Saturday 28 July 2012

Pelangi dan Putih Abu-Abu


Aku tak tahu sejak kapan diriku mempunyai hasrat terhadap kaumku sendiri, yakni kaum Adam. Aku pun tak tahu apa penyebab utama Aku menyukai kaumku ini, dan Aku tak tahu kapan Aku akan kembali kepada kodratku sebagai seorang laki-laki yang seharusnya mencintai dan menyayangi kaum Hawa. Namun yang Aku tahu, Aku mencintainya dan menyayanginya setulus hati ini.
******
Hari pertama Aku masuk SMA, Aku mulai tertarik pada sosok laki-laki bernama Pandu. Ya Pandu Aditya, Remaja tampan seumuranku berhasil menarik perhatianku. Pandu memiliki daya tarik tersendiri bagiku, wajahnya yang tampan dan terlihat baik kepada sesamanya membuatku jatuh hati padanya. Namun, Aku tak tahu Apakah Pandu sama sepertiku, penyuka sesamanya.
Hari-hari di sekolah Aku hanya bisa menikmati ketampanannya dari jarak jauh, ingin rasanya Aku menyapa dan menjabat tangannya, namun tak ada alasan yang tepat untuk itu. Hingga suatu hari Aku mengikuti perkemahan Pramuka dan Aku menjadi ketua regu yang beranggotakan sepuluh orang dan Pandu salah satunya.
Kali ini, Tuhan benar-benar memberikan kesempatan bagiku, kesempatan untuk lebih dekat dengan Pandu. Perkemahan yang berlangsung tiga hari membuat Aku dan Pandu bisa saling komunikasi. Berkenalan satu sama lain hingga Akhirnya Aku bisa menjadi teman baiknya. Aku sangat senang akan hal itu, dekat dengan seorang yang kita cintai meski orang itu tak tahu betapa besar rasa ini padanya.
Hari terakhir saat perkemahan, Pandu menemaniku di depan tenda menjaga api unggun. Saat itu Aku mencoba mencari tahu orientasi sex Pandu.
“Pan, tiga hari diperkemahan apa nggak kangen sama cewekmu?”
“Hehehe … Cewek yang mana Mas? Aku itu masih jomblo alias tidak punya pacar. Cariin cewek buatku donk” Kata Pandu sambil tertawa.
“Halah, Masa sih Orang sepertimu tidak punya cewek? Emang beneran mau dicariin cewek?” tanyaku pada Pandu.
“Boleh mas, atau mas Adi ajarin Aku mendapatkan cewek” katanya bersemangat.
“Ok, emang ada yang kamu taksir?” sambil menghela nafa Aku bertanya padanya.
“Untuk sementara belum mas, nanti kalau ada Aku minta tolong pada mas Adi aja deh” lagi-lagi Pandu memerkan senyumnya yang manis dan sekali lagi Aku terpsona keseribu kalinya. Akhirnya Aku tahu, ternyata Pandu masih lurus dan tetap pada kodratnya sebagai seorang laki-laki. Namun Aku harus berusaha agar Aku mendapatkan cintanya. Karena masih ada harapan untukku, karena Pandu belum membicarakan siapa gadis itu.
Akhirnya Perkemahan telah usai, dan berhasil mengubah hari-hariku jadi lebih bersemangat dari sebelumnya. Semangatku masih saja satu, yakni Pandu, yah… dia masih menjadi doping dalam keseharianku di sekolah. Wajah tampannya yang tersimpan di otakku selalu menjadi teman saat Aku menghabiskan sabun di kamar mandi. Menuntaskan hasrat akan kehausanku terhadap kaum laki-laki.
Hingga suatu hari, Pandu menghubungiku, bercerita tentang gadis pujaanya yang selalu mengusik malam-malamnya. Hampir setiap hari Pandu membicarakannya, gadis bernama Silvi selalu menjadi topik dalam pembicaraan kita. Aku merasa cemburu pada Silvi, karena berhasil menjerat hati Pandu yang terbang bebas yang tak pernah berhasil ku tangkap.
Silvi memang gadis populer di sekolah, wajah cantiknya menjadikan laki-laki terjerat akan keindahannya, namun  hal itu tak berarti bagiku, wajah tampan Pandu jauh lebih kuat menjerat hatiku. Sebenarnya tak pantas bagiku untuk bersaing dengan Silvi memperebutkan seorang Pandu yang sudah masuk ke jaring cintanya. Namun Aku laki-laki yang tak pernah mengenal menyerah. Dengan segala intrik Aku mencoba memberi kenyamanan pada Pandu demi terbukanya pintu hatinya untukku.
Kini misiku adalah memastikan agar Pandu terbebas dalam jaring cinta Silvi, namun misi itu terbentur akan janjiku pada Pandu untuk membantunya mendapatkan cinta Silvi. Hal itu membuatku bimbang dan kalut, memikirkan nasib cintaku ini. Cinta yang hanya diriku dan Tuhan yang tahu.
Saat hari valentine tiba, Aku berencana memberikan coklat kepada Pandu sebagai tanda persahabatanku dengannya. Tentunya agar Pandu tahu petapa diriku selalu memperhatikannya. Namun hal memalukan terjadi, seseorang bernama Shubur teman sekelas Pandu mengetahui jika Aku menyukai Pandu. Shubur menukar Coklatku dengan Biskuit seharga Rp. 500  dan menuliskan kata cinta untuk Pandu.
Shubur memang orang yang paling menjengkelkan di sekolah, dia orang yang paling membuatku menderita, malu, dan tertindas di sekolah. Namun suatu hari Aku bisa melawannya dan tak pernah lagi Dia mencari masalah denganku. Semua rahasianya ada ditanganku dan itu berhasil membuat Dia berfikir dua kali untuk menggangguku lagi.
Kejadian Valentine itu membuat Pandu menghindariku, Aku tahu mungkin dia jijik dengan keadaanku sebagai seorang gay. Setiap bertemu dengannya dia seperti tak melihatku, padahal pandangannya lurus kearahku. Sesekali Aku pernah memanggilnya sepulang sekolah, Dia hanya menoleh sebentar dan langsung melanjutkan perjalanannya. Tak ada kesempatan bagiku untuk mengatakan sebenarnya dan meminta maaf padanya.
************
Beberapa bulan berlalu, Aku bisa menerima atas menjauhnya Pandu, Hari-hariku kembali seperti biasa, tak ada sahabat dekat untuk berbagi canda dan tawa. Hingga suatu hari Aku mendapatkan kesempatan menjadi pembina PMR di sebuah SMP dekat tempatku tinggal.
Kesibukan dan kesenangan baru mulai mengisi hariku, karena setiap hari selasa sore Aku harus menjadi pembina siswa SMP berumur 14-16 tahunan. Mereka terlihat polos dan masih kekanak-kanakan. Kata kakak menjadi sapaan mereka terhadapku, meski Aku memiliki banyak adik di rumah, namun Aku lebih menyukai panggilan menggunakan kata kakak dari siswa dan Siswi SMP ini.
Awal menjai pembina mereka, ada sosok anak bernama Iwan yang menarik perhatianku. Dia sangat antusias dengan ekskul ini, dan sangat terlihat menghormatiku sebagai kakak pembina di ekskulnya.
Setelah beberapa kali Aku menjadi pembina di eskul PMR, akhirnya Iwan mulai dekat denganku. Kedekatan Iwan denganku sangat membantu melupakan Pandu dalam memoriku. Iwan yang polos selalu mengajakku berdiskusi seputar kesehatan. Mulai dari pertolongan pertama pada kecelakaan dan hingga pemberian nafas buatan pada korban yang tenggelam.
Diskusi kami berdua hanyalah sekedar penyampaian teory dan ketika kami di ekskul barulah menyampaikan prakteknya. Aku memberikan teory sebelum ekskul dimulai kepada  Iwan agar dia selalu menjadi yang terbaik di kelompoknya. Hal itu membuat Iwan semakin dekat denganku dan semakin menghormatiku saat ekskul berlangsung.
Hingga suatu hari, Iwan meminta diriku memperaktekan teory yang tak pernah benar-benar diperaktekan oleh kami berdua maupun dikelompok. Yakni pemberian nafas buatan.
“Kak, iwan masih belum mengerti cara memberikan nafas buatan itu” tanya iwan polos saat di ruang UKS sekolah.
“Barusan kakak sudah ajarkan di luar kan? Beberapa teman kamu mengerti kok” kataku sambil menatapnya.
“Iya, tapi penjelasan kakak tadi ditambahi gurauan jadi Iwan tidak bisa menangkapnya dengan baik” kata Iwan membela diri.
“Baiklah, saya ulangi lagi ya. Iwan dengarkan baik-baik … RJP atau Resusitasi jantung Paru adalah pertolongan untuk menyelamatkan nyawa seseorang dengan singkat. Prosedur RJP adalah sebagai berikut….” Aku menjelaskan materi yang tadi sudah kujelaskan padanya.
“Hmmm… prakteknya bagaimana kak?” tanya iwan setelah mendengar tory yang aku ajarkan.
“Prakteknya?” Aku langsung menelusuri ruangan di UKS untuk mencari alat peraga. Yang Aku temukan hanyalah patung anatomi tubuh manusia yang terbungkus plastik dan berdebu.
“Cari apa kak?” tanya iwan saat Aku menelusuri ruang UKS.
“Cari sesuatu untuk dijadikan alat peraga” kataku padanya.
“Praktekan padaku saja kak” Iwan langsung naik ke tempat tidur dengan posisi telentang.
            Saat Iwan memposisikan tubuhnya, ntah Aku memiliki fikiran yang kotor terhadapnya, namun semua itu Aku tepis karena tak mungkin Iwan seperti itu dan Aku tak mau mengubahnya seperti diriku. Aku mencoba menolak tawaran Iwan, namun dia memohon untuk mengajarkannya dengan cara yang benar. Tidak ada pilihan lain selain mengiyakan kemauannya dan mempraktekan langsung pada Iwan.
            Pertama Aku menjelaskan satu pesatu dengan diringi praktek, dan posisi tidur dan memastikan kesadaran korban hingga Akhirnya berakhir dalam pemberian nafas buatan dari mulut ke mulut. Saat bibirku mendekat kebibir Iwan, iwan memejamkan matanya dan sedikit menggerakan bibirnya. Aku memasukan udara melalui mulutnya dan langsung ku lepaskan.
“Bagaimana sudah tau kan?” tanyaku padanya.
“Hehehe… iya kak sekarang Iwan sudah tau caranya” jawabnya sambil tertawa.
“Baiklah, ayo kita pulang wan hari sudah semakin sore tuh”, kataku mengajak iwan pulang.
            Praktek memberikan nafas buatan kepada iwan membuat Aku selalu memikirkannya. Memikirkan tiap milimeter sentuhan bibirku dan bibir Iwan yang masih tak tersentuh oleh bibir orang lain. Aku tahu dari Iwan, bahwa dia tidak pernah berpacaran sebelumnya dan dia tidak pernah berfikiran untuk memilik pacar saat dia duduk dibangku SMP ini. Hampir setiap ekskul Iwan pulang paling akhir menungguku membereskan peralatan yang menjadi tanggung jawabku di UKS.
            Suatu sore saat semua sudah pulang Aku melihat Iwan duduk sendiri di depan UKS. Saat itu juga Aku merasa Iwan memang selalu perhatian terhadapku dan menjadi orang yang paling dekat denganku saat ini.
“Kok belum pulang dek?” tanyaku mengagetkannya dari belakang.
“Yah… kok baru tanya sekarang mas? Setiap Ekskul Iwan selalu pulang akhir menunggu mas yang sibuk membereskan UKS.” Kata Iwan cemberut.
“iya, maksudku bukan itu Wan, besok Iwan kan Ujian, jadi lebih baik pulang cepat dan belajar di rumah” kataku menasehatinya.
“Besok Ujiannya pelajaran Bahasa indonesia mas, gampang lah. Hehehe… ada sih pelajaran yang gak bisa ku serap” Iwan membela diri.
“Pelajaran apa?” tanyaku penasaran.
“Pelajaran biologi mas” jawab Iwan polos.
“Oh … yaudah, kalau Iwan merasa kesulitan mending Iwan datang ke rumah ya… meski mas jurusan IPS, kalau Cuma biologi tingkat SMP mas jago kok” kataku menawarkan diri padanya. Iwan langsung setuju dan senang mendengar itu, kemudian Aku mengajaknya untuk segera pulang ke rumah masing-masing.
            Dua hari berlalu, saat itu langit gelap menyelimuti langit cilacap dan menghalangi gemerlap bintang di langit. Di ujung timur terlihat cahaya kilat yang menandakan akan datangnya hujan dimalam itu. Namun tiba-tiba Iwan datang ke rumah membawa tasnya.
“Ada apa dek? malem-malem ke sini?” tanyaku heran.
“Lupa ya? Besok pelajaran Biologi, Iwan mau belajar disini” jawabnya sambil nyelonong masuk ke ruang tamu.
“Oh, iya iya… tapi sepertinya sebentar lagi turun hujan. Ntar gak bisa pulang loh” kataku padanya.
“Boleh menginap kan?” Iwan melihat ke arahku dengan wajah sedikit gusar. Aku mengiyakan dengan syarat Dia izin terlebih dulu pada orang tuanya.
            Belajar pun kami mulai, Iwan menanyakan beberapa materi yang akan diujikan besok pagi di sekolahnya, dan materi biologi menjelaskan tentang reproduksi. Banyak istilah yang kurang dimengerti oleh Iwan, namun dengan penjelasan sederhana akhirnya Iwan mengerti juga.
            Tak lama keudian langit menjatuhkan ribuan liter air ke tanah. Ku lihat Iwan sangat senang ketika melihat hujan memang benar-benar turun malam itu. Aku menanyakan padanya kenapa dia terlihat sangat senang, jawabannya memang sangat logis yakni belajarnya bisa sampe larut malam. Segera mungkin Iwan menelfon orang tuanya meminta izin untuk menginap di rumah.
            Belajar pun di lanjut di kamarku, Aku mengajarinya hingga lewat jam sembilan malam. Namun ketika Aku menutup pelajaran, Iwan masih memiliki pertanyaan yang Aku kira dia sudah tau tentang itu.
“Mas, sperma itu apa sih? Kok bentuknya aneh? Emang bagian tubuh mana yang menghasilkan sperma?” tanya Iwan polos sambil menunjuk gambar sel sperma.
“heeeey… kamu nggak tau? Emang umur kamu berapa? Jangan-jangan kamu bohongi mas ya?” Kataku mendekatinya.
“Sumpah mas, Iwan nggak tahu, penjelasan bu guru dan di buku juga tidak menjelaskan darimana asal sperma… jelasin ya mas” kata Iwan memelas. Saat itu juga setan merasuki diriku, memberikan ide yang seharusnya tidak boleh dilakukan pada Iwan.
            Aku menyuruh Iwan membuka celananya dan mengeluarkan alat kelaminnya. Tanpa ragu Iwan melakukan semua instruksiku. Aku menyuruhnya mengeluarkan alat kelaminnya dan menanyakan anatomi alat vitalnya. Ternyata benar, Iwan tidak terlalu tahu akan hal itu.
            Aku menjelaskan pada Iwan mengenai alat kelamin laki-laki menggunakan alat vitalnya sebagai peraga. Aku memegang alat vitalnya dan menyebutkan nama bagiannya satu persatu. Seketika alat vital Iwan menjadi tegang ketika Aku memeganginya dan sedikit meremasnya.
“Terus apa hubungannya sperma dengan anu-ku mas?” kata iwan polos.
“Sperma ada didalam sini wan”
“Haaaa… dari sini?” kata iwan terkejut.
“iya… mau liat sperma kamu enggak?” kataku padanya.
“Boleh” jawabnya polos. Mendapati lampu hijau darinya Aku langsung melakukan oral terhadapnya. Setelah beberapa menit Iwan mengeluarkan sperma pertamanya. Dan saat itu juga Iwan tahu bahwa sperma itu berasal dari alat vitalnya dan mengeluarkan sperma sangatlah nikmat. Aku pun juga ketagihan bermain dengan Iwan. Setiap nada kesempatan Aku dan Iwan melakukannya dan iwan benar-benar dapat menyimpan rahasia.
            Tak terasa setahun berlalu saat kejadian dimalam itu, kini Iwan menjadi kekasihku dan mengerti akan arti hubungan kami. Iwan berjanji tidak akan melakukannya dengan laki-laki lain dan hanya dengan diriku seorang. Kedekatanku dengan Iwan tidaklah terlalu mencolok di keluargaku, Iwan memang ku perlakukan sebagai adikku dan dia memang sangat sopan terhadap keluargaku.
            Suatu hari Aku berdiri di depan papan pengumuman kelulusan SMA, saat Aku melihat namaku lulus dengan Nilai yang memuakan, Aku tersenyum bahagia di depan pengumuman itu. Tiba-tiba ada seorang yang menarikku dan mengucapkan selamat kepadaku, dia adalah Pandu. Ya Pandu untuk pertama kalinya setelah kejadian itu berbicara padaku lagi
“Selamat Mas, Kita sama-sama lulus” kata Pandu sambil memelukku.
“Terimakasih ya, Aku juga mau bilang selamat pada kamu” Aku melepas pelukannya.
“Terimakasih Mas, Ini ada sesuatu untuk Mas Adi” kata Pandu memberikan sesuatu yang terbungkus. Kemudia Pandu pergi menjauh dan hilang di keramaian teman-teman yang riuh akan kelulusannya. Saat Aku membuka bungkusan itu, ternyata sebuah coklat yang sama persis dengan yang kuberikan padanya dulu.
            Coklat itu tidak datang sendirian, coklat itu ditemani oleh sepucuk surat dari Pandu.
“Mas, Kalau isi surat dua tahun lalu itu benar, Aku akan sangat bahagia jika hari itu terulang lagi. Aku akan membelamu atas perlakuan shubur dan Aku tak akan menyia-nyiakan Cintamu padaku. Namun tak mungkin isi surat itu adanya seperti itu, karena Aku tahu itu bukan tulisan Mas Adi untukku. Namun atas ulah shubur, Aku merasa ada suatu hal dalam jiwaku, yakni Aku menyukai Mas Adi, dan baru kali ini Aku mengatakannya karena Aku tak mau jika itu salah Mas Adi akan membenciku. Terimakasih atas persahabatannya yang sekilas dulu, sampai Jumpa Mas Adi. Wassalam”.
Aku langsung berlari ke arah Pandu pergi tadi, mencari sosoknya untuk mencari kebenaran akan suratnya ini. Namun yang ketemui hanyalah teman-teman lain yang lalu lalang membuat sekolah semakin ramai. Saat mataku tertuju pada gerbang sekolah, saat itu juga Pandu melambaikan tangannya dan masuk ke mobil yang menjemputnya.
******
            Kini Aku sendiri lagi setelah lima tahun menjalani cinta dengan Iwan, Hingga dia lulus SMA dan memutuskan untuk berpacaran dengan seorang gadis. Namun Aku semakin menjadi-jadi, banyak laki-laki yang menjadi simapananku, namun hanya satu orang yang tetap dihatiku sampai saat ini, dan itu hanya Aku dan Tuhan yang tahu.
SEKIAN


Comments
5 Comments

5 comments:

  1. Nanggung ya, beberapa cerita yang lain juga masih terlihat terburu-buru

    ReplyDelete
    Replies
    1. Obat Penggugur kandungan,, Nice bag you can earn money from that
      Thanks for your posting
      Visit me @, Obat Aborsi,,
      Jual Obat Aborsi,

      Delete
  2. Maaf, kalau tulisannya jelek. dan terimakasih sudah berkomentar. tulisan ini memang butuh perbaikan. :-)

    ReplyDelete
  3. koq gtu endingnya!!
    kecepetan alurnya...tp gpp.. :)
    dd blom tentu bisa bikin cerita kyk gini..
    jd cinta sejatinya itu PANDU??

    endnya gantung...
    jd pgn bc cerita Ray yg laen ^^...
    ttp semangat bwt ceritanya ya!
    dd share bloq nya bwt tmn2 yg laen blh??

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha... cerita ini memang kurang bagus karena buatnya buru-buru untuk seseorang, yah bagaimanapun juga itu true story loh... :D Silahkan Dede share gpp :)

      Delete

Terimakasih atas kunjungannya, besar harapan penulis tolong tinggalkan jejak dalam kolom komentar, terimakasih....