Wednesday, 2 January 2013

Mengejar Masa Lalu 01


Mengejar Masa Lalu - Wasiat si Mbok (Last Edited 9 Januari 2013)

Siang itu langit kabupaten banyuwangi terlihat gelap tetutup awan pekat dan terlalu dini untuk sang tirta langit turun ke bumi. Hal itu membuat seorang anak laki-laki di sebuah SMP swasta harus segera menyelesaikan soal terakhir Ujian sekolahnya. Dia bernama Johar Sugiono, Anak laki-laki itu akrab dipanggil dengan sebutan Jo di kalangan teman-teman SMP-nya. Sesekali Johar memandang langit dan tampak sangat gelisah, Bukan masalah soal UAS yang menjadi beban baginya namun tentang seorang perempuan yang selalu dipanggilnya Embok di rumahnya.
Soal terakhir berhasil ia selesaikan dan kini saatnya memberi kesempatan bagi teman-temannya untuk menyalin jawabannya. Untung saja teman sebangku Johar dapat diandalkan dan dia menyuruh Johar untuk keluar pertama. Johar pun bergegas menuju meja pengawas dan meletakan lembar jawabannya di atas Meja. Dengan sigap Johar langsung menuju ke luar kelas dan meraih tasnya berlari menuju kantor sekolah.
Setelah mendapatkan Ijin, Johar pun berlari menuju rumah kecil yang berjarak  1 KM dari sekolah. Terdengar dari jauh suara gemuruh petir yang membuatnya semakin kencang berlari. Beberapa menit kemudian akhirnya Johar berdiri di depan rumah kecil dari bilik bambu. Rumah itu adalah rumah yang melindunginya dari hujan dan panas matahari. Terlihat di dalam rumah sosok perempuan muda yang selalu dipanggilnya dengan sebutan mbak Yani sedang merawat Mbok Iyem.
Melihat Mbok Iyem yang mulai duduk di ruang tamu membuat Johar tersenyum karena merasa bahagia melihat Mbok Iyem sehat dari sakitnya. Dengan Nafas masih ngos-ngosan Johar mendekati rumah itu dan suara motor terdengar dari belakang. Ketika Johar menolehkan pandangannya terlihat laki-laki berseragam putih abu-abu datang bersama seorang tetangga terdekat. Pemuda itu bernama Adam yang merupakan kakak Johar.
“Mbok kenapa Dek?” tanya Adam sambil melompat dari boncengan motor. “Aku baru nyampek kak, dan itu Mbok Sehat” Jawab Johar sambil mengikuti langkah cepat Adam menuju ruang tamu. Di dalam Ruang tamu ada Bi Inah tetangga samping rumah mereka, perempuan tua bernama Mbok Iyem yang merupakan Orang tua Adam dan Johar juga seorang perempuan muda bernama Yani yang merupakan kakak perempuan satu-satunya Adam dan Johar.
“Mbok kenapa Mbak?” tanya Johar kepada Yani. “Tidak apa-apa dek, cepat kalian ganti baju dulu” jawab Yani begitu tenang. “Kenapa pak lek Joko jemput saya ke sekolah?” tanya Adam sedikit khawatir. “Kalian ganti baju dulu, dan cepat temeni Mbok disini nak” kata Bi Inah penuh kasih.
Akhirnya Johar dan Adam bergegas ke kamar mereka dan langsung ganti pakaian santai. Johar mendekati Mbok Iyem di ruang tamu, dan selanjutnya Adam yang mengambil posisi di samping Johar. “Kalian sudah makan?” tanya Mbk Iyem Lemah. “Sudah Mbok, Mbok istirahat di kamar aja ya!” Jawab Johar sambil memegang tangan Mbok Iyem. Mbok Iyem hanya menggelengkan kepala dan meneteskan air matanya.
“Adam, sini nak mendekat pada mbok” kata Mbok Iyem. Mendengar itu, Johar ganti posisi dengan Adam, dan sekarang Adam yang berdampingan dengan Mbok Iyem. “Mbok Istirahat di dalam aja ya Mbok, Mbok tidak mau sehat lagi?” kata Adam sambil mencium tangan Mbok Iyem. “Nanti Mbok juga istirahat lama nak, sekarang Mbok hanya ingin berkumpul dengan kalian semua” kata Mbok iyem di sela batuknya.
Yani yang berdiri di bersama Bi inah hanya bisa meneteskan air mata melihat Adam dan Mbok Iyem berdampingan. “Adam, Mbok banyak salah dengan Adam. Maafkan mbok ya nak!” Kata Mbok Iyem sambil Menangis. “Kenapa Mbok? Adam yang banyak salah pada Mbok” kata Adam sambil menangis. Johar juga berkaca-kaca di samping Adam.
“Johar, Mbok juga banyak salah padamu nak… maafkan mbok ya” Kata mbok iyem perlahan. Johar hanya diam dan melihat mbok iyem yang semakin melemah. “Yani, tolonglah Mbok ya nduk! Tolong sampaikan kebenaran pada mereka, Mbok Sudah tidak kuat lagi!” kata mbok Iyem dan lagi-lagi disertai batuk. Yani semakin terisak, tangisannya sudah tak terbendung lagi, Bi Inah berusaha memegang tubuh Yani yang berdiri di samping Mbok.
“Adam, Johar Maafkan Mbok ya nak” kata maaf terlulang dari bibir Mbok membuat Adam dan Johar semakin sedih. “Mbok, jangan ngomong gitu… Mbok pasti sembuh dan kita akan bersama selamanya Mbok” kata Johar melepas kesedihannya dengan isak tangisnya. “Pokonya Mbok berdosa kepada kalian berdua, dan Mbok Mohon maaf sebesar-besarnya dan Mbok harap kalian bisa rukun bersama dan membantu mbok menebus kesalahan mbok di masa lalu. Maafkan mbok ya nak” Kata Mbok Iyem dan langsung lemas tak berdaya. Suara Yani langsung melengking meneriaki kata Mbok. Adam Hanya bisa memeluk Mbok Iyem yang sudah tak bernyawa. Sedangkan Johar roboh di samping Adam mendapati mbok kesayangannya meninggal di depan matanya.
Beberapa tetangga terdekat masuk dan mengurus jenazah Mbok Iyem. Adam yang lebih tabah dapat mengontrol emosinya dan membantu mengangkat Johar ke kamarnya. Akhirnya Jenazah Mbok Iyem bersemayam di atas dipan yang berada di ruang tamu dan di samping jenazah itu Yani terus saja menangis. “Mbak, sudahlah… Jangan tangisi Mbok! Lebih baik kita doakan Mbok dan kita baca Yasin bersama” kata Adam sambil memeluk Yani di sampingnya. “Adek Johar kemana dek?” tanya Yani menyadari tentang Johar. “Johar masih pingsan mbak, mbak harus tenang dan sebaiknya mbak ngaji buat mbok” kata Adam dengan Bijak.
Setelah memastikan Yani tenang, Akhirnya Adam menuju kamar mandi dan berwudlu. Yani juga menuju kamar mandi untuk berwudlu, suara lantunan surat yasin terdengar memenuhi ruang tamu yang kecil itu. Sebelum mengaji, Adam masuk ke kamar Johar dan melihat Johar masih tak sadarkan diri ditemani Bi Inah. “Biar saya yang bangunin Bi” kata Adam mendekat. Bi Inah pun keluar dari kamar bergabung dengan yang lainnya.
“Adek, bangun dek!” kata Adam sambil menepuk tangan Johar. “Kalau Adek begini terus Mbok akan merasa berat, Dek ayo sadar!” Adam mencoba memukul pelan pipi Johar. Perlahan akhirnya Johar membuka matanya. Dia masih terlihat kosong dan hanya menatap langit-langit rumah tanpa menghiraukan Adam di sampingnya.
“Adek….” Kata Adam singkat ketika melihat Johar yang sudah sadar. “Mbok, dimana Mbok kak?” Johar langsung bangun dan berusaha menuju ruang tamu, namun Adam memegangnya dan memeluknya. “Yang sabar ya dek, Mbok sudah pergi meninggalkan kita” kata Adam sambil menangis. “Iya, dimana mbok? Aku sudah tidak apa-apa kak Aku juga tahu itu, suara lantunan surat yasin itu sudah memperjelas semuanya” kata Johar sambil melepas melukan Adam. “Janji ya, jangan bersedih lagi dan lebih baik kita doakan Mbok!” kata Adam mengingatkan Johar. “Aku mau lihat Mbok kak!” kata Johar dengan nada pelan.
Akhirnya Adam memapah Johar menuju ruang tamu, beberapa tetangga langsung melihat ke arah mereka dan Yani masih terus mengaji di samping Mbok iyem. Johar mendekat ke jenazah Mbok iyem dan membuka kain batik penutup jenazah. Dan ketika itu juga Johar menangis dan mencium jenazah Mbok Iyem. Semua menjadi haru, baik Adam maupun Yani tak tahan melihat Johar yang bersimpuh di samping Jenazah Mbok Iyem. “Mbok, secepat itu kah Kau meninggalkan Jo? Sebentar lagi Jo lulus SMP mbok, Sebentar lagi Jo akan memakai seragam putih Abu-abu… Mbok pernah bilang kalau embok ingin melihat Jo memekai seragam putih Abu-abu, sebentar lagi akan terlaksana Mbok. Kenapa Mbok lebih dulu pergi? Mbok… Sekarang siapa yang akan membangunkan Jo untuk sholat shubuh? Mengingatkan Jo untuk selalu berbuat baik?” kata Johar sambil terus menangis di samping Mbok Iyem yang sudah membujur kaku.
Adam mendekati Johar dan mengajak Johar untuk lebih tabah. “Adek, jangan bikin Mbok tambah berat meninggalkan kita. Ayo adek Mandi dulu dan Mengaji untuk Mbok” Adam memegang lengan Johar dan berusaha membangunkannya. Dengan isak tangisnya Johar bangkit dan langsung mengikuti arahan Adam.
Ketika berada di dekat kamar mandi, Adam mengingatkan Johar untuk ikhlas atas kepergian Mbok. Adam juga memberikan masukan Agar Johar lebih dewasa lagi, dan tidak merasa bahwa dirinya sendiri. “Dek, Kamu itu tidak sendiri, masih ada Aku dan masih ada Mbak Yani. Aku ini kakakmu, Tak mungkin aku menyia-nyiakanmu. Jangan bersedih gitu, semua akan mengalami kehilangan dan semua akan merasa sedih namun tak semua orang larut dalam kesedihan.” Kata Adam sambil memegang pundak Johar.
Johar terdiam sejenak dan kemudian mengangguk. “Baiklah, kamu mandi dulu, setelah hujan reda kita akan memandikan Mbok di halaman” kata Adam penuh nada kesabaran. Johar pun masuk dan suara air terdengar dari dalam, Johar menyiram tubuhnya tanpa membuka Baju dan celananya. Dan setelah bisa mengontrol kesedihannya Johar pun mandi dengan bersih. Ketika selesai mandi, Johar bingung mencar handuk, karena sebelumnya dia tidak membawa handuk.
Ketika membuka sedikit pintu kamar mandi, Adam masih berdiri di depan kamar mandi dengan Handuk dan pakaian untuk Johar. “Kak….”, Kata Johar sambil menjulurkan tangannya. Adam memberikan Handuk dan sarung milik Johar. Beberapa menit kemudian Johar keluar dari kamar mandi dengan kain sarung yang terlilit dipinggulnya. “Kamu ambil wudlu dulu, kakak akan tunggu di ruang tamu. Sepertinya hujan mulai reda dan kita mesti cepat memandikan jenazah Mbok” kata Adam sambil menuju ruang tamu.
Johar pun sudah berada di ruang tamu dan terdengar agak serak suara lantunan surat yasin dari mulutnya. Sedangkan Adam membantu para tetangga membenarkan tempat mandi jenazah di halaman rumah. Setelah semua beres, akhirnya Adam masuk dan memberi instruksi kepada Johar untuk mengangkat jasad Mbok iyem. Johar dan Adam membantu memindahkan jasad Mbok iyem ke halaman dengan lantuntan tahlil. Setelah itu giliran Ibu-ibu dan Ustadzah yang mulai memandikan jasad Mbok Iyem.
Beberapa menit kemudian, jasad Mbok Iyem sudah selesai dimandikan. Pak RT menyuruh Adam dan Johar untuk mengangkat Jenazah Mbok Iyem. Namun Yani yang saat itu berada di luar melarang Adam dan Johar mengangkat jenazah Mbok Iyem. “Jangan, Mereka tidak boleh mengangkat Mbok”Kata Yani pelan sambil mendekat ke Pak RT. “Kenapa Yan?” tanya Pak RT. Yani pun menjelaskan alasannya dan Akhirnya Pak RT mengerti, Namun Johar dan Adam masih ingin membantu para ibu-ibu yang menggotong jenazah Mbok Iyem.
Setelah itu, Jenazah dibalut dengan kain Kafan dan disemayamkan sambil menunggu kabar dari tetangga yang menggali kubur. Sambil menunggu kabaritu , ibu-ibu membaca tahlil bersama dan Pak RT mengajak warga untuk bersiap-siap sholat jenazah. Usai tahlil bersama para ibu-ibu keluar dan sekarang giliran bapak-bapak masuk untuk sholat jenazah. Adam berdampingan dengan Johar berada di shaf terdepan.
Akhirnya kabar dari tetangga yang ada di kuburan datang, Jenazah Mbok Iyem di gotong menuju tempat peristirahatan terakhirnya. Dan ketika semua orang pergi meninggalkan pemakaman itu, hanya ada Yani, Adam dan Johar yang terus duduk di dekat makam si Mbok. Tangis pun pecah ketika Yani meminta maaf sambil mengelus batu nisan Mbok iyem, “Mbok’e Yani banyak dosa pada Mbok’e dan Yani janji akan melakukan Apa yang Mbok’e pasrahkan pada Yani, Mbok’e tenang saja di sana dan semoga gusti Allah menempatkan mbok’e di tempat orang-orang yang beriman!”, kata Yani sambil terus menangis.
Melihat itu, Adam langsung menenangkan Yani dan suami Yani datang kembali ke pemakaman membujuk Yani pulang. Johar pun duduk di dekat batu nisan dan mengangkat kedua telapak tangannya dan berdoa untuk Mbok Iyem. Adam mengikuti Johar dan Setelah itu mereka bergegas pulang ke rumah.
Malam pun tiba, beberapa tetangga datang ke rumah kecil itu untuk melakukan acara tahlil bersama, tak banyak yang datang karena sebelumnya Pak RT bilang bahwa acara tahlilan hanya dilakukan secara kekeluargaan. Namun, mereka yang datang mengingatkan kepada Yani juga pada Adam dan Johar agar tidak terlalu repot dalam memberikan suguhan pada tetangga yang datang. Bagaimanapun juga walau hanya sekedar teh manis harus tetap disuguhkan, Karena ini merupakan ucapan terimakasih kepada para tetangga yang sudah meluangkan waktu untuk mendoakan Mbok bersama.
**************
            Seminggu berlalu di pagi yang cerah seperti biasa Adam dan Johar sudah Mandi dan siap beraktivitas. Adam yang sedang menghadapi ujian sekolah kenaikan kelas harus bergegas menuju sekolah, sedangkan Johar hanya tinggal menunggu pengumuman yang akan keluar seminggu lagi. Hal itu membuat Johar begitu santai dan tidak perlu datang ke sekolah. “Adam, Nanti kalau bisa langsung pulang ya! Mbok mau ngomong penting, kalau gak salah sekarang hari terakhir kamu ujian kan?” Tanya Yani sambil mengaduk teh hangat. “Insyallah, Adam usahain pulang secepatnya kalau Adam lancar ngerjakan saoal ujiannya Mbak. Hehehe” Jawab Adam sambil memasang sepatu.
            “Oia, Mbak Yani kenapa pagi-pagi begini udah datang ke rumah? Bagaimana dengan Mas Naryo?” tanya Johar pada Yani. “Mas Naryo lagi libur Jo, Jadi Mbak tidak perlu membuatkan bekal untuk Mas Naryo biar Mbak masak di sini saja” jawab Yani sambil meletakan dua gelas teh hangat di meja. “Baiklah, Adam berangkat dulu mbak” Kata Adam sambil mendekati Yani dan meraih tangannya. “Eh, teh hangatnya diminum dulu biar nggak laper” kata Yani mengingatkan. Setelah minum teh Adam menuju Johar dan menjulurkan tangannya, Johar pun meraihnya dan mencium tangan Adam. “Sukses ya kak” kata Johar. “Selalu, pasti sekarang juara satu lagi dek” jawab Adam percaya diri. “Halah sok banget… Udah sono berangkat!” kata Johar sambil tertawa melihat Adam.
            “Kalian ini sudah besar masih saja bersaing dan adu mulut terus” kata Yani melihat mereka bedua. “Yaudah, Assalamualaikum!” kata Adam sambil keluar menuju menuju jalan raya. Di dalam rumah sekarang hanya ada Yani dan Johar, Yani langsung meraih kain dan membersihkan meja di dapur. Sedangkan Johar langsung menuju kamarnya dan merapikan kamar tidurnya. Setelah mebersihkan kamar, Johar membantu Yani memasak di dapur, mulai memotong sayur hingga menggoreng ikan.
            Di sela memasak, Johar menanyakan Anting-anting Yani yang sudah tak menggantung di telinganya lagi. “Mbak, Kemana anting-antingnya?” tanya Johar saat menggoreng ikan. “Ada kok dek, Mbak simpan di rumah mas Naryo” jawabnya sedikit ragu. “Mbak jangan bohong, Kak Adam sudah bercerita katanya Anting-anting Mbak dijual ya? Untuk menutupi kekurangan dana acara tahlilan Mbok?” kata Johar sambil melihat Yani.
            “Eh, Adam tahu darimana? Jangan terlalu dipikirkan itu juga pemberian Mbok iyem kok” kata Yani sambil tersenyum. “Yah, tapi seharusnya mbak tidak perlu menjual anting itu, jual saja beras dan sembako yang dari tetangga ini mbak” kata Johar sambil menunjuk karung-karung berisi sembako. “Itu bisa kalian gunakan untuk makan Jo, Janganlah kalian jual sembako itu” kata Yani sambil terus menghaluskan bumbu.
            “Oia, tadi Mbak bilang mau ngomongin sesuatu yang penting kan, Ngomongin apa mbak?” tanya Johar penasaran. “Nanti saja setelah semua berkumpul Jo, Mbak ingin ngomong saat kamu dan Adam berkumpul. “Yaudah nanti aja, oia apalagi yang harus digoreng mbak?” tanya Johar sambil mengecilkan kompor minyak. “Sudah-sudah, biar mbak yang terusin, Jo Beresin ruang tamu saja” kata Yani dan Johar pun langsung keluar menuju ruang tamu.
            Di waktu bersamaan, di sekolah Adam sedang mengerjakan soal-soal Ujian Kenaikan kelas untuk mata pelajaran Matematika. Adam begitu cekatan mengerjakannya, dan penjaga kelas mengira Adam menyembunyikan contekan. “Heh, Coba berdiri” kata pengawas sambil memandang Adam. “Ada apa Pak?” Adam terlihat gugup. “Kulihat semua teman-temanmu itu kesulitan, tapi kamu malah santai dan terus mengerjakan soal itu, Jangan-jangan kamu curang ya?” kata guru penjaga kelas.
            “Curang bagaimana pak? Silahkan cek saja pak” kata Adam sambil berdiri. Guru itu pun memeriksa soal dan lembar jawaban Adam, memeriksa laci dan kursi Adam. “Di saku kamu itu apa?” tanya Guru pengawas. “Tidak ada pak, hanya saputangan.” Jawab Adam. Tanpa bertanya lagi guru itu menggeledah seluruh saku milik adam. dan saat itu juga Wali kelas Adam masuk keruangan itu.
            “Pak Bagiyo? Ada apa?” tanya wali kelas Adam. “Eh Anak ini terlalu lancar mengerjakan soal, jadi Aku kira dia melakukan kecurangan Bu” jawab Guru pengawas itu. “Tidak mungkin pak, saya wali kelasnya dan saya tahu semua murid saya, apalagi Adam yang memang sudah pandai dari awal masuk sekolah, dan dialah sang juara di kelasku pak” kata wali kelas Adam. “Oh, maaf bu kalau begitu, maaf ya nak Adam, bapak kira kamu melakukan kecurangan” jawabnya sambil terus meminta maaf.
            Adam hanya mengangguk dan melanjutkan menjawab soal-soalnya. Hingga beberapa menit kemudian Adam selesai pertama dan langsung mengumpulkan soal-soal itu. Segera Adam menuju pintu gerbang untuk pulang. Dan sesampainya di pintu gerbang Adam bertemu dengan Pak RT yang lewat di depan sekolah Adam. Adam pun memanggil Pak RT dan numpang menuju rumah.
            “Assalamualaikum” Adam mengetuk pintu sambil mengucapkan salam. “Walaikumsalam” jawab Johar di dalam kamar. “Sudah pulang kak?” Johar menyapa Adam. “Belum, masih di sekolah Dek” Kata Adam agak kesal. “Loh? Kenapa sewot gitu?” Kata Johar sambil memegang pundak Adam. “Hahaha… Kena deh. Kamu kira kakak Marah ya? Nggak kok, meski tadi dibuat badmood sama pak Bagio yang sudah hampir pensiun itu” jawab Adam sambil membuka Bajunya.
            “Oalah, Aku kira ada masalah serius kak” Jawab Johar sambil membenarkan Rambutnya yang lurus. “Mana mbak Yani dek?” tanya Adam. “Mbak pulang kak, nganter makanan untuk suaminya, katanya sih sebentar lagi balik” jawab Johar sambil menuju dapur. Adam hanya diam dan langsung berganti pakaian dan celana Abu-abu miliknya diganti dengan kolor tigaperempat. “Adek udah makan?” tanya Adam ketika berada di pintu dekat dapur.
            “Belumlah, kapan Aku tega meninggalkan kakakku makan sendirian?” jawab Johar sambil meletakan nasi di piringnya. “Halah, emang Aku kapan pernah makan tanpa memikirkan dirimu dek? Kita kan selalu makan bersama saat ada Mbok dulu” jawab Adam sambil menuangkan Air putih. “Mbok… Jadi kangen si mbok kak” Kata Johar pelan. “iya dek, pasti Mbok sekarang sudah tenang dek” kata Adam yang juga terlihat kalut.
            “Sudah, Mbok jangan dipikirin terus nanti malah tambah berat loh ninggalin kita disini” kata mbak Yani mengagetkan. “Eh Ayo mbak makan bersama!” kata Johar sambil terseyum. “Mbak sudah makan sama mas Naryo tadi, kalian makan dulu setelah itu kita bicara di ruang tamu” Kata Yani sambil membantu menyiapkan makan untuk Adam. “Oh iya emang mau ngomongin apa mbak? Sepertinya penting banget!” Kata Adam sambil piring yang sudah berisi nasi jangung. “Makan dulu, biar Mbak tunggu di ruang tamu ya!” kata Yani sambil menuju ruang tamu.
            Akhirnya Adam dan Johar menyelesaikan makannya dan menuju ruang tamu dimana ada Yani yang menunggu mereka. “Apa itu Mbak?” Tanya Johar ketika melihat kotak tua yang dipeluk Yani. “Eh, kalian sudah selesai makannya? Silahkan duduk disini” kata Yani sambil membenarkan posisinya. “Emang itu kota apa?” kali ini Adam yang menanyakan. “Ini adalah kotak wasiat milik Mbok Dek, dan mungkin hari ini Mbak akan berikan Wasiat yang sudah dititipkan Mbok” kata Yani sambil membuka kotak itu.
            “Pertama adalah Cicin ini yang diwariskan untuk Adam, Cicin yang selalu dijaga oleh Mbok meski saat-saat kekurangan uang Cincin ini tidak akan dijualnya” kata Yani sambil menjulurkan cicin emas pada Adam. Adam menerima cicin itu dan membolak-balikan cicin itu, “Sepertinya ini bukan ukuran Mbok deh” kata Adam sambil memperlihatkan Cicin itu ke Johar. Johar hanya diam dan melihat cicin yang indah itu.
            “Cicin itu adalah salah satu warisan Mbok, tapi ada wasiat yang lebih penting lagi, ini menyangkut jati diri kalian berdua” Kata Yani terdengar sangat serius. “Jati diri? Maksudnya?” Kata Johar dan Adam hampir bersamaan. “Sebelumnya mbak mau tanya kepada kalian berdua, kalian Sayang dan cinta pada Mbok?” tanya Yani. “Tidak ada Orang lain yang paling kusayangi selain Mbok seorang” Kata Johar mantap. “Begitu juga dengan diriku Mbak” Adam menambahkan.
            “Alhamdulillah, kalau begitu kalian bisa membantu Mbok menebus kesalahannya dimasa lalu, dan ini menyangkut diri kalian dan hal ini juga yang membuat Mbok meminta maaf pada kalian berdua diakhir hayatnya.” Kata Yani dengan mata yang berkaca-kaca. “Iya Mbak, Tapi kami tidak tahu kalau mbak Yani tidak Cerita apa sebenarnya yang terjadi” Kata Adam. “Kalian bukan Anak kandung Mbok” Kata Yani singkat sambil menundukan kepala.
            “Maksudnya Mbak? Kami bukan anak kandung si mbok? Terus kami anak siapa?” Tanya Adam beruntun. “Berikan Mbak Waktu untuk bercerita!” kata Yani sambil mengusap Air matanya. “Saat itu Mbak masih berumur sepuluh tahun dan Hidup berdua dengan Mbok setelah bapak meninggal. Aku masih ingat saat itu Mbok menginginkan seorang anak laki-laki, namun Bapak memberikan anak pertama berjenis perempuan dan setelah dua tahun kemudian Bapak Meninggal dunia. Saat itu tepatnya tujuh belas tahun yang lalu, kami tinggal di sebuah desa terpencil namun desa itu merupakan akses antar kota. Mbak masih ingat saat Mbak bermain di depan rumah ada seorang laki-laki berlari menuju rumah Mbok yang berada di tempat terpencil itu. Dia meminta tolong pada Mbok untuk membantu istrinya yang akan melahirkan bayi yang dikandungnya. Laki-laki itu tidak bisa membawa istrinya ke rumah sakit yang masih jauh karena ban mobilnya pecah.” Yani menghentikan Ceritanya.
            “Siapa laki-laki itu Mbak?” tanya Adam penasaran. “Dia adalah Ayahmu dek” jawab Yani pelan. “Apa ayahku?” Adam sangat Heran. Kemudian Yani melanjutkan ceritanya, “Mbok saat itu adalah seorang dukun beranak, dan entah berapa kali Mbok membantu persalinan perempuan dari desa-desa terdekat. Mbok langsung bergegas menuju ayahmu  dan membantu dia memapah ibumu masuk ke rumah. Mbok menyuruhku untuk mempersiapkan air hangat dan membawa kain batik untuk menutupi paha ibumu. Ayahmu sepertinya tidak kuasa melihat ibumu yang akan melahirkan dan dia memutuskan untuk menunggu di luar rumah. Setelah beberapa lama kemudian terdengarlah suara tangisan seorang bayi dan ibumu pingsan karena kelelahan.” Sesekali Yani menghentikan pembicaraan dan melihat keluar rumah.
            “Itu pasti kak Adam” Kata johar merespon cerita Yani. Adam langsung memandang Johar dan seketika Johar merasa canggung, Adam sangat konsentrasi mendengar cerita Yani dan tak mau ada orang lain merusak jalan ceritanya. “Lanjut mbak!” kata Adam serius. “Suara bayi itu bukanlah suara tangisan Adam, melainkan suara saudara kembarnya!” Jawab Yani sambil melihat ke arah Adam dan Johar. “Kembar? Aku dan kak Adam kembar?” Kata Johar merespon Cerita Yani. “Bukan Dek, Kalian bukanlah saudara kandung!” Kata Yani.
            “Lanjut saja mbak, jangan hiraukan Johar yang crewet ini” kata Adam terlihat agak emosi dengan sikap Johar. “Ibumu melahirkan dua anak laki-laki dan anak kedua adalah kamu dek, Namun ada keanehan yang terjadi. Semua bayi yang terlahir ke dunia akan menangis, namun tidak dengan dirimu. Kau hanya menggerak-gerakkan tubuh kecilmu, dan Mbok langsung membungkus Adek dengan kain bersih dan menyuruhku membawa Adek ke kamar Mbok. Dari dalam kamar Aku mengintip keluar dari celah bilik bambu melihat Ayah Adek sudah berada di dekat Ibu Adek.  Sesuai dugaan Mbok, ternyata Ayah adek tidak tahu kalau ada dua bayi di rahim istrinya” Kata Yani dan menghentikan ceritanya ketika Adam merespon cerita Yani.
            “Berarti Mbok menculik Aku?” Tanya Adam. Yani hanya mengangguk dan akhirnya matanya mengalir di pipinya, “Maafkan Mbok ya dek” kata Yani sambil memegang paha Adam. “Tidak apa-apa Mbak, Adam senang kok Mbok merawat Adam dengan penuh kasih sayang” jawab Adam sambil memegang pipi Yani.
            “Sebentar Mbak, Jo mau tanya… sampai kapan Kak Adam tidak menangis dan seberapa lama orang tua kak Adam di rumah itu? pastinya mereka lama dan akan menemukan kak Adam.” Kata Johar mencoba menganalisa situasi masa lalu.
.           “Mereka hanya dua jam di rumah, setelah ibu Adam sadar dan Ayah Adam memasang Ban cadangan barulah Mereka pergi ke rumah sakit untuk memeriksakan keadaan bayi dan istrinya. Tak lama kemudian, Adam mulai menangis dan menjerit histeris.” Kata Yani menjawab pertanyaan Johar.
“Mbak, Ayah dan Ibu tidak pernah datang lagi ke rumah itu?” tanya Adam. “Sebenarnya, dua hari setelah mereka pergi, Ayah Adek datang lagi ke rumah membawa kebutuhan pokok. Aku yang bermain di depan rumah langsung berlari menuju Ibu di dapur ketika melihat Ayah Adek dari kejauhan. Mungkin Adek merasakan bahwa Ayah adek berada didekat Adek, dan seketika Adek Menangis kencang. Aku membantu mencoba menenangkan Adek, sedangkan mbok keluar menemui Ayah Adek. Mbok hanya mengatakan kalau di dalam ada pasien yang sedang melahirkan dan Mbok buru-buru akan mengurus pasien itu. Ayah adek tidak memiliki rasa curiga dan langsung memberikan oleh-oleh kepada Embok dan pamit pulang.” Kata Yanti menjelaskan ketika ayah Adam berkunjung.
“Wah kak Adam memiliki saudara kembar yah… pasti dia juga Ganteng kayak kak Adam” Johar meledek Adam yang terlihat bahagia mendengar cerita itu. “Kalian memang ganteng-ganteng kok, apa kalian tidak sadar bahwa kalianlah pemuda ganteng di desa ini? Lihat Semua pemuda di kampung ini, semuanya berkulit coklat pekat seperti kulit Mbak ini. “Jangan bilang gitu Mbak, Kita kan di Desa banyak pemuda yang bekerja di sawah sedangkan kami diwajibkan bersekolah oleh Mbok. Dan juga di daerah sini jumlah pemudanya juga sedikit Mbak, jadi gak pantas dibandingkan dengan mereka” kata Adam sambil tertawa.
“Oia Mbak, Kalau kisah Jo yang crewet ini bagaimana? Aku juga ingin tahu kenapa dia crewet banget dan siapa sebenarnya orang tua Johar ini” kata Adam sambil mencibir Johar. Johar terlihat tidak suka dengan kalimat Adam, dia hanya diam menatap kotak di pangkuan Yani. “Kalau Johar, Mbok mewariskan ini” Yani mengeluarkan kertas foto yang terdapat gambar sepasang Laki-laki dan perempuan berseragam SMA. “Jo, Mbok juga meminta maaf kepada kamu karena merahasiakan identitas kamu sebenarnya” kata Yani sambil menatap Johar yang fokus memandangi foto itu. “Mbak, ini foto siapa?” tanya Johar penasaran. “Itu orang tua Adek” Jawab Yani datar.
“Iya pemuda ini mirip banget dengan Adek, coba Jo memakai kacamata seperti laki-laki ini pasti tidak ada bedanya” Kata Adam ketika melihat foto itu. “Ceritakan saja mbak, Apa mereka semua meninggalkan Aku pada Embok? Atau Sama seperti kak Adam mbok mengambilku dari kedua orang tuaku?” Kata Johar sangat penasaran.
“Baiklah, Sama seperti Adam… kelahiranmu dibantu oleh Mbok sebagai dukun beranak. Namun saat itu ibumu sangat muda dan merupakan siswi SMA dari luar kota. Mbok menemukan ibumu berada di pinggir hutan dengan perut yang buncit. Saat itu kandungannya sudah tujuh bulan. Ibumu sangat depresi dan lari jauh dari rumah hingga terdampar ke rumah kami dulu. Dua bulan ibumu tinggal bersama kami, namun selama itu dia tidak berbicara sepatah kata pun mengenai dirinya. Mbok yakin Ibumu masih sangat muda dan terlihat sangat depresi. Hingga Akhirnya tiba saatnya kamu lahir ke dunia ini.” Yani mencoba mempersingkat ceritanya.
“Selanjutnya bagaimana Mbak? Kenapa Aku bisa dirawat oleh Mbok?” tanya Johar pada Yani. “Kamu terlahir sehat dan Ibumu juga selamat meski itu adalah pertama kali dia melahirkan di usia yang masih muda. Setelah kelahiranmu ibumu mulai berkomunikasi dengan kami, Aku selalu diceritakan tentang kehidupan ibumu. Dan saat ibumu bercerita barulah kami tahu bahwa ibumu merupakan siswi SMA yang sedang hamil karena kecerobohannya melakukan hubungan intim diluar nikah. Menurut ibumu, Ayah kamu adalah laki-laki yang sangat tampan di sekolah dulu. Meski ayahmu adalah anak pindahan, dia bisa bergaul dengan semuanya dan menjadi pusat perhatian karena ketampanan dan kekayaannya.
Namun semua terjadi begitu saja, ibumu yang menjalin hubungan dengan ayahmu diwaktu SMA harus menanggung beban hidup. Menanggung resiko dari kelakuan mereka berdua.” Kata Yani sambil memegang Tangan Johar. Johar terlihat sangat kecewa mendengar cerita itu, namun Adam merangkul Johar dan menenangkannya. “Semangat Dek! Semua orang pasti berbuat salah kok” kata Adam menyemangati.
“Kenapa ibu bisa menderita dan kenapa Ayah tidak bertanggung jawab? Berarti Aku adalah anak haram Mbak!” kata Johar sedih sambil menundukan kepala. “Jo… gak ada anak haram. Yang ada kesalahan orang tua yang melakukan hubungan di luar nikah, bukan Anak yang di hasilkannya” kata Adam.
            “Iya Dek, Adam benar gak ada yang namanya anak haram. Semua sama dan anak itu tidak akan menanggung dosa orang tuanya yang melakukan hubungan di luar nikah” lanjut Yani. “Iya Mbak, lanjutkan saja ceritanya” kata Johar sambil menarik nafas panjang. “Ibumu juga pernah bercerita bahwa dia pernah menemui Ayahmu dan ibumu tak pernah menceritakan kalau dia sudah telat datang bulan. Hingga suatu hari Ayahmu harus pergi meninggalkan ibumu, dia pergi ke luar kota dan berjanji akan menemui ibumu setelah lulus SMA di luar kota nanti. Namun ibumu tidak pernah mendapatkan kabar dari Ayahmu dan tiap hari perut ibumu semakin buncit. Hingga akhirnya Orang tua ibumu itu mengetahui bahwa ada yang tidak beres dengan perut ibumu.
            “Ibumu mendapat amarah dari kedua orang tuanya dan mereka menyuruh ibumu menggugurkan kandungannya. Pastinya ibumu menolak karena yang dikandungnya adalah hasil dari orang yang sangat dicintainya. Hingga akhirnya ibumu dipaksa meminum sebuah obat penggugur kandungan oleh nenekmu, namun ibumu lari dari rumah dengan perut yang buncit. Ibumu merasa bahwa dirinya telah dibuang oleh keluarganya, hingga dia berakhir di rumah kami yang dulu.
            Setelah kelahiranmu, ibumu tak pernah melihatmu. Menyusuimu pun dia juga tidak pernah, dan Mbok merasa ibumu sudah tidak waras karena tidak peduli kepada anak yang dilahirkannya. Beberapa hari kemudian ibumu hilang dari rumah dan kami tidak tahu kemana dia pergi. Embok sudah mencari dan bertanya kepada orang-orang di sekitar kampung namun hasilnya nihil. Hingga dua hari kemudian terdengar kabar bahwa ada seorang perempuan yang tewas tenggelam di sumber air di desa sebelah. Mbok langsung ke desa itu dan ternyata itu adalah Ibumu. Mbok yakin Ibumu mengakhiri hidupnya sendiri untuk menghilangkan beban hidup.” Yani mengakhiri cerita tentang masa lalu Johar sambil membuka Kotak yang ada di pangkuannya.
            “Dek, jangan sedih dong. Masih ada kakak yang akan selalu menemani Adek sampai adek besar nanti” kata kak Adam sambil merangkul Johar. “Emang Aku masih kecil kak? Hehe..”  Johar memaksakan diri untuk tertawa dan bersikap tegar.
“Terakhir adalah amplop ini, Ini adalah tabungan Mbok dan Mbak telah menghitungnya semua berjumlah Rp 3.452.000,-. Mbok ingin Uang ini membantu Adam dan Johar mencari keluarganya.” Yani meletakan amplop di atas meja. “Embok punya uang sebanyak itu darimana? Kenapa kita tidak pernah tahu?” tanya Johar  pada Yani. “Entahlah, Mbak juga tidak tahu dek” jawab Yani datar.
“Sekarang ini adalah harapanku dan harapan besar Mbok, Temukan Keluarga kalian dan sampaikan permintaan maaf Mbok pada keluarga kalian, terutama Adam, Mbok ingin sekali meminta maaf kepada orangtua Adek, namun Mbok sudah tidak lagi punya kesempatan hingga Ajal menjemput. Semalam Mbak bermimpi Mbok sedang bersedih di ruangan yang sangat sempit, Aku yakin Sekarang Mbok masih belum tenang sebelum kalian menyampaikann rasa maaf Mbok kepada Keluarga kalian” Kata Yani sambil memohon kepada Adam dan Johar.
“Tapi kemana kita mencari mereka mbak? tak ada informasi yang kami tahu tentang mereka!” Kata Adam. “Mbok hanya bilang kalian pegilah ke kota surabaya dan disana kalian Akan mendapatkan petunjuk mengenai Orang tua kalian, Firasat Mbok dulu tidak mungkin salah dek, Aku mohon Adek Mencari keluarga Adek” Kata yani.
“Baiklah, Adam Berjanji akan mencari Orangtua Adam dan menyampaikan permintaan maaf kepada mereka. Johar akan selalu bersamaku sampai kami menemukan keluarga kami” kata Adam mantap. “Tapi kak? Bagimana sekolah kita? Bagaimana cita-cita dan masa depan kita?” Protes Johar. “Masalah Sekolah, Kita lanjutkan di kota Surabaya, Dan kita mulai perjuangan kita disana”. Kata Adam sambil tersenyum pada Johar.
********
Beberapa Minggu setelah kebenaran itu, Akhirnya tiba saatnya mereka Pergi meninggalkan Kabupaten Banyuwangi. Langit yang cerah menyemangati kepergian mereka dan semua kebutuhan mereka sudah dipersiapkan. Bagi mereka berdua, surat-surat dari desa adalah hal paling penting di samping surat Ijazah dan keterangan dari SMA Adam.
Saat Matahari mulai meninggi, Adam dan Johar berpamitan kepada tetangga dekat rumah. Yani yang berdiri di depan rumah melihat mereka berpamitan dan terakhir Adam mendekati Yani. “Mbak, Doakan kami ya! Kami akan merindukan Mbak dan semua kenangan yang ada disini” Kata Adam sambil mencium tangan Yani. Yani hanya terisak dengan tangisannya dan mengelus Kepala Adam.
“Mbak, Rawat peninggalan rumah ini ya, Rumah ini adalah warisan Mbok yang terakhir, dan Tolong Rawat makam Mbok ya. Jangan lupa selalu doakan kami saat mbak Selesai Sholat, dan jangan pernah melupakan kami berdua, Johar akan merindukan Mbak” Johar memeluk Yani dengan Erat sambil terus menangis. “Johar, sampai saat terakhir begini kamu masih saja cerewet, Mbak Janji akan merawat rumah dan makam Mbok, Janji Akan selalu mendoakan kalian”, Yani mengelus kepala Johar.
Akhirnya Adam dan Johar menaiki motor milik Mas Naryo suami Yani, Dan Seorang Ojek dari kampung itu. Adam dan Johar terus melihat ke rumah dari bilik bambu itu, disana masih terlihat Yani dan para tetangga berdiri sambil melambaikan tangannya. Johar dan Adam pun tak berpaling dari pandangan itu, hingga Akhirnya pandangan itu benar-benar hilang. Dan saat itu juga perjuangan Hidup di kota surabaya akan menjadi bagian hidup Johar dan Adam.
Bersambung… next Mengejar Masa Lalu 02


Comments
3 Comments

3 comments:

  1. ..ini kisah hetero kan mon?
    udah bagus kok, tpi tdi msih ada typo Yani jdi Yanti :D
    oh iya, nominal uangnya itu dri angka 2345 yg di acak yah? :D

    ninO

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kisahnya Abu-Abu Wo. hahahaha. Masih di dunia pelangi :D tapi kita lihat siapa yang melenceng :D wkwkwkwkwk. iya masih banyak typo dan menunggu revisian :D nanti di edit lagi :D

      Thanks Nino :)

      Delete
  2. Kpan lanjutanya neh..
    Ngk sabar nunggu nya

    ReplyDelete

Terimakasih atas kunjungannya, besar harapan penulis tolong tinggalkan jejak dalam kolom komentar, terimakasih....