Aku tak tahu sejak kapan diriku mempunyai hasrat
terhadap kaumku sendiri, yakni kaum Adam. Aku pun tak tahu apa penyebab utama Aku
menyukai kaumku ini, dan Aku tak tahu kapan Aku akan kembali kepada kodratku
sebagai seorang laki-laki yang seharusnya mencintai dan menyayangi kaum Hawa.
Namun yang Aku tahu, Aku mencintainya dan menyayanginya setulus hati ini.
******
Hari pertama Aku masuk SMA, Aku mulai tertarik pada
sosok laki-laki bernama Pandu. Ya Pandu Aditya, Remaja tampan seumuranku
berhasil menarik perhatianku. Pandu memiliki daya tarik tersendiri bagiku,
wajahnya yang tampan dan terlihat baik kepada sesamanya membuatku jatuh hati
padanya. Namun, Aku tak tahu Apakah Pandu sama sepertiku, penyuka sesamanya.
Hari-hari di sekolah Aku hanya bisa menikmati
ketampanannya dari jarak jauh, ingin rasanya Aku menyapa dan menjabat
tangannya, namun tak ada alasan yang tepat untuk itu. Hingga suatu hari Aku
mengikuti perkemahan Pramuka dan Aku menjadi ketua regu yang beranggotakan
sepuluh orang dan Pandu salah satunya.
Kali ini, Tuhan benar-benar memberikan kesempatan bagiku,
kesempatan untuk lebih dekat dengan Pandu. Perkemahan yang berlangsung tiga
hari membuat Aku dan Pandu bisa saling komunikasi. Berkenalan satu sama lain
hingga Akhirnya Aku bisa menjadi teman baiknya. Aku sangat senang akan hal itu,
dekat dengan seorang yang kita cintai meski orang itu tak tahu betapa besar rasa
ini padanya.
Hari terakhir saat perkemahan, Pandu menemaniku di
depan tenda menjaga api unggun. Saat itu Aku mencoba mencari tahu orientasi sex
Pandu.
“Pan, tiga hari diperkemahan apa nggak kangen sama
cewekmu?”
“Hehehe … Cewek yang mana Mas? Aku itu masih jomblo
alias tidak punya pacar. Cariin cewek buatku donk” Kata Pandu sambil tertawa.
“Halah, Masa sih Orang sepertimu tidak punya cewek?
Emang beneran mau dicariin cewek?” tanyaku pada Pandu.
“Boleh mas, atau mas Adi ajarin Aku mendapatkan cewek”
katanya bersemangat.
“Ok, emang ada yang kamu taksir?” sambil menghela nafa
Aku bertanya padanya.
“Untuk sementara belum mas, nanti kalau ada Aku minta
tolong pada mas Adi aja deh” lagi-lagi Pandu memerkan senyumnya yang manis dan
sekali lagi Aku terpsona keseribu kalinya. Akhirnya Aku tahu, ternyata Pandu
masih lurus dan tetap pada kodratnya sebagai seorang laki-laki. Namun Aku harus
berusaha agar Aku mendapatkan cintanya. Karena masih ada harapan untukku, karena
Pandu belum membicarakan siapa gadis itu.
Akhirnya Perkemahan telah usai, dan berhasil mengubah
hari-hariku jadi lebih bersemangat dari sebelumnya. Semangatku masih saja satu,
yakni Pandu, yah… dia masih menjadi doping dalam keseharianku di sekolah. Wajah
tampannya yang tersimpan di otakku selalu menjadi teman saat Aku menghabiskan
sabun di kamar mandi. Menuntaskan hasrat akan kehausanku terhadap kaum
laki-laki.
Hingga suatu hari, Pandu menghubungiku, bercerita
tentang gadis pujaanya yang selalu mengusik malam-malamnya. Hampir setiap hari Pandu
membicarakannya, gadis bernama Silvi selalu menjadi topik dalam pembicaraan
kita. Aku merasa cemburu pada Silvi, karena berhasil menjerat hati Pandu yang
terbang bebas yang tak pernah berhasil ku tangkap.
Silvi memang gadis populer di sekolah, wajah cantiknya
menjadikan laki-laki terjerat akan keindahannya, namun hal itu tak berarti bagiku, wajah tampan Pandu
jauh lebih kuat menjerat hatiku. Sebenarnya tak pantas bagiku untuk bersaing
dengan Silvi memperebutkan seorang Pandu yang sudah masuk ke jaring cintanya.
Namun Aku laki-laki yang tak pernah mengenal menyerah. Dengan segala intrik Aku
mencoba memberi kenyamanan pada Pandu demi terbukanya pintu hatinya untukku.
Kini misiku adalah memastikan agar Pandu terbebas
dalam jaring cinta Silvi, namun misi itu terbentur akan janjiku pada Pandu
untuk membantunya mendapatkan cinta Silvi. Hal itu membuatku bimbang dan kalut,
memikirkan nasib cintaku ini. Cinta yang hanya diriku dan Tuhan yang tahu.
Saat hari valentine tiba, Aku berencana memberikan
coklat kepada Pandu sebagai tanda persahabatanku dengannya. Tentunya agar Pandu
tahu petapa diriku selalu memperhatikannya. Namun hal memalukan terjadi,
seseorang bernama Shubur teman sekelas Pandu mengetahui jika Aku menyukai Pandu.
Shubur menukar Coklatku dengan Biskuit seharga Rp. 500 dan menuliskan kata cinta untuk Pandu.
Shubur memang orang yang paling menjengkelkan di
sekolah, dia orang yang paling membuatku menderita, malu, dan tertindas di sekolah.
Namun suatu hari Aku bisa melawannya dan tak pernah lagi Dia mencari masalah
denganku. Semua rahasianya ada ditanganku dan itu berhasil membuat Dia berfikir
dua kali untuk menggangguku lagi.
Kejadian Valentine itu membuat Pandu menghindariku, Aku
tahu mungkin dia jijik dengan keadaanku sebagai seorang gay. Setiap bertemu
dengannya dia seperti tak melihatku, padahal pandangannya lurus kearahku. Sesekali
Aku pernah memanggilnya sepulang sekolah, Dia hanya menoleh sebentar dan
langsung melanjutkan perjalanannya. Tak ada kesempatan bagiku untuk mengatakan
sebenarnya dan meminta maaf padanya.
************
Beberapa bulan berlalu, Aku bisa menerima atas
menjauhnya Pandu, Hari-hariku kembali seperti biasa, tak ada sahabat dekat
untuk berbagi canda dan tawa. Hingga suatu hari Aku mendapatkan kesempatan
menjadi pembina PMR di sebuah SMP dekat tempatku tinggal.
Kesibukan dan kesenangan baru mulai mengisi hariku,
karena setiap hari selasa sore Aku harus menjadi pembina siswa SMP berumur
14-16 tahunan. Mereka terlihat polos dan masih kekanak-kanakan. Kata kakak
menjadi sapaan mereka terhadapku, meski Aku memiliki banyak adik di rumah, namun
Aku lebih menyukai panggilan menggunakan kata kakak dari siswa dan Siswi SMP
ini.
Awal menjai pembina mereka, ada sosok anak bernama Iwan
yang menarik perhatianku. Dia sangat antusias dengan ekskul ini, dan sangat
terlihat menghormatiku sebagai kakak pembina di ekskulnya.
Setelah beberapa kali Aku menjadi pembina di eskul
PMR, akhirnya Iwan mulai dekat denganku. Kedekatan Iwan denganku sangat
membantu melupakan Pandu dalam memoriku. Iwan yang polos selalu mengajakku
berdiskusi seputar kesehatan. Mulai dari pertolongan pertama pada kecelakaan
dan hingga pemberian nafas buatan pada korban yang tenggelam.
Diskusi kami berdua hanyalah sekedar penyampaian teory
dan ketika kami di ekskul barulah menyampaikan prakteknya. Aku memberikan teory
sebelum ekskul dimulai kepada Iwan agar
dia selalu menjadi yang terbaik di kelompoknya. Hal itu membuat Iwan semakin
dekat denganku dan semakin menghormatiku saat ekskul berlangsung.
Hingga suatu hari, Iwan meminta diriku memperaktekan
teory yang tak pernah benar-benar diperaktekan oleh kami berdua maupun
dikelompok. Yakni pemberian nafas buatan.
“Kak, iwan masih belum mengerti cara memberikan nafas
buatan itu” tanya iwan polos saat di ruang UKS sekolah.
“Barusan kakak sudah ajarkan di luar kan? Beberapa
teman kamu mengerti kok” kataku sambil menatapnya.
“Iya, tapi penjelasan kakak tadi ditambahi gurauan
jadi Iwan tidak bisa menangkapnya dengan baik” kata Iwan membela diri.
“Baiklah, saya ulangi lagi ya. Iwan dengarkan
baik-baik … RJP atau Resusitasi jantung Paru adalah pertolongan untuk
menyelamatkan nyawa seseorang dengan singkat. Prosedur RJP adalah sebagai berikut….”
Aku menjelaskan materi yang tadi sudah kujelaskan padanya.
“Hmmm… prakteknya bagaimana kak?” tanya iwan setelah
mendengar tory yang aku ajarkan.
“Prakteknya?” Aku langsung menelusuri ruangan di UKS
untuk mencari alat peraga. Yang Aku temukan hanyalah patung anatomi tubuh
manusia yang terbungkus plastik dan berdebu.
“Cari apa kak?” tanya iwan saat Aku menelusuri ruang
UKS.
“Cari sesuatu untuk dijadikan alat peraga” kataku
padanya.
“Praktekan padaku saja kak” Iwan langsung naik ke
tempat tidur dengan posisi telentang.
Saat
Iwan memposisikan tubuhnya, ntah Aku memiliki fikiran yang kotor terhadapnya,
namun semua itu Aku tepis karena tak mungkin Iwan seperti itu dan Aku tak mau
mengubahnya seperti diriku. Aku mencoba menolak tawaran Iwan, namun dia memohon
untuk mengajarkannya dengan cara yang benar. Tidak ada pilihan lain selain
mengiyakan kemauannya dan mempraktekan langsung pada Iwan.
Pertama
Aku menjelaskan satu pesatu dengan diringi praktek, dan posisi tidur dan
memastikan kesadaran korban hingga Akhirnya berakhir dalam pemberian nafas
buatan dari mulut ke mulut. Saat bibirku mendekat kebibir Iwan, iwan memejamkan
matanya dan sedikit menggerakan bibirnya. Aku memasukan udara melalui mulutnya
dan langsung ku lepaskan.
“Bagaimana sudah tau kan?” tanyaku padanya.
“Hehehe… iya kak sekarang Iwan sudah tau caranya” jawabnya
sambil tertawa.
“Baiklah, ayo kita pulang wan hari sudah semakin sore
tuh”, kataku mengajak iwan pulang.
Praktek
memberikan nafas buatan kepada iwan membuat Aku selalu memikirkannya.
Memikirkan tiap milimeter sentuhan bibirku dan bibir Iwan yang masih tak
tersentuh oleh bibir orang lain. Aku tahu dari Iwan, bahwa dia tidak pernah
berpacaran sebelumnya dan dia tidak pernah berfikiran untuk memilik pacar saat
dia duduk dibangku SMP ini. Hampir setiap ekskul Iwan pulang paling akhir menungguku
membereskan peralatan yang menjadi tanggung jawabku di UKS.
Suatu
sore saat semua sudah pulang Aku melihat Iwan duduk sendiri di depan UKS. Saat
itu juga Aku merasa Iwan memang selalu perhatian terhadapku dan menjadi orang
yang paling dekat denganku saat ini.
“Kok belum pulang dek?” tanyaku mengagetkannya dari
belakang.
“Yah… kok baru tanya sekarang mas? Setiap Ekskul Iwan
selalu pulang akhir menunggu mas yang sibuk membereskan UKS.” Kata Iwan
cemberut.
“iya, maksudku bukan itu Wan, besok Iwan kan Ujian, jadi
lebih baik pulang cepat dan belajar di rumah” kataku menasehatinya.
“Besok Ujiannya pelajaran Bahasa indonesia mas,
gampang lah. Hehehe… ada sih pelajaran yang gak bisa ku serap” Iwan membela
diri.
“Pelajaran apa?” tanyaku penasaran.
“Pelajaran biologi mas” jawab Iwan polos.
“Oh … yaudah, kalau Iwan merasa kesulitan mending Iwan
datang ke rumah ya… meski mas jurusan IPS, kalau Cuma biologi tingkat SMP mas
jago kok” kataku menawarkan diri padanya. Iwan langsung setuju dan senang
mendengar itu, kemudian Aku mengajaknya untuk segera pulang ke rumah
masing-masing.
Dua
hari berlalu, saat itu langit gelap menyelimuti langit cilacap dan menghalangi
gemerlap bintang di langit. Di ujung timur terlihat cahaya kilat yang
menandakan akan datangnya hujan dimalam itu. Namun tiba-tiba Iwan datang ke
rumah membawa tasnya.
“Ada apa dek? malem-malem ke sini?” tanyaku heran.
“Lupa ya? Besok pelajaran Biologi, Iwan mau belajar
disini” jawabnya sambil nyelonong masuk ke ruang tamu.
“Oh, iya iya… tapi sepertinya sebentar lagi turun hujan.
Ntar gak bisa pulang loh” kataku padanya.
“Boleh menginap kan?” Iwan melihat ke arahku dengan
wajah sedikit gusar. Aku mengiyakan dengan syarat Dia izin terlebih dulu pada
orang tuanya.
Belajar
pun kami mulai, Iwan menanyakan beberapa materi yang akan diujikan besok pagi
di sekolahnya, dan materi biologi menjelaskan tentang reproduksi. Banyak istilah
yang kurang dimengerti oleh Iwan, namun dengan penjelasan sederhana akhirnya Iwan
mengerti juga.
Tak lama
keudian langit menjatuhkan ribuan liter air ke tanah. Ku lihat Iwan sangat
senang ketika melihat hujan memang benar-benar turun malam itu. Aku menanyakan
padanya kenapa dia terlihat sangat senang, jawabannya memang sangat logis yakni
belajarnya bisa sampe larut malam. Segera mungkin Iwan menelfon orang tuanya
meminta izin untuk menginap di rumah.
Belajar
pun di lanjut di kamarku, Aku mengajarinya hingga lewat jam sembilan malam.
Namun ketika Aku menutup pelajaran, Iwan masih memiliki pertanyaan yang Aku
kira dia sudah tau tentang itu.
“Mas, sperma itu apa sih? Kok bentuknya aneh? Emang
bagian tubuh mana yang menghasilkan sperma?” tanya Iwan polos sambil menunjuk
gambar sel sperma.
“heeeey… kamu nggak tau? Emang umur kamu berapa?
Jangan-jangan kamu bohongi mas ya?” Kataku mendekatinya.
“Sumpah mas, Iwan nggak tahu, penjelasan bu guru dan
di buku juga tidak menjelaskan darimana asal sperma… jelasin ya mas” kata Iwan
memelas. Saat itu juga setan merasuki diriku, memberikan ide yang seharusnya
tidak boleh dilakukan pada Iwan.
Aku
menyuruh Iwan membuka celananya dan mengeluarkan alat kelaminnya. Tanpa ragu Iwan
melakukan semua instruksiku. Aku menyuruhnya mengeluarkan alat kelaminnya dan
menanyakan anatomi alat vitalnya. Ternyata benar, Iwan tidak terlalu tahu akan
hal itu.
Aku
menjelaskan pada Iwan mengenai alat kelamin laki-laki menggunakan alat vitalnya
sebagai peraga. Aku memegang alat vitalnya dan menyebutkan nama bagiannya satu
persatu. Seketika alat vital Iwan menjadi tegang ketika Aku memeganginya dan
sedikit meremasnya.
“Terus apa hubungannya sperma dengan anu-ku mas?” kata iwan polos.
“Sperma ada didalam sini wan”
“Haaaa… dari sini?” kata iwan terkejut.
“iya… mau liat sperma kamu enggak?” kataku padanya.
“Boleh” jawabnya polos. Mendapati lampu hijau darinya Aku
langsung melakukan oral terhadapnya. Setelah beberapa menit Iwan mengeluarkan
sperma pertamanya. Dan saat itu juga Iwan tahu bahwa sperma itu berasal dari
alat vitalnya dan mengeluarkan sperma sangatlah nikmat. Aku pun juga ketagihan
bermain dengan Iwan. Setiap nada kesempatan Aku dan Iwan melakukannya dan iwan
benar-benar dapat menyimpan rahasia.
Tak
terasa setahun berlalu saat kejadian dimalam itu, kini Iwan menjadi kekasihku
dan mengerti akan arti hubungan kami. Iwan berjanji tidak akan melakukannya
dengan laki-laki lain dan hanya dengan diriku seorang. Kedekatanku dengan Iwan
tidaklah terlalu mencolok di keluargaku, Iwan memang ku perlakukan sebagai
adikku dan dia memang sangat sopan terhadap keluargaku.
Suatu
hari Aku berdiri di depan papan pengumuman kelulusan SMA, saat Aku melihat
namaku lulus dengan Nilai yang memuakan, Aku tersenyum bahagia di depan
pengumuman itu. Tiba-tiba ada seorang yang menarikku dan mengucapkan selamat
kepadaku, dia adalah Pandu. Ya Pandu untuk pertama kalinya setelah kejadian itu
berbicara padaku lagi
“Selamat Mas, Kita sama-sama lulus” kata Pandu sambil
memelukku.
“Terimakasih ya, Aku juga mau bilang selamat pada kamu”
Aku melepas pelukannya.
“Terimakasih Mas, Ini ada sesuatu untuk Mas Adi” kata
Pandu memberikan sesuatu yang terbungkus. Kemudia Pandu pergi menjauh dan
hilang di keramaian teman-teman yang riuh akan kelulusannya. Saat Aku membuka
bungkusan itu, ternyata sebuah coklat yang sama persis dengan yang kuberikan
padanya dulu.
Coklat
itu tidak datang sendirian, coklat itu ditemani oleh sepucuk surat dari Pandu.
“Mas,
Kalau isi surat dua tahun lalu itu benar, Aku akan sangat bahagia jika hari itu
terulang lagi. Aku akan membelamu atas perlakuan shubur dan Aku tak akan
menyia-nyiakan Cintamu padaku. Namun tak mungkin isi surat itu adanya seperti
itu, karena Aku tahu itu bukan tulisan Mas Adi untukku. Namun atas ulah shubur,
Aku merasa ada suatu hal dalam jiwaku, yakni Aku menyukai Mas Adi, dan baru
kali ini Aku mengatakannya karena Aku tak mau jika itu salah Mas Adi akan
membenciku. Terimakasih atas persahabatannya yang sekilas dulu, sampai Jumpa
Mas Adi. Wassalam”.
Aku langsung berlari ke arah Pandu pergi tadi, mencari
sosoknya untuk mencari kebenaran akan suratnya ini. Namun yang ketemui hanyalah
teman-teman lain yang lalu lalang membuat sekolah semakin ramai. Saat mataku
tertuju pada gerbang sekolah, saat itu juga Pandu melambaikan tangannya dan
masuk ke mobil yang menjemputnya.
******
Kini
Aku sendiri lagi setelah lima tahun menjalani cinta dengan Iwan, Hingga dia
lulus SMA dan memutuskan untuk berpacaran dengan seorang gadis. Namun Aku
semakin menjadi-jadi, banyak laki-laki yang menjadi simapananku, namun hanya
satu orang yang tetap dihatiku sampai saat ini, dan itu hanya Aku dan Tuhan
yang tahu.
SEKIAN
Nanggung ya, beberapa cerita yang lain juga masih terlihat terburu-buru
ReplyDeleteObat Penggugur kandungan,, Nice bag you can earn money from that
DeleteThanks for your posting
Visit me @, Obat Aborsi,,
Jual Obat Aborsi,
Maaf, kalau tulisannya jelek. dan terimakasih sudah berkomentar. tulisan ini memang butuh perbaikan. :-)
ReplyDeletekoq gtu endingnya!!
ReplyDeletekecepetan alurnya...tp gpp.. :)
dd blom tentu bisa bikin cerita kyk gini..
jd cinta sejatinya itu PANDU??
endnya gantung...
jd pgn bc cerita Ray yg laen ^^...
ttp semangat bwt ceritanya ya!
dd share bloq nya bwt tmn2 yg laen blh??
Hahaha... cerita ini memang kurang bagus karena buatnya buru-buru untuk seseorang, yah bagaimanapun juga itu true story loh... :D Silahkan Dede share gpp :)
Delete