Wednesday 16 January 2013

Mengejar Masa Lalu 04



Sekilas Dari Mengejar Masa Lalu 03, Nico diam-diam menyukai Johar dan Dia sangat perhatian padanya, disisi lain Johar hanya nyaman dengan pertemanan Nico, dan Dia juga dihadapkan masalah lain di sekolahnya. Pertemuan Adam dan Johar dengan Alex berserta gengnya menjadi masalah baru di kehidupan mereka. Selain itu, Johar dan Adam harus berusaha menjadi siswa berprestasi dan memikirkan biaya hidupnya di surabaya.
Perangkap Waktu
Ketika malam tiba, Akhirnya Nico, Johar, Adam dan Yudi duduk bersama di ruang tamu untuk menyantap makan malam mereka. Yudi tidak mengusut luka lebam di wajah mereka karena sudah mendengar cerita dari Nico. “Kalian kalau butuh bantuan hubungi saja Aku, kalau kalian dikeroyok atau apalah yang kiranya gak sebanding, Aku dan teman-teman mau membantu, tapi kalau hanya single selesaikan saja masalah kalian sendiri! kalian kan cowok!” Kata Yudi disela makannya. Adam dan Johar hanya tersenyum sambil menganggukan kepala dan terus menyantap makanannya.
Setelah makan Adam dan Johar mengobrol dengan Nico dan Yudi, dan mereka berdua belajar memainkan gitar. “Jo, kamu belajar ke Nico dan Adam biar Aku yang mengajarinya bermain gitar… Kita lihat siapa yang lebih jago bermain gitar nanti.” tantang Yudi pada Johar. “Tenang Jo, Aku itu lebih jago dari mas Yudi” jawab Nico yang terlihat lebih Pede. “Seru juga nih, Ayo dek kita bersaing belajar main gitar, tentukan lagu apa yang akan kita mainkan” kata Adam. “Yaudah, bagaimana kalau kalian belajar lagu ini” kata Nico sambil membuka buku lagu.
“Ok, mulai saat ini kita bersaing bermain gitar dek! Siapa yang jago diantara kita adalah pemenangnya!” kata Adam melihat Johar yang mencoba memegang gitar milik Nico. Johar hanya terseyum sambil bergaya memetik asal senar gitar milik Nico. “Hahaha, Johar sok jago tuh!” Kata Yudi tertawa. “Belajar main gitarnya bisa kapan saja, yang penting kalian istirahat dulu, karena besok kalian masih harus ke sekolah, katanya masih ada kegiatan sehari lagi?” Yudi memastikan cerita mereka tentang kegiatan di sekolahnya. “Iya Mas besok ada kegiatan Outbond di sekolah, Aku sudah ngantuk dan badan terasa sakit Nih!” jawab Johar sambil memberikan gitar pada Nico. Akhirnya semua bubar dan masuk ke kamar masing-masing untuk beristirahat.
Ke esokan harinya Adam dan Johar berangkat ke sekolah untuk mengikuti outbound yang diadakan sekolah dan ini adalah kegiatan terakhir sebagai masa orientasi siswa dan Proses belajar mengajar akan aktif lima hari lagi. Bekas pukulan di wajah mereka semakin terlihat jelas, Bibir johar yang terluka juga terlihat memerah. Kali ini Johar dan Adam memilih untuk tidak melewati depan ruang kepala sekolah, dengan alasan untuk menghindari pertanyaan Bu Ana.
Namun Usaha mereka sia-sia karena Bu Ana datangnya terlambat dan memanggil Johar dari belakang. “Johar!” Suara Bu Ana dari belakang. “Aduh dek, Kakak tinggal Adek Aja ya… Adek yang hadepin Bu Ana!” Adam meneruskan jalannya menuju ke dalam sekolah. “Kamu juga Dam, tunggu dulu!” Kata Bu Ana meneriaki Adam dan membuat dirinya berhenti. “Aduh, kena juga diriku” Adam mengeluh sambil menghentikan langkahnya. Ketika mereka berdua berhadapan dengan Bu Ana, Bu Ana langsung terkejut dan mengajak mereka ke kantor.
“Ya Allah, kenapa harus kalian yang bermasalah dengan Alex? Tadi pagi saya dapat telfon dari ayah Alex katanya dia berantem dengan Siswa sekolah ini” jawab Bu Ana khawatir. “Iya Bu, Maafkan kami… Tapi ini semua salah Alex” Johar mencoba membela diri. “Saya tidakk menyalahkan kalian kok, Ayah Alex juga tidak menyalahkan kalian karena Ayahnya yakin itu adalah ulah Alex dan dia meminta maaf jika ada yang terluka. Kalian tidak apa-apa kan? Sudah berobat?” Bu Ana menjadi sedikit khawatir melihat wajah lebam Adam dan Johar.
“Kami baik-baik saja bu, hanya sedikit sakit di luka-luka ini!” Adam menunjuk bekas luka diwajahnya. “Yaudah, kalau ada masalah tolong bicara kepada Ibu dulu ya!” Bu Ana mempersilahkan Adam dan Johar keluar dari ruangan kepala sekolah. Ketika keluar dari ruangan kepala sekolah, Johar dan Adam menjadi pusat perhatian beberapa guru dan Siswa di sekolah itu. Mereka memandang Johar dan Adam dengan wajah heran. “Eh kak, semua melihat ke arah kita” Kata Johar. “Iya dek, santai saja anggap patung dan usahakan tersenyum pada patung-patung itu” Adam tersenyum dan melanjutkan langkah kakinya menuju depan perpustakaan.
Johar dan Adam langsung duduk menghadap lapangan Basket dimana beberapa Siswa melihat pembagian kelompok di papan Pengumuman. “Dek, gak mau lihat pengelompokan itu?” Tanya Adam. “Nanti saja kak, pasti kita satu kelompok” jawab Johar santai. “Kalian baik-baik saja kan?” suara perempuan mengagetkan mereka berdua. Ketika menoleh ternyata Stella sudah berdiri di samping mereka. “Kenapa bengong? Hmmm … Sepetinya kalian lebih kuat dari mereka bertiga” Kata Stella sambil melihat luka di wajah Adam.
“Maksudnya?” Tanya Johar sambil menyipitkan matanya karena Silau. “Iya, kalian masih masuk sekolah dengan wajah memar seperti itu, namun mereka bertiga hari ini izin dengan alasan sakit! Aku yakin mereka malu menunjukan luka-lkuanya!” Stella tersenyum manis. “Oia, sudah tahu kelompok kalian untuk Out bond? Aku dan Rendy satu kelompok dengan kalian, namun Rendy tidak datang jadi dalam tim kita Ada satu orang yang tidak hadir” Stella bergerak menjauhi Johar dan Adam yang masih terpana dengan sikap Stella yang selalu diam ketika di samping Alex namun kali ini dia sangat ramah pada mereka berdua.
“Kak, kenapa kak?” tanya Johar yang melihat Adam terdiam membisu memandang ke arah Stella. “Eh, Kamu ngomong apa Jo?” Adam salah tingkah. “Siapa yang ngomong, Ayo kita kumpul di tengah lapangan tuh semuanya sudah siap kak!” Ajak Johar menuju lapangan. OutBond dimulai pukul setengah delapan dan berakhir pukul sepuluh siang, Outbound yang dilaksanakan sekolah menjadi kesempatan bagi Adam berinteraksi dengan Stella, Namun Johar tidak terlalu suka dengan kedekatan keduanya. Hingga Akhirnya Jam pulang sekolah tiba.
“Adam, Johar mau ku antar nggak?” kata Stella ramah. “Iya Boleh!” Adam terseyum pada stella. “Apa sih kak? Maaf Stella kami masih harus mampir ke suatu tempat dan terimakasih atas tawarannya!” Johar menarik Adam berjalan menjauh dari mobil Stella. Adam hanya mengikuti langkah Johar dengan pandangan terkunci pada Stella.
Kali ini Adam menyukai Stella, bukan kali pertama dia menyukainya tapi saat pertama bertemu Stella yang terlihat cuek ketika bersama Alex dan gengnya. “Kakak Suka Stella ya?” tukas Johar ketika berada di atas Angkot. “Semua laki-laki pasti menyukainya dek, Ntah apa yang kakak rasakan ini … rasanya bahagia banget bisa mendengar suaranya itu dan tadi saat outbond dia begitu bersemangat!” Adam tersenyum sendiri mengingat saat outbond di sekolah. “Idih, kakak tahu kan dia anggota geng Alex, dan jangan sampai kakak terjebak” Johar terdengar kesal.
“Biasa aja Dek, jangan merengut gitu, Aku tidak terlalu mempermasalahkan Alex dan teman-temannya karena kita punya masalah yang lebih berat, yakni masa depan kita dek!” Adam mulai menceramahi Johar dengan nada emosi. “Oh, sekarang kakak itu mulai lunak dengan gengnya Alex? Bukan karena kakak suka Stella kan?” Johar semakin memanas. “Sssst… nanti terdengar sopir dek, jangan kayak anak kecil gitu napa!” Kata adam perlahan. “Terserah!” Jawab Johar datar.
Angkot yang mereka tumpangi akhirnya menepi. Johar langsung keluar dengan langkah yang cepat masuk gang menuju rumah. Adam membayar ongkos dan mengikuti Johar yang jauh di depan. Adam tahu, mungkin Johar tidak suka kedekatannya dengan Stella karena Stella merupakan anggota geng Alex, namun untuk saat ini kebersamaan dengan Joharlah yang paling penting baginya.
Di dalam kamar, Johar hanya diam dan melakukan aktivitasnya berganti pakaian dan menumpuk seragamnya di timba besar di kamarnya. Adam masuk ke kamar dan melempar senyum ke Johar, namun Johar tidak menanggapinya dan langsung keluar menuju dapur untuk menyiapkan makanan. Di dapur Johar makan sendiri dan setelah makan langsung duduk di ruang tamu. Sedangkan Adam berdiam diri di dalam kamar memikirkan Johar yang sedang marah padanya.
Ketika Nico dan Yudi datang dan mengajak Johar untuk belajar main gitar barulah Johar bisa tersenyum. Namun ketika Adam bergabung dengan mereka, Johar kembali dingin dan tidak terlalu merespon apa yang diomongin Adam. “Kalian ada masalah? Tumben diem-dieman!” Nico melihat Johar dan Adam bergantian. “Ah Nggak kok, Ya kan dek?” Adam berusaha menyapa Johar, namun Johar berdiri dan langsung masuk kamar, “Aku capek Nic, permisi ya mas Yud!” jawabnya pada Yudi dan Nico. “Loh? Mau kemana Jo?” Tanya Nico penuh tanda tanya.
“Biarin saja Nic, dia lagi marah ma Aku, Masalahnya sih salah paham aja kok. Nanti juga baikan lagi” Kata Adam sambil tersenyum pada Nico. “Tapi kak … tak seperti biasanya Johar seperti ini” Nico ingin menyusul Johar namun Yudi melarangnya. “Nic, jangan diganggu dulu biarlah Johar merenungi masalahnya, Adam kita lanjut latihannya ya! ” Ajak Yudi pada Adam.
“Tapi tidak seharusnya dibiarkan bersedih dan marah terus Mas, penghuni rumah ini tidak boleh ada yang bertengkar atau marahan, Aku akan menemani Johar di kamarnya dan membujuknya!” Nico langsung pergi menuju kamar Johar. Di dalam kamar Johar, Nico menghibur Johar dengan bermain gitar dan mengajarinya bermain gitar. Di ruang tamu Adam serius belajar bermain gitar pada Yudi, mereka berdua sama-sama belajar dan berusaha melupakan masalah yang terjadi. Hingga Akhirnya Nico sudah tidak tahan lagi dengan kantuknya dan pamit istirahat dulu meninggalkan Johar belajar main gitar sendiri di kamarnya.
Beberapa menit kemudian, Adam masuk dan langsung berbaring di atas kasur tepat di samping Johar yang sedang berlatih bermain gitar. Melihat Adam bersiap untuk tidur, Johar menghentikan permainannya dan langsung berdiri mematikan lampu. Johar pun berbaring di samping Adam tanpa sepatah kata pun. Johar membelakangi Adam dan Adam langsung berbalik menghadap punggung Johar. “Dek, maafin kakak ya!” Adam mencoba meminta maaf ketika Johar memejamkan matanya. Namun ternyata Johar belum tertidur dan dia membuka matanya dan berbalik menghadap Adam.
“Eh belum tidur?” Tanya Adam kaget. “Aku nggak bisa tidur kalau masih bermasalah dengan kakak, maafin Jo ya kak. Jo telah keterlaluan tadi, setelah berfikir Jo salah dan terserah kakak mau bagaimana, Jo hanya mendukungnya saja!” Johar mencoba tersenyum pada Adam. “Terimakasih ya Jo, tapi kamu juga benar, Aku tak seharusnya terlalu menyukai Stella dan bersikap seperti tadi siang, yaudah yuk kita tidur karena besok masih banyak kegiatan” Usul Adam dan langsung menghadap langit-langit kamar yang gelap.
*******
Dua hari berlalu, tepatnya di hari sabtu Johar dan Adam mulai bisa bermain Gitar. Di pagi hari itu, Yudi dan Nico kagum dengan kepekaan mereka berdua. “Kalian baru dua hari sudah bagus mainnya, memang jenius!” Puji Yudi yang berdiri di dekat pintu dapur. “Hahaha, Terimakasih-terimakasih kalau ada recehan boleh untuk penyemangatnya” Johar berlagak seperti pengamen. Semua tertawa dengan ulah Johar, dan tiba-tiba Adam memliki ide untuk mencoba mengamen di Bus. “Mas, Bagaimana kalau Aku ngamen di bus?” Adam melihat Yudi.
“Yakin? Aku juga berfikiran seperti itu Dam, tapi…” Yudi menghentikan pembicaraanya. “Kenapa Mas?” Tanya Johar penasaran. “Kalian nggak malu menjadi pengamen?” Suara Yudi pelan. “Ah … daripada mencopet mending mengamen mas! jadi lumayan uangnya bisa dibuat ongkos angkot ke sekolah” Kata adam sambil tersenyum. “Ntah bagaimana dengan Jo, kayaknya dia gak punya nyali untuk memainkan music di depan umum” Adam memandang Johar sambil tersenyum sinis.
“Kalau Aku bisa bagaimana? Ayo kita buktikan nanti sore!” kata Johar menantang Adam dan bersemangat. “OK, Kita berangkat nanti sore!” Adam menjawab tantangan Johar.  Dan Sore penuh tantangan itu tiba, Yudi membawa Johar dan Adam masuk terminal dengan membawa gitar miliknya. “Kalian Pake Gitarku, salah satu dari kalian harus bernyanyi!” Kata Yudi sambil menjulurkan Gitarnya pada Adam. “Yaudah Aku dulu yang main gitar, Jo bernyanyi gimana dek?” Adam melihat Johar. “Ok, Aku dulu yang bernyanyi karena suaraku jauh lebih bagus dari kak Adam!” Johar tertawa menyindir Adam. “Yaudah, Itu busnya Ayo kita masuk!” Yudi memasukan Johar dan Adam ke dalam Bus dan langsung menyuruh keduanya bermain gitar dan bernyanyi.
Ketika mereka menghibur penumpang, para penumpang Bus hanya diam tak terlalu memperdulikan mereka. Terlihat nada kecewa dari Adam dan Johar karena mereka tidak terlalu menghiraukan nyanyian dan hiburan mereka. Muka Johar memerah karena malu, dan langsung menghentikan nyanyiannya. Mendegar Johar berhenti, perlahan Adam pun berhenti memainkan gitarnya. “Maaf, Ini kali pertama kita mengamena!” Adam meminta maaf kepada penumpang yang melihat ke arah mereka berdua.
Ketika bus berhenti, mereka bertiga langsung turun dari bus dan duduk di pinggir jalan. “Hahaha, Aku baru tahu ada pengamen yang tidak meminta uang kepada penumpang bus, dan Aku baru tahu juga pengamen setengah-setengah seperti kalian dan meminta maaf kepada penumpang, Konyol sumpah konyol!” Yudi menertawakan mereka berdua di pinggir jalan. “Semuanya tidak ada yang tertarik mas!” jawab Johar lesu. “Itulah dunia jalanan, kalau kalian tidak berusaha membuat hiburan menarik, maka mereka malas mau dengar dan malas mau memberi uang kepada kita” Cerca Yudi serius.
“Maka dari itu mas, kita masih perlu belajar banyak dan kami terlalu dini untuk praktek di lapangan” kata Adam lesu. “Telinga dan penilaianku tidak mungkin salah, permainan gitar kalian itu bagus kok, mungkin kalian belum menyatu dengan gitar yang kalian mainkan, kalian bawa uang nggak? Kalau bawa sebaiknya kalian beli gitar sendiri!” Usul Yudi sambil melangkahkan kakinya menjauh dari mereka berdua.
“Berapa harga gitar Mas?” tanya Adam penasaran. “Bekas ada yang 80 ribu, meski tidak terlalu bagus tapi bisa menghasilkan uang” Yudi membalikan badannya dan menimang gitar miliknya. “Antarkan kami mas, Aku dan Johar butuh gitar dan Aku memutuskan untuk menjadi musisi jalanan Alias pengamen” Adam mengutarakan keinginannya. “Aku juga mas, Bagaimana pun juga pengamen itu adalah jalan satu-satunya selagi mumpung kita masih ada uang” Tambah Johar.
“Kalau itu mau kalian, Aku punya kenalan yang menjual gitar bekas dan gitar perbaikan, sekarang kita kesana dan pilih gitar yang kalian suka, Harganya paling mahal seharga 100rb” Yudi melambaikan tangannya mengajak mereka membeli gitar. Adam dan Johar langsung beradu pandang dan tersenyum mengikuti Yudi dari belakang.
Di tempat kenalan Yudi, Johar dan Adam melihat-lihat Gitar bekas yang ada di sana. “Kalian pilih saja, Masalah Harga terserah Aku yang nego!” Kata Yudi sambil tertawa melihat temannya yang menjual Gitar. “Kalau sudah berhadapan dengan Yudi, Aku tidak bisa berbuat apa, Kalian berdua silahkan pilih gitar yang cocok dan Aku akan berikan harga khusus” Jawab pemilik toko. Akhirnya Adam menemukan Gitar yang menjadi pilihannya, dan Johar pun juga memilih gitarnya. Harga dua gitar itu tidaklah sama, Milik Johar berharga Rp100.000 sedangkan milik Adam hanya berharga Rp 80.000, Namun berkat Yudi mereka hanya membayar sebesar Rp. 150.000,- untuk dua gitar milik mereka.
Johar dengan bangga membawa gitarnya ke rumah dan Adam pun tak kalah bahagianya. Di Rumah Yudi mencoba menyetel ulang senar gitar mereka dan mereka berdua belajar main gitar sangat seriuas di dalam kamarnya. Waktu senggang mereka hanya dihabiskan bermain gitar, hingga tidur pun mereka masih memeluk gitarnya.
Seminggu berlalu, Di sekolah johar dan Adam tidak pernah bermasalah dengan Alex, mereka lebih menghindari Alex dan gengnya. Kesibukan Johar sepulang sekolah adalah belajar gitar pada Nico, keduanya semakin dekat dan akrab selayaknya guru dan murid. Sedangkan Adam baru bisa belajar bermain gitar ketika Yudi pulang mengamen di malam hari.
Di sore hari, ketika Adam tertidur pulas Johar menuju kamar Nico untuk belajar bermain gitar. “Nic, Aku belajar bermain gitarnya di sini aja ya, soalnya di kamar kak Adam tidur dan di ruang tamu Mas Yudi juga terlelap” Kata Johar sambil membawa gitarnya. Yaudah, sini Jo Aku ingin mendengar permainanmu, coba kau nyanyikan lagu bintang di surga untukku. “Boleh, Ini khusus buat Nico!” Jawab Johar sambil tersenyum.
Ketika Johar fokus bermain gitar dan bernyanyi, Nico malah terpaku dan melamun memandang Johar. Johar menghentikan permainannya dan membubarkan lamunan Nico. “Hei, Kamu kenapa Nic?” tanya Johar. “Eh, Nggak kok” Jawab Nico gugup. “Kau melamun?” Tanya Johar. Seketika wajah Nico memerah karena Johar memegang pipi Nico dengan kedua tangannya. “Ih, mukanya memerah!” kata Johar sambil melepas pegangan tangannya di pipi Nico.
“Nic, Aku mau mengatakan sesuatu padamu” Johar membenarkan posisi duduknya. “Apa Jo?” Nico gugup. “Aku merasakann hal berbeda jika bersamamu Nic” Kata Johar terus terang. Nico terdiam dan memikirkan apa yang dikatakan Johar. “Aku merasa kamu seperti kak Adam, selalu bisa membuatku tersenyum dan nyaman saat bersamanya” Tambah Johar. Nico tersenyum sedikit malu. “Eh kenapa senyum-senyum?” tanya Johar. “Ya pengen Aja Jo, gak boleh ya?” Jawab Nico. “Aku mau kamu bisa menjadi sahabatku, kalau perlu Aku akan menganggapmu seperti saudaraku Nic, seperti kak Adam yang selalu kusayangi, Terimakasih ya selama ini kamu selalu baik padaku” Johar mengatakan semua perasaanya.
Pengakuan Johar membuat Nico sedikit kecewa, karena Nico berharap Johar memliki perasaan lain selain sayang layaknya keluarga. Namun Nico masih terus berusaha menyimpan rasanya untuk Johar dan Yakin suatu saat dia bisa mengungkapkannya. “Aku juga senang Jo, Kamu hadir dalam kehidupanku, dalam kehidupan kami tentunya.” Jawab Nico sambil memegang pundak johar. Akhirnya Johar berpamitan kembali ke kamarnya meninggalkan Nico yang harus berusaha menyimpan perasaannya pada Johar.
Ke esokan harinya, Yudi mengajak johar dan Adam mencoba mengamen di dalam Bus. “Saatnya kalian beraksi, Aku tidak akan ikut dengan kalian lagi, jadi jika kalian berbuat malu Aku tidak akan kena imbasnya alias ikut malu” Kata Yudi. “Baiklah Mas, Tunggu kedatangan kami membawa kabar gembira nanti” Kata Adam dengan nada candanya yang khas. “Kayak Perang saja!, Hati-hati ya” Kata Yudi. Johar dan Adam pun langsung masuk ke dalam Bus dan seperti yang diajarkan oleh Yudi sebaiknya berbasa-basi dulu sebelum bermain gitar dan bernyanyi.
“Selamat Siang, sebelumnya kami mohon maaf jika permainan gitar dan suara kami menggangu perjalanan Anda, Kami penghibur jalanan hanya mencari nafkah dari menghibur anda-anda sekalian, dan perkenankan kami untuk membawakan lagu untuk kalian semua” Adam berbasa-basi dan langsung memainkan gitarnya. Permainan Gitar solo Adam langsung diikuti oleh Johar yang menghasilkan Suara gitar yang bersautan. Johar langsung bernnyanyi.
Para penumpang bus saat itu terkesima dengan suguhan hiburan Adam dan Johar, dan mereka berdua mendapatkan banyak recehan untuk dibawa pulang.
Sesampainya di rumah, Adam menemui Yudi dengan sekantong uang recehan. “Wah, ini hasil pertama kalian? Berapa jumlahnya?’ Tanya Yudi. “Tidak ahu mas, Kami belum menghitungnya” Jawab Johar tersenyum bagga. “Awal Aku ngamen dulu, Aku mendapatkan sepuluh ribu loh” Yudi menerawang masa lalunya. “Yaudah, kita lihat perbandingannya dengan Mas Yudi dulu!” Kata Adam sambil menumpahkan recehan di atas karpet.
 “Alhamdulillah, kami dapat Rp.21.000 mas!” kata Adam terlihat bahagia. “Wih, hebat sebentar saja sudah dapat segitu bagaimana kalau seharian?’ puji Yudi bangga pada mereka. “Kalau seharian pastinya jari-jari mereka akan berdarah Mas” Kata Nico yang sudah berdiri di depan pintu. “Hei Nic, Kita makan enak yuk…. Nih Aku punya banyak duit!” kata Johar memamerkan recehan dari mengamen. “Eh, kalian itu harus pandai-pandai berhemat dan menabung, jangan seenaknya membelanjakan uang dong!” Nico terdengar seperti orang tua yang mengajari anak-anaknya untuk berhemat. “Iya kalian simpan saja uangnya dan jangan dibuat macam-macam” tambah Yudi. “He’em, Kami akan menyimpannya mas” Kata Adam dan Johar yang hampir bersamaan.
********
Seperti biasa, di hari senin Johar dan Adam harus berangkat lebih awal karena di sekolah diadakan Upacara bendera yang dilaksanakan pukul 06:45 WIB. Sesampainya di gerbang sekolah Johar dan Adam bertemu dengan Alex yang diantar oleh Ayahnya. “kak, lihat si sombong kenapa tuh?” Kata Johar berbisik pelan. “Iya dek, kenapa dengan tangan kirinya yang di gantung seperti itu? kayaknya patah deh!” Jawab Adam juga pelan. “Kok gak sekalian diamputasi ya kak” Tambah Johar sambil menahan tawa.
“Hust… tidak boleh mendoakan yang jelek dek” Adam mengingatkan. “Tidak seperti biasanya Alex berjalan sendiri tanpa dikawal oleh Roy dan Rendy, kemana mereka?” Tambah Adam sambil terus melihat kearah Alex. Namun tak lama Adam berbicara seperti itu, Roy dan Rendy langsung berlari dari dalam sekolah memapah Alex masuk ke sekolah. “Baru aja diomongin bodyguardnya sudah datang” Kata Johar yang tertawa.
“Heh, kalian berdua daritadi kuperhatikan lagi asyik ngomongin Aku ya?” Alex memandang ke arah mereka. “Gak penting juga!” Jawab Johar dan langsung pindah dari tempatnya berdiri. “Dasar Pengecut!” teriak Alex pada Johar yang pergi meninggalkan Adam. “Adekku bukan pengecut, tapi males mau ladeni kalian terus!” Jawab Adam dan mengikuti Johar menuju lapangan upacara.
Selesai upacara mereka tidak langsung menaiki lantai dua, mereka masih duduk di koridor dekat lapangan menunggu bel berdering. Tak lama kemudian bel benar-benar sudah berbunyi dan mereka langsung menuju tangga. Di tangga ada Roy dan rendy menghadang mereka. “Setelah lama nggak buat masalah dengan kami, sekarang kalian mulai lagi memancing amarah Alex, kalian mau kami menghajar kalian lagi?” Roy memandang Mereka berdua dengan tatapan tajam.
“Iya sudah lama ya Aku tidak memukul wajahmu lagi!” Jawab Johar tak kalah seriusnya. “Ok, kita selesaikan masalah kita yang dulu belum sempat diselesaikan” Jawab Roy. “Kamu pikir kita takut?” Johar meladeni Roy. “Jo, jangan hiraukan mereka yang tidak jelas ini!” kata Adam sambil menarik lengan Johar. “Gak jelas? Maksudmu apa?” kali ini Rendy menghadang langkah Adam. “Kalau kalian cerdas, lebih baik kita bersaing dalam prestasi! Bukan adu Jotos Bro” Jawab Adam. “Oh, karena kalian siswa cerdas di kelas bisa merendahkan kami gitu?” Kata Rendy sambil menunjuk Adam.
“Ada apa ini?” Bu Ana yang akan mengajar di kelas lain melihat Roy dan Rendy yang menghalangi langkah Adam dan Johar. “Kapan kalian mau berdamai? Setiap bertemu selalu bermasalah, Apa mau Kalian berdua ku pindahkan ke kelas lain?” Kata Bu Ana sambil menunjuk ke arah Roy dan Rendy. Mereka diam sambil menundukan kepalanya. “Sudah Cepat masuk ke kelas, karena guru kalian sebentar lagi masuk!” Kata Bu Ana. “Oia, Johar Adam, sepulang sekolah kalian datanglah ke ruangan ibu!” Bu Ana langsung menjauh dari mereka berdua.
Ketika memasuki kelas, ada penghapus yang terbang ke arah mereka. Johar dapat menghindar namun tidak dengan Adam dan langsung mengenai pipinya. “Heh, mau kalian apa sih?” Johar langsung meneriaki Roy dan Rendy yang duduk bersama di dekat Alex. Adam membersihkan wajahnya dari debu kapur dan mengambil penghapus di lantai.
“Jo, jangan ladeni mereka yang hanya menggunakan uang dalam kehidupannya!” Adam mendekati Johar yang berada di depan meja Alex dan Roy. “Mereka sudah keterlaluan kak!” Johar masih terlihat Emosi. Semua siswa yang berada di kelas itu hanya diam dan melihat Johar yang marah. “Kamu pikir Aku tak Emosi, Lihat Ini Jo!” Kata Adam dan langsung melempar penghapus ditangannya ke arah Roy dan berhasil mendarat di wajahnya. “Heh, jangan dikira kami ini seperti mereka yang pengecut yang bisa kalian permainkan, Kami tidak pernah takut pada kalian semua!” Adam sangat marah dan memegang krah baju Roy.
“Adam!” suara pak Herman terdengar dari arah pintu. “Keluar kau!” Kata pak Herman mengusir Adam. “Kenapa pak?” Tanya Johar yang tidak terima. “Kau juga keluar!” pak Herman juga mengusir Johar. “Saya paling tidak suka dengan orang yang suka berantem seperti kalian, Sekolah ini bukan gudang preman!” Kata Pak Herman. “Tapi…” Johar mencoba terus membela diri. “Kalian yang keluar atau saya yang keluar?” Tanya pak Herman. Mendengar itu Adam langsung menarik tangan Johar untuk keluar dari ruangan.
            “Sekolah ini memang tidak beres kak, Pak Herman itu sudah keterlaluan mengeluarkan kita” Johar terdengar sangat kesal. “Iya dek, tapi memang kita yang salah, coba kita tidak meladeni mereka bertiga pasti kita tidak akan begini” Adam duduk dan lesu di dekat tangga. “Loh kalian kok gak masuk?” tanya Bu Ana yang akan menuruni anak tangga. “Kami diusir Bu” Jawab Adam malu. “Sama pak Herman? Kenapa? Ayo ikut Ibu ke kantor!” Ajak Bu Ana.
            “Kenapa kalian bisa dikeluarkan?” Tanya Bu Ana. “Kami tertangkap basah meladeni ulah Roy dan Rendy di kelas” Jawab Adam ragu. “Waduh, Saya sudah bilang pada kalian jangan ladeni mereka! Sekarang kalian yang kena hukuman.”Bu Ana terdengar sangat kecewa. “Maaf Bu, ketika masuk kelas tadi kami dilempar menggunakan penghapus, siapa yang nggak emosi bu? Kami hanya membela diri saja” Jawab Johar yang masih kesal dengan Roy dan Rendy.
            “Jadi mereka melempar kalian dengan penghapus? Benar-benar keterlaluan mereka, yaudah mending kalian ke perpustakaan, mengisi waktu kalian dengan membaca!” Kata Bu Ana. “Yaudah Bu, kami ke perpustakaan saja, tapi kami masih khawatir dengan pak Herman!” kata Adam. “Masalah pak Her, nanti Aku yang akan menjelaskannya!” jawab Bu Ana sambil tersenyum.
            Akhirnya mereka berdua menuju perpustakaan dan membaca buku-buku hingga Bell pergantian mata pelajaran berbunyi. Mereka berdua langsung bergegas ke kelas untuk mengikuti pelajaran kedua. Ketika memasuki kelas, suara Alex terdengar dari tempat duduknya, “Bagaimana liburan kalian berdua?” kata Alex dan diikuti suara tawa dari Roy dan Rendy. Adam dan Johar memilih untuk diam dan tak mau meladeni mereka.
            Sepulang sekolah, seperti biasa mereka langsung makan dan sholat. Sambil istirahat mereka mempersiapkan diri untuk mengumpulkan rupiah dari para dermawan di dalam bus nanti. Hingga akhirnya Yudi pulang ke rumah dan waktunya mereka berdua berangkat. “Nico sudah pulang?” tanya Yudi ketika memasuki rumah. “Belum Mas, seperinya dia sekarang sibuk di sekolah, maklum sudah kelas tiga” jawab Johar. “Kalian sudah mau berangkat?” tanya Yudi memastikan. “Iya mas, kita berangkat dulu ya, titip kamar dan rumah mas” kata Adam dan langsung melangkahkan kakinya menuju terminal.
            “Dek, nanti pulang ngamen kita mampir ke pasar yuk” Usul Adam. “Ngapain kak?” Tanya Johar. “Beli celengan, buat tabungan kita” Jawab Adam sambil tersenyum. Beberapa menit kemudian Bus menuju Malang keluar dari terminal, mereka langsung menaiki bus itu dan bermain gitar dan bernyanyi di dalamnya. Di Halte pertama pemberhentian Bus, mereka langsung turun dan menunggu Bus lain yang akan menuju Terminal. Begitu seterusnya hingga waktu menunjukan pukul 17:00 WIB mereka harus tiba di terminal dan pulang ke rumah.
            “Bagaimana Jo? Dapat banyak?” tanya Nico menghampiri Johar. “Alhamdulillah lumayan Nic” Jawab Johar sambil tersrnyum. “Syukurlah kalau begitu, Itu celengan?” tanya Nico ketika melihat Adam membawa dua buah celengan di tangannya. “Hahaha, iya… kami ingin menabung dari hasil ngamen kami” jawab Adam memamerkan celengannya. “Sampai dua gitu?” tanya Nico heran. ‘Iya lah, ini kan punya Johar” Jawab Adam. “Kau punya tabungan enggak Nic?” tanya Johar pada Nico.”Eng….Gak, hehehe” Nico menjawab malu-malu.
            “Hahaha, kak mana celengan Johar” kata Johar meminta celengannya. Adam pun memberikan celengan berwarna hijau ke Johar. “Nic, ini buat kamu aja lah, kamu juga harus menabung untuk masa depanmu” kata Johar tersenyum manis. “Ah, nggak usah Jo…” Nico menolak pemberian Johar. “Yah, masak ditolak pemberianku Nic?” rengek Johar. Adam hanya tersenyum dengan tingkah Nico yang malu-malu. “Udah Nic Ambil saja… Itu spesial dari Johar loh, hahaha” Adam meninggalkan keduanya di ruang tamu.
            “Eh Nic, ini sengaja memang untuk kamu loh” Johar berbisik ditelinga Nico. Seketika wajah Nico memerah dan tersenyum malu menerima celengan dari Johar. “Terimakasih Jo” jawab Nico. “Nah, mulai besok masukan beberapa hasil ngamen yah, kasihan kan pemberianku kalau nggak dipake?” Kata Johar tersenyum. “Oh, kalian masih pacaran disini?” ledek Adam ketika melihat Johar masih berdiri mengobrol dengan Nico. Johar tertawa dengan ledekan Adam dan meladeninya, beda dengan Nico yang gugup dan malu mendengar ledekan Adam. ‘Ah Kakak bisa Aja, tapi kalau Nico cewek aku mau loh kak! Hahaha” kata Johar sambil melangkah menuju kamarnya. Nico terdiam malu mendengar itu dan langsung duduk di ruang tamu sendiri sambil tersenyum menimang pemberian Johar.
            Di dalam kamar, Johar dan Adam menghitung hasil mengamen dan memasukannya ke dalam celengannya. “Bismillah, semoga rezeki lancar-lancar aja!” kata Adam sambil memasukan koin-koin ke dalam celengan. “Oia kak, uang Mbok kemarin sisa berapa?” tanya Johar.  “Sisa 800rbuan Jo, amplop dari Bu Sarah juga belum kita buka” Adam mengambil Sisa uang dan Amplop pemberian Bu Sarah.
            “Alhamdulillah, Mulai sekarang kita simpan uang ini, Semua sudah satu juta Jo” Jawab Adam sambil mengeluarkan dua lember uang Rp.100.000. Johar tersenyum bahagia dan mulai saat itu, Uang sisa Dari Mbok Iyem dan Bu sarah langsung dimasukan ke celengan yang mereka beli. “Mulai sekarang kita harus berjuang Jo, berjuang untuk biaya sekolah dan berjuang untuk mencari Mama Papaku dan Juga Papa Kamu” Adam menerawang masa depan yang akan dihadapinya.
            *****
Ke esokan harinya ketika Adam dan Johar datang ke sekolah, mereka mendadak menjadi pusat perhatian semua Siswa di sekolah itu. Beberapa diantara mereka menertawakan Johar dan memandang mereka rendah. Ketika melewati papan mading yang ada di lantai bawah, Adam melihat fotonya sedang mengamen di dalam Bus. “Siapa yang melakukan ini?” tanya Johar yang langsung emosi.
“Adek Malu?” tanya Adam pelan. “Bukan malu kak, tapi buat apa mereka menempel ini semua, Lihat tulisan dibawahnya” Jawab Johar kesal. “Yaudah, biarkan mereka berkreasi toh itu tidak merubah nasib kita kok” Jawab Adam sambil tersenyum melihat foto-foto konyol mereka yang sedang mengamen di Bus. “Pasti ini ulah Alex” Johar menebak pelaku dibalik foto-foto itu. Johar langsung bergegas menuju kelas dan menemui Alex yang sedang bercanda dengan Stella.
“Kalau Aku pengamen masalah buat kamu Al?” Bentak Johar yang berhasil mengagetkan Stella dan Alex. “Apa ini? Maksud kamu apa Jo?” Alex berdiri dengan tangannya yang masih di gantung dengan kain. “Lihat, Apa yang kamu perbuat, poster dimana-mana memberitahu semuanya bahwa kami seorang pengamen!” Johar menunjuk kebelakang.
“Kami tidak tahu tentang poster-poster itu Jo” Stella mencoba menjelaskan pada Johar. “Siapa lagi kalau bukan ulah kalian?” Johar membentak Stella. “Jo! Sudah ayo ikut Aku!” Adam menarik Johar ke luar dari kelas.  Adam membawa Johar duduk di tangga dan menenangkannya. “Mereka boleh menghinaku kak, tapi mereka tidak berhak menghina Orang tua kita” Jawab Johar kesal dan matanya berkaca-kaca. “Apakah serendah ini seorang pengamen? Sampai-sampai mereka bilang kalau kita contoh didikan orang tua yang gagal?” Johar tak kuasa menahan kesedihannya.
“Tenang Jo, jangan terlalu dipikirkan. Aku juga tak suka kalimat dibawah foto-foto itu yang mengatakan Akibat didikian orang tua yang gagal kita menjadi pengamen, tapi buat apa kita marah? Kita juga tidak punya bukti siapa yang melakukan ini!” Adam menenangkan Johar. Johar menghapus air matanya dan berusaha bersabar, hingga akhirnya Bell masuk berbunyi. Mereka berdua langsung masuk kelas untuk mengikuti pelajaran.
“Adam, boleh saya gabung?” Stella mendekati Johar dan Adam yang duduk di belakang sekolah saat istirahat. “Ada Apa? Silahkan saja duduk!” jawab Adam ramah. “Aku hanya mau mengatakan, kalau kami tidak ada hubungannya dengan poster-poster itu” Stella menjelaskan pada Adam, sedangkan Johar hanya diam mendengarkan penjelasan Stella. “Kalau memang bukan kalian, Seharusnya kami minta maaf Stell” Jawab Adam Ramah.
“Itu wajar Dam, karena selama ini kami yang selalu bermasalah dengan kalian berdua, tapi untuk masalah poster ini kami semua benar-benar tidak tahu, kami semua juga tidak mungkin sekasar itu membawa kehidupan orang lain, Apalagi Alex yang tak pernah menyinggung status dalam pertemanan.” Stella bercerita tentang Alex.
“Maafkan Aku Stell, Aku pikir kalian yang melakukannya!” Johar menjulurkan tangannya pada Stella. Stella meraih jabatan tangan Johar dan tiba-tiba ada suara yang memanggil Stella. “Stella!” Suara dari jauh dan itu adalah Roy sambil melambaikan tangannya. “Yaudah Aku ke teman-teman dulu, Maaf sebelumnya!” jawab Stella dan langsung menghampiri Roy.
“Adek denger sendiri kan? Mereka benar-benar tidak tahu siapa pelakunya, Mungkin ini adalah ulah orang lain yang senang melihat kita berantem terus” Kata Adam. “Iya kak, biarlah mereka mau bilang apa tentang kita karena mulai saat ini Aku akan mencoba bersabar tidak termakan emosi” Jawab Johar sambil tersenyum. “Yaudah, sebaiknya kita juga ke kelas karena sebentar lagi waktu istirahat selesai” Adam mengajak Johar ke kelas.
Ketika berada di rumah, Johar menceritakan kejadian di sekolah pada Nico. “Nic, kamu malu nggak menjadi pengamen?” Tanya Johar ketika mereka berdua di dapur. “Malu? Kenapa harus malu Jo?” Jawab Nico. “Yah, siapa tahu kamu malu dengan teman-temanmu di sekolah Nic” Lagi-lagi Johar bertanya. “Bagaimana Ya? Malu sih enggak tapi terkadang minder melihat teman-teman yang santai sepulang sekolah. Itu saja kok” jawab Nico. Johar terdiam mendengar apa yang dikatakan Nico.
“Kamu ada masalah lagi di sekolah?” tanya Nico mendekati Johar. “Eh, Enggak kok….” Johar memakasakan diri untuk tersenyum. “Jo, jangan bohong, terlihat jelas di wajahmu kalau kamu itu punya masalah” Nico memegang dagu Johar dan mengangkatnya. Johar langsung memegang tangan Nico dan menyingkirkannya dari wajahnya.
“Nic, tadi di sekolah kami mendapat kejutan, kejutan yang menyakitkan yang menjelek-jekan kami sebagai seorang pengamen jalanan” Johar memegang tangan Johar tanpa melepasnya. Nico langsung dudu disamping Johar dan siap mendengar apa yang akan diceritakannya. “Emang ada apa Jo?” Nico bertanya dengan Serius. “Ada beberapa Poster yang mengatakan bahwa kami mengamen akibat didikan orang tua yang gagal, itu membuatku malu dan marah!” jawab Johar.
“Apa ini ada hubungannya dengan musuh kamu yang di sekolah itu? yang membuat dirimu dan kak Adam babak belur saat pertama masuk sekolah?” Nico terdengar sangat geram. ‘Bukan, Mereka mengatakan tidak tahu apa-apa dan ini ulah orang lain Nic, serendah itukah seorang pengamen?” Semakin erat Johar memegang tangan Nico. Nico melepaskan tangannya dari genggaman Johar dan berdiri di depan Johar. “Lihat, Aku seorang pengamen… Apakah Aku rendah Jo?” Kata Nico kesal.
Johar memandang Nico dan merenung diam. “Jo, Apakah Aku rendah dan tidak pantas bersekolah karena Aku pengamen?” tambah Nico memastikan. “Enggak Nic, Aku melihatmu adalah sosok yang kuat… sosok yang tegar dalam menjalani hidup” jawab johar sambil mendekati Nico. “Begitulah yang juga ada pada dirimu Jo, Aku menilaimu kalian sosok yang kuat dan tegar” Nico memegang pundak Johar. “Terimakasih ya Nic” Johar memeluk Nico sebagai ungkapan terimakasihnya. Nico tersenyum dan menepuk punggung Johar.
*****
Tak terasa sudah sebulan Johar dan Adam menjalani kehidupannya sebagai seorang musisi jalanan dan sekaligus sebagai pelajar SMA. Rutinitas seperti itu dijalani dengan ikhlas, meski terasa lelah dan pernah membuat mereka jatuh sakit, tapi tetap bisa melaluinya. Hubungannya dengan geng Alex masih sama, Mereka selalu menjaga jarak namun kali ini geng Alex tidak pernah mencari masalah dengan Johar dan Adam setelah kejadian poster itu.
Hingga suatu hari, Johar mengamen sendirian karena Adam sedang sakit di rumah. Johar mengamen sendiri tanpa sepengetahuan Adam, dan dia berusaha mengumpulkan uang untuk membeli obat untuk Adam. Sebenarnya Uang untuk beli Obat ada, namun mereka enggan membuka tabungan mereka. Hingga akhirnya langit benar-benar gelap dan Johar mengikuti Bus terlalu jauh dan dia harus berjalan beberapa kilometer agar tiba di rumah.
Ketika di perjalanan, tepatnya di samping minimarket Johar melihat Alex yang sedang di palak oleh tiga preman yang mabuk. Johar melihat Alex yang mencoba melawan tiga preman yang memalaknya. Namun tangan kanan Alex baru sembuh dari patah tulang dan membuat dia gampang dirobohkan. Johar masih melihat Alex dari kejauhan, karena Johar berfikir di sana pasti ada Roy dan Rendy yang selalu bersamanya. Hingga Akhirnya, ALex yang duduk mendapat tendangan di perutnya dan berhasil membuatnya berteriak kesakitan.
“Alex!” teriak Johar yang berlari mendekat. “Johar menggunakan Gitarnya untuk melawan tiga preman dan berhasil melumpuhkan satu preman. Namun Sial bagi Johar, dua preman lain yang setengah mabuk menghajarnya habis-habisan dan memukulnya dengan Gitar milik Johar. Alex tidak bisa berbuat apa-apa dengan tubuhnya yang masih kesakitan. “Hentikan! Kalau kalian mau uang Aku bisa berikan!” teriak Alex kepada mereka. Namun mereka tidak memperdulikan suara Alex dan mereka terus memukuli Johar hingga gitar johar hancur berkeping-keping.
 “Sudah cukup, Nanti mampus nih anak!” Kata Salah satu preman menarik kedua temannya menjauh. “Biarlah dia mampus karena dia berani melawan kita” kata salah satu preman yang menghadiakan Johar tendangan di perutnya. Akhirnya Ketiga preman itu kabur setelah melihat Johar yang tidak berdaya dengan darah yang keluar dari mulutnya.
Alex perlahan menuju tempat Johar. “Jo, bertahanlah Jo!” Kata Alex yang mencoba membalik tubuh Johar. Ketika melihat wajah Johar yang sudah babak belur dan penuh luka, juga darah mengalir dari mulutnya membuat Alex panik. Alex hanya bisa menelfon ayahnya di rumah, Setelah menelfon Ayahnya Alex langsung menghubungi Roy dan Redny menyuruhnya agar cepat datang ke lokasi mereka.
Beberapa menit kemudian, Rendy datang karena rumah Rendy tidak jauh dari lokasi. Rendy dan Alex langsung memapah Johar menuju mobil Alex dan membawanya ke rumah sakit. Alex mengabari papanya untuk segera menyusul ke rumah sakit. “Jo, bertahanlah…” Kata Alex yang duduk dibelakang memangku kepala Johar.
Sesampainya di rumah sakit, Johar dimasukan ke UGD untuk mendapatkan pertolongan secepatnya. “Suster tolong teman saya!” Alex terdengar sangat ketakutan. “Iya tenang, kalian hubungi keluarganya!” Kata seorang suster. “kami tidak tahu Sus, tapi sebentar lagi Papaku datang!” kata Alex.
Beberapa menit kemudian, papa Alex datang dan diikuti oleh Rendy dan Stella. “Bagaimana kejadiannya?” tanya papa Alex. “Pa, tolong temanku dulu, bukan saatnya bercerita!” Jawab Alex kesal. “Iya-iya, Apa yang bisa papa lakukan?” Jawab Papa Alex. Beberapa saat kemudian suster datang lagi menanyakan keluarga Johar.
“Saya yang akan menanggung biayanya Sus” Kata papa Alex dan langsung menandatangani Berkas yang dijulurkan Suster. “Stella, kamu tahu rumah Johar? Kita hubungi Adam!” Kata Roy yang sadar untuk mengabari Adam. “Maaf, Aku tidak tahu alamat mereka!” jawab Stella gelisah. “Yaudah, Kalian pulang dulu sudah ada dokter yang menagani” Kata papa Alex.
“Papa Pulang dulu saja, Alex masih disini!” Kata Alex. “Iya Om, Biar Aku temani Alex Om” Jawab Rendy. “Yaudah, Papa harus pulang karena besok ada meeting! Nanti kalau ada perlu langsung hubungi papa ya!” Kata Papa Alex dan lansgung pergi meninggalkan rumah sakit. “Ini semua gara-garaku!” Alex menyesal.
“Bukan Al, ini sudah ditaksirkan ko!” Kata Stella yang mencoba menenangkan Alex. “Tapi, semuanya pasti akan menyalahkanku termasuk Adam  jika terjadi sesuatu pada Johar” Jawab Alex. “Kalau terjadi sesuatu pada Johar, bukan hanya kamu Al, Tapi kita semua akan bermasalah, dan bukan hanya Adam tapi seluruh sekolah karena kita yang selalu bermasalah dengan mereka” Tambah Roy. “Kalian ngomong apa sih? Kita doakan Johar baik-baik saja!” Rendy kesal dengan ucapan Alex dan Roy.
“Iya, lebih baik kita doakan Johar agar cepat siuman dan sadar!” Stella tak kalah khawatir. Tidak lama kemudian dokter keluar dari ruangan itu. “Bagaimana Dok?” tanya Stella. “Untung kalian membawanya tepat waktu, pasien sudah ditangani dengan baik, namun pasien masih belum sadar dan mungkin besok pagi dia siuman” Kata dokter dan langsung meninggalkan mereka.
Tak berapa lama kemudian, Johar dibawa ke ruang perawatan dan mereka berempat mengikuti Johar yang dipindah ke ruang perawatan. “Kalian masih SMA kan?” tanya Suster. “Iya Sus, kenapa?” jawab Stella. “Sebaiknya kalian pulang saja dulu, pasti orang tua kalian mengkhawatirkan kalian” jawab Suster itu dan langsung pergi. “Yaudah, Aku mau pulang dulu ya! Kasihan Pak Joko menunggu di tempat parkir” Kata Stella berpamitan.
“Aku juga akan pulang ya! Tadi Aku tidak iin ke Ortu, nanti dikira Aku keluyuran” Kata Roy yang juga berpamitan. “Yaudah, kalian hati-hati ya, Aku akan menemani Johar disini!” Jawab Alex yang duduk di sofa. “Yaudah, nanti kalau ada apa-apa jangan lupa kabari kami ya” kata Roy dan langsung beriringan pulang dengan Stella. “Kamu gak mau pulang Rend?” tanya Alex. “Aku di sini saja Al, kasihan kamu sendirian! Tapi Aku mau tidur dulu ya, geseran dikit dong” Kata Rendy yang mencoba berbaring di sofa kamar perawatan.
Ketika Rendy terlelap dalam tidurnya, Alex mendekati Johar yang masih berbaring tak sadarkan diri. Dia melihat keberanian Johar membantunya melawan Preman dan membuatnya terluka seperti ini. “Jo, maafkan Aku jika selama ini selalu berbuat salah kepadamu dan kepada Adam! Namun sebenarnya Aku ingin menjalin pertemanan dengan kalian tapi itu mustahil karena kalian terlalu membenciku dan Aku juga selalu berbuat salah pada kalian!” Kata Alex disamping Johar. Alex terus memandang dengan wajah iba pada Johar. Dia juga ketakutan jika bertemu dengan Adam dan Adam tahu karena ingin menolong Alex menyebabkan Johar tak berdaya seperti ini. Alex terus merenung dan memikirkan apa yang akan terjadi esok hari….
Bagaimana Reaksi Adam ketika mendapati Johar sakit tak berdaya di rumah sakit? Apa yang terjadi setelah Johar sadar dan bagaimana Hubungan mereka setelah kejadian itu? Kita temukan kelanjutannya di Mengejar Masa Lalu Part 05. Thanks udah baca J


Comments
12 Comments

12 comments:

  1. Mon, U pksa Q bc cerbung ini, Aws klo ad yg mti dn buat Q nangis, akn kucari U di jmbr,

    Lanjut Mooooooon.........!!!! :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bahasane rek, sopo sing mekso awakmu? :D cuma promosi... hehehe. Thanks Atas coment kamu yang di inbox Facebook :)

      Delete
  2. jo orangnya emosian ya, klo ama alex.... Apakah alex ini jga akan merasuk ke kehidupan jo...?

    Lanjutain mon

    DR

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasih Dira :) Semangat lagi nih (mengutip kata2 dira di facebook) :D

      Delete
  3. Tambah keren, bneran! part 4 ini adalah yg terbaik dari part2 sblumnya..#plak.
    Alurnya ringkas, teratur dan lancar... Dan bikin gw hampir ikut mewek...
    Makin suka sma Alex..
    Dan sperti stylenya penulis, selalu terselip spirit !! Uda'ah ntar keGRan lagi si Ramon nya. Hahahahah...
    *Curiga sma Alex, jangn2 ada hub. Darah sma Adam atw Jo...
    Wkwkwkkwkw...
    Lanjut...

    -------------
    Idans

    ReplyDelete
    Replies
    1. Eits, siapa yang GR dans???? :D wkwkwkkw. Silahkan saja menebak mengenai Alex... :D siapa tahu tebakannya benar... :D hoghohohoh. Ngomongin tentang nama dalam kolom komentar, beberapa bisa kok membuat namanya. tapi tak masalah dans, pake anymous atau Unknown asal selipin nama kamu di akhir komentra :) makasih ya dans :)

      Delete
  4. Satu lagi...
    Knpa blog mu ini ga bisa di isi nama di kolom komen?/ klo diisi nama ga muncul komen nya..
    Kyk nya emang blog spot gitu yah? Soalnya blog2 laen jga gitu hehehhehe... Apa gw nya yg o'on? Ah yg komen diatas jga gda yg pake nama tuh.. Hahahah

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sekarang AKu tahu permasalahanmu ini dans, kamu punya account google kan? coba account googlenya kasih nama :D hehehe

      Delete
  5. tak pernah berhenti tu berharap
    karna ku tak pernah puas membacanya..........
    semangat selalu buat penulis

    ReplyDelete
    Replies
    1. thanks Harry, selalu tinggalkan jejak ya :)

      Delete
  6. Ceritanya tambah seru aja ditiap partnya. Terus pertahankan ya bro
    *from AI (andik)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hmmmm... Makasih Andik, wah ngikuti juga yah :) :)

      Delete

Terimakasih atas kunjungannya, besar harapan penulis tolong tinggalkan jejak dalam kolom komentar, terimakasih....