Terimakasih sudah meluangkan waktu untuk
membaca Mengejar Masa Lalu Part I yang seminggu lalu terbit di Rayrowling’s
Blog. Penulis menyadari banyak kekurangan di part pertama kemarin, terutama
banyaknya Typo. Namun penulis masih terus berusaha melakukan perbaikan-perbaikan
pada tulisan-tulisan yang sudah terbit. Sekarang Aku mencoba memposting
Mengejar Masa Lalu Part 2 dan Atas masukan dan kritikannya kuucapkan banyak
terimakasih.
Sang
Musisi Jalanan
Adam
dan Johar diantar oleh Mas Naryo menuju jalan yang menjadi Akses bagi Bus antar
kota. Ketika Bus yang bertuliskan kata SURABAYA sebagai kota tujuannya mendekat
ke arah mereka, seketika itu Adam dan Johar bersalaman kepada Mas Naryo. Mereka
mengucapkan banyak terimakasih karena telah mengantar mereka sampai jalan
utama.
“Mas,
Kami berangkat dulu ya! Salam ke Mbak Yani, kami menyayanginya!” Kata Adam saat
dia berdiri di dekat pintu Bus. Naryo hanya mengangguk dan tersenyum, kemudian
melambaikan tangannya, “Hati-hati Disana!” kata Naryo bersemangat. Adam hanya
Tertawa dan langsung berjalan menuju tempat duduk yang sudah Johar tempati.
Di
dalam Bus, Johar membuka bungkusan yang diberikan oleh para tetangga disekitar
rumahnya, dan ketika dibuka Johar terseyum sambil memperlihatkan apa yang
berada di dalam kantong-kantong plastik kecil itu. “Ternyata para tetangga
memang sayang pada kita ya dek, nih buktinya mereka masih sempat membawakan
kita Roti dan cemilan dan kue lain” kata Adam sambil melihat isi kantong
plastik.
“Oia
kak, tadi pak RT memberikan Amplop ini” Kata Johar sambil mengeluarkan Amplop
dari saku jaketnya. “Apa ini dek?” tanya Adam sambil meraih Amplop. Setelah
dibuka mereka berdua tersenyum dan hampir bersamaan mengucapkan kata Alhamdulillah. “Alhamdulillah, Pak RT sangat baik dan lumayan ini sebagai ongkos ya
kak” Kata Johar ketika melihat selembar
uang lima puluh ribu rupiah.
“Oia,
Sesuai rencana kita Kakak juga menyisihkan uang untuk Mbak Yani di atas meja
dapur. Uang pemberian Mbok sebesar Satu juta telah Aku letakan didalam tudung
nasi. Jadi sekarang kita punya uang sebesar 2.450.000 yang sudah ditambah oleh
pak RT dek. Semoga uang ini dapat membantu” kata Adam penuh harap.
“Insyallah
kak, Oia sesampainya di surabaya kemana kita akan melangkah? Kita harus
bertahan hidup disana dan hal pertama adalah tempat tinggal kak!” kata Johar
dengan nada cemas. “Tenang saja Dek, Kita berdoa dan berusaha saja disana
nanti, pertama ya cari tempat tinggal yang murah dan kita cari pekerjaan untuk
bertahan hidup” jawab Adam yang terdengar lebih percaya diri. Johar hanya
tersenyum meyakini apa yang diucapkan oleh Adam. dan Mereka akhirnya
beristirahat di dalam Bus menuju Kota surabaya.
Saat
itu juga di rumah Banyuwangi, Yani menemukan amplop dan surat diatas Meja.
Surat itu adalah surat dari Adam dan Johar. “Assalamualaikum, Mbak Yani yang
kami sayangi, sebelumnya Adam dan Johar mengucapkan banyak terimakasih atas
perhatian Mbak Yani selama ini. Maafkan jika kami mempunyai salah kepada mbak
Yani dan selalu merepotkan Mbak Yani.
Mbak,
Mungkin Kami tidak akan kembali lagi kerumah sebelum kami menemukan Keluarga
kami, maka dari itu kami mohon Mbak mau mengajak Mas Naryo untuk menempati
Rumah peninggalan si Embok. Jangan sampai rumah itu hancur karena tak ada orang
yang merawat, dan sertakan nama kami dalam untaian do’a Mbak setiap habis
sholat ya!.
Oia,
Mbak mungkin sudah tahu di dalam Amplop ada Uang sebesar satu juta, Itu adalah
uang yang Mbok berikan kepada Kami, Kami mohon Mbak Yani dapat menggunakan Uang
itu dengan Sebaik-baiknya bahkan harapan Kami, Mbak Yani mengganti
Anting-anting yang kemarin dijual. Sekian Surat ini, sekali lagi doa’kan selalu
kami. Adam dan Johar, Wasalam” Yani membaca surat dari meeka yang disimpan di dalam
tudung saji.“Mbak pasti sangat kangen pada kalian, jadilah orang sukses dan
kembalilah jika kalian sudah menyampaikan permintaan maaf Embok nanti” Kata
Yani sambil memeluk Kertas surat itu.
Setelah
beberapa Jam, Akhirnya Adam dan Johar tiba di terminal Purabaya Surabaya.
Mereka berdua bergegas turun dari bus, Adam yang menjinjing Tas besar menelisik
tiap sudut halaman Terminal. Dilihatnya seorang penjual makanan ringan di
sekitar Terminal. “Adek, Haus nggak?” tanya Adam. “Belum kak” kata Johar
berbohong. Sebenarnya Johar sangat kehausan namun dia lebih menahan rasa hausnya
daripada nantinya kekurangan uang di Surabaya. “Jangan bohong, Aku tahu kamu
kehausan” Kata Adam sambil menuju pedagang kaki lima membeli sebotol kecil Air
minum.
“Mau?”
kata Adam sambil menjulurkan Botol Minum. Johar hanya diam melihat Adam
didekatnya. “Mau nggak? Kalau enggak kuhabisin ya!” kata Adam sambil mencoba
mendekatkan botol itu kebibirnya. “Eh, Aku mau!” kata Johar langsung meraih
botol itu dan menghabiskan isinya. “Hahaha, Dasar!” kata Adam sambil memukul
pelan kepala Johar.
‘Kak,
kita mau kemana?” tanya Johar sambil melihat-lihat halaman Teminal. “Kita duduk
di sana dulu, agar para pencari penumpang itu tidak mengganggu kita dan
sebaiknya kita meregangkan otot dulu Jo” Adam menuju tepian yang teduh. “Iya
Kak, Kita makan snack yang dibawain Bu RT aja kak, luamayan bisa mengganjal
perut” Usul Johar sambil membuka tas Ranselnya.
Ketika
sedang menikmati makanannya ada seorang pemuda datang menghampiri mereka. Johar
melihat kearahnya dan langsung berbisik ke Adam, “Ada pengamen kak”. Adam hanya
diam melihat pemuda dengan Gitar yang penuh sticker dan coretan itu. langsung
saja pengamen itu memetik gitarnya dan menyanyikan lagu jalanan berbahasa
Jawa. Johar terkesima dengan liriknya
yang unik, sedangkan Adam menatap pemuda itu dan langsung meraih dompetnya.
Adam menjulurkan uang sebesar sepuluh ribu rupiah dan pemuda itu langsung
berhenti memainkan gitarnya.
“Hah,
beneran nih?” tanya pemuda itu terlihat senang. “Iya silahkan!” kata Adam.
“Seribu saja Mas, Ini terlalu banyak” kata pemuda itu. “Ambil sajalah!” Adam
berdiri dan memasukan Uang sepuluh ribu ke lubang gitar. “Eh terimaksih mas!
Baru kali ini pengamen dapat sepuluh ribu” jawab pemuda itu. “Itu bukan untuk
nyanyianmu kok, bukan juga untuk permainan gitarmu” Adam terseyum sambil
melihat pemuda itu.
“Terus
kenapa Mas ngasih duit sebanyak ini?” Pemuda itu terlihat kebingungan. “Itu
buat imbalan kamu untuk mencarikan tempat tinggal untuk kami, sepertinya kamu
lebih tahu tempat tinggal murah disekitar seni, Oia Aku Adam dan ini Johar
Adikku” kata Adam dilanjutkan bersalaman pada pemuda itu. “Aku Yudi, kalian
bukan orang sini ya?” tanya Yudi sambil melihat mereka berdua.
“Kami
dari banyuwangi dan ingin menetap di Surabaya, karena kami punya banyak urausan
yang harus diselesaikan dikota ini” Jawab Adam. Johar saat itu hanya diam
melihat percakapan Adam dan Yudi di depan terminal. “Baiklah, kalian tunggu aja
disini, sampai Aku mengumpulkan gaji harianku di sekitar sini” Kata Yudi sambil
pergi meninggalkan mereka berdua.
“Kenapa
Abang Memberikan uang begitu banyak? Dan Kenapa Abang percaya dengan Pemuda
itu?” tanya Johar meminta pengertian dari Adam. “Saat melihat tatapan matanya,
dia hanya melihat kearah permainan gitarnya, dan saat dia menangkap tatapan
mataku, Aku dapat menilai dia bahwa dia adalah orang baik yang dapat membantu
kita” Kata Adam tersenyum. “Hah? Gak salah? Semudah itu menilai orang? Pokoknya
Aku gak mau kalau kita sampai terjadi sesuatu, dan Aku tidak percaya pada orang
baru itu’ kata Johar terlihat sangat marah.
“Loh
kenapa kamu marah? Kamu tidak percaya padaku Jo? Coba ingat sudah berapa lama
kamu bersamaku? Sejak kamu lahir kita sudah bersama masak kamu tidak percaya
padaku?” tukas Adam menanggapi suara Johar yang tinggi. “Iya.. iya… Terserah
kak Adam, namun Aku akan selalu berjaga-jaga” kata Johar sambil merengut.
“Hahaha, janganlah berburuk sangka karena dia seorang pengamen dek! Di berita
saja penjahat itu memakai Jas hitam dan berdasi Apa adek menilai mereka orang
baik? enggak kan?” kata Adam mencontohkan para koruptor sebagai penjahat
berpenampilan menarik.
“Ya..
yaaa! Aku tahu itu” jawab Johar datar. Adam hanya bisa tersenyum melihat Johar
yang masih kekanak-kanakan menilai orang dari penampilannya. Meski Johar sudah
lulus SMP namun dia masih bersikap seperti anak SD, yang tidak dapat mengontrol
emosinya.
Beberapa
menit kemudian Yudi sudah datang dari belakang sambil sesekali memetik
gitarnya. “Sudah ambil gajinya?” tanya Adam terdengar sangat akrab.
“Alhamdulillah lumayan, Kalian setia banget ya menungguku disini, baiklah Ayo
ikuti Aku” kata Yudi sambil berjalan keluar dari terminal.
Yudi
mengajak Adam dan johar menyebrangi jalan dan masuk kesebuah gang yang sempit.
Ketika Yudi melihat mereka yang ada dibelakangnya ternyata Yudi melihat Johar yang
memiliki pandangan negatif terhadapnya. “Sebentar, Kalian bilang dari
banyuwangi? Dan mau menetap di kota surabaya? Aku pikir itu tak mungkin bagi
kalian berdua” kata Yudi sambil berhenti disebuah gang.
“Emang
kenapa Mas?” tanya Adam penasaran. “Lihat Adik kamu itu, dia masih terlihat
seperti anak-anak dan tidak jauh denganmu yang masih muda meski kalian bertubuh
tinggi bukan berarti kalian sudah dewasa. Kalian pasti punya orang tua!” Kata
Yudi sambil melihat kearah Adam dan Johar bergantian.
“Ceritanya
panjang Mas” Kata Adam. “Aku memliki banyak waktu untuk mendengarkan cerita
panjang itu, sebaiknya kamu yakinkan adek kamu itu untuk mengikutiku menuju
rumahku yang tak jauh lagi.” Kata Yudi sambil menunjuk Johar. “Iya Mas, kami
akan ikut Mas Yudi karena kami memang membutuhkan informasi mengenai kontrakan
disekitar surabaya ini.” Jawab Adam sambil menarik Johar mengikuti Yudi.
Johar
masih kurang yakin dengan Yudi, Johar berfikiran Yudi adalah pemuda yang dapat
merugikannya atau seorang preman yang siap menipu mereka berdua. Hingga
Akhirnya mereka tiba di sebuah rumah kecil sederhana di tengah perkampungan
padat. Yudi membuka pintu rumahnya dan menyuruh Adam dan Johar untuk duduk di kursi
plastik yang ada di ruang tamunya. “Kalian istirahat dulu, santai-santai aja
nanti kucarikan tempat tinggal, Aku akan ganti pakaian dulu Ok” kata Yudi dan
langsung masuk menuju kamarnya.
“Kak,
Kak Adam yakin dengan orang ini?” Tanya Johar masih ragu. “Yakin aja dek,
pastikan pikiran kita selalu positif agar terhindar dengan hal-hal yang
negatif.” Jawab Adam sambil membuka jaketnya. “Aku pasrah saja pada kak Adam,
kalau kak Adam yakin Aku juga harus yakin kak” jawab Johar terdengar pasrah. “Kalian
minum dulu, maaf adanya Cuma air putih” kata Yudi sambil menyuguhkan dua gelas
air putih. “Oia, Johar… kamu johar kan? Aku saranin Kamu jangan minum Air itu
nanti terjadi sesuatu” Kata Yudi sambil tersenyum melihat johar. Yudi sengaja
Mengatakan itu karena Yudi tahu Johar selalu menilai Yudi negatif.
“Maaf
ya Mas, Adekku memang gitu orangnya tatapannya ini selalu membuat orang takut
melihatnya alias seperti selalu curiga dan marah namun dia baik kok” kata Adam
membela Johar. Johar hanya tersenyum malu mendengar hal itu dan langsung
menegak Air putih pemberian Yudi. “Terimaksih mas, Boleh nambah lagi?” kata
Johar sambil tertawa melihat Yudi. Adam dan Yudi juga ikut tertawa bersamaan…
“Oia,
bagaimana kalian bisa terdampar di kota ini?” Tanya Yudi masih penasaran dengan
Adam dan Johar. “Seperti yang tadi kukatakan, bahwa kami memliki tujuan yang
belum tahu arahnya, dan kami juga belum tahu dimana tujuan kami itu” kata Adam
sambil meregangkan ototnya.
“Aku
juga sudah bilang, Aku mempunyai banyak waktu untuk mendengar cerita kalian,
lebih baik kalian bercerita saja… siapa tahu Aku dapat membantu sesuatu untuk
kalian” Kata Yudi sambil membakar rokok yang ada di mulutnya. “Begini Mas, Kami
datang ke surabaya untuk mencari keluarga kami….” Adam memulai bercerita.
Ketika Adam bercerita Johar diam-diam menyebarkan pandangannya keseluruh sudut
ruangan rumah itu.
Johar
mengunci pandangannya pada sebuah foto tiga orang yang digantung di tembok.
Foto itu adalah seorang perempuan setengah baya dan dua anak. Satu dari mereka
adalah anak laki-laki yang mirip dengan Yudi, dan Johar memasikan bahwa itu
benar-benar Yudi karena rambutnya bergelombang sama persisis dengan Yudi.
Sedangkan, Satu lagi adalah foto anak perempuan cantik dan manis yang sedang
digendong oleh perempuan setengah baya itu.
“Heh,
Johar lihat apa?” tanya Yudi mengagetkan johar. ‘Eh nggak ada Cuma mandangin
foto itu” kata Johar sambil menunjuk foto di dinding. “Oh, itu adalah fotoku
bersama adik dan almarhumah Ibuku, jadi kalian sama seperti Aku hanya hidup
berdua! Namun kalian masih punya harapan untuk bertemu dengan orang tua asli
kalian” kata yudi terdengar sangat prihatin terhadap keadaan Adam dan Johar.
“Terimaksih
Mas, semoga Mas Yudi bisa cepat membantu kami menemukan kontrakan” jawab Johar.
Yudi belum merespon dan tiba-tiba suara anak laki-laki mengucapkan salam. “Assalamualaikum”
kata anak laki-laki itu. Semua yang ada di ruangan langsung menjawab salam.
“Oia, Ini adekku bernama Nico’ Yudi memperkenalkan Anak laki-laki bernama Nico
sebagai adiknya.
“Yang
difoto itu?” kata Johar terkejut. “Iya, pasti kamu mengira anak kecil ini
seorang perempuan ya? Hahaha… Semua orang yang melihat foto itu akan terkecoh”
kata Yudi sambil tertawa. “Teman-temannya ya Mas?” kata Nico mendekati Yudi.
“Iya, mereka dari banyuwangi, kamu ganti baju dulu dan langsung ke warung mbok
Darmi beli Gorengan ya!” kata Yudi menyuruh Nico.
Johar
masih belum percaya apa yang dia lihat, gadis cantik di foto itu ternyata
seorang laki-laki yang tampan. “Aku pikir dia memang anak perempuan mas” kata
Johar. “hehehe, Oia umurnya hampir sama seperti kamu Jo, kemarin baru
pengumuman kenaikan kelas dan sekarang dia duduk di kelas tiga SMP.” Kata Yudi
sambil terus mengisap rokoknya.
“Nico
itu sebenarnya saudara seibu denganku, Ayah Nico adalah orang asing yang
memakai jasa Ibu dulu” kata Yudi. “Maksudnya Mas?” tanya Adam penasaran. “Tidak
baik membicarakan kejelekan orang yang sudah meninggal, Aku yakin kalian
mengerti kalimatku yang tadi” kata Yudi sambil mematikan rokoknya. Adam dan
Johar hanya diam meresapi apa yang barusan didengarnya.
“Silahkan
Mas, dimakan kuenya!” kata Nico yang menyuguhkan pisang goreng dan beberapa
gorengan lain. “Nic, ikut Mas Yudi kebelakang! Ada yang ingin kubicarakan!”
Ajak Yudi menarik tangan Nico kedalam. Di ruang tamu johar dan Adam menikmati
pisang goreng dan sesekali melihat suasana di luar rumah. Dan tak lama kemudian
Yudi duduk lagi di ruang tamu itu.
“Begini saja
Dam, Rumah ini memiliki dua kamar dan Aku hanya berdua dengan Adikku, Bagaimana
kalau kalian mengontrak salah satu kamar kami? Nggak usah mikir berapa biayanya
asal kalian betah disini kami senang membantu kalian berdua” Yudi mengajak
mereka berdua tinggal di rumah Yudi. “Benarkah? Aku pasti betah mas. Sesuai
yang tadi mas Yudi bilang kalau kami terlalu muda untuk hidup mandiri di kota
ini” Adam terlihat begitu senang.
“Syukurlah,
Kalau begitu Aku akan membereskan kamar untuk kalian” Kata Yudi dan langsung
masuk kembali. “Kita mau tinggal disini kak? Katanya mau cari kontrakan?” kata
Johar. “Untuk sementara kita disini dulu dek, kita harus berhemat dan mencari
tempat berlindung yang aman” kata Adam meyakinkan Johar. “Baiklah, Aku setuju
saja kak” Kata Johar datar dan lemas.
“Kamarnya sudah
siap, silahkan kalian istirahat dulu” kata Yudi menyuruh mereka masuk ke dalam
kamar. “Permisi ya mas” Adam meminta Izin. “Haduh, Anggap saja rumah sendiri
Dam, jangan sungkan seperti itu” Jawab Yudi sambil menepuk pundak Adam. “Johar,
masih banyak pikiran yah? Alismu mengkerut tuh” kata Yudi meledek Johar yang
dari tadi masih memandang tak enak pada Yudi. “Eh nggak kok Mas, biasa saja
kok” kata Johar terlihat malu.
“Mas Yudi,
Terimakasih ya atas kamar ini” Kata Adam yang ada di dalam kamar. “Yaudah,
kalian istirahat dulu, pasi kalian sangat kelelahan” Yudi pun langsung
meninggalkan mereka berdua di dalam kamar yang sederhana itu.
Di dalam kamar
yang sederhana itu hanya ada Kasur yang ada dibawah, satu buah lemari dan
sebuah meja yang terdapat beberapa buku diatasnya. Buku itu adalah buku
pelajaran milik Nico yang belum sempat dipindahkan. Adam langsung menjatuhkan
tubuhnya tepat di atas kasur yang tidak terlalu empuk, namun baginya itu lebih
baik daripada masih bingung mencari tempat untuk Tinggal.
“Dek, Sepertinya
kita akan tinggal di rumah ini lebih lama, karena rumah ini lebih aman dek”
kata Adam yang sedang tiduran diatas Kasur. “Ya…. Daripada kita masih
kebingungan cari tempat tinggal, mending disini aja kak” Jawab johar pasrah.
Namun Adam tidak merespon apa yang dikatakan oleh Johar. Johar langsung melihat
ke arah Adam yang sedang berbaring, “Astagfirullah, orang ini tidak bisa lihat
kasur sebentar aja udah langsung molor” Johar keheranan dengan tingkah Adam
yang selalu bisa tidur dimana saja.
Akhirnya Johar
memutuskan untuk mengeluarkan isi ranselnya dan meletakan baju-bajunya di lemari
kecil kamar itu. Satu per satu Johar mengeluarkan Isi ransel yang terdiri dari
kaos dan kemeja miliknya, juga tak lupa mengeluarkan Roti sisa perjalanan dari
Banyuwangi. Ketika sibuk mengeluarkan isi Ransel, tiba-tiba ada seseorang yang
mengetuk pintu kamar. “Permisi mas, Saya mau ambil Buku-buku” Kata Nico ketika
Johar membukakan Pintunya. “Gak usah panggil Mas, Panggil aja Jo” jawab johar
sambil melebarkan pintu.
“Eh iya Jo,
permisi ya!” Nico langsung masuk menuju meja belajar. Dua tumpuk buku yang ada
di mejanya tidak bisa di bawa langsung, maka Nico menyisahkan setumpuk buku
lagi di meja itu. “Biar saya bantu!” kata Johar sambil mengangkat tumpukan
lain. “Terimakasih Mas, Eh Jo!” Nico tersenyum malu.
“Ini mau dibuang
dimana Nic?” tanya Johar sambil tertawa. “Enak aja dibuang, ini buku masih
penting Jo”, Nico tersenyum dan langsung masuk kamar yang ada disebelah kamar
Johar. “Bercanda kok, ini kamar kalian? Mana Mas Yudi kok gak ada?” tanya Johar
pada Nico. “Mas Yudi kalau jam segini ngamen lagi, dia ikut bus Jo” kata Nico
sambil meletakan buku di atas meja. “Oh begitu ya, kuletakan disini ya” kata
Johar yang juga meletakan buku di atas meja.
“Oia, kamu
sekolah dimana Nic?” tanya Johar. “Agak jauh dari sini Jo, sekolah negeri yang
biayanya lebih murah” jawab Nico. “Kamu masih kelas tiga SMP ya? Kelas tiga
sudah tinggi seperti ini, kata Johar melihat Nico yang berdiri hampir sejajar
dengannya. “Ah, biasa aja kok Jo, kita kan hanya selisih satu tahun” jawab Nico
malu. “Pasti banyak pacarnya ya? Cewek-cewek pada ngantri yang mau pacaran
dengan kamu Nic, Udah ganteng putih dan tinggi lagi” Johar mulai mengorek
privasi Nico.
“Hahaha…. Mana
ada cewek yang mau sama orang miskin Jo, ini surabaya loh tak mudah mencari
cewek yang bisa menerima kita apa adanya, apalagi mereka yang hidupnya mapan”
kata Nico yang mulai menata buku-bukunya. “Hah? Gitu ya? Padahal Aku ke
surabaya juga ingin mencoba pacaran Nic, bagaimana sih pacaran itu….” kata
Johar polos.
“Halah, pandai
banget merendah Jo! Coba kamu berkaca disana, lihat kakakmu Adam, kalian
tidaklah jauh beda sama-sama tampan gitu masak gak ada cewek, ntah kalau kamu
homo Jo” kata Nico sambil tertawa terkekeh. ‘Hahaha, Kalau gak punya cewek
berarti homo ya? Terus kenapa kamu tidak pacaran juga Nic? Jangan-jangan kamu
yang homo” Johar membalas ledekan Nico. Nico terdiam sejenak menalihat Johar
yang berdiri disampingnya. Johar sedikit kikuk karena takut telah menyinggung
Nico. “Kalau Aku homo sudah ku embat kamu Jo, enggaklah Aku masih Normal!”
jawab Nico sambil tertawa. Dan mereka pun tertawa bersama dan suatu hubungan
pertemanan terjalin sudah.
Setelah lama
mengobrol, Johar baru sadar akan waktu sholat dzuhur. Jam dinding sudah
menunjukan pukul 14:10 WIB dan seketika Johar kebingungan, “Eh Nic, kamar
mandinya dimana? Aku belum sholat duhur” kata Johar sambil keluar menuju
kamarnya. Nico menyusul johar dan menunggu di depan pintu kamar Johar, “Kamar
mandinya dibelakang, langsung aja Jo” jawab Nico sambil memegang satu buku di tangannya.
Tak mau
berlama-lama akhirnya Johar menuju kamar mandi, dilihatnya kamar mandi itu
penuh noda hijau karena diselimuti lumut. Agak sedikit risih ketika pertama
kali johar masuk ke kamar mandi itu. namun karena sudah dikejar waktu sholat,
Johar langsung mandi dan membersihkan tubuhnya. Air yang terasa dingin namun
tidak begitu segar dibandingkan air dari kampungnya di banyuwangi, tapi air dapat
membersihkan tubuhnya dari keringan dan debu.
Tidak terlalu
lama Johar menghabiskan waktu untuk mandi, karena dia harus segera sholat duhur
yang waktunya semakin habis. Dengan Handuk yang masih melilit dipinggangnya
Johar berlari menuju kamar dan memakai sarung serta kemeja. Nico pun menggelar
sajadah dan mulai sholat dzuhur.
Beberapa menit
kemudian setelah sholat dzuhur terdengar suara adzan Ashar yang berkumandang
agak jauh dari perkampungan itu. Johar pun langsung melakukan sholat ashar dan
diakhiri dengan berdoa kepada Allah SWT. Ketika Adam mengganti sarungnya dengan
celana pendek, pintu kamar diketuk dari luar, dan ternyata Nico yang mengetuk
pintu kamar. “Udah sholat Jo?” tanya Nico melihat Johar yang masih memakai
kopyah . “Iya Nic, silahkan masuk Nic!” Kata Johar membuka pintu kamar.
“Loh Kamu sholat
ngadep Utara Jo?” kata Nico ketika melihat posisi sajadah. “Hah? Di sana Utara
ya?” jawab Johar kaget dan sambil tertawa. “Makanya Jo, Kalau mau sholat tanya
dulu kiblat ada dimana!” jawab Nico sambil ikut tertawa. “Oia, ini Aku ada
makanan dari rumah, silahkan Nic” Kata Johar menyuguhkan roti didalam kantong
plastik. “Sudah kenyang Jo, barusan Aku makan di warung” Jawab Nico.
“Jauh ya
warungnya? Soalnya Aku juga sudah laper” kata Johar. “Nggak kok, dari depan
rumah sudah kelihatan tuh” jawab Nico sambil melihat kehalaman rumah. “Tapi,
nanti aja deh karena Aku masih mau beresin kamar ini” Kata Johar sambil melipat
sajadah di lantai. “Oh, yaudah…. Rencananya Aku mau ngajak kamu keliling
sekitar sini Jo, tapi lain kali aja ya!” Nico pun berlalu pergi meninggalkan
Johar yang sibuk merapikan kamarnya.
Dan tak terasa
waktu berlalu dan semua barang milik Johar juga milik Adam sudah tertata Rapi,
meski tidak semua baju dapat dimasukan kedalam lemari. Sebagian besar baju
masih tersimpan di tas besar yang dibawa dari banyuwangi. Dan tak lama kemudian
Johar pun tidur disamping Adam yang sudah lebih dulu terlelap.
Ketika Matahari
pulang keperaduannya, dan saat langit diufuk barat berwarna jingga Adam
terbangun dari tidurnya mendapati Johar yang terlelap disampingnya. Adam pun
langsung kaget karena dia lupa tidak sholat duhur dan ashar pun hampir berlalu.
Sama seperti Johar, dia terburu-buru kebelakang mencari kamar mandi.
Adam pun
menggelar Sajadah menghadap arah utara sama halnya yang dilakukan Johar
sebelumnya. Selesai sholat Adam membaca kitab suci Alqur’an yang sudah menjadi
kebiasaannya. Mendengar suara lantunan ayat-ayat suci Alqur’an Johar pun
terbangun dari tidurnya. “Kak, Sholat ngadep Utara ya?” kata Johar masih lemas.
Adam menghentikan membaca Alqu’an dan langsung menoleh kearah Johar.
“Astagfirullah, kakak salah kiblat ya?” kata Adam polos. Johar hanya tertawa
dan merebahkan kembali tubuhnya dan bermalasan di atas kasur.
Akhirnya
matahari benar-benar telah pulang dan menyisakan langit gelap penuh bintang.
Setelah sholat Maghrib, Johar dan Adam keluar rumah untuk mencari makan. Ketika
melewati ruang tamu, terdapat Yudi yang sedang duduk sambil merokok. “Baru
pulang mas?” tanya Adam menyapa Yudi. “Ya, kalian mau kemana?” tanya Yudi.
“Mau cari makan
Mas, kata Nico warungnya ada di depan ya?” Jawab Johar. “Kalau yang di depan
sudah tutup Jo, kalian makan di pinggir jalan saja tapi ingat tetap hati-hati
karena di daerah ini banyak copet” kata Yudi mengingtkan mereka berdua. “Iya
Mas, mas sudah makan?” tanya Adam. “Sudah tadi di terminal, Oia jangan lupa
kunci kamarnya karena Aku juga mau keluar!” Kata Yudi. “Baik mas, kami pergi
dulu ya” jawab Adam dan langsung pergi meninggalkan rumah.
Dengan menyusuri
gang kecil akhirnya mereka berdua sudah berada di depan gang dan melihat
keramaian kota surabaya. “Kemana Dek?” tanya Adam. “Loh? Kak Adam kan Kakakku
jadi Aku ikut kakak Aja” jawab Johar. “Heh… ngikut aja, kalau Aku nikah dan
tinggal dengan istriku kamu juga mau ikut?” kata Adam sambil tertawa. “Iyalah,
kan Aku adikmu kak, hahaha” Johar pun tertawa. “Dasar!... Ayo kita kesana aja”
kata Adam menunjuk arah.
Dengan menyusuri
jalan, Akhirnya tiba Johar dan Adam disebuah lampu merah. Ketika mau
menyebrang, terlihat sosok laki-laki yang tak asing bagi mereka. “Kak, itu Nico
kan?” tanya Johar memastikan. “Iya dek, Hei Nicoooo!” Adam meneriaki Nico
sambil melambaikan tangannya. Nico pun terseyum dan berlari menuju mereka
berdua. “Loh? Kalian jalan-jalan ya?” tanya Nico.
“Kami cari
warung Nic, Nico ngamen?” Kata Johar ketika melihat Nico memegang gitar piul.
“Iya. Hehe” Jawabnya sambil tertawa. Johar dan Adam saling beradu pandang dan
kembali melihat Nico. “Nico udah makan?” Adam mencoba mengganti topik
pembicaraan. “Sudah, tadi sore Aku makan di warung dekat rumah, Kak Adam mau
makan ya? Ayo biar Nico antar cari makan yang murah meriah” kata Nico sambil
memetik senar gitarnya.
Akhirnya Mereka
bertiga berjalan menjauh dari terminal menuju warung makan. Meski warungnya
masuk gang namun ternyata warung itu ramai oleh pengunjung yang mayoritas para
pengamen dan anak jalanan lainnya. Johar langsung memegang baju Adam karena
merasa risih dengan mereka yang berpenampilan acak-acakan. “Hei Nic, Mana Bos
Yudi?” tanya seorang laki-laki di samping warung. “Mas Yudi Ada di rumah!”
jawab Nico bersemangat.
“Nic, mereka
kenal kamu ya?” tanya adam pelan. “Sebagian pengamen kenal mas Yudi Kak, jadi
tak heran kalau mereka juga mengenalku sebagai adik Yudi, silahkan pesan
makanan kak, Nico mau kesana dulu menemui teman-teman” kata Nico dan berlalu
menuju Gerombolah para anak ajalanan, dan pengamen. Adam pun memesan makanan
dan minuman, dan sambil menunggu makanan datang mereka melihat kearah Nico.
Nico terlhat sangat akrab dengan mereka, mereka yang lebih tua darinya sangat
menghargai Nico. Namun terlihat perbedaan antara Nico dan gerombolan itu, Meski
sama-sama Pengamen dan Anak jalanan Nico masih terlihat lebih bersih, itu
karena Nico hanya mengamen di malam hari.
Akhirnya Nico
mendekat ke warung dan memesan teh hangat. Johar dan Adam yang masih menikmati
makanannya mencoba menawarkan makanan pada Nico, namun Nico menolak dengan
alasan Kenyang. Ketika semua sudah selesai dengan urausan perut, Adam membayar
makanan itu dan ketika membayar Nico mengatakan sesuatu pada pemilik warung
“Mbok, Mereka temanku harganya jangan dibedakan seperti pengunjung baru” Kata
Nico.
“Iya Nic, Aku
tahu itu. pokonya makanan disini lebih murah dibanding warung lain!” jawab ibu
pemilik warung itu sambil menghitung uang kembalian Adam. Setelah semua
selesai, akhirnya Nico mengajak Adam dan Johar pulang ke rumah. Sesamapainya di
rumah, Mas Yudi menunggu mereka di depan rumah. “Kalian kemana aja? Aku tadi
mecari kalian berdua di depan gang sana tapi kalian malah muncul dari arah
berbeda” Kata Yudi pada Adam dan Johar.
“Tenang Mas, Kak
Adam dan Jo tadi bersamaku dan Aku sempat bertemu dengan teman-teman di warung
Mbok Sami, mereka semua sudah kuberitahu kalau kak Adam dan Jo adalah tamu kita
dan akan tinggal di kota ini agak lama” Nico menjawab kekhawatiran Yudi.
“Yaudah, kalian
masuk dan jangan keluar lagi, karena hari ini jam operasi para pencopet!” kata
Yudi sambil berjalan menuju ke dalam rumah. Setelah mereka bertiga masuk, Mas
Yudi berpamitan keluar menemui teman-temannya di terminal. Sebelumnya Nico
diperingatkan untuk tidak keluar dari rumah dan Akhirnya mereka bertiga
bersantai di ruang tamu saling bercerita tentang masa lalu mereka.
Tak lama
kemudian, Adam masuk kamar terlebih dulu untuk sholat isyak dan menyinggalkan
Johar dan Nico berdua. “Nic, kira-kira dimana ya SMA murah? Karena Aku dan kak
Adam ingin bersekolah” kata Johar. “Aku kurang paham Jo, kemarin yang memasukan
Aku ke SMP adalah mas Yudi atas bantuan Bu sarah kenalan Mas yudi” jawab Nico.
“Oh, gitu ya?
Nanti kalau ada waktu coba tanyakan keteman-teman Nico tempat sekolah SMA murah
nic, karena kami tidak ingin putus sekolah” suara johar terdengar lemah. “Iya
Jo, besok kuusahain akan mencarikan info” jawab Nico sambil tersenyum pada
Johar. “Kalau kami tak bisa sekolah minimal Adekku yang sekolah Nic” tambah
Adam dari belakang.
“Loh? Gak bisa
gitu kak, kalau Aku sekolah kakak juga sekolah kalau pun enggak ya kita
sama-sama gak usah sekolah dan mencari kerja aja dan fokus mencai oang tua
kita” Johar terdengar sedikit kesal. “Kalau kita gak mampu sekolah gimana dek?
Aku mau melihatmu sukses, dan kita gunakan uang dari Mbok untuk sekolahmu aja”
Kata Adam tak kalah. ‘Tapi…. Aku mau sekolah kalau kakak juga sekolah, atau
keduanya tidak” kata Johar.
“Terserahlah,
yang jelas kita berusaha dulu sampai akhir, bagaimana akhirnya aku ingin
melihatmu memakai seragam putih abu-abu” jawab Adam pelan. “Kalau Cuma makai
seragam putih abu-abu Aku bisa kok, tinggal pinjam aja punya kakak yang kakak
bawa itu, bereskan?” Johar tertawa pada Adam. Adam pun juga tertawa mendegar
argument Johar, “Dasar!”, kata Adam sambil menepuk pundak Johar,
“Kalian
bener-bener ingin sekolah ya? Aku janji akan mencarikan informasi secepatnya”
kata Nico yang tediam ketika Johar dan Adam beradu argument. “Iya Nic,
secepatnya ya, karena sekarang sudah waktunya pendaftaran nih” kata Adam sambil
tersenyum pada Nico.
Hingga Akhirnya
malam pun semakin larut, rasa kantuk menghampiri mereka bertiga dan
diputuskannya untuk segera ke kamar masing-masing. Adam masuk lebih awal dan
diikuti oleh Johar menuju kamar mereka berdua, sedangkan Nico masih sibuk
dengan membersihkan gitarnya.
Seperti biasa,
Adam langsung terlelap ketika berbaring di atas kasur. Namun Johar yang belum
melakukan sholat Isyak langsung berganti pakaian dan memakai sarung menuju
kamar mandi. Ketika selesai berwudlu, Johar masih melihat Nico di ruang tamu
sendirian membetulkan senar gitarnya. “Gak mau tidur?” sapa Johar. “Belum
ngantuk” jawab Nico datar. Johar pun langsung masuk ke kamar dan melakukan
sholat. Tak lupa setelah sholat Johar mendoakan Mbok Iyem dan dirinya serta semua
kerabatnya. Johar pun meminta kepada Sang Khalik agar diberi kemudahan dalam
segala urusannya.
Johar langsung
mematikan lampu dan berbaring di samping Adam. Perlahan namun pasti johar
menutup matanya dan merasuk kedalam tenangnya malam. Namun, beberapa saat
kemudian Johar mulai terbangun karena nyamuk di kota surabaya lebih ganas dan
besar dibanding di rumahnya dulu. Terganggu dengan nyamuk, Akhirnya Johar
menghidupkan lampu dan sesekali mengipas kamarnya mengusir nyamuk. Karena sudah
tak tahan lagi, Akhirnya Johar menemui Nico, Namun Nico sudah berada di kamarnya.
Dengan ragu Johar mengetuk pintu dan memanggil nama Nico. “Ada apa Jo?” tanya
Nico lesu. “Banyak nyamuk Nic, ada Obat nyamuk nggak?” tanya Johar sambil
menggaruk lengannya. “Heh, baru kenalan dengan nyamuk surabaya ya? Bentar Jo
Aku ada obat nyamuk bakar” jawab Nico sambil mengambil obat nyamuk bakar di
bawah meja.
Akhirnya,
setelah beberapa menit membakar obat nyamuk, nyamuk yang ganas itu tak lagi
menggaung di sekitar telinga Johar dan Tak menusuk kulit Johar dengan jarum
kecilnya. Johar pun merapat ketubuh Adam dan tertidur dalam dinginnya udara
malam kota surabaya.
*******
Pagi Buta, Johar
terbangun oleh suara lantunan Ayat suci Alqur’an yang dibaca oleh Adam. Dengan
masih malas, Johar pun bangun dan melihat Adam yang khidmat membaca Alqur’an.
Johar melihat ke arah jendela yang masih gelap dan langsung keluar kamar menuju
kamar mandi. Setelah sholat shubuh, Johar duduk sambil mendengarkan Adam yang
sdang membaca Alqur’an hingga akhirnya Cahaya mulai masuk melalui jendela.
“Dek, Apa yang
harus kita lakukan hari ini?” tanya Johar sambil melepas sarungnya. “Terserah
kak, Sebaiknya kita keliling mencari sekolah aja” jawab johar bersemangat. “Iya
juga sih, mending kita mencari sekolah, Ayo kita lekas bersiap-siap” kata Adam.
“Yah, ini kan masih jam enam kak? Beresin kamar dulu kek, atau nyapu ruang
tamu” kata Johar sambil berdiri dan berganti pakaian.
“Hehe, kamu aja
ya yang beresin kamar” jawab Adam yang memang malas membereskan kamar sejak
tinggal di rumah. “Badan sudah berubah, jangkun sudah muncul, bahkan
rambut-rambut sensitif juga sudah tumbuh, kenapa kakak gak berubah sih? selalu
aja malas membersihkan kamar!” tukas johar sambil melipat sarungnya.
“Iya… iya… mulai
sekarang Aku akan berubah, berubah lebih baik dan pertama akan membersihkan
kamar ini, kamu keluar saja bersihkan ruang tamu yang penuh puntung rokok itu!”
Jawab Adam sambil membuka pintu mempersilahkan Johar keluar. “Nah, gitu donk…
yang bersih ya!” jawab Johar sambil keluar dari kamar menuju dapur mengambil
sapu. “iya cereweeet…!” Teriak Adam dari dalam kamar.
Di pagi itu
mereka berdua membersihkan rumah yang akan menjadi tempat tinggal mereka dan
entah sampai kapan mereka akan tinggal di rumah itu. Ketika Johar menyapu ruang
tamu, Yudi keluar dari kamarnya dan melihat ke arah johar di ruang tamu.
“Penghuni baru lebih rajin ya!” kata Yudi menyapa Johar. ‘Eh, Mas Yudi, Baru
bangun ya?” Tanya Johar sabil tersenyum. Yudi hanya mengangkat tangannya dan
mengangguk dilanjutkan berjalan menuju kamar mandi. Johar melanjutkan
pekerjaannya dan Akhirnya Adam keluar dari kamar mencari Johar. “Dek, pinjam
sapunya, kamarnya juga harus disapu” kata Adam. “Iya, bentar lagi setelah debu
ini keluar kak” kata Johar sambil mengeluarkan debu dan puntung rokok ke halaman.
Beberapa menit
kemudian pekerjaan mereka selesai, dan akhirnya Johar dan Adam memilih untuk
bersantai di ruang tamu. “Hoi, sebaiknya kalian mandi dan ikut Aku.” Kata Yudi
yang sedang mengeringkan rambutnya yang basah. “Kemana Mas?” tanya Adam. “Makan
mas?” tambah johar. “Jangan banyak tanya, ini lebih penting dari makan!” kata
Yudi sambil tertawa. “Terus mau ngajak kita kemana?” Adam penasaran.
“Aku mendengar
cerita dari Nico, Kalian sangat ingin sekolah ya? Aku ada kenalan dan semalam
Aku sudah menghubungi dia lewat telefon dan hari ini Aku janji memperkenalkan
kalian padanya, sebaiknya kalian Mandi dan berpakaian rapi.” Kata Yudi dengan
nada serius. “Oh gitu ya? Baiklah mas, tunggu sebentar” Kata Adam sambil
bergegas menuju kamar dan diikuti oleh Johar.
“Kak, Emang
benar mas Yudi bisa memberikan info tentang sekolah?” tanya Johar sedikit ragu.
“Pertama kita yakinin saja, apa salahnya kita mencoba percaya dan ikuti mas Yudi?
Ayo cepat kita mandi” kata Adam. Johar diam dan mengambil handuknya dan
langsung berlari menuju kamar mandi. Mereka bedua berebut kamar mandi Namun
akhirnya Joharlah yang menang dan berhasil masuk ke kamar mandi.
“Hahaha, Aku
dulu yang mandi” kata Johar sambil menutup pintu kamar mandi. Namun tiba-tiba
Adam masuk ke dalam kamar mandi, “Lebih baik kita mandi bersama-sama daripada
lama menunggu dan telat ikut Mas yudi!” kata Adam sambil tertawa. “Kak, jangan
dipikir ini sungai dong, ya dulu kita pernah mandi bareng di sungai tapi ini
kamar mandi yang sempit kak” protes Johar. “Terserah, kalau kamu mau keluar ya
keluar aja biar Aku yang mandi dulu” kata Adam sambil membuka baju dan
celananya.
Johar hanya diam
memandang Adam yang telanjang. “Kenapa bengong?” tanya Adam dan langsung
menyiram tubuhnya dengan guyuran air. “Heh, Bajuku basah nih” protes Johar.
“Terserah’ Jawab Adam. Akhirnya Johar juga menanggalkan pakaiannya merebut
gayung kamar mandi itu. “Eh, Kapan tuh rambut keluar?” tanya Adam sambil
menunjuk selangkangan Johar.
“Hahaha, Apaan
sih?” kata Johar menutupi kemaluannya. “Hahaha, sama Aku aja malu, Kakak Aja
nggak Malu nih” Kata Adam sambil menggosok tubuhnya dengan sabun. “Iya situ kan
gak punya malu” Jawab Johar sambil meraih sabun dari tangan Adam. “Eh beneran
loh ini udah beda, gak kayak cabe rawit lagi” lagi-lagi Adam beralih ke
selangkangan Johar.
Johar hanya diam
dan tak menggubris ocehan Adam dan terus menyabuni tubuhnya. “Sabuni juga tuh
dek, biar gak bau” Kata Adam meledek Johar. “Eh, Kakak mulai tadi yang
diomongin punya adek terus, lihat tuh punya kakak mengkerut kedinginan makanya
cepat mandinya” Jawab johar sambil mengguyurkan air ketubuhnya. Adam hanya
tertawa dan meraih gayung dari tangan Johar. “Udah bersih tuh, sana keluar
dulu!” kata Adam dan Johar pun meraih handuknya.
“Dek, Handuknya
kembalikan lagi” Kata Adam berteriak dari kamar mandi. “Ambil sendiri di kamar”
jawab Johar terseyum masuk ke kamar. “Kalian Mandi berdua?” Tanya Nico ketika
berpapasan di pintu kamar. “Hehe, iya Nic… menghemat waktu” Jawab Johar.
“Sering mandi berdua saat dikampung?” Nico bertanya lagi dengan nada penasaran.
“Kenapa?” tanya Johar sambil meraih Sarungnya dan memasukan tubuhnya ke sarung.
“Nggak kenapa-kenapa kok” kata Nico sambil tersenyum menjauh dari kamar Johar.
Setelah memakai
sarung, johar menuju kamar mandi dan memberikan Handuk kepada Adam. dan mereka
pun kembali ke kamar dan berganti pakaian. Adam memakai celana kain dan Kemeja
putihnya, sedangkan Johar memakai jeans hitam dan kemeja kotak-kotak. Mereka
berdua langsung menuju ruang tamu untuk menemui Yudi. Yudi pun mengajak mereka
berangkat menuju rumah orang yang akan membantu mereka masuk sekolah.
Menyusuri gang
dan menaiki sebuah angkot, mereka menuju ke sebuah perumahan. Yudi hafal dengan
alamat yang di tuju, di depan rumah tingkat bercat putih Yudi menelfon
seseorang. “Halo Bu, Saya sudah di depan rumah Ibu” kata Yudi berbicara di telfon.
Tak lama kemudian seorang perempuan setengah baya keluar dari rumah itu dan langsung
tersenyum menyapa Yudi.
“Ayo silahkan
duduk” kata perempuan itu menyuruh Mereka duduk di kursi yang ada di teras
rumahnya. “Ini Bu sarah, Adam dan Johar yang saya ceritakan lewat telefon
kemarin” Yudi memulai pembicaraan. “Adam, Johar” mereka berdua memperkenalkan
diri. “Hemmm… Sebenarnya saya ada janji hari ini, satu jam lagi mau berangkat
bisa kalian berdua masuk dulu?” kata Bu sarah sambil berlalu masuk ke rumah.
“Sana, ikuti dia!” kata Yudi berbisik. Johar dan Adam terlihat sangat ragu
mengikuti bu Sarah dari belakang.
"Silahkan duduk! Lihat ada tiga soal yang dapat kalian kerjakan, Mungkin ini
sebagai penilaian atas kemampuan kalian berdua!” kata bu sarah lembut sambil menunjuk soal-soal di atas meja. “Ini
soal tes masuk Bu?” kata Johar polos. “Bukan, Ini hanya penilaian buat saya
saja kok, Aku selelalu membantu para pengamen dan anak jalanan yang memang
ingin bersekolah dan Aku selalu memasukan mereka ke sekolah swasta, dan kalau
Aku lihat kalian berdua bukan orang-orang malas” Bu sarah panjang lebar
menjelaskan dirinya.
“Baik Bu, kami
akan mencoba mengerjakan soal-soal ini” jawab Adam. “Tidak perlu semuanya,
pilihlah yang menurut kalian bisa dikerjakan. Ok” kata Bu sarah dan keluar
menemui Yudi di teras rumah.
Akhirnya Johar
meraih soal Matematika sedangkan Adam meraih soal bahasa inggris. Meraka tidak
membuang-buang waktu dan langsung mengerjakan soal-soa yang mereka pilih. “Kak,
Ini terlalu sulit buatku” kata Johar terdengar lesu. “Adek kerjakan yang paling
gampang saja, nanti biar kakak bantu” jawab Adam tanpa melihat kearah Johar.
“Baiklah” Jawab Johar sambil membuang nafas.
Sesekali Johar
melihat keluar dan mendapati Yudi mengobrol dengan Bu sarah, Tak ada batasan
waktu yang diberikan Bu sarah untuk menyelesaikan soal itu. Namun mereka berdua
mengerjakan soal seperti mengikuti sebuah kompetisi berlomba dengan waktu.
Hingga beberapa menit berlalu, dari 30 soal Johar hanya bisa mengerjakan 10
Soal Sedangkan Adam sudah hampir selesai mengerjakan soal bahasa Inggris. “Kak,
Aku nyerah, Aku gak bisa dengan soal-soal ini kak” Kata Johar bersedih.
“Sabar ya dek,
coba kerjakan soal bahasa indonesia itu, Bu sarah sudah bilang kerjakan yang
gampang!” kata Adam sambil menunjuk soal bahasa indonesia. “Baiklah, kalau
bahasa indonesia Aku bisa atasi” kata Johar dan lansgung mengerjakan soal
bahasa indonesia. “Dek, boleh Aku lihat soal matematikanya?” Kata Adam.
“Silahkan kak” Jawab Johar sambil mengambil soal matematika yang dijadikannya
alas menulis. “Eh kak, bagaimana bahasa inggrisnya?” tanya Johar penasaran.
“Beberapa Tak bisa dijawab, tapi lumayanlah Masih banyak yang bisa
kuselesaikan” kata Adam sambil tersu
mengutak atik soal matematika.
“Dek, Kakak Cuma
bisa mengerjakan enam soal dari sisa adek tadi, jadi total yang terjawab hanya
16 soal” Kata Adam dengan nada kecewa. “Pasrah aja kak” Jawab Johar yang tak
kalah kecewanya. Akhirnya Bu sarah menemui mereka berdua, “Bagaimana sudah
selesai?” tanya Bu Sarah. “Belum Bu” Mereka berdua menjawab hampir bersamaan.
“Sudahlah, waktunya memang sangat kurang kok untuk mengerjakan semua soal ini,
yang penting kalian sudah berusaha” kata bu Sarah sambil menata soal-soal yang
berantakan.
“Ayo kita temui
Yudi, disana juga ada minuman buat kalian berdua!” ajak Bu Sarah. “Bagaimana
Jo?” tanya Yudi sambil tersenyum. Johar hanya menggelengkan kepala. “Kami sudah
berusaha Mas” kata Adam menjawab pertanyaan Yyudi. “Yaudah, silahkan diminum
dulu Ayo kita pulang” kata Yudi sambil tersenyum kepada mereka yang terlihat
lesu.
“Ayo diminum
dulu Johar, adam. soal tadi jangan dipikirkan Aku akan membantu sebisa mungkin
untuk kalian” Kata Bu sarah memberi semangat. “Iya Bu, Terimaksih” jawab Johar
sambil terseyum. “Pokonya kalian harus banyak belajar dan berdoa, agar
cita-cita kalian juga semua urusan kalian bisa tercapai” Bu sarah mencoba
menasehati mereka berdua.
Akhirnya Yudi
mengajak mereka untuk pulang dan berpamitan, “Bu, kami pulang dulu ya! Yudi
tunggu kabarnya dari Ibu” Kata Yudi. “Iya Yud, Mungkin nanti sore saya kabari
via telfon” Jawab Bu sarah sambil mengantar mereka menuju pintu gerbang. “Terimakasih
Bu atas waktunya” kata Adam berpamitan. “Sama-sama, hati-hati di jalan” kata Bu
sarah di pintu gerbang. Mereka bertiga langsung berjalan menjauhi rumah besar
itu menuju jalan raya menunggu Angkot.
Seharian, Johar
dan Adam memikirkan tentang sekolahnya. Mencari alternatif lain jika mereka
gagal bersekolah dengan bantuan Bu Sarah. Hingga sore hari mereka masih
terlihat lemas dan tak bersemangat. Namun ketika ada seorang perempuan datang
ke ruamah Yudi, Mereka semakin bimbang karena yang datang adalah Bu Sarah.
“Selamat sore,
Kalian bangun tidur ya?” tanya bu sarah. “Enggak Bu, Cuma tiduran aja” jawab
Adam sopan. “Tadi Aku hubungi Yudi, dan ternyata dia lagi ngamen di bus,
katanya kalian selalu di rumah jadi Aku langsung ke rumah ini” Kata bu sarah
sambil meletakan tasnya di pangkuannya.
“Begini, saya
datang mau ngasih kabar kepada kalian, juga mengenai soal yang kalian kerjakan
tadi itu!” suara Bu Sarah sedikit lebih serius dari sebelumnya. Adam dan Johar
hanya diam dan dipelipis Johar sudah keluar titik keringat akibat gerogi. “Aku
bisa pastikan kalian bersekolah!” kata Bu Sarah dengan tegas. “Apa? Kita
sekolah?” kata Johar. “Alhamdulillah”
jawab Adam. “Tapi…” Bu sarah menambahkan.
Johar dan Adam
berhenti sejenak mendengarkan apa yang akan dikatakan oleh Bu sarah. “Tapi,
kalian sekolahnya disekolah swasta! Karena kenalanku yang di SMA negeri tidak
bisa membantu soalnya siswa mereka sudah penuh” Kata bu Sarah pelan. Johar dan
Adam saling berpandangan dan kembali terdiam. “Kalau kalian Mau, hari senin ku
antar kalian ke sekolah itu, itu pun kalau Mau!” Kata Bu sarah.
“Kami mau Bu,
yang penting bisa bersekolah” jawab Adam bersemangat. “Satu lagi, mengenai
biaya sekolah jangan khawatir, pemilik yayasan itu adalah sahabatku dan Aku
yang menjamin kalian disana, karena kalian dapat mengerjakan soal-soal UAN SMA
kemarin meski hanya 50% saja. Tapi itu sudah cukup membuktikan otak kalian
berdua, sayang jika kemampuan kalian tidak dikembangkan, maka dengan senang
hati sahabatku itu menggratiskan kalian sekolah disana dengan catatan, kalian
harus berprestasi. Ingat jangan kecewakan saya ya!” kata Bu sarah sambil tersenyum.
“Alhamdulillah, Akhirnya kita akan
bersekolah ya dek, terimakasih Bu… Aku tak tahu harus bagaimana berterimasih”
kata Adam yang sedang bergembira. “Cukup tunjukan prestasimu disekolah itu ya!”
kata bu Sarah. “Oia, ini ada sedikit uang buat kalian, semoga dapat digunakan
untuk keperluan sekolah nanti, meski biaya sekolah gratis tapi kalian akan
membutuhkan seragam dan perlengkapan lain” Kata Bu sara sambil menjulurkan
Amplop.
“Tidak usah
repot-repot Bu, kami juga ada uang kok kalau hanya beli seragam dan lain-lain”
jawab Adam yang terlihat canggung. “Kalau begitu, tolong disimpan saja uang
ini, gunakanlah kalau memang diperlukan. Hari sudah semakin sore Aku harus
segera pulang” kata Bu sarah. “Biar kami antar Ibu sampai Gang depan” kata
johar yang mengikuti Bu sarah.
Akhirnya, Adam
dan Johar dapat kesempatan untuk bersekolah di SMA swasta. Harapan Johar untuk
bersekolah di sekolah Negeri harus dibuang jauh dan mensyukuri Apa yang sudah
mereka dapat. Namun perjuangan mereka masih panjang, banyak kebutuhan yang
harus dipenuhi dan mereka juga membutuhkan pekerjaan utnuk menunjang hidup
mereka. Untuk saat ini, mereka masih bisa bertahan dari uang pemberian Mbok
Iyem dan ditambah lagi Amplop yang belum dibuka oleh Adam dan Johar dari bu
sarah. “Kak, Akhirnya kita bersekolah” Kata Johar yang terlihat sangat senang.
Perlahan namun pasti, Tuhan akan memberikan jalan bagi
hambanya yang berusaha dan berdoa. Seperti halnya Johar dan Adam, satu persatu
masalah meraka dapat dihadapi dan mendapatkan jalan keluar. Next Mengejar Masa lalu part 3
Bersih dah gda lagi typo, hehehe...
ReplyDelete4anak manusia berjenis kelamin n bernasib sama.. Adakah keterkaitan dngn masa lalu? Nice story..
Sedikit ada typo dans, sebagian sudah dirapikan karena dapat wanti-wanti dari seseorang hingga jam dua belas malam, dan masalah empat anak itu... lihat aja selanjutnya. :D
Deleteudahhh dibaca momon...yeyeee....
ReplyDeleteBagus, real bgt kesannya....hee
Mana 03 nya
dira
terimakasih Dira, itu yang 03 ada linknya, coba klik link di akhir Tulisan :)
Delete