Harapan
dan kenyataan selalu berjalan beriringan, Namun tak semua harapan bisa menjadi
kenyataan. Dua tahun berlalu Aku memutuskan menjadikan mereka yang pernah mengisi
hatiku menjadi sahabat sejati, bahkan sebagai saudaraku. Meski salah satu dari
mereka masih benar-benar ada ikatan saudara walaupun bukan saudara kandungku.
Aku
masih ingat bagaimana mereka berjanji akan melupakan masalah diantara kami,
masalah yang kelam di waktu kuliah dulu. Dan hanya satu orang yang dapat
memenuhi janjinya, dia adalah Jimmy. Sebagai seorang sahabat Aku bangga
melihatnya bertunangan dengan gadis yang cantik dan sholeha. Aku datang
menghadiri acara itu, dan membuatku sedikit iri karena dialah orang pertama
diantara kami bertiga yang melaksanakan pertunangan.
Berbeda
dengan sahabatku yang satu lagi, Radit… Aku melihatnya tidak ada perubahan pada
dirinya. Setahun setelah kami sepakat akan bersahabat dan berusaha meninggalkan
masa kelam, Aku bertemu Radit di depan sebuah penginapan di jember. Radit
berdiri memakai kaca mata hitam dan penampilannya sangat berbeda seperti Radit
yang kukenal.
Mungkin
dia pikir dengan merubah penampilannya, orang-orang terdekatnya tidak akan ada
yang mengenalinya. Aku berbalik arah dan mendekati sosok Radit yang berdiri di
depan minimarket Seven Dream. “Radit? Ngapain disini?” tanyaku sambil membuka
helemku. “Eh? Abang kok disini?” tanya Radit heran dan sedikit kebingungan. “Aku
disini ada urusan dengan kontrakan Budhe, Ada urusan kerja ya? Kok gak ngasih
kabar?” Tanyaku pada Radit.
“Oh,
Iya ada urusan pekerjaan disini, mau kemana? boleh ikut?” tanya Radit yang agak
kebingungan. “Ikut? Kemana?” Tanyaku heran dengan sikapnya yang agak resah. “Kemana
Aja, ke Kontrakan Budhe juga boleh” Radit langsung naik ke boncengan motorku. “Loh?
Kamu gimana sih? Katanya ada urusan kerja? Sekarang masih jam 10 siang dan
menurutku waktu yang pas untuk Pertemuannya!” Kataku sedikit curiga.
“Tidak
ada perubahan, Kamu masih saja cerewet dan agak sewot! Antar Aku cari makan!”
Kata Radit datar. “Yaudah, makan dimana?” tanyaku. “Di warung depan Linggar
Jati itu masih ada kan? Langganan kita dulu!” Kata Radit tersenyum. “Masih, tapi
Aku malas Antri… Kita makan di jalan Riau aja, sebenarnya Aku mau makan disana!”
Jawabku langsung melajukan motor ke warung langgananku di jalan Riau.
“Mau
dimakan disini atau dibungkus?” tanyaku. “Dibungkus Aja dan bawa ke kontrakan
Budhe, Ok!” Jawab Radit yang masih melihat sekitar. “Baiklah, Seleramu belum
berubah kan?” tanyaku memastikan. “Belum… Apa aja boleh” Radit tersenyum.
Setelah makanan dibungkus, Radit menjulurkan uang untuk membayar makanan. “Aku
saja yang bayar” Kataku menolak uang Radit. “Pengangguran mau traktir Aku?”
Ledek Radit dan berhasil membuatku malu.
“Pengangguran
Sukses kan?” Aku tertawa dan pergi dari warung. “Sampai kapan kamu akan bekerja
paruh waktu seperti itu Rom? Aku tahu semua tentang kamu dari kak Ana, kamu
butuh pekerjaan kan?” Radit terus mengoceh diatas motorku dan Aku hanya bisa
mendengarkannya tanpa merespon apa yang diucapkannya. Aku melajukan motorku
menuju Kontrakan Bu dhe, “Ini rumah yang baru dibeli Budhe kamu? Lumayan Juga!”
Kata Radit ketika melihat rumah kontrakan.
“Lumayan
Ancur kan?” Kataku tersenyum sambil masuk ke dalam rumah. Di dalam rumah ada
beberapa teman yang sedang asyik dengan kegiatannya masing-masing. “Baru pulang
kuliah?” Sapaku pada penghuni Kos yang sedang duduk di depan pintu kamarnya. “Iya
Mas, panas dan capek” Jawabnya sambil mengipas tubuhnya. “Mereka yang kos
disini?” bisik Radit. “Iyalah, Kamu makan pakai sendok atau langsung pake
tangan?” Tanyaku pada Radit. “Seperti biasa, Pake sendok!” Radit mencari sendok
di dalam kamarku. “Tuh, sendok di rak bawah!” Kataku menunjuk Rak kecil di
dalam kamar.
Ketika
kami menyantap makanan kami, berkali-kali ponsel Radit berdering namun dia
tidak menggubrisnya. “Hapemu loh!” kataku melihat Radit yang lahap dengan
makanannya. “Biarin, Gak penting” jawab Radit sambil berhenti makan. “Kamu
makan kayak orang kelaperan aja, Jarang makan ya? Sudah berapa lama kamu gak
makan?” Tanyaku heran melihat caranya makan.
“Kurang
ajar, kamu pikir Aku kelaperan? Emang sih kelaperan karena sejak tadi pagi
belum makan!” kata Radit sambil tertawa. “Oia, kamu tadi belum menjelaskan
kedatanganmu datang ke jember dalam rangka apa, dan kapan tiba di Jember? Bareng
siapa dan naik Apa?” Tanyaku pada Radit ketika kami sudah selesai makan. “Profesi
jadi wartawan ya? Banyak banget pertanyaannya!” kata Radit sambil mengeluarkan
sekotak Rokok.
“Rokok?
Sejak kapan kamu merokok?” tanyaku heran. “Beberapa minggu yang lalu, Laki-laki
harus merokok!” jawabnya sambil mengeluarkan sebatang rokok dari kotaknya. “Abang
Mau?” Tawarnya sambil meletakan kotak rokok di depanku. Aku meraihnya dan
melemparnya ke tempat sampah. “Kamu bisa baca tulisan itu?” Kataku sambil
menunjuk tulisan yang tertempel di tembok. “Hehehe, jahat baget!” Jawab Radit
yang mengurungkan membakar batang rokoknya.
“Anda Boleh Saja Merokok Asal Asap Ditelan”Radit
membaca tulisan itu berulang kali. “Ditelan ya?” tanya Radit melihatku. “Ya,
boleh aja… Tuh ambil lagi sekotak rokokmu di tempat sampah” Jawabku tersenyum. “Masih
seperti dulu, anti dengan asap rokok” jawab Radit mematahkan batang rokoknya
dan melemparnya ke tempat sampah.
“Bang,
Kenapa sih abang itu gak mau diajak kerja di bali? Ada yang memberatkan disini?”
tanya Radit. “Aku masih ingin dekat dengan Mama Dit, kamu tahu kan masalah apa
yang menimpa keluargaku?” Jawabku. “Iya… Aku tahu Bang! Tapi itu bukan urusanmu
memikirkan semuanya, abang juga berhak untuk bahagia!” jawab Radit ramah. “Entahlah,
Aku hanya ingin menghibur mamaku Dit, beliau sering sakit-sakitan dan Aku ingin
selalu ada disampingnya!” Jawabku sedikit murung.
“Terus
papa abang gimana? Jarang pulang lagi?” Tanya Radit sedikit penasaran. “Pulang
sih, pulang dengan membawa anaknya.” Aku tersenyum. “Yaudah, abang sabar aja! Dia
kan adik abang juga toh? Yang penting tante sehat dan semuanya bahagia” Kata
radit menyemangati. “Iya, terus bagaimana dengan acara kamu di jember?” tanyaku
mengganti topik.
“Haha,
Semua masih terkendali… Yaudah Antar Aku ke Penginapan lagi bang” kata Radit
sambil berdiri merapikan bajunya. “Kamu mau meeting dengan pakaian seperti itu?
bertemu klien atau bertemu dengan orang spesial nih?” Ledekku. “Jangan buruk
sangka dulu, Aku akan ganti baju dipenginapan nanti!” Jawabnya datar. “Ngambek?
Dasar gak ada perubahan!” kataku mentowel pipinya. Radit pun tersenyum dan
sedikit memamerkan susunan giginya.
“Yaudah,
Ayo cepat, semakin panas semakin tidak baik untukku!” kataku pada Radit ambil
keluar dari kamar. Radit mengikutiku dan langsung menuju Halaman depan rumah. “Mau
pergi lagi mas?” Tanya penghuni kos lain. “Iya dek, nganter temen ke Seven
Dream” jawabku ramah. Ketika di halaman, kulihat radit sedang menelfon
seseorang dan ketika Aku mendekatinya dia langsung mematikan ponselnya.
“Klien?”
selidikku sambil menaiki motor. “Iya” jawabnya datar dan langsung naik
dibelakangku. Perlahan Aku melajukan motorku dan diperjalanan Radit menayakan
tentang mantanku yang tak jauh dari kontrakan. “Oia, kemarin cewek di foto
facebook itu kos dimana? Yang cantik itu loh!” kata Radit. “Yang sudah putus
itu kan? Gak jauh kok di depan sana!” jawabku sambil tertawa. “Hah? Putus lagi?
sok laku aja mutusin cewek secantik dia!” Ledek radit mendengar Aku sudah putus
dengan Pacarku.
“Kamu
mau? Dia maunya sama orang kaya Dit, cocok dengan kamu!” Jawabku sambil
tertawa. “Masalahnya dia mau nggak ya?” jawab Radit dengan nada bercanda. “Kamunya
yang gak mau Dit, dia kan cantik bukan ganteng” kataku dan berhasil membuatnya
terdiam. “Dit, kok diam?” tanyaku dan dia masih diam. Hingga Akhirnya Aku
berhenti di depan Pos Satpam Seven Dream. “Maaf kalau Aku salah bicara, Oia
kapan pulang? Kalau nanti malam masih ada di jember kita jalan-jalan yuk!”
ajakku dan berhasil membuatnya tersenyum lagi.
“Beneran?
Awas kalau bo’ong!” jawab Radit sambil tersenyum bahagia. Namun tiba-tiba
wajahnya menjadi sedikit kebingungan ketika melihat mobil biru mendekatinya. “Ini
mobil kamu kan?” tanyaku pada Radit. “Iya…” Jawabnya Ragu. Pintu mobil terbuka
dan keluarlah sosok laki-laki yang tingginya hampir sama dengan Radit.
Laki-laki itu memandangku dengan heran dan mendekati Radit yang berdiri
canggung.
“Temen
kamu Dit?” Tanya pemuda itu. “Emm… Ini Abangku Yog” kata Radit ragu. Aku sudah
dapat menagkap situasi diantara mereka, Aku bisa menebak dengan mendengar Radit
berbicara. Laki-laki itu memliki hubungan khusus dengan Radit, Dan Aku hanya
tersenyum melihat tingkah Radit yang sedikit gagu di depanku. “Hai, Romy”
Kataku menjulurkan tangan pasa pemuda bernama Yoga. Yoga terlihat ramah dan
meraih tanganku untuk berjabat tangan.
“Dari
bali juga?” tanyaku langsung pada Yoga. “Enggak, Aku tinggal di jember mas!”
jawabnya ramah. “Mas sendiri asli jember?” Tanya Yoga. “Ya, Aku tinggal di
sekitar jalan Kalimantan” jawabku datar. “Yaudah Dit, Aku mau pergi dulu… Sudah
siang dan semakin panas!” kataku sambil memakai helmku. “Loh, kok buru-buru
mas? Gak masuk dulu?” kata Yoga menawarkan diri. Aku kembali membuka helmku dan
sedikit heran mendengar tawaran dari Yoga. “Kamu juga nginap di sini?” kataku
heran. “Iya, kenapa heran gitu mas?” tanya Yoga penuh selidik.
“Ah,
tidak apa-apa, Yaudah kalau tawaran tadi masih berlaku Aku mau masuk kedalam,
karena sebelumnya Aku juga belum pernah masuk ke tempat ini” jawabku sambil
tersenyum. Kulihat wajah Radit semkin kebingungan, Aku tahu mimik wajah itu dia
berusaha menyembunyikan sesuatu dariku. Aku tidak mempermasalahkan kalau pun
benar apa yang ada dalam pikiranku, karena Radit adalah masa laluku yang harus
dibuang jauh-jauh. Bukan sosoknya yang dibuang tapi kenangan bersamanya dulu.
Di dalam
kamar penginapan, Yoga banyak cerita tentang dirinya. Dia adalah seorang
penyiar salah satu staiun Radio di kota jember. “Oh, jadi kamu seorang penyiar?
Pantesan suaranya sangat ramah!” kataku tertawa. “Mas sendiri kerja apa?” tanya
Yoga. “Aku seorang pengangguran.” Jawabku tersenyum dan berhasil membuat Yoga
heran. “Jangan bercanda mas, gak mungkin pengangguran” Kata Yoga tersenyum ke
arahku. “Loh, tanyakan saja ke Radit, kerjaku Apa… Karena dia banyak tahu
tentang diriku” Kataku melihat Radit yang sedang hanyut dalam lamunannya.
“Eh,
gimana?” tanya Radit. “Kamu kenapa Dit? Kok melamun terus?” Kata Yoga sangat
ramah dan penuh perhatian. Aku tersenyum mendegar Yoga seperti itu, dan
berhasil membuat Radit salah tingkah. “Oia, kalian sudah lama berhubungan?”
tanyaku langsung pada pokok permasalahan. “Hubungan apa ya?” tanya Yoga sedikit
kikuk. “Yah, Hubungan… Bisa bertemanan atau apalah” Kataku sambil memakan
kacang yang mulai tadi dicampakan oleh kami bertiga. “Ok, kami baru bertemu
hari ini, dan sebelumnya kami berkenalan di facebook!” Jawab Radit cepat.
“Dit?”
Yoga memandang Radit. “Sudah Yog, jangan ditutupi lagi… Abang sudah tahu
tentang diriku dan Aku tidak bisa menyembunyikannya” Kata Radit pasrah. “Ya ya
ya… Baguslah kalau begitu, jadi intinya kamu tadi bohong kan? Hmmm… Katanya ada
urusan kerja ternyata liburan ke jember!” Aku mencibir Radit. “Eh mas, Yang
sopan dong ngomongnya!” Kata Yoga yang tak suka dengan apa yang kukatakan ke
Radit. “Eh, Maaf ya Yog! Aku disini bukan menjadi penyakit diantara kalian, Aku
kesini karena tadi undanganmu untuk masuk dan sebelumnya Aku mengantar Radit ke
tempat ini” jawabku santai.
“Iya,
tapi kamu seperti memojokan Radit” jawabnya Ketus. “Memojokan? Dit, bagian mana
kalimatku yang memojokan kamu? Gak ada kan? Yaudah daripada semakin ribut
mending Aku pamit pergi dari sini, oia Kacangnya enak loh terimaksih kacangnya
ya!” Aku tersenyum dan langsung keluar dari kamar itu. “Bang… Maaf ya bang!”
Kata Radit mengejarku. “Santai aja Dit, Kamu jalanilah kehidupanmu, sesuai apa
yang kamu katakan tadi, kamu berhak untuk behagia kan? Gak usah malu-malu gitu
sepertinya Yoga itu baik kok” jawabku dan langsung pamit untuk kembali ke
kontrakan.
Di
kontrakan Aku tersenyum sendiri mengingat apa yang terjadi beberapa menit yang
lalu. Aku tahu Radit pasti malu mengakuinya bahwa dia sekarang masih sama
seperti dulu, berhubungan dekat dengan laki-laki dan melakukan hal yang
dilakukan oleh dua laki-laki pencinta sejenis. Aku juga mengingat pernyataannya
dua tahun yang lalu yang berjanji akan berubah dan menjalani kehidupan sesuai
kodrat laki-laki. Aku tahu itu berat, Aku pun juga sedang berusaha dan
mengindari hal-hal seperti itu.
Beratnya
untuk berubah menjadi lebih baik pasti juga dirasakan Radit, namun dia tidak
terlalu kuat menahan godaan yang semakin besar. Bukan urusanku lagi mengenai
kehidupannya, itulah yang dia pilih dan dia sadar memilihnya. Mengingat
kejadian dua tahun yang lalu juga ada sosok Jimmy yang selalu membuatku
bersemangat. Dia seutuhnya berhasil menjahui dunia pelangi ini, dunia yang
tidak banyak orang memahaminya.
Pertunangannya dengan gadis
cantik di kota malang merupakan cara tercepat baginya untuk menjauh dari
kehidupan dunia pelangi, Aku banyak belajar pada dirinya, dan dia tidak
bosan-bosannya menasehatiku untuk menjauhi dari dunia itu. Namun, Aku punya
cara tersendiri, cara yang masih kugunakan hingga saat ini. Tidak terasa waktu
begitu cepat ketika memikirkan dua sahabatku, sahabat yang memberi warana dalam
kehidupanku dan ketika jam dinding menujukan pukul 17:00 WIB, Radit
menghubungiku via sms, mengingatkan akan tawaranku untuk jalan-jalan.
“Ingat janjinya ya! Jalan-jalan nanti malam” Sms dari Radit. “Jalan-jalannya dipending dulu Dit, kamu bisa
jalan dengan Yoga kan?” jawabku. “Nggak,
Waktuku sudah selesai dengan Yoga!” Jawab Radit. “Maaf Dit, Aku masih trauma dengan masalah yang dulu. Hehehe”
jawabku. “Aku tidak mau tahu, pokonya
nanti malam pokoknya harus jadi!” Jawab Radit. “Lihat saja nanti” jawabku.
Malam pun tiba, Tanpa
mengkonfirmasi radit datang ke kontrakan dengan mobilnya. “Mau kemana?” tanyaku
pada Radit. “Loh? Yang tadi ngajak siapa?” Jawabnya kesal. “Hemmm… Yaudah, kamu
taruh mobil kamu di halaman dan kita naik motor aja Dit” Saranku dan Aku pun
masuk kedalam kamar mengambil kunci motor. Ketika Radit keluar dari mobilnya
setelah memarkir mobilnya, Aku memberikannya helm dan mengajaknya keluar untuk
makan malam.
“Mungkin kamu kangen dengan
suasana ini, masih ingat kan jalan ini?” kataku di perjalanan menuju tempat
yang Aku tuju. “Bukit rembangan?” tebak Radit. “Haha, iya lama Aku tidak makan
nasi goreng disana!” jawabku sambil terus melajukan motor ke bungkit rembangan.
Tepat di depan kelurahan kemuning Lor Aku menghentikan motorku memilih warung
yang memliki penerangan yang cukup. “Kalau sama kamu di warung ini, kalau sama
cewek baru yang disana” kataku menunjuk deretan warung yang memiliki penerangan
yang minim. “Hahaha, bisa aja! Jadi inget masa lalu” kata Radit tersenyum
sendiri. “Jangan berfikiran macem-macem” kataku sambil menimpuk kepala radit
dengan sapu lengan jaketku.
Di warung itu, Aku banyak
bertanya tentang hubungan radit dengan Yoga, radit mengaku kalau Yoga adalah
kenalannya dan tidak ada hubungan diantara mereka dan hanya saling kenal dan
akrab saja. “Iya, saling kenal dan akrab artinya berbeda kan?” Aku memandang
Radit sambil tersenyum. “Aku manusia Bang, Manusia hanya bisa berusaha dan
Tuhan yang menentukan” jawab Radit.
“Iya, itu pilihanmu kok! Aku
tidak ada hak untuk ikut campur dalam kehidupanmu” Aku memandang ke arah gemerlap
lampu kota jember dari atas bukit. “Aku masih butuh waktu, butuh waktu untuk
bertahan dan bersabar, belajar mengendalikan diri dan mencoba menjalin hubungan
dengan seorang perempuan” Kata Radit sambil meminum teh hangat yang
dihidangkan.
“Bisa, suatu saat nanti kamu
pasti bisa menjauh dan menahan keinginan itu” jawabku meyakinkannya. “Pastilah,
tapi kapan Aku tidak tahu, yang jelas saat ini Aku masih bimbang, bimbang
dengan kehidupanku yang setiap waktu selalu menambah Dosa” jawab Radit
terdengar pasrah. “manusia tidak ada yang sempurna dan sudah ditakdirkan
melakukan kesalahan, namun bagaimana cara kita mengurangi kesalahan itu dan
jangan lupa untuk bermunajat kepadaNya agar diberi kemudahan untuk mengatasi
masalah yang ada” jawabku yang kuusahakan terdengar sangat ramah.
Ketika dua porsi nasi goreng
datang dan dihidangkan Radit mengucapkan kata-kata yang membuatku sangat senang
mendengarnya. “Aku masih ingat dengan Janji Kita bang, Suatu saat Aku akan
menepatinya, Janji yang pernah kita ikrarkan bersama dulu” Kata Radit tersenyum
dan langsung melahap nasi gorengnya. “Aku juga masih ingat dengan Janji kita
bertiga dulu, suatu saat nanti kita akan berkumpul lagi dengan janji baru
setelah semua diantara kita menjalankan janji yang pernah kita sepakati” Aku
pun melahap nasi gorengku.
“::SEKIAN::”
Cerita ini Hnyalah Karangan Fiktif dan murni imajinasi
penulis… jadi kalau ada kesamaan nama, tempat dan kejadian itu hanya ketidak
sengajaan. Likenya dong… Hehehe
Kl g'slh Q prnh baca crita ini, mksdnya nama2 tkohny sma. tp lpa dmn. oia, klo mmng bnrn ada mnta linknya donk, cz Q pngn bca lg. :)
ReplyDeleteGak salah :) Coba kamu baca ini http://rayrowling.blogspot.com/2013/01/cinta-dan-lain-lain.html semua yang kamu maksud itu ada kok, Oia kalau pake anymous kasih nama donk... nih teman facebook bukan?
DeleteWiech ... Ray Rowling itu Kamu .. Waaah Pantes Aja JCS Sepi .. Pada Bikin Rumah Sendiri .. Hahaha .. Tetep Ceritamu .. Kereeen .. :D
ReplyDeleteHahaha... Sebenarnya kangen dengan JCS, Kalau tuan rumah sudah tidak peduli bagaimana kita para tamu mau peduli juga??? Yah lebih baik buat rumah sendiri :D hehehe
DeleteOia, thans Kuchiki :)
Iye bener .. Bang Tommy Ngilang Kemana Lagi ... Pusing nich .. Pada Update Cerita Tuh .. Jyaaaah ini harus bertamu kerumah Masing" .. Bolak Balik .. :D ..
ReplyDeletengilang masuk ke botol :D hahaha.... Yah yang sabar ajalah, siapa tahu tuan rumah ada yang baik hati dan bagi-bagi rezeki... :P
DeleteCeritanya sepertinya sebagian besar real(*plak dasar sok tau). Oh ya mon fbx si radit yg lama dah nggak aktif lagi ya? Coz tiba2 ngilang gitu aja. Dan buat Jimmy selamat ya karena kamu dah menemukan tambatan hatimu semoga kamu akan bahagia bersama pasanganmu dan aq akan berusaha agar aq bisa mengikuti jejakmu berjalan di jalan yg lurus sesuai kodratku sebagai laki2 dan keluar dari fatamorgana dunia pelangi. Amin!
ReplyDeleteHahaha, ih bung adnik sok tahu nih... Tuh sudah jelas hanya karangan Fiktif belaka loh :D Maaf radit yang andik maksud siapa ya??? gak kenal :D
DeleteHahahahhaks!!! *Romeo ngeles
ReplyDeleteOrg tua insyap itu biasa, tpi klo anak muda itu luar biasa... Moga snantiasa diberikan kmantapan hati atas nawaitu nya yah, hehehe
Jadi pebasaran sma Romy, pengen ktemu n nyium pipinya, hahahahaks...
Idans
heeeei.... :D romy itu hanya fiktif dan tak ada di dunia nyata... :D
DeleteHmmm akhirnya nongol jga komenku... Dri kmren ga bisa2..
ReplyDeleteTernyata mang emailq yg brmasalah.. Ada yg ngobrak-ngabrik
*Lupakan
Hahahaha ... Botolnya Si Zacky .. Pada Ramah Semua .. Masalahnya .. Ane Kaga Tau Alamat Rumahnya .. #plak
ReplyDeleteNayaka Udah .. Kamu Udah .. Turn Lagi Nyari .. Yg laen Kaga Tau .. :D
hem... Yang lain pada ngumpul di nayaka loh. Aku gak kesana karena Aku kurang berkompeten di blog naya, soalnya di blog nayaka itu orangnya Pinter-pinter... :( bukan lingkunganku yang nulis asal ngetik :D
Deletekok kyk pernah bc cerita yg tokohnya sama ya ? Judulnya kalo ga salah pake kata kos sama jimmy n set place juga jember, bener ga ya ray ?
ReplyDeletehai... hallo....
ReplyDeletesalam kenal buat seluruh GAY / BISEX indonesia.
saya 24tahun. bot.
sedang ingin punya BF yg bisa diajak setia.
kriteria :
- usia dibawah 30th.
- berpenampilan menarik
- wajib Manly, straight & jantan, tidak ada potongan feminim / kemayu.
untuk saat ini saya tinggal di bangka-belitung.
asli orang jawa-barat (sunda).
disini saya bekerja di perhotelan.
yaa... kebetulan cari kerja disini tidak begitu sulit, jadi betah.
seAndainya esok dapat kenalan seperti kriteria, & mungkin cocok.
atau mungkin kamu tertarik merantau & cari kerja sini...
silahkan... kebetulan aku kost sendiri disini,
jadi welcome aja buat menampung.
tolong budayakan, berkenalan yg apa adanya.
saya suka orang jujur. sopan.
telpon & tunjukan foto itu harus.
salam kenal yaa...
yg mau kontak,
BBM : 2B4D6D34
weChat ID : andriagil28
call : +6281949110291
bagi yg kurang cocok atau gak masuk kriteria, jangan marah ya...
khan type & selera tidak bisa dipaksakan.
bulan puasa, aku mudik, cuti.
yaa siapa tau abis lebaran bisa bareng ikut aku ke BABEL... hee heee...