar-besarnya pada Mas Yudi, karena sebelumnya selalu berburuk sangka” Tambah Johar. “Hahaha, karena Aku pengamen kan? Itu kan dulu Jo! Oia kalian gak mau nunggu Nico dulu?” tanya Yudi.
            “Iya, Nico kemana Mas?” Tanya Adam. “Belum pulang Dam,  sebentar lagi pasti dia pulang kok!” jawab Yudi sambil membakar ujung rokoknya. “Yaudah mas, sekalian kami mengemasi barang-barang ya!” Adam berdiri menuju kamarnya. Johar mengikuti Adam dan langsung mengemasi barang-barang milik mereka. “Dek, karpet kamar biarkan di sini aja ya! Bawa buku dan baju kita aja dek!” kata Adam mengingatkan Johar. “Oia, biar kakak yang bawa ini ke depan gang ya! Sambil mengingatkan Pak Joni untuk bersabar!” kata Adam dan langsung keluar membawa barang-barangnya.
            Ketika Adam berada di luar rumah, dia berpapasan dengan Nico yang terlihat cak-acakan. “Hei Nic, darimana aja? Kami akan pindahan mulai malam ini!” sapa Adam ketika berpapasan dengan Nico. “Johar juga ikut?” tanya Nico heran. “Itu rencana Johar, dan dia yang ingin cepat-cepat tinggal di rumah, itu Johar ada di kamar lagi beres-beres, Oia… kenapa muka kamu? Berantem Nic?” Adam sedikit heran melihat plipis Nico lebam. “Tidak, Aku terpelesat di kamar mandi Kak! Yaudah Aku kesana dulu ya” jawab Nico dan langsung berjalan menujuu rumah.
            Mendengar penjelasan Nico tentang luka lebam di plipisnya membuat Adam kurang yakin jika luka itu akibat jatuh. Adam memiliki keyakinan bahwa luka yang didapat adalah luka pukulan dan  terlihat ada warna biru lebam disekitar mata Nico. Adam pun menyangkut pautkan akan kurang dekatnya hubungan Nico dan Johar serta keputusan Johar yang terkesan terburu-buru untuk pindah rumah. Namun Adam lebih memilih berpositif thinking dan tidak terlalu memikirkan hal aneh tentang Johar dan Nico.
            Di dalam rumah, ketika Nico masuk ke ruang, Yudi langsung menyapa Nico “Nic, darimana aja kamu?” tanya Yudi pada Nico. “Dari jalanan mas!” jawab Nico datar dan langsung melangkahkan kaki menuju kamar Johar. “Sebentar, kamu kenapa? Berantem sama siapa kamu?” Tanya Yudi Heran. “Bukan Mas, tadi Aku terjatuh di kamar mandi!” Nico menutupi plipisnya. “Oh, makanya hati-hati ya!” Kata Yudi dan melanjutkan bermain gitar.
Nico pun masuk ke kamar Johar dan mendapati Johar sedang memasukan beberapa barang ke dalam ranselnya. “Kamu mau pergi dari rumah ini?” tanya Nico memegang pundak Johar. Johar masih marah pada Nico dan menepis pegangan tangannya. “Bukan urusanmu lagi, Oia Terimakasih selama ini kamu sudah menjadi bagian dalam hidup kami, menjadi saudara kami dan banyak membantu kami! Satu lagi, terimakasih untuk ilmu yang kau berikan!” kata Johar memasukan beberapa pakaiannya ke ransel.
            Nico tak menjawabnya dan langsung memeluk Johar dari belakang. “Maafkan Aku Jo!” suara Nico pelan. “Lepaskan Nic!” kata Johar pelan dan berusaha melepas pelukan Nico. “Jangan macem-macem Nic, otak kamu itu sudah gak waras!” Johar mengecilkan suaranya dan heran melihat plipis Nico yang berwarna biru. “Aku sayang kamu Jo!” kata Nico yang juga pelan. Johar terdiam sejenak memandang Nico yang terlihat sangat tulus. “Maaf Nic” Jawab Johar dan langsung keluar membawa ranselnya.
            “Mas, Kak Adam masih di luar ya?” tanya Johar sambil duduk di samping Yudi. Johar memilih untuk menunggu Adam di ruang tamu karena menurutnya ruang tamu yang ada Yudi merupakan tempat aman dari Nico. Ketika Adam datang, mereka berdua langsung berpamitan kepada Nico dan Yudi. “Nic, terimakasih atas kebaikanmu selama ini ma’afin Adam jika punya banyak salah!” Kata Adam berjabat tangan dengan Nico. “Iya kak, Nico juga minta maaf jika punya salah” Nico memeluk Adam dengan erat.
            “Aku akan kesini lagi kok, jangan terlalu bersedih Nic” kata Adam sambil tersenyum. “Aku juga berterimakasih pada kamu Nic, terimakasih atas semua kebaikanmu” Kata Johar yang ragu menjulurkan tangannya. “Nico juga minta maaf Jo!” Kata Nico dan berusaha memeluk Johar. Tidak ada pilihan selain merangkul Nico dan menepuk punggungnya. “Aku tidak akan menyerah!” bisik Nico di telinga Johar. Johar pun langsung melepas pelukan Nico dan berusaha bersikap biasa. “Yaudah, kami pamit dulu ya!” kata Adam dan mereka pun pergi dari rumah Yudi dan Nico.
            Ketika berada di perjalanan menuju rumah, Johar memikirkan Nico, di dalam pikirannya hanya Nico dan bekas pukulan di plipisnya. Johar merasa terlalu berlebihan bersikap menghadapi Nico. Dan rasa sesal pun datang menghantuinya. “Maafkan Aku Nic, tadi Aku emosi dan tidak bisa mengontrol diri! Sekarang kamu pasti kesakitan” kata Johar di dalam hatinya. “Dek… Kok sering melamun sih?” tanya Adam ketika mereka berhenti di depan rumah. “Eh, sudah sampai ya kak? Maaf Johar kecapean kak jadi keseringan melamun. hehehe!” jawab Johar  dan langsung keluar dari mobil.
            “Yaudah, setelah sholat dan makan, sebaiknya kamu tidur aja dek” Saran Adam mendekati Johar. “Iya kak, Sebaiknya begitu biar tidak sakit kan?” Johar tersenyum dan melangkahkan kakinya menuju pintu rumah. Ketika mereka berdua masuk ke dalam rumah, mama Adam menyambutnya dengan sangat bahagia. “Akhirnya, Anak-anakku tinggal disini dan berkumpul bersama!” kata Mama Adam sambil mendekati mereka berdua.
            “Assalamualaikum Ma” kata Adam tersenyum. “Walaikumsalam, eh mama sudah masak enak malam ini. Kalian pasti lapar kan?” Mama Adam membantu membawakan koper milik Adam. “Kami belum sholat ma, sebentar lagi maghrib udah lewat! Kami sholat dulu aja.. Oia biar kami yang bawa barang-barang kami! Ini berat loh.” Kata Adam meraih koper miliknya dan Menuju lantai dua. “Permisi Ma” Johar tersenyum mengikuti Adam dari belakang dan hal itu membuat Mama Adam tersenyum bahagia.
Malam itu adalah malam yang sangat membahagiakan bagi Adam dan Mamanya karena Johar sudah tinggal bersama mereka, tidak seperti yang dirasakan Johar yang sedang kalut, dia lebih memilih untuk tiduran di kamar sendiri daripada duduk dengan Mama Adam menonton acara televisi. Masih banyak hal yang Johar pikirkan, yang terpenting baginya adalah mendapatkan kebahagiaan dan menemukan ayahnya. Merasa sedih dan butuh teman untuk mengobrol, Johar teringat Alex yang sedang sakit, dia selalu memikirkan luka di punggung Alex.
Mengingat luka itu membuat Johar semakin tidak suka pada Nico, Nico yang selama ini ada untuknya ternyata dia orang yang nekad dan sangat ambisius. Namun di hati kecil Johar, dia merasa bersalah pada Nico. Melihat luka lebam di pelipis Nico menggambarkan betapa berlebihan tindakannya pada Nico. “Apa dosaku, mengapa orang-orang didekatku menjadi kesakitan begini?” Kata Johar dalam hatinya dan terus gelisah di tempat tidur.
Ketika meraih ponselnya, Johar langsung mencari nama seseorang yakni Vicky. Dia mengirim sms ke Vicky sekedar menanyakan kabar, dan ketika mendapat balasan dari Vicky wajahnya langsung bahagia. Malam itu Johar menghabiskan malamnya dengan ber-sms dengan Vicky.
****
            Ke esokan harinya, Adam dan Johar tiba di sekolah agak siang, karena hari itu adalah hari terakhir mereka datang ke sekolah untuk mengambil undangan pengambilan raport kenaikan kelas. Ketika memasuki gerbang sekolah, keduanya bertemu dengan Stella dan Roy yang datang menggunakan motor. “Baru datang juga?” Tanya Roy berhenti di dekat Adam dan Johar. Adam tersenyum dan berkata, “Iya Roy, sebenarnya mau lebih siang lagi, tapi nih anak buru-buru banget pengen ke sekolah.” Adam menyenggol bahu Johar pelan.
            “Oh, berarti sama seperti nyonya Adam ini” Jawab Roy sambil tertawa melirik Stella yang sudah turun dari motor Roy. “Hehehe… ini kan hari terakhir sebelum libur panjang nanti, jadi pengennya berlama-lama berkumpul dengan teman-teman!” Stella tertawa kecil. “Bukannya tidak ingin waktu terbuang sia-sia tanpa adanya kak Adam nih?” Johar meledek Stella dan berhasil membuatnya tersipu malu. “Apaan sih nih anak, yaudah ayo kita masuk.. Oia, Alex dan Rendy udah datang belum?” Tanya  Adam. “Rendy bilang agak siangan, kalau Alex sepertinya belum datang, motornya aja tidak ada” Jawab Roy sambil memarkir Motornya.
            “Eh Aku ke toilet dulu ya! Kebelet pipis” kata Johar dan langsung berlari ke arah toilet. “Aneh, tidak seperti biasanya anak itu ke toilet pagi-pagi seperti ini” kata Adam dan terus berjalan menuju tempat favorit mereka yakni di depan perpustakaan. “Yah, mungkin banyak minum air Dam, yaudah kita tunggu Alex disini aja” jawab Roy sambil duduk di depan perpustakaan.
            Di dalam toilet Johar menemui Alex yang sejak pagi sudah menunggunya. “Lama banget! Aku merasa lukanya semakin parah Jo, Rasa sakitnya tidak hilang.” Kata Alex dan langsung berdiri di wash tofel. “Maaf Al, Aku sudah berusaha berangkat pagi kok, oia mana peralatannya biar Aku ganti perbannya!” Kata johar sambil mencuci tangannya. “Nih, lakukan dengan cepat dan segera kembali pada teman-teman dan ajak mereka ke dalam kelas” kata Alex sambil menjulurkan kotak berisi keperluan untuk menggantik perban Alex.
            “Kamu mandi Al?” tanya Johar. “Enggaklah, kan tidak boleh kena air” Jawab Alex sambil meringis ketika perban di punggungnya dibuka. “Pantesan!” jawab Johar terkekeh. “kenapa bau ya? Itu derita kamu Jo!” Adam tertawa kecil dan sesekali meringis menahan rasa perih ketika Johar membersihkan lukan Alex. “Enggak kok, Aku hanya merasa bahwa parfum yang kamu pakai ini terlalu banyak dan wanginya minta ampun. Ketahuan kalau gak mandi” jawab Johar sambil tersenyum dan terus mengobati luka Alex.
            “Syukurlah kalau begitu, daripada bau nanti cewek-cewek gak ada yang melirik lagi” Jawab Alex datar. “Emang doyan cewek?” tanya Johar sambil menekan luka Alex dan berhasil membuat Alex meringis kesakitan. “Aseeem, hati-hati Jo!” Tukas Alex. “Ini juga hati-hati kok, Ok, udah selesai” Kata Johar dan membantu Alex memakaikan seragamnya. “Oia, emang kamu suka cewek Al?”Johar menanyakan pertanyaan yang belum dijawab oleh Alex. “Kenapa? Cemburu ya?” Kata Alex tertawa melihat Johar. “Stress…!” Kata Johar sambil mentoyor kening Alex dan keluar dari toilet. Alex hanya tertawa dan membereskan ranselnya sambil melihat Johar dari pintu toilet.
            Tak jauh dari toilet Johar berhenti ketika ada suara memanggil namanya. “Jo… Tunggu sebentar” suara seorang gadis menghentikan langkahnya. Johar heran melihat gadis yang tidak dikenalnya berlari menuju dirinya yang mematung. “Syukurlah Aku bertemu denganmu” kata Gadis bernama Rista itu. “Rista?” Kata Johar pelan. “Kamu kenal Aku?” Rista tersenyum bahagia. “Itu di dada kamu jelas terpampang nama kamu” Johar menggerakan melihat ke nama di seragam Rista.
            “Oh, Aku kira kamu kenal Jo” Jawab Rista malu-malu. “Yaudah, kalau hanya mau bicara ayo bergabung dengan teman-temanku disana, Aku sudah ditunggu.” Kata Johar dan langsung membalikan badannya. “Eh, sebentar… Aku hanya mau ngasih ini sama kamu” kata Rista menjulurkan sebuah amplop berwarna biru muda. “Apa ini?” Johar heran tanpa menerima Amplop itu. “Ini undangan buat kamu dan teman-temanmu Jo, datang ya!” kata Rista sambil menempelkan undangan ke tangan Johar. “Oh, InsyaAllah dan terimakasih atas undangannya ya, Sorry Aku harus ke depan perpustakaan.” Kata Johar tersenyum dan berpamitan kepada Rista. “Datang ya! Ajak semua teman-teman kamu itu” Rista membalas senyuman dari Johar dan berjalan membelakangi Johar.
            “Heh… Lama banget ke toiletnya!” Tukas Roy ketika Johar tiba di depan perpustakaan. “Maaf, tadi Aku bertemu seseorang di belakang sana” Jawab Johar sambil duduk di sebelah Roy. “Siapa Jo?” tanya Adam heran. “Namanya Rista, Aku belum pernah melihatnya sebelumnya, sepertinya dia bukan dari kelas kita kak, Nih Undangan darinya, satu undangan untuk kita semua!” kata Johar sambil menjulurkan undangan ke arah Adam. “Rista Oktaviana?” Roy heran membaca nama diundangan itu.
            “Kamu kenal?” Tanya Johar heran. “Hahaha… Aku sih tahu nih orang, bahkan Stella dan Alex tahu siapa nih anak” Kata Roy tertawa sambil melihat ke arah Rendy yang sedikit gelisah. “Siapa sih?” Desak Adam penasaran. “Ehemmm, Kalau pacaran dengan Rista pasti bangganya minta ampun dia itu cewek tercantik di sekolah ini” Jawab Roy dengan nada berlebihan. “Oia, ah paling juga cantikan Stella” Jawab Johar sambil tersenyum ke arah Stella. “Enggak kok kak, Rista itu bener-bener cantik, dan itu menjadi cinta pertama rendy di sekolah ini” Jawab Stella sambil melirik Rendy.
            “Hahaha, Stella langsung buka Aib nih” Kata Roy tertawa. “Itu dulu ya, sekarang Aku sudah tidak tertarik lagi pada Rista” Sungut Rendy. “Hadeeeh… bilang gitu karena dulu pernah ditolak kan?” Ledek Roy dan berhasil membuat Rendy sedikit kesal. “Eh Monyet… Aku belum mengatakan cinta padanya dan rasa itu juga sudah hilang” Kata Rendy sambil melempar roy dengan daun kering.
            “Sudah, ngapain bahas tuh anak? Kalau mau datang saja ke pesta ulang tahunnya besok malam!” kata Johar dan langsung berdiri berjalan menuju kelas. “Kemana Jo?” tanya Adam. “Ke kelas, Ini kan hari terakhir kita masuk kelas itu Kak, Aku pengen bernostalgia mengingat satu tahun terakhir” Kata Johar sambil tertawa memamerkan susunan giginya. “Bener banget, Ayo kita ke kelas aja! Di sini juga agak panas” Kata Rendy mengikuti Johar. “Panas karena diledekin ya?” Kata Roy yang juga berjalan menuju kelas dan diikuti oleh Adam dan Stella di belakang mereka.
            Tak berapa lama ketika mereka duduk dan bercanda di dalam kelas, tiba-tiba Alex datang bergabung. “hei, nagapai ke sekolah jam segini? Sebentar lagi juga sudah pulang kan?” Ledek Adam. “Kalau Aku tidak datang siapa yang mau ambil undangan untuk orang tua?” tukas Alex sambil duduk di meja dekat pintu. “Loh kok jutex gitu Al?” tanya Stella yang tidak suka dengan cara berbicara Alex pada Adam. “Maaf Stell, bukan maksudku untuk berbicara seperti itu kok, maaf ya Dam” Alex langsung mendekati teman-temannya dan meminta maaf.
            “Oia, kita diundang untuk datang ke pesta ulang tahun Rista besok malam” Kata Roy bersemangat. “Aku sudah Tahu” Jawab Alex datar. “Loh darimana kamu tahu? Padahal baru tadi pagi Johar mendapatkan undangan dari Rista loh” Roy melihat ke arah Johar. “Eh, maksudku Aku tahu kalau itu undangannya” Kata Alex menunjuk undangan yang masih di tangan Roy. “Oh Aku pikir kamu sama seperti Johar, mendapat kesempatan bertegur sapa dengan Rista, Eh Jo, Sikat Aja tuh Rista” kata Roy bersemangat.
            “Bukan tipeku, Aku mau yang sederhana dan berjilbab” Jawab Johar datar. “Tapi itu cantik dan kaya loh” Roy masih berusaha membela Rista. “Kalau Johar tidak mau, kenapa kamu yang maksa Roy?” tuka Alex yang tidak suka. “Eh, sebentar… kenapa kamu sensi gitu Al? jangan-jangan kamu suka Rista ya?” ledek Roy. “Eh nih anak crewet banget, semua orang dijodohin ke satu orang, kamu sendiri juga suka kan?” Rendy juga menjadi kesal dengan ulah Roy. “Hahaha, kalian semua kok sewot gitu sih? Ampun deh daripada dikroyok kalian mending Aku diam” Kata Roy sambil terkekeh.
            “Sudah, gak usah ribut… kita sudah diundang besok malam, semua terserah Johar. Kalau Johar hadir kita juga hadir, kalau enggak yaudah kita juga gak usah hadir karena undangannya hanya ada satu dan itu diberika pada Johar” kata Adam memberikan opsi untuk semuanya. “Bener banget, mau tidak mau kita ikuti apa yang Johar pilih” tambah Roy yang sependapat dengan Adam. “Bagaimana Jo? Kok diam gitu?” Tanya Stella mengagetkan Johar.
            “Eh, Yaudah daripada Aku malu tidak hadir di acara tersebut mending kita semua hadir aja, Rendy ikut kan?” Tanya Johar dengan nada meledek Rendy. “Kalau ada paksaan Aku ikut kok” Rendy tersenyum dan membuat semua tertawa. “Sorry, Aku tidak tahu bisa datang atau tidak” Alex memotong pembicaraan mereka.”Yaudah, kita berlima saja, tanpa ada Alex juga tidak masalah kan?” Jawab Johar dan membuat semuanya terdiam. “Yaudah, emang terserah Aku kok!” Tukas Alex sedikit kesal dan langsung keluar dari kelas.
            “Kenapa tuh orang?” tanya Adam khwatir. “Nggak tahu, banyak kali” jawab Stella pelan. “Yaudah biarkan dia sendiri saja” tambah Roy dan Rendy hampir bersamaan. “Jo, kamu kenapa sih? Kamu ada masalah dengan Alex? Tanya Adam menyudutkan ohar. “Loh? Kenapa harus Aku kak? Aku tidak ada masalah dengannya dan kakak lihat sendiri bagaimana kita berteman.” Jawab Johar dengan nada agak kesal. “Bukan gitu Jo, sepertinya tingkat emosi kamu dan Alex itu sama, Aku tanya baik-baik kamu jawabnya ketus, Kalau memang ada masalah tolong ceritakan pada kami” Kata Adam pelan.
            “Kak… Aku dan Alex tidak bermasalah, kalau pun sekarang Aku punya masalah… kalian semua tahu kok apa masalahku, Yakni masalah dengan nasib orang tuaku yakni ayahku kak” jawab Johar juga pelan dan pergi meninggalkan mereka berempat. “Haduuu… semuanya kurang kondusif, yaudah ayo kita keruang administrasi saja, minta undangan untuk kita dan segera pulang, kalau lama-lama disini bisa terjadi perang dunia ke tiga” saran Rendy mengajak semuanya menuju ruang administrasi. “Yaudah, sebaiknya kita pulang saja” jawab Adam danlangsung  berdiri bersamaan dengan Stella.
*****
            Ke esokan harinya, Adam dan Johar menunggu mamanya yang datang kesekolah untuk mengambil raposrt kenaikan kelas. Keduanya tidak khawatir akan kenaikan kelasnya, yang membuat keduanya agak khawatir adalah siapa diantara mereka berdua yang lebih unggul. Tepat ketika jam dinding menujukan pukuln 10:00 WIB, Suara mobil mama Adam masuk halaman rumah. Saat itu juga Adam dan Johar bergegas menunggu Mamanya membawakan hasil belajar selama satu semester dari sekolah.
            “Kalian berdua memang membanggakan” kata mama Adam sambil memeluk Adam dan Johar bergantian. “Bagaimana ma?” tanya Adam yang sudah tidak sabar. “Lihat saja sendiri!” Jawab Mama Adam sambil menjulurkan buku raport ke Johar dan Adam. “Alhamdulillah, Aku juara kelas!” Adam sangat gembira melihat ranking di raportnya. “Bener kan, sudah kuduga Aku bakalan kalah” jawab Johar kurang bersemangat membuka raportnya. “Jangan gitu sayang, kalian juara satu dan dua kok, nilainya juga hanya selisih beberearapa poin” Mama Adam menyanjung keduanya. “Hehehe, pastilah Ma… Alhamdulillah Johar hanya bisa dikalahkan oleh kak Adam” Jawab Johar tersenyum pada Adam dan Mamanya.
            SAYA MENYADARI PART INI SEBENARNYA PERLU DIPERBAIKI LAGIIII… Namun Atas kunjungannya saya ucapkan banyak terimakasih, dan maaf jika kurang memuaskan pembaca L, Oia, Silahkan kirim kritik dan sarannya di kolom komentar baik di facebook maupun di Blog… Jangan Lupa, suka tidak suka tetep Minta Like-nya…. :D hAhAha See You in Mengejar Masa Lalu 09.


Monday 28 January 2013

Sebuah Janji



          Harapan dan kenyataan selalu berjalan beriringan, Namun tak semua harapan bisa menjadi kenyataan. Dua tahun berlalu Aku memutuskan menjadikan mereka yang pernah mengisi hatiku menjadi sahabat sejati, bahkan sebagai saudaraku. Meski salah satu dari mereka masih benar-benar ada ikatan saudara walaupun bukan saudara kandungku.
          Aku masih ingat bagaimana mereka berjanji akan melupakan masalah diantara kami, masalah yang kelam di waktu kuliah dulu. Dan hanya satu orang yang dapat memenuhi janjinya, dia adalah Jimmy. Sebagai seorang sahabat Aku bangga melihatnya bertunangan dengan gadis yang cantik dan sholeha. Aku datang menghadiri acara itu, dan membuatku sedikit iri karena dialah orang pertama diantara kami bertiga yang melaksanakan pertunangan.
          Berbeda dengan sahabatku yang satu lagi, Radit… Aku melihatnya tidak ada perubahan pada dirinya. Setahun setelah kami sepakat akan bersahabat dan berusaha meninggalkan masa kelam, Aku bertemu Radit di depan sebuah penginapan di jember. Radit berdiri memakai kaca mata hitam dan penampilannya sangat berbeda seperti Radit yang kukenal.
          Mungkin dia pikir dengan merubah penampilannya, orang-orang terdekatnya tidak akan ada yang mengenalinya. Aku berbalik arah dan mendekati sosok Radit yang berdiri di depan minimarket Seven Dream. “Radit? Ngapain disini?” tanyaku sambil membuka helemku. “Eh? Abang kok disini?” tanya Radit heran dan sedikit kebingungan. “Aku disini ada urusan dengan kontrakan Budhe, Ada urusan kerja ya? Kok gak ngasih kabar?” Tanyaku pada Radit.
          “Oh, Iya ada urusan pekerjaan disini, mau kemana? boleh ikut?” tanya Radit yang agak kebingungan. “Ikut? Kemana?” Tanyaku heran dengan sikapnya yang agak resah. “Kemana Aja, ke Kontrakan Budhe juga boleh” Radit langsung naik ke boncengan motorku. “Loh? Kamu gimana sih? Katanya ada urusan kerja? Sekarang masih jam 10 siang dan menurutku waktu yang pas untuk Pertemuannya!” Kataku sedikit curiga.
          “Tidak ada perubahan, Kamu masih saja cerewet dan agak sewot! Antar Aku cari makan!” Kata Radit datar. “Yaudah, makan dimana?” tanyaku. “Di warung depan Linggar Jati itu masih ada kan? Langganan kita dulu!” Kata Radit tersenyum. “Masih, tapi Aku malas Antri… Kita makan di jalan Riau aja, sebenarnya Aku mau makan disana!” Jawabku langsung melajukan motor ke warung langgananku di jalan Riau.
          “Mau dimakan disini atau dibungkus?” tanyaku. “Dibungkus Aja dan bawa ke kontrakan Budhe, Ok!” Jawab Radit yang masih melihat sekitar. “Baiklah, Seleramu belum berubah kan?” tanyaku memastikan. “Belum… Apa aja boleh” Radit tersenyum. Setelah makanan dibungkus, Radit menjulurkan uang untuk membayar makanan. “Aku saja yang bayar” Kataku menolak uang Radit. “Pengangguran mau traktir Aku?” Ledek Radit dan berhasil membuatku malu.
          “Pengangguran Sukses kan?” Aku tertawa dan pergi dari warung. “Sampai kapan kamu akan bekerja paruh waktu seperti itu Rom? Aku tahu semua tentang kamu dari kak Ana, kamu butuh pekerjaan kan?” Radit terus mengoceh diatas motorku dan Aku hanya bisa mendengarkannya tanpa merespon apa yang diucapkannya. Aku melajukan motorku menuju Kontrakan Bu dhe, “Ini rumah yang baru dibeli Budhe kamu? Lumayan Juga!” Kata Radit ketika melihat rumah kontrakan.
          “Lumayan Ancur kan?” Kataku tersenyum sambil masuk ke dalam rumah. Di dalam rumah ada beberapa teman yang sedang asyik dengan kegiatannya masing-masing. “Baru pulang kuliah?” Sapaku pada penghuni Kos yang sedang duduk di depan pintu kamarnya. “Iya Mas, panas dan capek” Jawabnya sambil mengipas tubuhnya. “Mereka yang kos disini?” bisik Radit. “Iyalah, Kamu makan pakai sendok atau langsung pake tangan?” Tanyaku pada Radit. “Seperti biasa, Pake sendok!” Radit mencari sendok di dalam kamarku. “Tuh, sendok di rak bawah!” Kataku menunjuk Rak kecil di dalam kamar.
          Ketika kami menyantap makanan kami, berkali-kali ponsel Radit berdering namun dia tidak menggubrisnya. “Hapemu loh!” kataku melihat Radit yang lahap dengan makanannya. “Biarin, Gak penting” jawab Radit sambil berhenti makan. “Kamu makan kayak orang kelaperan aja, Jarang makan ya? Sudah berapa lama kamu gak makan?” Tanyaku heran melihat caranya makan.
          “Kurang ajar, kamu pikir Aku kelaperan? Emang sih kelaperan karena sejak tadi pagi belum makan!” kata Radit sambil tertawa. “Oia, kamu tadi belum menjelaskan kedatanganmu datang ke jember dalam rangka apa, dan kapan tiba di Jember? Bareng siapa dan naik Apa?” Tanyaku pada Radit ketika kami sudah selesai makan. “Profesi jadi wartawan ya? Banyak banget pertanyaannya!” kata Radit sambil mengeluarkan sekotak Rokok.
          “Rokok? Sejak kapan kamu merokok?” tanyaku heran. “Beberapa minggu yang lalu, Laki-laki harus merokok!” jawabnya sambil mengeluarkan sebatang rokok dari kotaknya. “Abang Mau?” Tawarnya sambil meletakan kotak rokok di depanku. Aku meraihnya dan melemparnya ke tempat sampah. “Kamu bisa baca tulisan itu?” Kataku sambil menunjuk tulisan yang tertempel di tembok. “Hehehe, jahat baget!” Jawab Radit yang mengurungkan membakar batang rokoknya.
          “Anda Boleh Saja Merokok Asal Asap Ditelan”Radit membaca tulisan itu berulang kali. “Ditelan ya?” tanya Radit melihatku. “Ya, boleh aja… Tuh ambil lagi sekotak rokokmu di tempat sampah” Jawabku tersenyum. “Masih seperti dulu, anti dengan asap rokok” jawab Radit mematahkan batang rokoknya dan melemparnya ke tempat sampah.
          “Bang, Kenapa sih abang itu gak mau diajak kerja di bali? Ada yang memberatkan disini?” tanya Radit. “Aku masih ingin dekat dengan Mama Dit, kamu tahu kan masalah apa yang menimpa keluargaku?” Jawabku. “Iya… Aku tahu Bang! Tapi itu bukan urusanmu memikirkan semuanya, abang juga berhak untuk bahagia!” jawab Radit ramah. “Entahlah, Aku hanya ingin menghibur mamaku Dit, beliau sering sakit-sakitan dan Aku ingin selalu ada disampingnya!” Jawabku sedikit murung.
          “Terus papa abang gimana? Jarang pulang lagi?” Tanya Radit sedikit penasaran. “Pulang sih, pulang dengan membawa anaknya.” Aku tersenyum. “Yaudah, abang sabar aja! Dia kan adik abang juga toh? Yang penting tante sehat dan semuanya bahagia” Kata radit menyemangati. “Iya, terus bagaimana dengan acara kamu di jember?” tanyaku mengganti topik.
          “Haha, Semua masih terkendali… Yaudah Antar Aku ke Penginapan lagi bang” kata Radit sambil berdiri merapikan bajunya. “Kamu mau meeting dengan pakaian seperti itu? bertemu klien atau bertemu dengan orang spesial nih?” Ledekku. “Jangan buruk sangka dulu, Aku akan ganti baju dipenginapan nanti!” Jawabnya datar. “Ngambek? Dasar gak ada perubahan!” kataku mentowel pipinya. Radit pun tersenyum dan sedikit memamerkan susunan giginya.
          “Yaudah, Ayo cepat, semakin panas semakin tidak baik untukku!” kataku pada Radit ambil keluar dari kamar. Radit mengikutiku dan langsung menuju Halaman depan rumah. “Mau pergi lagi mas?” Tanya penghuni kos lain. “Iya dek, nganter temen ke Seven Dream” jawabku ramah. Ketika di halaman, kulihat radit sedang menelfon seseorang dan ketika Aku mendekatinya dia langsung mematikan ponselnya.
          “Klien?” selidikku sambil menaiki motor. “Iya” jawabnya datar dan langsung naik dibelakangku. Perlahan Aku melajukan motorku dan diperjalanan Radit menayakan tentang mantanku yang tak jauh dari kontrakan. “Oia, kemarin cewek di foto facebook itu kos dimana? Yang cantik itu loh!” kata Radit. “Yang sudah putus itu kan? Gak jauh kok di depan sana!” jawabku sambil tertawa. “Hah? Putus lagi? sok laku aja mutusin cewek secantik dia!” Ledek radit mendengar Aku sudah putus dengan Pacarku.
          “Kamu mau? Dia maunya sama orang kaya Dit, cocok dengan kamu!” Jawabku sambil tertawa. “Masalahnya dia mau nggak ya?” jawab Radit dengan nada bercanda. “Kamunya yang gak mau Dit, dia kan cantik bukan ganteng” kataku dan berhasil membuatnya terdiam. “Dit, kok diam?” tanyaku dan dia masih diam. Hingga Akhirnya Aku berhenti di depan Pos Satpam Seven Dream. “Maaf kalau Aku salah bicara, Oia kapan pulang? Kalau nanti malam masih ada di jember kita jalan-jalan yuk!” ajakku dan berhasil membuatnya tersenyum lagi.
          “Beneran? Awas kalau bo’ong!” jawab Radit sambil tersenyum bahagia. Namun tiba-tiba wajahnya menjadi sedikit kebingungan ketika melihat mobil biru mendekatinya. “Ini mobil kamu kan?” tanyaku pada Radit. “Iya…” Jawabnya Ragu. Pintu mobil terbuka dan keluarlah sosok laki-laki yang tingginya hampir sama dengan Radit. Laki-laki itu memandangku dengan heran dan mendekati Radit yang berdiri canggung.
          “Temen kamu Dit?” Tanya pemuda itu. “Emm… Ini Abangku Yog” kata Radit ragu. Aku sudah dapat menagkap situasi diantara mereka, Aku bisa menebak dengan mendengar Radit berbicara. Laki-laki itu memliki hubungan khusus dengan Radit, Dan Aku hanya tersenyum melihat tingkah Radit yang sedikit gagu di depanku. “Hai, Romy” Kataku menjulurkan tangan pasa pemuda bernama Yoga. Yoga terlihat ramah dan meraih tanganku untuk berjabat tangan.
          “Dari bali juga?” tanyaku langsung pada Yoga. “Enggak, Aku tinggal di jember mas!” jawabnya ramah. “Mas sendiri asli jember?” Tanya Yoga. “Ya, Aku tinggal di sekitar jalan Kalimantan” jawabku datar. “Yaudah Dit, Aku mau pergi dulu… Sudah siang dan semakin panas!” kataku sambil memakai helmku. “Loh, kok buru-buru mas? Gak masuk dulu?” kata Yoga menawarkan diri. Aku kembali membuka helmku dan sedikit heran mendengar tawaran dari Yoga. “Kamu juga nginap di sini?” kataku heran. “Iya, kenapa heran gitu mas?” tanya Yoga penuh selidik.
          “Ah, tidak apa-apa, Yaudah kalau tawaran tadi masih berlaku Aku mau masuk kedalam, karena sebelumnya Aku juga belum pernah masuk ke tempat ini” jawabku sambil tersenyum. Kulihat wajah Radit semkin kebingungan, Aku tahu mimik wajah itu dia berusaha menyembunyikan sesuatu dariku. Aku tidak mempermasalahkan kalau pun benar apa yang ada dalam pikiranku, karena Radit adalah masa laluku yang harus dibuang jauh-jauh. Bukan sosoknya yang dibuang tapi kenangan bersamanya dulu.
          Di dalam kamar penginapan, Yoga banyak cerita tentang dirinya. Dia adalah seorang penyiar salah satu staiun Radio di kota jember. “Oh, jadi kamu seorang penyiar? Pantesan suaranya sangat ramah!” kataku tertawa. “Mas sendiri kerja apa?” tanya Yoga. “Aku seorang pengangguran.” Jawabku tersenyum dan berhasil membuat Yoga heran. “Jangan bercanda mas, gak mungkin pengangguran” Kata Yoga tersenyum ke arahku. “Loh, tanyakan saja ke Radit, kerjaku Apa… Karena dia banyak tahu tentang diriku” Kataku melihat Radit yang sedang hanyut dalam lamunannya.
          “Eh, gimana?” tanya Radit. “Kamu kenapa Dit? Kok melamun terus?” Kata Yoga sangat ramah dan penuh perhatian. Aku tersenyum mendegar Yoga seperti itu, dan berhasil membuat Radit salah tingkah. “Oia, kalian sudah lama berhubungan?” tanyaku langsung pada pokok permasalahan. “Hubungan apa ya?” tanya Yoga sedikit kikuk. “Yah, Hubungan… Bisa bertemanan atau apalah” Kataku sambil memakan kacang yang mulai tadi dicampakan oleh kami bertiga. “Ok, kami baru bertemu hari ini, dan sebelumnya kami berkenalan di facebook!” Jawab Radit cepat.
          “Dit?” Yoga memandang Radit. “Sudah Yog, jangan ditutupi lagi… Abang sudah tahu tentang diriku dan Aku tidak bisa menyembunyikannya” Kata Radit pasrah. “Ya ya ya… Baguslah kalau begitu, jadi intinya kamu tadi bohong kan? Hmmm… Katanya ada urusan kerja ternyata liburan ke jember!” Aku mencibir Radit. “Eh mas, Yang sopan dong ngomongnya!” Kata Yoga yang tak suka dengan apa yang kukatakan ke Radit. “Eh, Maaf ya Yog! Aku disini bukan menjadi penyakit diantara kalian, Aku kesini karena tadi undanganmu untuk masuk dan sebelumnya Aku mengantar Radit ke tempat ini” jawabku santai.
          “Iya, tapi kamu seperti memojokan Radit” jawabnya Ketus. “Memojokan? Dit, bagian mana kalimatku yang memojokan kamu? Gak ada kan? Yaudah daripada semakin ribut mending Aku pamit pergi dari sini, oia Kacangnya enak loh terimaksih kacangnya ya!” Aku tersenyum dan langsung keluar dari kamar itu. “Bang… Maaf ya bang!” Kata Radit mengejarku. “Santai aja Dit, Kamu jalanilah kehidupanmu, sesuai apa yang kamu katakan tadi, kamu berhak untuk behagia kan? Gak usah malu-malu gitu sepertinya Yoga itu baik kok” jawabku dan langsung pamit untuk kembali ke kontrakan.
          Di kontrakan Aku tersenyum sendiri mengingat apa yang terjadi beberapa menit yang lalu. Aku tahu Radit pasti malu mengakuinya bahwa dia sekarang masih sama seperti dulu, berhubungan dekat dengan laki-laki dan melakukan hal yang dilakukan oleh dua laki-laki pencinta sejenis. Aku juga mengingat pernyataannya dua tahun yang lalu yang berjanji akan berubah dan menjalani kehidupan sesuai kodrat laki-laki. Aku tahu itu berat, Aku pun juga sedang berusaha dan mengindari hal-hal seperti itu.
          Beratnya untuk berubah menjadi lebih baik pasti juga dirasakan Radit, namun dia tidak terlalu kuat menahan godaan yang semakin besar. Bukan urusanku lagi mengenai kehidupannya, itulah yang dia pilih dan dia sadar memilihnya. Mengingat kejadian dua tahun yang lalu juga ada sosok Jimmy yang selalu membuatku bersemangat. Dia seutuhnya berhasil menjahui dunia pelangi ini, dunia yang tidak banyak orang memahaminya.
Pertunangannya dengan gadis cantik di kota malang merupakan cara tercepat baginya untuk menjauh dari kehidupan dunia pelangi, Aku banyak belajar pada dirinya, dan dia tidak bosan-bosannya menasehatiku untuk menjauhi dari dunia itu. Namun, Aku punya cara tersendiri, cara yang masih kugunakan hingga saat ini. Tidak terasa waktu begitu cepat ketika memikirkan dua sahabatku, sahabat yang memberi warana dalam kehidupanku dan ketika jam dinding menujukan pukul 17:00 WIB, Radit menghubungiku via sms, mengingatkan akan tawaranku untuk jalan-jalan.
Ingat janjinya ya! Jalan-jalan nanti malam” Sms dari Radit. “Jalan-jalannya dipending dulu Dit, kamu bisa jalan dengan Yoga kan?” jawabku. “Nggak, Waktuku sudah selesai dengan Yoga!” Jawab Radit. “Maaf Dit, Aku masih trauma dengan masalah yang dulu. Hehehe” jawabku. “Aku tidak mau tahu, pokonya nanti malam pokoknya harus jadi!” Jawab Radit. “Lihat saja nanti” jawabku.
Malam pun tiba, Tanpa mengkonfirmasi radit datang ke kontrakan dengan mobilnya. “Mau kemana?” tanyaku pada Radit. “Loh? Yang tadi ngajak siapa?” Jawabnya kesal. “Hemmm… Yaudah, kamu taruh mobil kamu di halaman dan kita naik motor aja Dit” Saranku dan Aku pun masuk kedalam kamar mengambil kunci motor. Ketika Radit keluar dari mobilnya setelah memarkir mobilnya, Aku memberikannya helm dan mengajaknya keluar untuk makan malam.
“Mungkin kamu kangen dengan suasana ini, masih ingat kan jalan ini?” kataku di perjalanan menuju tempat yang Aku tuju. “Bukit rembangan?” tebak Radit. “Haha, iya lama Aku tidak makan nasi goreng disana!” jawabku sambil terus melajukan motor ke bungkit rembangan. Tepat di depan kelurahan kemuning Lor Aku menghentikan motorku memilih warung yang memliki penerangan yang cukup. “Kalau sama kamu di warung ini, kalau sama cewek baru yang disana” kataku menunjuk deretan warung yang memiliki penerangan yang minim. “Hahaha, bisa aja! Jadi inget masa lalu” kata Radit tersenyum sendiri. “Jangan berfikiran macem-macem” kataku sambil menimpuk kepala radit dengan sapu lengan jaketku.
Di warung itu, Aku banyak bertanya tentang hubungan radit dengan Yoga, radit mengaku kalau Yoga adalah kenalannya dan tidak ada hubungan diantara mereka dan hanya saling kenal dan akrab saja. “Iya, saling kenal dan akrab artinya berbeda kan?” Aku memandang Radit sambil tersenyum. “Aku manusia Bang, Manusia hanya bisa berusaha dan Tuhan yang menentukan” jawab Radit.
“Iya, itu pilihanmu kok! Aku tidak ada hak untuk ikut campur dalam kehidupanmu” Aku memandang ke arah gemerlap lampu kota jember dari atas bukit. “Aku masih butuh waktu, butuh waktu untuk bertahan dan bersabar, belajar mengendalikan diri dan mencoba menjalin hubungan dengan seorang perempuan” Kata Radit sambil meminum teh hangat yang dihidangkan.
“Bisa, suatu saat nanti kamu pasti bisa menjauh dan menahan keinginan itu” jawabku meyakinkannya. “Pastilah, tapi kapan Aku tidak tahu, yang jelas saat ini Aku masih bimbang, bimbang dengan kehidupanku yang setiap waktu selalu menambah Dosa” jawab Radit terdengar pasrah. “manusia tidak ada yang sempurna dan sudah ditakdirkan melakukan kesalahan, namun bagaimana cara kita mengurangi kesalahan itu dan jangan lupa untuk bermunajat kepadaNya agar diberi kemudahan untuk mengatasi masalah yang ada” jawabku yang kuusahakan terdengar sangat ramah.
Ketika dua porsi nasi goreng datang dan dihidangkan Radit mengucapkan kata-kata yang membuatku sangat senang mendengarnya. “Aku masih ingat dengan Janji Kita bang, Suatu saat Aku akan menepatinya, Janji yang pernah kita ikrarkan bersama dulu” Kata Radit tersenyum dan langsung melahap nasi gorengnya. “Aku juga masih ingat dengan Janji kita bertiga dulu, suatu saat nanti kita akan berkumpul lagi dengan janji baru setelah semua diantara kita menjalankan janji yang pernah kita sepakati” Aku pun melahap nasi gorengku.
“::SEKIAN::”

Cerita ini Hnyalah Karangan Fiktif dan murni imajinasi penulis… jadi kalau ada kesamaan nama, tempat dan kejadian itu hanya ketidak sengajaan. Likenya dong… Hehehe