Ini adalah segelitir kisah dari
sahabatku seorang buchi yang bertahan dengan keadaannya. Aku tahu menjalani
cinta seperti dia tak mudah dan memang harus berakhir dalam perpisahaan. Namun
Omye bisa berkorban demi kebahagiaan pasangannya itulah yang patut dibanggakan.
Kisah itu Aku rangkum dalam sebuah curhatan Omye dalam judul, Cinta dan Ketegaran Omye.
Aku merasa empat tahun yang kujalani dengannya sia-sia. Aku tak mengrti
apa yg ada dalam pikiran seorang cewek seperti dia. Aku tidak menyebut pasanganku
itu sebagai pheme, karna dia hanya mempunyai satu Buchy dan mempunyai rasa yg
tinggi terhadap lelaki. Aku tak tahu apakah Aku terlalu sabar dalam
menghadapinya? Atau…dia lah yang terlalu kejam padaku. Namun, yang bisa
kulakukan hanyalah bertahan menghadapinya, menghadapi orang yang kucintai.
Aku akui dia memang seperti terlalu menyayangiku. Begitu pun dengan
diriku yang tak kalah besar rasa sayangku padanya. Mungkin karena Aku terlalu
menyayanginya, membuatku selalu menjadi seorang pemaaf. Memafkan semua yang
dilakukannya, bahkan memafkan perbuatannya yang selalu menyakitiku, menyakiti
perasaanku. Entah sudah berapa kali dia menduakanku, baik dibelakangku maupun
di depan mataku.
Di saat dia menduakanku, Aku hanya diam dan menjauh dan menyimpan rasa sakit hatku sendiri. Aku pun
ikhlas, mengikhlaskannya melakukan apa pun yang dia suka. Jika begitu, Aku
hanya bisa meminta putus, meminta Julie meutuskan hubungan ini. Namun, Julie
tak pernah memutuskanku sebagai kekasihnya. Kalau sudah begitu, Aku hanya
mengalah terdiam sendiri menunggu dia kembali kepadaku.Tanpa rasa bersalah dia
akan kembali padaku lagi setelah mencampakan pasangannya.
Begitulah selama empat tahun Aku
menjalani cinta dengannya, sudah berapa kali dia menduakanku. Bahkan, dia juga
berani mesra bahkan ciuman dengan pacarnya tepat di depan mataku. Aku tak
pernah membencinya, membenci akan kelakuannya dan rasa syang itu tidak pernah
terkikis oleh ulahnya. Bukan karna Aku bodoh, tapi karna Aku masih memikir kan
perasaannya jika Aku harus marah atau pun protes dengan ulahnya.
Aku masih ingat saat tahun baru 2010. Jauh sebelumnya dia berjanji akan
merayakan malam tahun baru bersamaku. Tentu saja itu membuatku sangat bahagia, namun
kebahagiaan itu hilang bersama ledakan kembang Api di langit. Hingga memasuki
hari pertama di tahun itu, Aku hanya mendapat kabar bahwa dia bersama Doni.
Betapa sedihnya diriku malam itu, malam yang sangat kubenci jika
mengingatnya.Itulah dia, dia yang sanggup membohongiku demi kesenangannya
dengan deretan orang bergantian selama hubungan kita. Rudi, Eko, Ari, Sunika,
Adek, dan banyak yang lainnya yang tidak bisa kusebutkan.
Hingga 13 november 2012 kemarin, dia memutus kan untuk menikah dengan Aris
dengan alasan Aku menghianati cintanya. Namun, memang seperti tak punya hati,
dia memintaku yg mengantarkannya ke balai nikah. Saat itu Aku benar-benar
hancur, Namun demi kebaikan dan kebahagiaanya lagi-lagi Aku bertahan.
Aku mencoba tegar,
tegar ketika ijab qabul dimulai saat itu. Aku hanya bisa tersenyum, tersenyum
pahit akan keadaan ini. Aku hanya berusaha ikhlasdan tak hentinya Aku berdoa
kepada Allah agar Aku selalu tegar dan Allah memberikan jalan terbaiknya
kepadaku.
Hingga Tgl 27 Desember 2012 kemarin, dia mengadakan pesta pernikahan. Aku
diminta hadir seminggu sebelum accara di mulai. Lagi lagi Aku harus melawaan
hati dan tetap tersenyum. Dan untuk terakhir kalinya Aku tetap melaku kan
keinginannya. Aku mengukir inai di tiap jari nya tanpa setetes air mataku. Dan Akhirnya
dia bersanding di pelaminan.
Kesakitan telah membuatku tegar. Dan kini Aku tetap hidup seperti biasa.
Meski luka di hati semakin parah, namun Aku tetap berjalan dan bernafas walau
tanpanya.
Aku tetap bisa makan…
Tetap bisa minum air…
Dan tetap mengisap
rokok…
Aku hadapi semua ini sendiri, tanpa seorang sahabat,
tanpa seorang taman, tanpa bercerita kepada siapapun, semua Aku simpan dalam
hati dan ku tulis di catatan ini. Aku hanya bisa berharap Semoga kisahku ini
dijadikan iktibar bagi sahabat belog semuanya.
Janganlah mencintai manusia melebihi cinta terhadap Tuhan, karena disaat
manusia menghianatimu dan melukaimu hanyalah Tuhan tempatmu mengadu, dan
hanyalah Tuhan yang selalu menolongmu.
Sekian
Terlalu singkat...
ReplyDeleteTpi kta2 terakhirnya bagus.. Di bikin status...
Hehehehe
Itu dari curhatan sahabat Om Undah, kalau mau yang panjang baca yang "Coretanku" hahahaha... Thanks atas kunjungannya :)
Delete