Siang itu langit
kabupaten banyuwangi terlihat gelap tetutup awan pekat dan terlalu dini untuk
sang tirta langit turun ke bumi. Hal itu membuat seorang anak laki-laki di
sebuah SMP swasta harus segera menyelesaikan soal terakhir Ujian sekolahnya.
Dia bernama Johar Sugiono, Anak laki-laki itu akrab dipanggil dengan sebutan Jo
di kalangan teman-teman SMP-nya. Sesekali Johar memandang langit dan tampak
sangat gelisah, Bukan masalah soal UAS yang menjadi beban baginya namun tentang
seorang perempuan yang selalu dipanggilnya Embok di rumahnya.
Soal terakhir
berhasil ia selesaikan dan kini saatnya memberi kesempatan bagi teman-temannya
untuk menyalin jawabannya. Untung saja teman sebangku Johar dapat diandalkan
dan dia menyuruh Johar untuk keluar pertama. Johar pun bergegas menuju meja
pengawas dan meletakan lembar jawabannya di atas Meja. Dengan sigap Johar
langsung menuju ke luar kelas dan meraih tasnya berlari menuju kantor sekolah.
Setelah
mendapatkan Ijin, Johar pun berlari menuju rumah kecil yang berjarak 1 KM dari sekolah. Terdengar dari jauh suara
gemuruh petir yang membuatnya semakin kencang berlari. Beberapa menit kemudian
akhirnya Johar berdiri di depan rumah kecil dari bilik bambu. Rumah itu adalah
rumah yang melindunginya dari hujan dan panas matahari. Terlihat di dalam rumah
sosok perempuan muda yang selalu dipanggilnya dengan sebutan mbak Yani sedang
merawat Mbok Iyem.
Melihat Mbok
Iyem yang mulai duduk di ruang tamu membuat Johar tersenyum karena merasa
bahagia melihat Mbok Iyem sehat dari sakitnya. Dengan Nafas masih ngos-ngosan Johar
mendekati rumah itu dan suara motor terdengar dari belakang. Ketika Johar
menolehkan pandangannya terlihat laki-laki berseragam putih abu-abu datang
bersama seorang tetangga terdekat. Pemuda itu bernama Adam yang merupakan kakak
Johar.
“Mbok kenapa
Dek?” tanya Adam sambil melompat dari boncengan motor. “Aku baru nyampek kak,
dan itu Mbok Sehat” Jawab Johar sambil mengikuti langkah cepat Adam menuju
ruang tamu. Di dalam Ruang tamu ada Bi Inah tetangga samping rumah mereka,
perempuan tua bernama Mbok Iyem yang merupakan Orang tua Adam dan Johar juga
seorang perempuan muda bernama Yani yang merupakan kakak perempuan satu-satunya
Adam dan Johar.
“Mbok kenapa
Mbak?” tanya Johar kepada Yani. “Tidak apa-apa dek, cepat kalian ganti baju
dulu” jawab Yani begitu tenang. “Kenapa pak lek Joko jemput saya ke sekolah?”
tanya Adam sedikit khawatir. “Kalian ganti baju dulu, dan cepat temeni Mbok
disini nak” kata Bi Inah penuh kasih.
Akhirnya Johar
dan Adam bergegas ke kamar mereka dan langsung ganti pakaian santai. Johar
mendekati Mbok Iyem di ruang tamu, dan selanjutnya Adam yang mengambil posisi
di samping Johar. “Kalian sudah makan?” tanya Mbk Iyem Lemah. “Sudah Mbok, Mbok
istirahat di kamar aja ya!” Jawab Johar sambil memegang tangan Mbok Iyem. Mbok
Iyem hanya menggelengkan kepala dan meneteskan air matanya.
“Adam, sini nak
mendekat pada mbok” kata Mbok Iyem. Mendengar itu, Johar ganti posisi dengan
Adam, dan sekarang Adam yang berdampingan dengan Mbok Iyem. “Mbok Istirahat di dalam
aja ya Mbok, Mbok tidak mau sehat lagi?” kata Adam sambil mencium tangan Mbok
Iyem. “Nanti Mbok juga istirahat lama nak, sekarang Mbok hanya ingin berkumpul
dengan kalian semua” kata Mbok iyem di sela batuknya.
Yani yang
berdiri di bersama Bi inah hanya bisa meneteskan air mata melihat Adam dan Mbok
Iyem berdampingan. “Adam, Mbok banyak salah dengan Adam. Maafkan mbok ya nak!”
Kata Mbok Iyem sambil Menangis. “Kenapa Mbok? Adam yang banyak salah pada Mbok”
kata Adam sambil menangis. Johar juga berkaca-kaca di samping Adam.
“Johar, Mbok
juga banyak salah padamu nak… maafkan mbok ya” Kata mbok iyem perlahan. Johar
hanya diam dan melihat mbok iyem yang semakin melemah. “Yani, tolonglah Mbok ya
nduk! Tolong sampaikan kebenaran pada mereka, Mbok Sudah tidak kuat lagi!” kata
mbok Iyem dan lagi-lagi disertai batuk. Yani semakin terisak, tangisannya sudah
tak terbendung lagi, Bi Inah berusaha memegang tubuh Yani yang berdiri di samping
Mbok.
“Adam, Johar
Maafkan Mbok ya nak” kata maaf terlulang dari bibir Mbok membuat Adam dan Johar
semakin sedih. “Mbok, jangan ngomong gitu… Mbok pasti sembuh dan kita akan
bersama selamanya Mbok” kata Johar melepas kesedihannya dengan isak tangisnya.
“Pokonya Mbok berdosa kepada kalian berdua, dan Mbok Mohon maaf sebesar-besarnya dan Mbok harap kalian bisa rukun bersama dan
membantu mbok menebus kesalahan mbok di masa lalu. Maafkan mbok ya nak” Kata
Mbok Iyem dan langsung lemas tak berdaya. Suara Yani langsung melengking meneriaki
kata Mbok. Adam Hanya bisa memeluk Mbok Iyem yang sudah tak bernyawa. Sedangkan
Johar roboh di samping Adam mendapati mbok kesayangannya meninggal di depan
matanya.
Beberapa
tetangga terdekat masuk dan mengurus jenazah Mbok Iyem. Adam yang lebih tabah
dapat mengontrol emosinya dan membantu mengangkat Johar ke kamarnya. Akhirnya
Jenazah Mbok Iyem bersemayam di atas dipan yang berada di ruang tamu dan di samping
jenazah itu Yani terus saja menangis. “Mbak, sudahlah… Jangan tangisi Mbok!
Lebih baik kita doakan Mbok dan kita baca Yasin bersama” kata Adam sambil
memeluk Yani di sampingnya. “Adek Johar kemana dek?” tanya Yani menyadari
tentang Johar. “Johar masih pingsan mbak, mbak harus tenang dan sebaiknya mbak
ngaji buat mbok” kata Adam dengan Bijak.
Setelah memastikan
Yani tenang, Akhirnya Adam menuju kamar mandi dan berwudlu. Yani juga menuju
kamar mandi untuk berwudlu, suara lantunan surat yasin terdengar memenuhi ruang
tamu yang kecil itu. Sebelum mengaji, Adam masuk ke kamar Johar dan melihat Johar
masih tak sadarkan diri ditemani Bi Inah. “Biar saya yang bangunin Bi” kata
Adam mendekat. Bi Inah pun keluar dari kamar bergabung dengan yang lainnya.
“Adek, bangun
dek!” kata Adam sambil menepuk tangan Johar. “Kalau Adek begini terus Mbok akan
merasa berat, Dek ayo sadar!” Adam mencoba memukul pelan pipi Johar. Perlahan
akhirnya Johar membuka matanya. Dia masih terlihat kosong dan hanya menatap
langit-langit rumah tanpa menghiraukan Adam di sampingnya.
“Adek….” Kata
Adam singkat ketika melihat Johar yang sudah sadar. “Mbok, dimana Mbok kak?” Johar
langsung bangun dan berusaha menuju ruang tamu, namun Adam memegangnya dan
memeluknya. “Yang sabar ya dek, Mbok sudah pergi meninggalkan kita” kata Adam
sambil menangis. “Iya, dimana mbok? Aku sudah tidak apa-apa kak Aku juga tahu
itu, suara lantunan surat yasin itu sudah memperjelas semuanya” kata Johar
sambil melepas melukan Adam. “Janji ya, jangan bersedih lagi dan lebih baik
kita doakan Mbok!” kata Adam mengingatkan Johar. “Aku mau lihat Mbok kak!” kata
Johar dengan nada pelan.
Akhirnya Adam
memapah Johar menuju ruang tamu, beberapa tetangga langsung melihat ke arah
mereka dan Yani masih terus mengaji di samping Mbok iyem. Johar mendekat ke
jenazah Mbok iyem dan membuka kain batik penutup jenazah. Dan ketika itu juga Johar
menangis dan mencium jenazah Mbok Iyem. Semua menjadi haru, baik Adam maupun
Yani tak tahan melihat Johar yang bersimpuh di samping Jenazah Mbok Iyem.
“Mbok, secepat itu kah Kau meninggalkan Jo? Sebentar lagi Jo lulus SMP mbok,
Sebentar lagi Jo akan memakai seragam putih Abu-abu… Mbok pernah bilang kalau
embok ingin melihat Jo memekai seragam putih Abu-abu, sebentar lagi akan
terlaksana Mbok. Kenapa Mbok lebih dulu pergi? Mbok… Sekarang siapa yang akan
membangunkan Jo untuk sholat shubuh? Mengingatkan Jo untuk selalu berbuat
baik?” kata Johar sambil terus menangis di samping Mbok Iyem yang sudah
membujur kaku.
Adam mendekati Johar
dan mengajak Johar untuk lebih tabah. “Adek, jangan bikin Mbok tambah berat
meninggalkan kita. Ayo adek Mandi dulu dan Mengaji untuk Mbok” Adam memegang
lengan Johar dan berusaha membangunkannya. Dengan isak tangisnya Johar bangkit
dan langsung mengikuti arahan Adam.
Ketika berada di
dekat kamar mandi, Adam mengingatkan Johar untuk ikhlas atas kepergian Mbok.
Adam juga memberikan masukan Agar Johar lebih dewasa lagi, dan tidak merasa
bahwa dirinya sendiri. “Dek, Kamu itu tidak sendiri, masih ada Aku dan masih
ada Mbak Yani. Aku ini kakakmu, Tak mungkin aku menyia-nyiakanmu. Jangan
bersedih gitu, semua akan mengalami kehilangan dan semua akan merasa sedih
namun tak semua orang larut dalam kesedihan.” Kata Adam sambil memegang pundak Johar.
Johar terdiam
sejenak dan kemudian mengangguk. “Baiklah, kamu mandi dulu, setelah hujan reda
kita akan memandikan Mbok di halaman” kata Adam penuh nada kesabaran. Johar pun
masuk dan suara air terdengar dari dalam, Johar menyiram tubuhnya tanpa membuka
Baju dan celananya. Dan setelah bisa mengontrol kesedihannya Johar pun mandi
dengan bersih. Ketika selesai mandi, Johar bingung mencar handuk, karena
sebelumnya dia tidak membawa handuk.
Ketika membuka
sedikit pintu kamar mandi, Adam masih berdiri di depan kamar mandi dengan
Handuk dan pakaian untuk Johar. “Kak….”, Kata Johar sambil menjulurkan
tangannya. Adam memberikan Handuk dan sarung milik Johar. Beberapa menit
kemudian Johar keluar dari kamar mandi dengan kain sarung yang terlilit
dipinggulnya. “Kamu ambil wudlu dulu, kakak akan tunggu di ruang tamu.
Sepertinya hujan mulai reda dan kita mesti cepat memandikan jenazah Mbok” kata
Adam sambil menuju ruang tamu.
Johar pun sudah
berada di ruang tamu dan terdengar agak serak suara lantunan surat yasin dari
mulutnya. Sedangkan Adam membantu para tetangga membenarkan tempat mandi
jenazah di halaman rumah. Setelah semua beres, akhirnya Adam masuk dan memberi
instruksi kepada Johar untuk mengangkat jasad Mbok iyem. Johar dan Adam
membantu memindahkan jasad Mbok iyem ke halaman dengan lantuntan tahlil.
Setelah itu giliran Ibu-ibu dan Ustadzah yang mulai memandikan jasad Mbok Iyem.
Beberapa menit
kemudian, jasad Mbok Iyem sudah selesai dimandikan. Pak RT menyuruh Adam dan Johar
untuk mengangkat Jenazah Mbok Iyem. Namun Yani yang saat itu berada di luar
melarang Adam dan Johar mengangkat jenazah Mbok Iyem. “Jangan, Mereka tidak
boleh mengangkat Mbok”Kata Yani pelan sambil mendekat ke Pak RT. “Kenapa Yan?”
tanya Pak RT. Yani pun menjelaskan alasannya dan Akhirnya Pak RT mengerti,
Namun Johar dan Adam masih ingin membantu para ibu-ibu yang menggotong jenazah
Mbok Iyem.
Setelah itu,
Jenazah dibalut dengan kain Kafan dan disemayamkan sambil menunggu kabar dari
tetangga yang menggali kubur. Sambil menunggu kabaritu , ibu-ibu membaca tahlil
bersama dan Pak RT mengajak warga untuk bersiap-siap sholat jenazah. Usai
tahlil bersama para ibu-ibu keluar dan sekarang giliran bapak-bapak masuk untuk
sholat jenazah. Adam berdampingan dengan Johar berada di shaf terdepan.
Akhirnya kabar
dari tetangga yang ada di kuburan datang, Jenazah Mbok Iyem di gotong menuju
tempat peristirahatan terakhirnya. Dan ketika semua orang pergi meninggalkan pemakaman
itu, hanya ada Yani, Adam dan Johar yang terus duduk di dekat makam si Mbok.
Tangis pun pecah ketika Yani meminta maaf sambil mengelus batu nisan Mbok iyem,
“Mbok’e Yani banyak dosa pada Mbok’e dan Yani janji akan melakukan Apa yang
Mbok’e pasrahkan pada Yani, Mbok’e tenang saja di sana dan semoga gusti Allah
menempatkan mbok’e di tempat orang-orang yang beriman!”, kata Yani sambil terus
menangis.
Melihat itu,
Adam langsung menenangkan Yani dan suami Yani datang kembali ke pemakaman
membujuk Yani pulang. Johar pun duduk di dekat batu nisan dan mengangkat kedua
telapak tangannya dan berdoa untuk Mbok Iyem. Adam mengikuti Johar dan Setelah
itu mereka bergegas pulang ke rumah.
Malam pun tiba,
beberapa tetangga datang ke rumah kecil itu untuk melakukan acara tahlil
bersama, tak banyak yang datang karena sebelumnya Pak RT bilang bahwa acara
tahlilan hanya dilakukan secara kekeluargaan. Namun, mereka yang datang
mengingatkan kepada Yani juga pada Adam dan Johar agar tidak terlalu repot
dalam memberikan suguhan pada tetangga yang datang. Bagaimanapun juga walau
hanya sekedar teh manis harus tetap disuguhkan, Karena ini merupakan ucapan
terimakasih kepada para tetangga yang sudah meluangkan waktu untuk mendoakan
Mbok bersama.
**************
Seminggu
berlalu di pagi yang cerah seperti biasa Adam dan Johar sudah Mandi dan siap
beraktivitas. Adam yang sedang menghadapi ujian sekolah kenaikan kelas harus
bergegas menuju sekolah, sedangkan Johar hanya tinggal menunggu pengumuman yang
akan keluar seminggu lagi. Hal itu membuat Johar begitu santai dan tidak perlu datang
ke sekolah. “Adam, Nanti kalau bisa langsung pulang ya! Mbok mau ngomong
penting, kalau gak salah sekarang hari terakhir kamu ujian kan?” Tanya Yani
sambil mengaduk teh hangat. “Insyallah, Adam usahain pulang secepatnya kalau
Adam lancar ngerjakan saoal ujiannya Mbak. Hehehe” Jawab Adam sambil memasang
sepatu.
“Oia,
Mbak Yani kenapa pagi-pagi begini udah datang ke rumah? Bagaimana dengan Mas
Naryo?” tanya Johar pada Yani. “Mas Naryo lagi libur Jo, Jadi Mbak tidak perlu
membuatkan bekal untuk Mas Naryo biar Mbak masak di sini saja” jawab Yani
sambil meletakan dua gelas teh hangat di meja. “Baiklah, Adam berangkat dulu
mbak” Kata Adam sambil mendekati Yani dan meraih tangannya. “Eh, teh hangatnya
diminum dulu biar nggak laper” kata Yani mengingatkan. Setelah minum teh Adam
menuju Johar dan menjulurkan tangannya, Johar pun meraihnya dan mencium tangan
Adam. “Sukses ya kak” kata Johar. “Selalu, pasti sekarang juara satu lagi dek”
jawab Adam percaya diri. “Halah sok banget… Udah sono berangkat!” kata Johar
sambil tertawa melihat Adam.
“Kalian
ini sudah besar masih saja bersaing dan adu mulut terus” kata Yani melihat
mereka bedua. “Yaudah, Assalamualaikum!” kata Adam sambil keluar menuju menuju
jalan raya. Di dalam rumah sekarang hanya ada Yani dan Johar, Yani langsung
meraih kain dan membersihkan meja di dapur. Sedangkan Johar langsung menuju
kamarnya dan merapikan kamar tidurnya. Setelah mebersihkan kamar, Johar membantu
Yani memasak di dapur, mulai memotong sayur hingga menggoreng ikan.
Di
sela memasak, Johar menanyakan Anting-anting Yani yang sudah tak menggantung di
telinganya lagi. “Mbak, Kemana anting-antingnya?” tanya Johar saat menggoreng
ikan. “Ada kok dek, Mbak simpan di rumah mas Naryo” jawabnya sedikit ragu.
“Mbak jangan bohong, Kak Adam sudah bercerita katanya Anting-anting Mbak dijual
ya? Untuk menutupi kekurangan dana acara tahlilan Mbok?” kata Johar sambil
melihat Yani.
“Eh,
Adam tahu darimana? Jangan terlalu dipikirkan itu juga pemberian Mbok iyem kok”
kata Yani sambil tersenyum. “Yah, tapi seharusnya mbak tidak perlu menjual
anting itu, jual saja beras dan sembako yang dari tetangga ini mbak” kata Johar
sambil menunjuk karung-karung berisi sembako. “Itu bisa kalian gunakan untuk
makan Jo, Janganlah kalian jual sembako itu” kata Yani sambil terus
menghaluskan bumbu.
“Oia,
tadi Mbak bilang mau ngomongin sesuatu yang penting kan, Ngomongin apa mbak?”
tanya Johar penasaran. “Nanti saja setelah semua berkumpul Jo, Mbak ingin
ngomong saat kamu dan Adam berkumpul. “Yaudah nanti aja, oia apalagi yang harus
digoreng mbak?” tanya Johar sambil mengecilkan kompor minyak. “Sudah-sudah,
biar mbak yang terusin, Jo Beresin ruang tamu saja” kata Yani dan Johar pun
langsung keluar menuju ruang tamu.
Di
waktu bersamaan, di sekolah Adam sedang mengerjakan soal-soal Ujian Kenaikan
kelas untuk mata pelajaran Matematika. Adam begitu cekatan mengerjakannya, dan
penjaga kelas mengira Adam menyembunyikan contekan. “Heh, Coba berdiri” kata
pengawas sambil memandang Adam. “Ada apa Pak?” Adam terlihat gugup. “Kulihat
semua teman-temanmu itu kesulitan, tapi kamu malah santai dan terus mengerjakan
soal itu, Jangan-jangan kamu curang ya?” kata guru penjaga kelas.
“Curang
bagaimana pak? Silahkan cek saja pak” kata Adam sambil berdiri. Guru itu pun
memeriksa soal dan lembar jawaban Adam, memeriksa laci dan kursi Adam. “Di saku
kamu itu apa?” tanya Guru pengawas. “Tidak ada pak, hanya saputangan.” Jawab
Adam. Tanpa bertanya lagi guru itu menggeledah seluruh saku milik adam. dan
saat itu juga Wali kelas Adam masuk keruangan itu.
“Pak
Bagiyo? Ada apa?” tanya wali kelas Adam. “Eh Anak ini terlalu lancar
mengerjakan soal, jadi Aku kira dia melakukan kecurangan Bu” jawab Guru
pengawas itu. “Tidak mungkin pak, saya wali kelasnya dan saya tahu semua murid
saya, apalagi Adam yang memang sudah pandai dari awal masuk sekolah, dan dialah
sang juara di kelasku pak” kata wali kelas Adam. “Oh, maaf bu kalau begitu,
maaf ya nak Adam, bapak kira kamu melakukan kecurangan” jawabnya sambil terus
meminta maaf.
Adam
hanya mengangguk dan melanjutkan menjawab soal-soalnya. Hingga beberapa menit
kemudian Adam selesai pertama dan langsung mengumpulkan soal-soal itu. Segera
Adam menuju pintu gerbang untuk pulang. Dan sesampainya di pintu gerbang Adam
bertemu dengan Pak RT yang lewat di depan sekolah Adam. Adam pun memanggil Pak
RT dan numpang menuju rumah.
“Assalamualaikum”
Adam mengetuk pintu sambil mengucapkan salam. “Walaikumsalam” jawab Johar di
dalam kamar. “Sudah pulang kak?” Johar menyapa Adam. “Belum, masih di sekolah
Dek” Kata Adam agak kesal. “Loh? Kenapa sewot gitu?” Kata Johar sambil memegang
pundak Adam. “Hahaha… Kena deh. Kamu kira kakak Marah ya? Nggak kok, meski tadi
dibuat badmood sama pak Bagio yang
sudah hampir pensiun itu” jawab Adam sambil membuka Bajunya.
“Oalah,
Aku kira ada masalah serius kak” Jawab Johar sambil membenarkan Rambutnya yang
lurus. “Mana mbak Yani dek?” tanya Adam. “Mbak pulang kak, nganter makanan
untuk suaminya, katanya sih sebentar lagi balik” jawab Johar sambil menuju
dapur. Adam hanya diam dan langsung berganti pakaian dan celana Abu-abu
miliknya diganti dengan kolor tigaperempat. “Adek udah makan?” tanya Adam
ketika berada di pintu dekat dapur.
“Belumlah,
kapan Aku tega meninggalkan kakakku makan sendirian?” jawab Johar sambil
meletakan nasi di piringnya. “Halah, emang Aku kapan pernah makan tanpa
memikirkan dirimu dek? Kita kan selalu makan bersama saat ada Mbok dulu” jawab
Adam sambil menuangkan Air putih. “Mbok… Jadi kangen si mbok kak” Kata Johar
pelan. “iya dek, pasti Mbok sekarang sudah tenang dek” kata Adam yang juga
terlihat kalut.
“Sudah,
Mbok jangan dipikirin terus nanti malah tambah berat loh ninggalin kita disini”
kata mbak Yani mengagetkan. “Eh Ayo mbak makan bersama!” kata Johar sambil
terseyum. “Mbak sudah makan sama mas Naryo tadi, kalian makan dulu setelah itu
kita bicara di ruang tamu” Kata Yani sambil membantu menyiapkan makan untuk
Adam. “Oh iya emang mau ngomongin apa mbak? Sepertinya penting banget!” Kata
Adam sambil piring yang sudah berisi nasi jangung. “Makan dulu, biar Mbak tunggu
di ruang tamu ya!” kata Yani sambil menuju ruang tamu.
Akhirnya
Adam dan Johar menyelesaikan makannya dan menuju ruang tamu dimana ada Yani
yang menunggu mereka. “Apa itu Mbak?” Tanya Johar ketika melihat kotak tua yang
dipeluk Yani. “Eh, kalian sudah selesai makannya? Silahkan duduk disini” kata
Yani sambil membenarkan posisinya. “Emang itu kota apa?” kali ini Adam yang
menanyakan. “Ini adalah kotak wasiat milik Mbok Dek, dan mungkin hari ini Mbak
akan berikan Wasiat yang sudah dititipkan Mbok” kata Yani sambil membuka kotak
itu.
“Pertama
adalah Cicin ini yang diwariskan untuk Adam, Cicin yang selalu dijaga oleh Mbok
meski saat-saat kekurangan uang Cincin ini tidak akan dijualnya” kata Yani
sambil menjulurkan cicin emas pada Adam. Adam menerima cicin itu dan
membolak-balikan cicin itu, “Sepertinya ini bukan ukuran Mbok deh” kata Adam
sambil memperlihatkan Cicin itu ke Johar. Johar hanya diam dan melihat cicin
yang indah itu.
“Cicin
itu adalah salah satu warisan Mbok, tapi ada wasiat yang lebih penting lagi,
ini menyangkut jati diri kalian berdua” Kata Yani terdengar sangat serius.
“Jati diri? Maksudnya?” Kata Johar dan Adam hampir bersamaan. “Sebelumnya mbak
mau tanya kepada kalian berdua, kalian Sayang dan cinta pada Mbok?” tanya Yani.
“Tidak ada Orang lain yang paling kusayangi selain Mbok seorang” Kata Johar
mantap. “Begitu juga dengan diriku Mbak” Adam menambahkan.
“Alhamdulillah,
kalau begitu kalian bisa membantu Mbok menebus kesalahannya dimasa lalu, dan
ini menyangkut diri kalian dan hal ini juga yang membuat Mbok meminta maaf pada
kalian berdua diakhir hayatnya.” Kata Yani dengan mata yang berkaca-kaca. “Iya
Mbak, Tapi kami tidak tahu kalau mbak Yani tidak Cerita apa sebenarnya yang
terjadi” Kata Adam. “Kalian bukan Anak kandung Mbok” Kata Yani singkat sambil
menundukan kepala.
“Maksudnya
Mbak? Kami bukan anak kandung si mbok? Terus kami anak siapa?” Tanya Adam
beruntun. “Berikan Mbak Waktu untuk bercerita!” kata Yani sambil mengusap Air
matanya. “Saat itu Mbak masih berumur sepuluh tahun dan Hidup berdua dengan
Mbok setelah bapak meninggal. Aku masih ingat saat itu Mbok menginginkan
seorang anak laki-laki, namun Bapak memberikan anak pertama berjenis perempuan
dan setelah dua tahun kemudian Bapak Meninggal dunia. Saat itu tepatnya tujuh
belas tahun yang lalu, kami tinggal di sebuah desa terpencil namun desa itu
merupakan akses antar kota. Mbak masih ingat saat Mbak bermain di depan rumah
ada seorang laki-laki berlari menuju rumah Mbok yang berada di tempat terpencil
itu. Dia meminta tolong pada Mbok untuk membantu istrinya yang akan melahirkan
bayi yang dikandungnya. Laki-laki itu tidak bisa membawa istrinya ke rumah
sakit yang masih jauh karena ban mobilnya pecah.” Yani menghentikan Ceritanya.
“Siapa
laki-laki itu Mbak?” tanya Adam penasaran. “Dia adalah Ayahmu dek” jawab Yani
pelan. “Apa ayahku?” Adam sangat Heran. Kemudian Yani melanjutkan ceritanya,
“Mbok saat itu adalah seorang dukun beranak, dan entah berapa kali Mbok
membantu persalinan perempuan dari desa-desa terdekat. Mbok langsung bergegas
menuju ayahmu dan membantu dia memapah
ibumu masuk ke rumah. Mbok menyuruhku untuk mempersiapkan air hangat dan
membawa kain batik untuk menutupi paha ibumu. Ayahmu sepertinya tidak kuasa
melihat ibumu yang akan melahirkan dan dia memutuskan untuk menunggu di luar
rumah. Setelah beberapa lama kemudian terdengarlah suara tangisan seorang bayi
dan ibumu pingsan karena kelelahan.” Sesekali Yani menghentikan pembicaraan dan
melihat keluar rumah.
“Itu
pasti kak Adam” Kata johar merespon cerita Yani. Adam langsung memandang Johar
dan seketika Johar merasa canggung, Adam sangat konsentrasi mendengar cerita
Yani dan tak mau ada orang lain merusak jalan ceritanya. “Lanjut mbak!” kata
Adam serius. “Suara bayi itu bukanlah suara tangisan Adam, melainkan suara
saudara kembarnya!” Jawab Yani sambil melihat ke arah Adam dan Johar. “Kembar?
Aku dan kak Adam kembar?” Kata Johar merespon Cerita Yani. “Bukan Dek, Kalian
bukanlah saudara kandung!” Kata Yani.
“Lanjut
saja mbak, jangan hiraukan Johar yang crewet ini” kata Adam terlihat agak emosi
dengan sikap Johar. “Ibumu melahirkan dua anak laki-laki dan anak kedua adalah
kamu dek, Namun ada keanehan yang terjadi. Semua bayi yang terlahir ke dunia
akan menangis, namun tidak dengan dirimu. Kau hanya menggerak-gerakkan tubuh
kecilmu, dan Mbok langsung membungkus Adek dengan kain bersih dan menyuruhku
membawa Adek ke kamar Mbok. Dari dalam kamar Aku mengintip keluar dari celah
bilik bambu melihat Ayah Adek sudah berada di dekat Ibu Adek. Sesuai dugaan Mbok, ternyata Ayah adek tidak
tahu kalau ada dua bayi di rahim istrinya” Kata Yani dan menghentikan ceritanya
ketika Adam merespon cerita Yani.
“Berarti
Mbok menculik Aku?” Tanya Adam. Yani hanya mengangguk dan akhirnya matanya
mengalir di pipinya, “Maafkan Mbok ya dek” kata Yani sambil memegang paha Adam.
“Tidak apa-apa Mbak, Adam senang kok Mbok merawat Adam dengan penuh kasih
sayang” jawab Adam sambil memegang pipi Yani.
“Sebentar
Mbak, Jo mau tanya… sampai kapan Kak Adam tidak menangis dan seberapa lama
orang tua kak Adam di rumah itu? pastinya mereka lama dan akan menemukan kak
Adam.” Kata Johar mencoba menganalisa situasi masa lalu.
. “Mereka
hanya dua jam di rumah, setelah ibu Adam sadar dan Ayah Adam memasang Ban
cadangan barulah Mereka pergi ke rumah sakit untuk memeriksakan keadaan bayi
dan istrinya. Tak lama kemudian, Adam mulai menangis dan menjerit histeris.”
Kata Yani menjawab pertanyaan Johar.
“Mbak, Ayah dan
Ibu tidak pernah datang lagi ke rumah itu?” tanya Adam. “Sebenarnya, dua hari
setelah mereka pergi, Ayah Adek datang lagi ke rumah membawa kebutuhan pokok.
Aku yang bermain di depan rumah langsung berlari menuju Ibu di dapur ketika
melihat Ayah Adek dari kejauhan. Mungkin Adek merasakan bahwa Ayah adek berada
didekat Adek, dan seketika Adek Menangis kencang. Aku membantu mencoba
menenangkan Adek, sedangkan mbok keluar menemui Ayah Adek. Mbok hanya
mengatakan kalau di dalam ada pasien yang sedang melahirkan dan Mbok buru-buru
akan mengurus pasien itu. Ayah adek tidak memiliki rasa curiga dan langsung
memberikan oleh-oleh kepada Embok dan pamit pulang.” Kata Yanti menjelaskan
ketika ayah Adam berkunjung.
“Wah kak Adam
memiliki saudara kembar yah… pasti dia juga Ganteng kayak kak Adam” Johar
meledek Adam yang terlihat bahagia mendengar cerita itu. “Kalian memang
ganteng-ganteng kok, apa kalian tidak sadar bahwa kalianlah pemuda ganteng di
desa ini? Lihat Semua pemuda di kampung ini, semuanya berkulit coklat pekat
seperti kulit Mbak ini. “Jangan bilang gitu Mbak, Kita kan di Desa banyak
pemuda yang bekerja di sawah sedangkan kami diwajibkan bersekolah oleh Mbok.
Dan juga di daerah sini jumlah pemudanya juga sedikit Mbak, jadi gak pantas
dibandingkan dengan mereka” kata Adam sambil tertawa.
“Oia Mbak, Kalau
kisah Jo yang crewet ini bagaimana? Aku juga ingin tahu kenapa dia crewet
banget dan siapa sebenarnya orang tua Johar ini” kata Adam sambil mencibir
Johar. Johar terlihat tidak suka dengan kalimat Adam, dia hanya diam menatap
kotak di pangkuan Yani. “Kalau Johar, Mbok mewariskan ini” Yani mengeluarkan
kertas foto yang terdapat gambar sepasang Laki-laki dan perempuan berseragam
SMA. “Jo, Mbok juga meminta maaf kepada kamu karena merahasiakan identitas kamu
sebenarnya” kata Yani sambil menatap Johar yang fokus memandangi foto itu.
“Mbak, ini foto siapa?” tanya Johar penasaran. “Itu orang tua Adek” Jawab Yani
datar.
“Iya pemuda ini
mirip banget dengan Adek, coba Jo memakai kacamata seperti laki-laki ini pasti
tidak ada bedanya” Kata Adam ketika melihat foto itu. “Ceritakan saja mbak, Apa
mereka semua meninggalkan Aku pada Embok? Atau Sama seperti kak Adam mbok
mengambilku dari kedua orang tuaku?” Kata Johar sangat penasaran.
“Baiklah, Sama
seperti Adam… kelahiranmu dibantu oleh Mbok sebagai dukun beranak. Namun saat
itu ibumu sangat muda dan merupakan siswi SMA dari luar kota. Mbok menemukan
ibumu berada di pinggir hutan dengan perut yang buncit. Saat itu kandungannya
sudah tujuh bulan. Ibumu sangat depresi dan lari jauh dari rumah hingga
terdampar ke rumah kami dulu. Dua bulan ibumu tinggal bersama kami, namun
selama itu dia tidak berbicara sepatah kata pun mengenai dirinya. Mbok yakin
Ibumu masih sangat muda dan terlihat sangat depresi. Hingga Akhirnya tiba
saatnya kamu lahir ke dunia ini.” Yani mencoba mempersingkat ceritanya.
“Selanjutnya
bagaimana Mbak? Kenapa Aku bisa dirawat oleh Mbok?” tanya Johar pada Yani.
“Kamu terlahir sehat dan Ibumu juga selamat meski itu adalah pertama kali dia
melahirkan di usia yang masih muda. Setelah kelahiranmu ibumu mulai
berkomunikasi dengan kami, Aku selalu diceritakan tentang kehidupan ibumu. Dan
saat ibumu bercerita barulah kami tahu bahwa ibumu merupakan siswi SMA yang
sedang hamil karena kecerobohannya melakukan hubungan intim diluar nikah.
Menurut ibumu, Ayah kamu adalah laki-laki yang sangat tampan di sekolah dulu.
Meski ayahmu adalah anak pindahan, dia bisa bergaul dengan semuanya dan menjadi
pusat perhatian karena ketampanan dan kekayaannya.
Namun semua
terjadi begitu saja, ibumu yang menjalin hubungan dengan ayahmu diwaktu SMA
harus menanggung beban hidup. Menanggung resiko dari kelakuan mereka berdua.”
Kata Yani sambil memegang Tangan Johar. Johar terlihat sangat kecewa mendengar
cerita itu, namun Adam merangkul Johar dan menenangkannya. “Semangat Dek! Semua
orang pasti berbuat salah kok” kata Adam menyemangati.
“Kenapa ibu bisa
menderita dan kenapa Ayah tidak bertanggung jawab? Berarti Aku adalah anak
haram Mbak!” kata Johar sedih sambil menundukan kepala. “Jo… gak ada anak
haram. Yang ada kesalahan orang tua yang melakukan hubungan di luar nikah,
bukan Anak yang di hasilkannya” kata Adam.
“Iya
Dek, Adam benar gak ada yang namanya anak haram. Semua sama dan anak itu tidak
akan menanggung dosa orang tuanya yang melakukan hubungan di luar nikah” lanjut
Yani. “Iya Mbak, lanjutkan saja ceritanya” kata Johar sambil menarik nafas
panjang. “Ibumu juga pernah bercerita bahwa dia pernah menemui Ayahmu dan ibumu
tak pernah menceritakan kalau dia sudah telat datang bulan. Hingga suatu hari
Ayahmu harus pergi meninggalkan ibumu, dia pergi ke luar kota dan berjanji akan
menemui ibumu setelah lulus SMA di luar kota nanti. Namun ibumu tidak pernah
mendapatkan kabar dari Ayahmu dan tiap hari perut ibumu semakin buncit. Hingga
akhirnya Orang tua ibumu itu mengetahui bahwa ada yang tidak beres dengan perut
ibumu.
“Ibumu
mendapat amarah dari kedua orang tuanya dan mereka menyuruh ibumu menggugurkan
kandungannya. Pastinya ibumu menolak karena yang dikandungnya adalah hasil dari
orang yang sangat dicintainya. Hingga akhirnya ibumu dipaksa meminum sebuah
obat penggugur kandungan oleh nenekmu, namun ibumu lari dari rumah dengan perut
yang buncit. Ibumu merasa bahwa dirinya telah dibuang oleh keluarganya, hingga
dia berakhir di rumah kami yang dulu.
Setelah
kelahiranmu, ibumu tak pernah melihatmu. Menyusuimu pun dia juga tidak pernah,
dan Mbok merasa ibumu sudah tidak waras karena tidak peduli kepada anak yang
dilahirkannya. Beberapa hari kemudian ibumu hilang dari rumah dan kami tidak
tahu kemana dia pergi. Embok sudah mencari dan bertanya kepada orang-orang di
sekitar kampung namun hasilnya nihil. Hingga dua hari kemudian terdengar kabar
bahwa ada seorang perempuan yang tewas tenggelam di sumber air di desa sebelah.
Mbok langsung ke desa itu dan ternyata itu adalah Ibumu. Mbok yakin Ibumu
mengakhiri hidupnya sendiri untuk menghilangkan beban hidup.” Yani mengakhiri
cerita tentang masa lalu Johar sambil membuka Kotak yang ada di pangkuannya.
“Dek,
jangan sedih dong. Masih ada kakak yang akan selalu menemani Adek sampai adek
besar nanti” kata kak Adam sambil merangkul Johar. “Emang Aku masih kecil kak?
Hehe..” Johar memaksakan diri untuk tertawa
dan bersikap tegar.
“Terakhir adalah
amplop ini, Ini adalah tabungan Mbok dan Mbak telah menghitungnya semua berjumlah
Rp 3.452.000,-. Mbok ingin Uang ini membantu Adam dan Johar mencari
keluarganya.” Yani meletakan amplop di atas meja. “Embok punya uang sebanyak
itu darimana? Kenapa kita tidak pernah tahu?” tanya Johar pada Yani. “Entahlah, Mbak juga tidak tahu
dek” jawab Yani datar.
“Sekarang ini
adalah harapanku dan harapan besar Mbok, Temukan Keluarga kalian dan sampaikan
permintaan maaf Mbok pada keluarga kalian, terutama Adam, Mbok ingin sekali
meminta maaf kepada orangtua Adek, namun Mbok sudah tidak lagi punya kesempatan
hingga Ajal menjemput. Semalam Mbak bermimpi Mbok sedang bersedih di ruangan
yang sangat sempit, Aku yakin Sekarang Mbok masih belum tenang sebelum kalian
menyampaikann rasa maaf Mbok kepada Keluarga kalian” Kata Yani sambil memohon
kepada Adam dan Johar.
“Tapi kemana
kita mencari mereka mbak? tak ada informasi yang kami tahu tentang mereka!”
Kata Adam. “Mbok hanya bilang kalian pegilah ke kota surabaya dan disana kalian
Akan mendapatkan petunjuk mengenai Orang tua kalian, Firasat Mbok dulu tidak mungkin
salah dek, Aku mohon Adek Mencari keluarga Adek” Kata yani.
“Baiklah, Adam
Berjanji akan mencari Orangtua Adam dan menyampaikan permintaan maaf kepada
mereka. Johar akan selalu bersamaku sampai kami menemukan keluarga kami” kata
Adam mantap. “Tapi kak? Bagimana sekolah kita? Bagaimana cita-cita dan masa
depan kita?” Protes Johar. “Masalah Sekolah, Kita lanjutkan di kota Surabaya,
Dan kita mulai perjuangan kita disana”. Kata Adam sambil tersenyum pada Johar.
********
Beberapa Minggu
setelah kebenaran itu, Akhirnya tiba saatnya mereka Pergi meninggalkan Kabupaten
Banyuwangi. Langit yang cerah menyemangati kepergian mereka dan semua kebutuhan
mereka sudah dipersiapkan. Bagi mereka berdua, surat-surat dari desa adalah hal
paling penting di samping surat Ijazah dan keterangan dari SMA Adam.
Saat Matahari
mulai meninggi, Adam dan Johar berpamitan kepada tetangga dekat rumah. Yani
yang berdiri di depan rumah melihat mereka berpamitan dan terakhir Adam
mendekati Yani. “Mbak, Doakan kami ya! Kami akan merindukan Mbak dan semua
kenangan yang ada disini” Kata Adam sambil mencium tangan Yani. Yani hanya
terisak dengan tangisannya dan mengelus Kepala Adam.
“Mbak, Rawat
peninggalan rumah ini ya, Rumah ini adalah warisan Mbok yang terakhir, dan
Tolong Rawat makam Mbok ya. Jangan lupa selalu doakan kami saat mbak Selesai
Sholat, dan jangan pernah melupakan kami berdua, Johar akan merindukan Mbak”
Johar memeluk Yani dengan Erat sambil terus menangis. “Johar, sampai saat
terakhir begini kamu masih saja cerewet, Mbak Janji akan merawat rumah dan
makam Mbok, Janji Akan selalu mendoakan kalian”, Yani mengelus kepala Johar.
Akhirnya Adam
dan Johar menaiki motor milik Mas Naryo suami Yani, Dan Seorang Ojek dari
kampung itu. Adam dan Johar terus melihat ke rumah dari bilik bambu itu, disana
masih terlihat Yani dan para tetangga berdiri sambil melambaikan tangannya.
Johar dan Adam pun tak berpaling dari pandangan itu, hingga Akhirnya pandangan
itu benar-benar hilang. Dan saat itu juga perjuangan Hidup di kota surabaya
akan menjadi bagian hidup Johar dan Adam.
Bersambung… next
Mengejar Masa Lalu 02
..ini kisah hetero kan mon?
ReplyDeleteudah bagus kok, tpi tdi msih ada typo Yani jdi Yanti :D
oh iya, nominal uangnya itu dri angka 2345 yg di acak yah? :D
ninO
Kisahnya Abu-Abu Wo. hahahaha. Masih di dunia pelangi :D tapi kita lihat siapa yang melenceng :D wkwkwkwkwk. iya masih banyak typo dan menunggu revisian :D nanti di edit lagi :D
DeleteThanks Nino :)
Kpan lanjutanya neh..
ReplyDeleteNgk sabar nunggu nya