Wednesday, 9 January 2013

Mengejar Masa Lalu 02


Mengejar Masa Lalu Part 2
            Terimakasih sudah meluangkan waktu untuk membaca Mengejar Masa Lalu Part I yang seminggu lalu terbit di Rayrowling’s Blog. Penulis menyadari banyak kekurangan di part pertama kemarin, terutama banyaknya Typo. Namun penulis masih terus berusaha melakukan perbaikan-perbaikan pada tulisan-tulisan yang sudah terbit. Sekarang Aku mencoba memposting Mengejar Masa Lalu Part 2 dan Atas masukan dan kritikannya kuucapkan banyak terimakasih.
Sang Musisi Jalanan
            Adam dan Johar diantar oleh Mas Naryo menuju jalan yang menjadi Akses bagi Bus antar kota. Ketika Bus yang bertuliskan kata SURABAYA sebagai kota tujuannya mendekat ke arah mereka, seketika itu Adam dan Johar bersalaman kepada Mas Naryo. Mereka mengucapkan banyak terimakasih karena telah mengantar mereka sampai jalan utama.
            “Mas, Kami berangkat dulu ya! Salam ke Mbak Yani, kami menyayanginya!” Kata Adam saat dia berdiri di dekat pintu Bus. Naryo hanya mengangguk dan tersenyum, kemudian melambaikan tangannya, “Hati-hati Disana!” kata Naryo bersemangat. Adam hanya Tertawa dan langsung berjalan menuju tempat duduk yang sudah Johar tempati.
            Di dalam Bus, Johar membuka bungkusan yang diberikan oleh para tetangga disekitar rumahnya, dan ketika dibuka Johar terseyum sambil memperlihatkan apa yang berada di dalam kantong-kantong plastik kecil itu. “Ternyata para tetangga memang sayang pada kita ya dek, nih buktinya mereka masih sempat membawakan kita Roti dan cemilan dan kue lain” kata Adam sambil melihat isi kantong plastik.
            “Oia kak, tadi pak RT memberikan Amplop ini” Kata Johar sambil mengeluarkan Amplop dari saku jaketnya. “Apa ini dek?” tanya Adam sambil meraih Amplop. Setelah dibuka mereka berdua tersenyum dan hampir bersamaan mengucapkan kata Alhamdulillah. Alhamdulillah, Pak RT sangat baik dan lumayan ini sebagai ongkos ya kak” Kata Johar  ketika melihat selembar uang lima puluh ribu rupiah.
            “Oia, Sesuai rencana kita Kakak juga menyisihkan uang untuk Mbak Yani di atas meja dapur. Uang pemberian Mbok sebesar Satu juta telah Aku letakan didalam tudung nasi. Jadi sekarang kita punya uang sebesar 2.450.000 yang sudah ditambah oleh pak RT dek. Semoga uang ini dapat membantu” kata Adam penuh harap.
            “Insyallah kak, Oia sesampainya di surabaya kemana kita akan melangkah? Kita harus bertahan hidup disana dan hal pertama adalah tempat tinggal kak!” kata Johar dengan nada cemas. “Tenang saja Dek, Kita berdoa dan berusaha saja disana nanti, pertama ya cari tempat tinggal yang murah dan kita cari pekerjaan untuk bertahan hidup” jawab Adam yang terdengar lebih percaya diri. Johar hanya tersenyum meyakini apa yang diucapkan oleh Adam. dan Mereka akhirnya beristirahat di dalam Bus menuju Kota surabaya.
            Saat itu juga di rumah Banyuwangi, Yani menemukan amplop dan surat diatas Meja. Surat itu adalah surat dari Adam dan Johar. “Assalamualaikum, Mbak Yani yang kami sayangi, sebelumnya Adam dan Johar mengucapkan banyak terimakasih atas perhatian Mbak Yani selama ini. Maafkan jika kami mempunyai salah kepada mbak Yani dan selalu merepotkan Mbak Yani.
            Mbak, Mungkin Kami tidak akan kembali lagi kerumah sebelum kami menemukan Keluarga kami, maka dari itu kami mohon Mbak mau mengajak Mas Naryo untuk menempati Rumah peninggalan si Embok. Jangan sampai rumah itu hancur karena tak ada orang yang merawat, dan sertakan nama kami dalam untaian do’a Mbak setiap habis sholat ya!.
            Oia, Mbak mungkin sudah tahu di dalam Amplop ada Uang sebesar satu juta, Itu adalah uang yang Mbok berikan kepada Kami, Kami mohon Mbak Yani dapat menggunakan Uang itu dengan Sebaik-baiknya bahkan harapan Kami, Mbak Yani mengganti Anting-anting yang kemarin dijual. Sekian Surat ini, sekali lagi doa’kan selalu kami. Adam dan Johar, Wasalam” Yani membaca surat dari meeka yang disimpan di dalam tudung saji.“Mbak pasti sangat kangen pada kalian, jadilah orang sukses dan kembalilah jika kalian sudah menyampaikan permintaan maaf Embok nanti” Kata Yani sambil memeluk Kertas surat itu.
            Setelah beberapa Jam, Akhirnya Adam dan Johar tiba di terminal Purabaya Surabaya. Mereka berdua bergegas turun dari bus, Adam yang menjinjing Tas besar menelisik tiap sudut halaman Terminal. Dilihatnya seorang penjual makanan ringan di sekitar Terminal. “Adek, Haus nggak?” tanya Adam. “Belum kak” kata Johar berbohong. Sebenarnya Johar sangat kehausan namun dia lebih menahan rasa hausnya daripada nantinya kekurangan uang di Surabaya. “Jangan bohong, Aku tahu kamu kehausan” Kata Adam sambil menuju pedagang kaki lima membeli sebotol kecil Air minum.
            “Mau?” kata Adam sambil menjulurkan Botol Minum. Johar hanya diam melihat Adam didekatnya. “Mau nggak? Kalau enggak kuhabisin ya!” kata Adam sambil mencoba mendekatkan botol itu kebibirnya. “Eh, Aku mau!” kata Johar langsung meraih botol itu dan menghabiskan isinya. “Hahaha, Dasar!” kata Adam sambil memukul pelan kepala Johar.
            ‘Kak, kita mau kemana?” tanya Johar sambil melihat-lihat halaman Teminal. “Kita duduk di sana dulu, agar para pencari penumpang itu tidak mengganggu kita dan sebaiknya kita meregangkan otot dulu Jo” Adam menuju tepian yang teduh. “Iya Kak, Kita makan snack yang dibawain Bu RT aja kak, luamayan bisa mengganjal perut” Usul Johar sambil membuka tas Ranselnya.
            Ketika sedang menikmati makanannya ada seorang pemuda datang menghampiri mereka. Johar melihat kearahnya dan langsung berbisik ke Adam, “Ada pengamen kak”. Adam hanya diam melihat pemuda dengan Gitar yang penuh sticker dan coretan itu. langsung saja pengamen itu memetik gitarnya dan menyanyikan lagu jalanan berbahasa Jawa.  Johar terkesima dengan liriknya yang unik, sedangkan Adam menatap pemuda itu dan langsung meraih dompetnya. Adam menjulurkan uang sebesar sepuluh ribu rupiah dan pemuda itu langsung berhenti memainkan gitarnya.
            “Hah, beneran nih?” tanya pemuda itu terlihat senang. “Iya silahkan!” kata Adam. “Seribu saja Mas, Ini terlalu banyak” kata pemuda itu. “Ambil sajalah!” Adam berdiri dan memasukan Uang sepuluh ribu ke lubang gitar. “Eh terimaksih mas! Baru kali ini pengamen dapat sepuluh ribu” jawab pemuda itu. “Itu bukan untuk nyanyianmu kok, bukan juga untuk permainan gitarmu” Adam terseyum sambil melihat pemuda itu.
            “Terus kenapa Mas ngasih duit sebanyak ini?” Pemuda itu terlihat kebingungan. “Itu buat imbalan kamu untuk mencarikan tempat tinggal untuk kami, sepertinya kamu lebih tahu tempat tinggal murah disekitar seni, Oia Aku Adam dan ini Johar Adikku” kata Adam dilanjutkan bersalaman pada pemuda itu. “Aku Yudi, kalian bukan orang sini ya?” tanya Yudi sambil melihat mereka berdua.
            “Kami dari banyuwangi dan ingin menetap di Surabaya, karena kami punya banyak urausan yang harus diselesaikan dikota ini” Jawab Adam. Johar saat itu hanya diam melihat percakapan Adam dan Yudi di depan terminal. “Baiklah, kalian tunggu aja disini, sampai Aku mengumpulkan gaji harianku di sekitar sini” Kata Yudi sambil pergi meninggalkan mereka berdua.
            “Kenapa Abang Memberikan uang begitu banyak? Dan Kenapa Abang percaya dengan Pemuda itu?” tanya Johar meminta pengertian dari Adam. “Saat melihat tatapan matanya, dia hanya melihat kearah permainan gitarnya, dan saat dia menangkap tatapan mataku, Aku dapat menilai dia bahwa dia adalah orang baik yang dapat membantu kita” Kata Adam tersenyum. “Hah? Gak salah? Semudah itu menilai orang? Pokoknya Aku gak mau kalau kita sampai terjadi sesuatu, dan Aku tidak percaya pada orang baru itu’ kata Johar terlihat sangat marah.
            “Loh kenapa kamu marah? Kamu tidak percaya padaku Jo? Coba ingat sudah berapa lama kamu bersamaku? Sejak kamu lahir kita sudah bersama masak kamu tidak percaya padaku?” tukas Adam menanggapi suara Johar yang tinggi. “Iya.. iya… Terserah kak Adam, namun Aku akan selalu berjaga-jaga” kata Johar sambil merengut. “Hahaha, janganlah berburuk sangka karena dia seorang pengamen dek! Di berita saja penjahat itu memakai Jas hitam dan berdasi Apa adek menilai mereka orang baik? enggak kan?” kata Adam mencontohkan para koruptor sebagai penjahat berpenampilan menarik.
            “Ya.. yaaa! Aku tahu itu” jawab Johar datar. Adam hanya bisa tersenyum melihat Johar yang masih kekanak-kanakan menilai orang dari penampilannya. Meski Johar sudah lulus SMP namun dia masih bersikap seperti anak SD, yang tidak dapat mengontrol emosinya.
            Beberapa menit kemudian Yudi sudah datang dari belakang sambil sesekali memetik gitarnya. “Sudah ambil gajinya?” tanya Adam terdengar sangat akrab. “Alhamdulillah lumayan, Kalian setia banget ya menungguku disini, baiklah Ayo ikuti Aku” kata Yudi sambil berjalan keluar dari terminal.
            Yudi mengajak Adam dan johar menyebrangi jalan dan masuk kesebuah gang yang sempit. Ketika Yudi melihat mereka yang ada dibelakangnya ternyata Yudi melihat Johar yang memiliki pandangan negatif terhadapnya. “Sebentar, Kalian bilang dari banyuwangi? Dan mau menetap di kota surabaya? Aku pikir itu tak mungkin bagi kalian berdua” kata Yudi sambil berhenti disebuah gang.
            “Emang kenapa Mas?” tanya Adam penasaran. “Lihat Adik kamu itu, dia masih terlihat seperti anak-anak dan tidak jauh denganmu yang masih muda meski kalian bertubuh tinggi bukan berarti kalian sudah dewasa. Kalian pasti punya orang tua!” Kata Yudi sambil melihat kearah Adam dan Johar bergantian.
            “Ceritanya panjang Mas” Kata Adam. “Aku memliki banyak waktu untuk mendengarkan cerita panjang itu, sebaiknya kamu yakinkan adek kamu itu untuk mengikutiku menuju rumahku yang tak jauh lagi.” Kata Yudi sambil menunjuk Johar. “Iya Mas, kami akan ikut Mas Yudi karena kami memang membutuhkan informasi mengenai kontrakan disekitar surabaya ini.” Jawab Adam sambil menarik Johar mengikuti Yudi.
            Johar masih kurang yakin dengan Yudi, Johar berfikiran Yudi adalah pemuda yang dapat merugikannya atau seorang preman yang siap menipu mereka berdua. Hingga Akhirnya mereka tiba di sebuah rumah kecil sederhana di tengah perkampungan padat. Yudi membuka pintu rumahnya dan menyuruh Adam dan Johar untuk duduk di kursi plastik yang ada di ruang tamunya. “Kalian istirahat dulu, santai-santai aja nanti kucarikan tempat tinggal, Aku akan ganti pakaian dulu Ok” kata Yudi dan langsung masuk menuju kamarnya.
            “Kak, Kak Adam yakin dengan orang ini?” Tanya Johar masih ragu. “Yakin aja dek, pastikan pikiran kita selalu positif agar terhindar dengan hal-hal yang negatif.” Jawab Adam sambil membuka jaketnya. “Aku pasrah saja pada kak Adam, kalau kak Adam yakin Aku juga harus yakin kak” jawab Johar terdengar pasrah. “Kalian minum dulu, maaf adanya Cuma air putih” kata Yudi sambil menyuguhkan dua gelas air putih. “Oia, Johar… kamu johar kan? Aku saranin Kamu jangan minum Air itu nanti terjadi sesuatu” Kata Yudi sambil tersenyum melihat johar. Yudi sengaja Mengatakan itu karena Yudi tahu Johar selalu menilai Yudi negatif.
            “Maaf ya Mas, Adekku memang gitu orangnya tatapannya ini selalu membuat orang takut melihatnya alias seperti selalu curiga dan marah namun dia baik kok” kata Adam membela Johar. Johar hanya tersenyum malu mendengar hal itu dan langsung menegak Air putih pemberian Yudi. “Terimaksih mas, Boleh nambah lagi?” kata Johar sambil tertawa melihat Yudi. Adam dan Yudi juga ikut tertawa bersamaan…
            “Oia, bagaimana kalian bisa terdampar di kota ini?” Tanya Yudi masih penasaran dengan Adam dan Johar. “Seperti yang tadi kukatakan, bahwa kami memliki tujuan yang belum tahu arahnya, dan kami juga belum tahu dimana tujuan kami itu” kata Adam sambil meregangkan ototnya.
            “Aku juga sudah bilang, Aku mempunyai banyak waktu untuk mendengar cerita kalian, lebih baik kalian bercerita saja… siapa tahu Aku dapat membantu sesuatu untuk kalian” Kata Yudi sambil membakar rokok yang ada di mulutnya. “Begini Mas, Kami datang ke surabaya untuk mencari keluarga kami….” Adam memulai bercerita. Ketika Adam bercerita Johar diam-diam menyebarkan pandangannya keseluruh sudut ruangan rumah itu.
            Johar mengunci pandangannya pada sebuah foto tiga orang yang digantung di tembok. Foto itu adalah seorang perempuan setengah baya dan dua anak. Satu dari mereka adalah anak laki-laki yang mirip dengan Yudi, dan Johar memasikan bahwa itu benar-benar Yudi karena rambutnya bergelombang sama persisis dengan Yudi. Sedangkan, Satu lagi adalah foto anak perempuan cantik dan manis yang sedang digendong oleh perempuan setengah baya itu.
            “Heh, Johar lihat apa?” tanya Yudi mengagetkan johar. ‘Eh nggak ada Cuma mandangin foto itu” kata Johar sambil menunjuk foto di dinding. “Oh, itu adalah fotoku bersama adik dan almarhumah Ibuku, jadi kalian sama seperti Aku hanya hidup berdua! Namun kalian masih punya harapan untuk bertemu dengan orang tua asli kalian” kata yudi terdengar sangat prihatin terhadap keadaan Adam dan Johar.
            “Terimaksih Mas, semoga Mas Yudi bisa cepat membantu kami menemukan kontrakan” jawab Johar. Yudi belum merespon dan tiba-tiba suara anak laki-laki mengucapkan salam. “Assalamualaikum” kata anak laki-laki itu. Semua yang ada di ruangan langsung menjawab salam. “Oia, Ini adekku bernama Nico’ Yudi memperkenalkan Anak laki-laki bernama Nico sebagai adiknya.
            “Yang difoto itu?” kata Johar terkejut. “Iya, pasti kamu mengira anak kecil ini seorang perempuan ya? Hahaha… Semua orang yang melihat foto itu akan terkecoh” kata Yudi sambil tertawa. “Teman-temannya ya Mas?” kata Nico mendekati Yudi. “Iya, mereka dari banyuwangi, kamu ganti baju dulu dan langsung ke warung mbok Darmi beli Gorengan ya!” kata Yudi menyuruh Nico.
            Johar masih belum percaya apa yang dia lihat, gadis cantik di foto itu ternyata seorang laki-laki yang tampan. “Aku pikir dia memang anak perempuan mas” kata Johar. “hehehe, Oia umurnya hampir sama seperti kamu Jo, kemarin baru pengumuman kenaikan kelas dan sekarang dia duduk di kelas tiga SMP.” Kata Yudi sambil terus mengisap rokoknya.
            “Nico itu sebenarnya saudara seibu denganku, Ayah Nico adalah orang asing yang memakai jasa Ibu dulu” kata Yudi. “Maksudnya Mas?” tanya Adam penasaran. “Tidak baik membicarakan kejelekan orang yang sudah meninggal, Aku yakin kalian mengerti kalimatku yang tadi” kata Yudi sambil mematikan rokoknya. Adam dan Johar hanya diam meresapi apa yang barusan didengarnya.
            “Silahkan Mas, dimakan kuenya!” kata Nico yang menyuguhkan pisang goreng dan beberapa gorengan lain. “Nic, ikut Mas Yudi kebelakang! Ada yang ingin kubicarakan!” Ajak Yudi menarik tangan Nico kedalam. Di ruang tamu johar dan Adam menikmati pisang goreng dan sesekali melihat suasana di luar rumah. Dan tak lama kemudian Yudi duduk lagi di ruang tamu itu.
“Begini saja Dam, Rumah ini memiliki dua kamar dan Aku hanya berdua dengan Adikku, Bagaimana kalau kalian mengontrak salah satu kamar kami? Nggak usah mikir berapa biayanya asal kalian betah disini kami senang membantu kalian berdua” Yudi mengajak mereka berdua tinggal di rumah Yudi. “Benarkah? Aku pasti betah mas. Sesuai yang tadi mas Yudi bilang kalau kami terlalu muda untuk hidup mandiri di kota ini” Adam terlihat begitu senang.
“Syukurlah, Kalau begitu Aku akan membereskan kamar untuk kalian” Kata Yudi dan langsung masuk kembali. “Kita mau tinggal disini kak? Katanya mau cari kontrakan?” kata Johar. “Untuk sementara kita disini dulu dek, kita harus berhemat dan mencari tempat berlindung yang aman” kata Adam meyakinkan Johar. “Baiklah, Aku setuju saja kak” Kata Johar datar dan lemas.
“Kamarnya sudah siap, silahkan kalian istirahat dulu” kata Yudi menyuruh mereka masuk ke dalam kamar. “Permisi ya mas” Adam meminta Izin. “Haduh, Anggap saja rumah sendiri Dam, jangan sungkan seperti itu” Jawab Yudi sambil menepuk pundak Adam. “Johar, masih banyak pikiran yah? Alismu mengkerut tuh” kata Yudi meledek Johar yang dari tadi masih memandang tak enak pada Yudi. “Eh nggak kok Mas, biasa saja kok” kata Johar terlihat malu.
“Mas Yudi, Terimakasih ya atas kamar ini” Kata Adam yang ada di dalam kamar. “Yaudah, kalian istirahat dulu, pasi kalian sangat kelelahan” Yudi pun langsung meninggalkan mereka berdua di dalam kamar yang sederhana itu.
Di dalam kamar yang sederhana itu hanya ada Kasur yang ada dibawah, satu buah lemari dan sebuah meja yang terdapat beberapa buku diatasnya. Buku itu adalah buku pelajaran milik Nico yang belum sempat dipindahkan. Adam langsung menjatuhkan tubuhnya tepat di atas kasur yang tidak terlalu empuk, namun baginya itu lebih baik daripada masih bingung mencari tempat untuk Tinggal.
“Dek, Sepertinya kita akan tinggal di rumah ini lebih lama, karena rumah ini lebih aman dek” kata Adam yang sedang tiduran diatas Kasur. “Ya…. Daripada kita masih kebingungan cari tempat tinggal, mending disini aja kak” Jawab johar pasrah. Namun Adam tidak merespon apa yang dikatakan oleh Johar. Johar langsung melihat ke arah Adam yang sedang berbaring, “Astagfirullah, orang ini tidak bisa lihat kasur sebentar aja udah langsung molor” Johar keheranan dengan tingkah Adam yang selalu bisa tidur dimana saja.
Akhirnya Johar memutuskan untuk mengeluarkan isi ranselnya dan meletakan baju-bajunya di lemari kecil kamar itu. Satu per satu Johar mengeluarkan Isi ransel yang terdiri dari kaos dan kemeja miliknya, juga tak lupa mengeluarkan Roti sisa perjalanan dari Banyuwangi. Ketika sibuk mengeluarkan isi Ransel, tiba-tiba ada seseorang yang mengetuk pintu kamar. “Permisi mas, Saya mau ambil Buku-buku” Kata Nico ketika Johar membukakan Pintunya. “Gak usah panggil Mas, Panggil aja Jo” jawab johar sambil melebarkan pintu.
“Eh iya Jo, permisi ya!” Nico langsung masuk menuju meja belajar. Dua tumpuk buku yang ada di mejanya tidak bisa di bawa langsung, maka Nico menyisahkan setumpuk buku lagi di meja itu. “Biar saya bantu!” kata Johar sambil mengangkat tumpukan lain. “Terimakasih Mas, Eh Jo!” Nico tersenyum malu.
“Ini mau dibuang dimana Nic?” tanya Johar sambil tertawa. “Enak aja dibuang, ini buku masih penting Jo”, Nico tersenyum dan langsung masuk kamar yang ada disebelah kamar Johar. “Bercanda kok, ini kamar kalian? Mana Mas Yudi kok gak ada?” tanya Johar pada Nico. “Mas Yudi kalau jam segini ngamen lagi, dia ikut bus Jo” kata Nico sambil meletakan buku di atas meja. “Oh begitu ya, kuletakan disini ya” kata Johar yang juga meletakan buku di atas meja.
“Oia, kamu sekolah dimana Nic?” tanya Johar. “Agak jauh dari sini Jo, sekolah negeri yang biayanya lebih murah” jawab Nico. “Kamu masih kelas tiga SMP ya? Kelas tiga sudah tinggi seperti ini, kata Johar melihat Nico yang berdiri hampir sejajar dengannya. “Ah, biasa aja kok Jo, kita kan hanya selisih satu tahun” jawab Nico malu. “Pasti banyak pacarnya ya? Cewek-cewek pada ngantri yang mau pacaran dengan kamu Nic, Udah ganteng putih dan tinggi lagi” Johar mulai mengorek privasi Nico.
“Hahaha…. Mana ada cewek yang mau sama orang miskin Jo, ini surabaya loh tak mudah mencari cewek yang bisa menerima kita apa adanya, apalagi mereka yang hidupnya mapan” kata Nico yang mulai menata buku-bukunya. “Hah? Gitu ya? Padahal Aku ke surabaya juga ingin mencoba pacaran Nic, bagaimana sih pacaran itu….” kata Johar polos.
“Halah, pandai banget merendah Jo! Coba kamu berkaca disana, lihat kakakmu Adam, kalian tidaklah jauh beda sama-sama tampan gitu masak gak ada cewek, ntah kalau kamu homo Jo” kata Nico sambil tertawa terkekeh. ‘Hahaha, Kalau gak punya cewek berarti homo ya? Terus kenapa kamu tidak pacaran juga Nic? Jangan-jangan kamu yang homo” Johar membalas ledekan Nico. Nico terdiam sejenak menalihat Johar yang berdiri disampingnya. Johar sedikit kikuk karena takut telah menyinggung Nico. “Kalau Aku homo sudah ku embat kamu Jo, enggaklah Aku masih Normal!” jawab Nico sambil tertawa. Dan mereka pun tertawa bersama dan suatu hubungan pertemanan terjalin sudah.
Setelah lama mengobrol, Johar baru sadar akan waktu sholat dzuhur. Jam dinding sudah menunjukan pukul 14:10 WIB dan seketika Johar kebingungan, “Eh Nic, kamar mandinya dimana? Aku belum sholat duhur” kata Johar sambil keluar menuju kamarnya. Nico menyusul johar dan menunggu di depan pintu kamar Johar, “Kamar mandinya dibelakang, langsung aja Jo” jawab Nico sambil memegang satu buku di tangannya.
Tak mau berlama-lama akhirnya Johar menuju kamar mandi, dilihatnya kamar mandi itu penuh noda hijau karena diselimuti lumut. Agak sedikit risih ketika pertama kali johar masuk ke kamar mandi itu. namun karena sudah dikejar waktu sholat, Johar langsung mandi dan membersihkan tubuhnya. Air yang terasa dingin namun tidak begitu segar dibandingkan air dari kampungnya di banyuwangi, tapi air dapat membersihkan tubuhnya dari keringan dan debu.
Tidak terlalu lama Johar menghabiskan waktu untuk mandi, karena dia harus segera sholat duhur yang waktunya semakin habis. Dengan Handuk yang masih melilit dipinggangnya Johar berlari menuju kamar dan memakai sarung serta kemeja. Nico pun menggelar sajadah dan mulai sholat dzuhur.
Beberapa menit kemudian setelah sholat dzuhur terdengar suara adzan Ashar yang berkumandang agak jauh dari perkampungan itu. Johar pun langsung melakukan sholat ashar dan diakhiri dengan berdoa kepada Allah SWT. Ketika Adam mengganti sarungnya dengan celana pendek, pintu kamar diketuk dari luar, dan ternyata Nico yang mengetuk pintu kamar. “Udah sholat Jo?” tanya Nico melihat Johar yang masih memakai kopyah . “Iya Nic, silahkan masuk Nic!” Kata Johar membuka pintu kamar.
“Loh Kamu sholat ngadep Utara Jo?” kata Nico ketika melihat posisi sajadah. “Hah? Di sana Utara ya?” jawab Johar kaget dan sambil tertawa. “Makanya Jo, Kalau mau sholat tanya dulu kiblat ada dimana!” jawab Nico sambil ikut tertawa. “Oia, ini Aku ada makanan dari rumah, silahkan Nic” Kata Johar menyuguhkan roti didalam kantong plastik. “Sudah kenyang Jo, barusan Aku makan di warung” Jawab Nico.
“Jauh ya warungnya? Soalnya Aku juga sudah laper” kata Johar. “Nggak kok, dari depan rumah sudah kelihatan tuh” jawab Nico sambil melihat kehalaman rumah. “Tapi, nanti aja deh karena Aku masih mau beresin kamar ini” Kata Johar sambil melipat sajadah di lantai. “Oh, yaudah…. Rencananya Aku mau ngajak kamu keliling sekitar sini Jo, tapi lain kali aja ya!” Nico pun berlalu pergi meninggalkan Johar yang sibuk merapikan kamarnya.
Dan tak terasa waktu berlalu dan semua barang milik Johar juga milik Adam sudah tertata Rapi, meski tidak semua baju dapat dimasukan kedalam lemari. Sebagian besar baju masih tersimpan di tas besar yang dibawa dari banyuwangi. Dan tak lama kemudian Johar pun tidur disamping Adam yang sudah lebih dulu terlelap.
Ketika Matahari pulang keperaduannya, dan saat langit diufuk barat berwarna jingga Adam terbangun dari tidurnya mendapati Johar yang terlelap disampingnya. Adam pun langsung kaget karena dia lupa tidak sholat duhur dan ashar pun hampir berlalu. Sama seperti Johar, dia terburu-buru kebelakang mencari kamar mandi.
Adam pun menggelar Sajadah menghadap arah utara sama halnya yang dilakukan Johar sebelumnya. Selesai sholat Adam membaca kitab suci Alqur’an yang sudah menjadi kebiasaannya. Mendengar suara lantunan ayat-ayat suci Alqur’an Johar pun terbangun dari tidurnya. “Kak, Sholat ngadep Utara ya?” kata Johar masih lemas. Adam menghentikan membaca Alqu’an dan langsung menoleh kearah Johar. “Astagfirullah, kakak salah kiblat ya?” kata Adam polos. Johar hanya tertawa dan merebahkan kembali tubuhnya dan bermalasan di atas kasur.
Akhirnya matahari benar-benar telah pulang dan menyisakan langit gelap penuh bintang. Setelah sholat Maghrib, Johar dan Adam keluar rumah untuk mencari makan. Ketika melewati ruang tamu, terdapat Yudi yang sedang duduk sambil merokok. “Baru pulang mas?” tanya Adam menyapa Yudi. “Ya, kalian mau kemana?” tanya Yudi.
“Mau cari makan Mas, kata Nico warungnya ada di depan ya?” Jawab Johar. “Kalau yang di depan sudah tutup Jo, kalian makan di pinggir jalan saja tapi ingat tetap hati-hati karena di daerah ini banyak copet” kata Yudi mengingtkan mereka berdua. “Iya Mas, mas sudah makan?” tanya Adam. “Sudah tadi di terminal, Oia jangan lupa kunci kamarnya karena Aku juga mau keluar!” Kata Yudi. “Baik mas, kami pergi dulu ya” jawab Adam dan langsung pergi meninggalkan rumah.
Dengan menyusuri gang kecil akhirnya mereka berdua sudah berada di depan gang dan melihat keramaian kota surabaya. “Kemana Dek?” tanya Adam. “Loh? Kak Adam kan Kakakku jadi Aku ikut kakak Aja” jawab Johar. “Heh… ngikut aja, kalau Aku nikah dan tinggal dengan istriku kamu juga mau ikut?” kata Adam sambil tertawa. “Iyalah, kan Aku adikmu kak, hahaha” Johar pun tertawa. “Dasar!... Ayo kita kesana aja” kata Adam menunjuk arah.
Dengan menyusuri jalan, Akhirnya tiba Johar dan Adam disebuah lampu merah. Ketika mau menyebrang, terlihat sosok laki-laki yang tak asing bagi mereka. “Kak, itu Nico kan?” tanya Johar memastikan. “Iya dek, Hei Nicoooo!” Adam meneriaki Nico sambil melambaikan tangannya. Nico pun terseyum dan berlari menuju mereka berdua. “Loh? Kalian jalan-jalan ya?” tanya Nico.
“Kami cari warung Nic, Nico ngamen?” Kata Johar ketika melihat Nico memegang gitar piul. “Iya. Hehe” Jawabnya sambil tertawa. Johar dan Adam saling beradu pandang dan kembali melihat Nico. “Nico udah makan?” Adam mencoba mengganti topik pembicaraan. “Sudah, tadi sore Aku makan di warung dekat rumah, Kak Adam mau makan ya? Ayo biar Nico antar cari makan yang murah meriah” kata Nico sambil memetik senar gitarnya.
Akhirnya Mereka bertiga berjalan menjauh dari terminal menuju warung makan. Meski warungnya masuk gang namun ternyata warung itu ramai oleh pengunjung yang mayoritas para pengamen dan anak jalanan lainnya. Johar langsung memegang baju Adam karena merasa risih dengan mereka yang berpenampilan acak-acakan. “Hei Nic, Mana Bos Yudi?” tanya seorang laki-laki di samping warung. “Mas Yudi Ada di rumah!” jawab Nico bersemangat.
“Nic, mereka kenal kamu ya?” tanya adam pelan. “Sebagian pengamen kenal mas Yudi Kak, jadi tak heran kalau mereka juga mengenalku sebagai adik Yudi, silahkan pesan makanan kak, Nico mau kesana dulu menemui teman-teman” kata Nico dan berlalu menuju Gerombolah para anak ajalanan, dan pengamen. Adam pun memesan makanan dan minuman, dan sambil menunggu makanan datang mereka melihat kearah Nico. Nico terlhat sangat akrab dengan mereka, mereka yang lebih tua darinya sangat menghargai Nico. Namun terlihat perbedaan antara Nico dan gerombolan itu, Meski sama-sama Pengamen dan Anak jalanan Nico masih terlihat lebih bersih, itu karena Nico hanya mengamen di malam hari.
Akhirnya Nico mendekat ke warung dan memesan teh hangat. Johar dan Adam yang masih menikmati makanannya mencoba menawarkan makanan pada Nico, namun Nico menolak dengan alasan Kenyang. Ketika semua sudah selesai dengan urausan perut, Adam membayar makanan itu dan ketika membayar Nico mengatakan sesuatu pada pemilik warung “Mbok, Mereka temanku harganya jangan dibedakan seperti pengunjung baru” Kata Nico.
“Iya Nic, Aku tahu itu. pokonya makanan disini lebih murah dibanding warung lain!” jawab ibu pemilik warung itu sambil menghitung uang kembalian Adam. Setelah semua selesai, akhirnya Nico mengajak Adam dan Johar pulang ke rumah. Sesamapainya di rumah, Mas Yudi menunggu mereka di depan rumah. “Kalian kemana aja? Aku tadi mecari kalian berdua di depan gang sana tapi kalian malah muncul dari arah berbeda” Kata Yudi pada Adam dan Johar.
“Tenang Mas, Kak Adam dan Jo tadi bersamaku dan Aku sempat bertemu dengan teman-teman di warung Mbok Sami, mereka semua sudah kuberitahu kalau kak Adam dan Jo adalah tamu kita dan akan tinggal di kota ini agak lama” Nico menjawab kekhawatiran Yudi.
“Yaudah, kalian masuk dan jangan keluar lagi, karena hari ini jam operasi para pencopet!” kata Yudi sambil berjalan menuju ke dalam rumah. Setelah mereka bertiga masuk, Mas Yudi berpamitan keluar menemui teman-temannya di terminal. Sebelumnya Nico diperingatkan untuk tidak keluar dari rumah dan Akhirnya mereka bertiga bersantai di ruang tamu saling bercerita tentang masa lalu mereka.
Tak lama kemudian, Adam masuk kamar terlebih dulu untuk sholat isyak dan menyinggalkan Johar dan Nico berdua. “Nic, kira-kira dimana ya SMA murah? Karena Aku dan kak Adam ingin bersekolah” kata Johar. “Aku kurang paham Jo, kemarin yang memasukan Aku ke SMP adalah mas Yudi atas bantuan Bu sarah kenalan Mas yudi” jawab Nico.
“Oh, gitu ya? Nanti kalau ada waktu coba tanyakan keteman-teman Nico tempat sekolah SMA murah nic, karena kami tidak ingin putus sekolah” suara johar terdengar lemah. “Iya Jo, besok kuusahain akan mencarikan info” jawab Nico sambil tersenyum pada Johar. “Kalau kami tak bisa sekolah minimal Adekku yang sekolah Nic” tambah Adam dari belakang.
“Loh? Gak bisa gitu kak, kalau Aku sekolah kakak juga sekolah kalau pun enggak ya kita sama-sama gak usah sekolah dan mencari kerja aja dan fokus mencai oang tua kita” Johar terdengar sedikit kesal. “Kalau kita gak mampu sekolah gimana dek? Aku mau melihatmu sukses, dan kita gunakan uang dari Mbok untuk sekolahmu aja” Kata Adam tak kalah. ‘Tapi…. Aku mau sekolah kalau kakak juga sekolah, atau keduanya tidak” kata Johar.
“Terserahlah, yang jelas kita berusaha dulu sampai akhir, bagaimana akhirnya aku ingin melihatmu memakai seragam putih abu-abu” jawab Adam pelan. “Kalau Cuma makai seragam putih abu-abu Aku bisa kok, tinggal pinjam aja punya kakak yang kakak bawa itu, bereskan?” Johar tertawa pada Adam. Adam pun juga tertawa mendegar argument Johar, “Dasar!”, kata Adam sambil menepuk pundak Johar,
“Kalian bener-bener ingin sekolah ya? Aku janji akan mencarikan informasi secepatnya” kata Nico yang tediam ketika Johar dan Adam beradu argument. “Iya Nic, secepatnya ya, karena sekarang sudah waktunya pendaftaran nih” kata Adam sambil tersenyum pada Nico.
Hingga Akhirnya malam pun semakin larut, rasa kantuk menghampiri mereka bertiga dan diputuskannya untuk segera ke kamar masing-masing. Adam masuk lebih awal dan diikuti oleh Johar menuju kamar mereka berdua, sedangkan Nico masih sibuk dengan membersihkan gitarnya.
Seperti biasa, Adam langsung terlelap ketika berbaring di atas kasur. Namun Johar yang belum melakukan sholat Isyak langsung berganti pakaian dan memakai sarung menuju kamar mandi. Ketika selesai berwudlu, Johar masih melihat Nico di ruang tamu sendirian membetulkan senar gitarnya. “Gak mau tidur?” sapa Johar. “Belum ngantuk” jawab Nico datar. Johar pun langsung masuk ke kamar dan melakukan sholat. Tak lupa setelah sholat Johar mendoakan Mbok Iyem dan dirinya serta semua kerabatnya. Johar pun meminta kepada Sang Khalik agar diberi kemudahan dalam segala urusannya.
Johar langsung mematikan lampu dan berbaring di samping Adam. Perlahan namun pasti johar menutup matanya dan merasuk kedalam tenangnya malam. Namun, beberapa saat kemudian Johar mulai terbangun karena nyamuk di kota surabaya lebih ganas dan besar dibanding di rumahnya dulu. Terganggu dengan nyamuk, Akhirnya Johar menghidupkan lampu dan sesekali mengipas kamarnya mengusir nyamuk. Karena sudah tak tahan lagi, Akhirnya Johar menemui Nico, Namun Nico sudah berada di kamarnya. Dengan ragu Johar mengetuk pintu dan memanggil nama Nico. “Ada apa Jo?” tanya Nico lesu. “Banyak nyamuk Nic, ada Obat nyamuk nggak?” tanya Johar sambil menggaruk lengannya. “Heh, baru kenalan dengan nyamuk surabaya ya? Bentar Jo Aku ada obat nyamuk bakar” jawab Nico sambil mengambil obat nyamuk bakar di bawah meja.
Akhirnya, setelah beberapa menit membakar obat nyamuk, nyamuk yang ganas itu tak lagi menggaung di sekitar telinga Johar dan Tak menusuk kulit Johar dengan jarum kecilnya. Johar pun merapat ketubuh Adam dan tertidur dalam dinginnya udara malam kota surabaya.
*******
Pagi Buta, Johar terbangun oleh suara lantunan Ayat suci Alqur’an yang dibaca oleh Adam. Dengan masih malas, Johar pun bangun dan melihat Adam yang khidmat membaca Alqur’an. Johar melihat ke arah jendela yang masih gelap dan langsung keluar kamar menuju kamar mandi. Setelah sholat shubuh, Johar duduk sambil mendengarkan Adam yang sdang membaca Alqur’an hingga akhirnya Cahaya mulai masuk melalui jendela.
“Dek, Apa yang harus kita lakukan hari ini?” tanya Johar sambil melepas sarungnya. “Terserah kak, Sebaiknya kita keliling mencari sekolah aja” jawab johar bersemangat. “Iya juga sih, mending kita mencari sekolah, Ayo kita lekas bersiap-siap” kata Adam. “Yah, ini kan masih jam enam kak? Beresin kamar dulu kek, atau nyapu ruang tamu” kata Johar sambil berdiri dan berganti pakaian.
“Hehe, kamu aja ya yang beresin kamar” jawab Adam yang memang malas membereskan kamar sejak tinggal di rumah. “Badan sudah berubah, jangkun sudah muncul, bahkan rambut-rambut sensitif juga sudah tumbuh, kenapa kakak gak berubah sih? selalu aja malas membersihkan kamar!” tukas johar sambil melipat sarungnya.
“Iya… iya… mulai sekarang Aku akan berubah, berubah lebih baik dan pertama akan membersihkan kamar ini, kamu keluar saja bersihkan ruang tamu yang penuh puntung rokok itu!” Jawab Adam sambil membuka pintu mempersilahkan Johar keluar. “Nah, gitu donk… yang bersih ya!” jawab Johar sambil keluar dari kamar menuju dapur mengambil sapu. “iya cereweeet…!” Teriak Adam dari dalam kamar.
Di pagi itu mereka berdua membersihkan rumah yang akan menjadi tempat tinggal mereka dan entah sampai kapan mereka akan tinggal di rumah itu. Ketika Johar menyapu ruang tamu, Yudi keluar dari kamarnya dan melihat ke arah johar di ruang tamu. “Penghuni baru lebih rajin ya!” kata Yudi menyapa Johar. ‘Eh, Mas Yudi, Baru bangun ya?” Tanya Johar sabil tersenyum. Yudi hanya mengangkat tangannya dan mengangguk dilanjutkan berjalan menuju kamar mandi. Johar melanjutkan pekerjaannya dan Akhirnya Adam keluar dari kamar mencari Johar. “Dek, pinjam sapunya, kamarnya juga harus disapu” kata Adam. “Iya, bentar lagi setelah debu ini keluar kak” kata Johar sambil mengeluarkan debu dan puntung rokok ke halaman.
Beberapa menit kemudian pekerjaan mereka selesai, dan akhirnya Johar dan Adam memilih untuk bersantai di ruang tamu. “Hoi, sebaiknya kalian mandi dan ikut Aku.” Kata Yudi yang sedang mengeringkan rambutnya yang basah. “Kemana Mas?” tanya Adam. “Makan mas?” tambah johar. “Jangan banyak tanya, ini lebih penting dari makan!” kata Yudi sambil tertawa. “Terus mau ngajak kita kemana?” Adam penasaran.
“Aku mendengar cerita dari Nico, Kalian sangat ingin sekolah ya? Aku ada kenalan dan semalam Aku sudah menghubungi dia lewat telefon dan hari ini Aku janji memperkenalkan kalian padanya, sebaiknya kalian Mandi dan berpakaian rapi.” Kata Yudi dengan nada serius. “Oh gitu ya? Baiklah mas, tunggu sebentar” Kata Adam sambil bergegas menuju kamar dan diikuti oleh Johar.
“Kak, Emang benar mas Yudi bisa memberikan info tentang sekolah?” tanya Johar sedikit ragu. “Pertama kita yakinin saja, apa salahnya kita mencoba percaya dan ikuti mas Yudi? Ayo cepat kita mandi” kata Adam. Johar diam dan mengambil handuknya dan langsung berlari menuju kamar mandi. Mereka bedua berebut kamar mandi Namun akhirnya Joharlah yang menang dan berhasil masuk ke kamar mandi.
“Hahaha, Aku dulu yang mandi” kata Johar sambil menutup pintu kamar mandi. Namun tiba-tiba Adam masuk ke dalam kamar mandi, “Lebih baik kita mandi bersama-sama daripada lama menunggu dan telat ikut Mas yudi!” kata Adam sambil tertawa. “Kak, jangan dipikir ini sungai dong, ya dulu kita pernah mandi bareng di sungai tapi ini kamar mandi yang sempit kak” protes Johar. “Terserah, kalau kamu mau keluar ya keluar aja biar Aku yang mandi dulu” kata Adam sambil membuka baju dan celananya.
Johar hanya diam memandang Adam yang telanjang. “Kenapa bengong?” tanya Adam dan langsung menyiram tubuhnya dengan guyuran air. “Heh, Bajuku basah nih” protes Johar. “Terserah’ Jawab Adam. Akhirnya Johar juga menanggalkan pakaiannya merebut gayung kamar mandi itu. “Eh, Kapan tuh rambut keluar?” tanya Adam sambil menunjuk selangkangan Johar.
“Hahaha, Apaan sih?” kata Johar menutupi kemaluannya. “Hahaha, sama Aku aja malu, Kakak Aja nggak Malu nih” Kata Adam sambil menggosok tubuhnya dengan sabun. “Iya situ kan gak punya malu” Jawab Johar sambil meraih sabun dari tangan Adam. “Eh beneran loh ini udah beda, gak kayak cabe rawit lagi” lagi-lagi Adam beralih ke selangkangan Johar.
Johar hanya diam dan tak menggubris ocehan Adam dan terus menyabuni tubuhnya. “Sabuni juga tuh dek, biar gak bau” Kata Adam meledek Johar. “Eh, Kakak mulai tadi yang diomongin punya adek terus, lihat tuh punya kakak mengkerut kedinginan makanya cepat mandinya” Jawab johar sambil mengguyurkan air ketubuhnya. Adam hanya tertawa dan meraih gayung dari tangan Johar. “Udah bersih tuh, sana keluar dulu!” kata Adam dan Johar pun meraih handuknya.
“Dek, Handuknya kembalikan lagi” Kata Adam berteriak dari kamar mandi. “Ambil sendiri di kamar” jawab Johar terseyum masuk ke kamar. “Kalian Mandi berdua?” Tanya Nico ketika berpapasan di pintu kamar. “Hehe, iya Nic… menghemat waktu” Jawab Johar. “Sering mandi berdua saat dikampung?” Nico bertanya lagi dengan nada penasaran. “Kenapa?” tanya Johar sambil meraih Sarungnya dan memasukan tubuhnya ke sarung. “Nggak kenapa-kenapa kok” kata Nico sambil tersenyum menjauh dari kamar Johar.
Setelah memakai sarung, johar menuju kamar mandi dan memberikan Handuk kepada Adam. dan mereka pun kembali ke kamar dan berganti pakaian. Adam memakai celana kain dan Kemeja putihnya, sedangkan Johar memakai jeans hitam dan kemeja kotak-kotak. Mereka berdua langsung menuju ruang tamu untuk menemui Yudi. Yudi pun mengajak mereka berangkat menuju rumah orang yang akan membantu mereka masuk sekolah.
Menyusuri gang dan menaiki sebuah angkot, mereka menuju ke sebuah perumahan. Yudi hafal dengan alamat yang di tuju, di depan rumah tingkat bercat putih Yudi menelfon seseorang. “Halo Bu, Saya sudah di depan rumah Ibu” kata Yudi berbicara di telfon. Tak lama kemudian seorang perempuan setengah baya keluar dari rumah itu dan langsung tersenyum menyapa Yudi.
“Ayo silahkan duduk” kata perempuan itu menyuruh Mereka duduk di kursi yang ada di teras rumahnya. “Ini Bu sarah, Adam dan Johar yang saya ceritakan lewat telefon kemarin” Yudi memulai pembicaraan. “Adam, Johar” mereka berdua memperkenalkan diri. “Hemmm… Sebenarnya saya ada janji hari ini, satu jam lagi mau berangkat bisa kalian berdua masuk dulu?” kata Bu sarah sambil berlalu masuk ke rumah. “Sana, ikuti dia!” kata Yudi berbisik. Johar dan Adam terlihat sangat ragu mengikuti bu Sarah dari belakang.
"Silahkan duduk! Lihat ada tiga soal yang dapat kalian kerjakan, Mungkin ini sebagai penilaian atas kemampuan kalian berdua!” kata bu sarah lembut sambil menunjuk soal-soal di atas meja. “Ini soal tes masuk Bu?” kata Johar polos. “Bukan, Ini hanya penilaian buat saya saja kok, Aku selelalu membantu para pengamen dan anak jalanan yang memang ingin bersekolah dan Aku selalu memasukan mereka ke sekolah swasta, dan kalau Aku lihat kalian berdua bukan orang-orang malas” Bu sarah panjang lebar menjelaskan dirinya.
“Baik Bu, kami akan mencoba mengerjakan soal-soal ini” jawab Adam. “Tidak perlu semuanya, pilihlah yang menurut kalian bisa dikerjakan. Ok” kata Bu sarah dan keluar menemui Yudi di teras rumah.
Akhirnya Johar meraih soal Matematika sedangkan Adam meraih soal bahasa inggris. Meraka tidak membuang-buang waktu dan langsung mengerjakan soal-soa yang mereka pilih. “Kak, Ini terlalu sulit buatku” kata Johar terdengar lesu. “Adek kerjakan yang paling gampang saja, nanti biar kakak bantu” jawab Adam tanpa melihat kearah Johar. “Baiklah” Jawab Johar sambil membuang nafas.
Sesekali Johar melihat keluar dan mendapati Yudi mengobrol dengan Bu sarah, Tak ada batasan waktu yang diberikan Bu sarah untuk menyelesaikan soal itu. Namun mereka berdua mengerjakan soal seperti mengikuti sebuah kompetisi berlomba dengan waktu. Hingga beberapa menit berlalu, dari 30 soal Johar hanya bisa mengerjakan 10 Soal Sedangkan Adam sudah hampir selesai mengerjakan soal bahasa Inggris. “Kak, Aku nyerah, Aku gak bisa dengan soal-soal ini kak” Kata Johar bersedih.
“Sabar ya dek, coba kerjakan soal bahasa indonesia itu, Bu sarah sudah bilang kerjakan yang gampang!” kata Adam sambil menunjuk soal bahasa indonesia. “Baiklah, kalau bahasa indonesia Aku bisa atasi” kata Johar dan lansgung mengerjakan soal bahasa indonesia. “Dek, boleh Aku lihat soal matematikanya?” Kata Adam. “Silahkan kak” Jawab Johar sambil mengambil soal matematika yang dijadikannya alas menulis. “Eh kak, bagaimana bahasa inggrisnya?” tanya Johar penasaran. “Beberapa Tak bisa dijawab, tapi lumayanlah Masih banyak yang bisa kuselesaikan” kata  Adam sambil tersu mengutak atik soal matematika.
“Dek, Kakak Cuma bisa mengerjakan enam soal dari sisa adek tadi, jadi total yang terjawab hanya 16 soal” Kata Adam dengan nada kecewa. “Pasrah aja kak” Jawab Johar yang tak kalah kecewanya. Akhirnya Bu sarah menemui mereka berdua, “Bagaimana sudah selesai?” tanya Bu Sarah. “Belum Bu” Mereka berdua menjawab hampir bersamaan. “Sudahlah, waktunya memang sangat kurang kok untuk mengerjakan semua soal ini, yang penting kalian sudah berusaha” kata bu Sarah sambil menata soal-soal yang berantakan.
“Ayo kita temui Yudi, disana juga ada minuman buat kalian berdua!” ajak Bu Sarah. “Bagaimana Jo?” tanya Yudi sambil tersenyum. Johar hanya menggelengkan kepala. “Kami sudah berusaha Mas” kata Adam menjawab pertanyaan Yyudi. “Yaudah, silahkan diminum dulu Ayo kita pulang” kata Yudi sambil tersenyum kepada mereka yang terlihat lesu.
“Ayo diminum dulu Johar, adam. soal tadi jangan dipikirkan Aku akan membantu sebisa mungkin untuk kalian” Kata Bu sarah memberi semangat. “Iya Bu, Terimaksih” jawab Johar sambil terseyum. “Pokonya kalian harus banyak belajar dan berdoa, agar cita-cita kalian juga semua urusan kalian bisa tercapai” Bu sarah mencoba menasehati mereka berdua.
Akhirnya Yudi mengajak mereka untuk pulang dan berpamitan, “Bu, kami pulang dulu ya! Yudi tunggu kabarnya dari Ibu” Kata Yudi. “Iya Yud, Mungkin nanti sore saya kabari via telfon” Jawab Bu sarah sambil mengantar mereka menuju pintu gerbang. “Terimakasih Bu atas waktunya” kata Adam berpamitan. “Sama-sama, hati-hati di jalan” kata Bu sarah di pintu gerbang. Mereka bertiga langsung berjalan menjauhi rumah besar itu menuju jalan raya menunggu Angkot.
Seharian, Johar dan Adam memikirkan tentang sekolahnya. Mencari alternatif lain jika mereka gagal bersekolah dengan bantuan Bu Sarah. Hingga sore hari mereka masih terlihat lemas dan tak bersemangat. Namun ketika ada seorang perempuan datang ke ruamah Yudi, Mereka semakin bimbang karena yang datang adalah Bu Sarah.
“Selamat sore, Kalian bangun tidur ya?” tanya bu sarah. “Enggak Bu, Cuma tiduran aja” jawab Adam sopan. “Tadi Aku hubungi Yudi, dan ternyata dia lagi ngamen di bus, katanya kalian selalu di rumah jadi Aku langsung ke rumah ini” Kata bu sarah sambil meletakan tasnya di pangkuannya.
“Begini, saya datang mau ngasih kabar kepada kalian, juga mengenai soal yang kalian kerjakan tadi itu!” suara Bu Sarah sedikit lebih serius dari sebelumnya. Adam dan Johar hanya diam dan dipelipis Johar sudah keluar titik keringat akibat gerogi. “Aku bisa pastikan kalian bersekolah!” kata Bu Sarah dengan tegas. “Apa? Kita sekolah?” kata Johar. “Alhamdulillah” jawab Adam. “Tapi…” Bu sarah menambahkan.
Johar dan Adam berhenti sejenak mendengarkan apa yang akan dikatakan oleh Bu sarah. “Tapi, kalian sekolahnya disekolah swasta! Karena kenalanku yang di SMA negeri tidak bisa membantu soalnya siswa mereka sudah penuh” Kata bu Sarah pelan. Johar dan Adam saling berpandangan dan kembali terdiam. “Kalau kalian Mau, hari senin ku antar kalian ke sekolah itu, itu pun kalau Mau!” Kata Bu sarah.
“Kami mau Bu, yang penting bisa bersekolah” jawab Adam bersemangat. “Satu lagi, mengenai biaya sekolah jangan khawatir, pemilik yayasan itu adalah sahabatku dan Aku yang menjamin kalian disana, karena kalian dapat mengerjakan soal-soal UAN SMA kemarin meski hanya 50% saja. Tapi itu sudah cukup membuktikan otak kalian berdua, sayang jika kemampuan kalian tidak dikembangkan, maka dengan senang hati sahabatku itu menggratiskan kalian sekolah disana dengan catatan, kalian harus berprestasi. Ingat jangan kecewakan saya ya!” kata Bu sarah sambil tersenyum.
Alhamdulillah, Akhirnya kita akan bersekolah ya dek, terimakasih Bu… Aku tak tahu harus bagaimana berterimasih” kata Adam yang sedang bergembira. “Cukup tunjukan prestasimu disekolah itu ya!” kata bu Sarah. “Oia, ini ada sedikit uang buat kalian, semoga dapat digunakan untuk keperluan sekolah nanti, meski biaya sekolah gratis tapi kalian akan membutuhkan seragam dan perlengkapan lain” Kata Bu sara sambil menjulurkan Amplop.
“Tidak usah repot-repot Bu, kami juga ada uang kok kalau hanya beli seragam dan lain-lain” jawab Adam yang terlihat canggung. “Kalau begitu, tolong disimpan saja uang ini, gunakanlah kalau memang diperlukan. Hari sudah semakin sore Aku harus segera pulang” kata Bu sarah. “Biar kami antar Ibu sampai Gang depan” kata johar yang mengikuti Bu sarah.
Akhirnya, Adam dan Johar dapat kesempatan untuk bersekolah di SMA swasta. Harapan Johar untuk bersekolah di sekolah Negeri harus dibuang jauh dan mensyukuri Apa yang sudah mereka dapat. Namun perjuangan mereka masih panjang, banyak kebutuhan yang harus dipenuhi dan mereka juga membutuhkan pekerjaan utnuk menunjang hidup mereka. Untuk saat ini, mereka masih bisa bertahan dari uang pemberian Mbok Iyem dan ditambah lagi Amplop yang belum dibuka oleh Adam dan Johar dari bu sarah. “Kak, Akhirnya kita bersekolah” Kata Johar yang terlihat sangat senang.
Perlahan namun pasti, Tuhan akan memberikan jalan bagi hambanya yang berusaha dan berdoa. Seperti halnya Johar dan Adam, satu persatu masalah meraka dapat dihadapi dan mendapatkan jalan keluar. Next Mengejar Masa lalu part 3 

Comments
4 Comments

4 comments:

  1. Bersih dah gda lagi typo, hehehe...
    4anak manusia berjenis kelamin n bernasib sama.. Adakah keterkaitan dngn masa lalu? Nice story..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sedikit ada typo dans, sebagian sudah dirapikan karena dapat wanti-wanti dari seseorang hingga jam dua belas malam, dan masalah empat anak itu... lihat aja selanjutnya. :D

      Delete
  2. udahhh dibaca momon...yeyeee....
    Bagus, real bgt kesannya....hee
    Mana 03 nya

    dira

    ReplyDelete
    Replies
    1. terimakasih Dira, itu yang 03 ada linknya, coba klik link di akhir Tulisan :)

      Delete

Terimakasih atas kunjungannya, besar harapan penulis tolong tinggalkan jejak dalam kolom komentar, terimakasih....