By : Ray Rowling |
Aku tumbuh di rahim bunda tak sendiri, ya… Aku tumbuh
bersama saudara kembarku, berbagi ruang sembit di rahim bunda. Bunda yang
sangat cantik menurutku, dan itu terbukti dari foto-foto pernikahan Bunda
dengan Ayah. Hanya foto pernikahan dan satu lembar foto Ayah dan Bunda ketika
masih mengandung menjadi harta karun kami berdua.
Kata
nenek, Bunda dan Ayah meninggal di hari kelahiran kami. Saat itu tepat pukul
satu pagi Bunda merasakan rasa sakit diperutnya pertanda diriku bersama
saudaraku akan lahir kedunia. Ayah yang sedang panik langsung membawa Bunda
kerumah sakit yang agak jauh dari rumah. Namun nasib berkata lain, sebuah truk
menyenggol mobil Ayah menyebabkan Mobil mini van yang ayah tumpangi
terpelanting.
Ayah
tak tertolong lagi dan tewas ditempat, sedangkan bunda masih bisa diselamatkan
namun kondisinya kritis. Tidak ada
pilihan lain selain menyelamatkan nyawa kami dikandungan selagi masih ada
kesempatan. Dan setelah beberapa jam Bunda menyusul ayah dan mereka berdua
dikubur berdampingan tepat di depanku saat ini. Aku masih tak percaya kalau Aku
masih dapat diselamatkan saat kecelakaan itu. Ingin rasanya Aku berbaring
ditengah-tengah mereka berdua.
“Bunda,
Ayah… Dani ingin berbaring disamping bunda dan Ayah” kataku sambil meneteskan
air mata di atas pekuburan Ayah dan Bunda. Mati mungkin pilihan terakhirku,
mati dan dikubur bersama Ayah dan Bunda. Namun Aku tahu, Meski jasadku
berdampingan dengan mereka belum tentu kami akan bertemu disurga. Aku akan
dijebloskan ke neraka karena perbuatan Bunuh diri tak akan diampuni oleh Tuhan.
“Tuhan,
jika Aku tak dapat bahagia setelah ini, Aku mohon jemputlah diriku” kataku
perlahan sambil terus meneteskan air mata.
“Tuhan
tak akan mengambulkan permintaanmu itu” Suara Danu saudara kembarku
mengagetkanku. Aku berdiri memandangnya dan langsung pergi menjauh darinya.
“Jangan
Pergi lagi, Aku capek mencari kamu!” Kata Danu sambil menarik tanganku. Aku
berbalik dan menunduk kearah makam Ayah dan Bunda. Aku merasa malu berdampingan
dengan Danu, malu karena ulahku yang tak dapat dinalar olehnya.
Aku
jatuh cinta pada Danu, Aku mencintainya lebih dari seorang saudara. Aku
mencintainya dan tak ingin berbagi dengan orang lain. Aku tidak rela ketika
Danu memutuskan untuk menikahi Hana pacar SMAnya.
“Bunda,
Ayah… Mungkin Bunda dan Ayah sudah tahu apa yang terjadi pada kami berdua.
Bunda juga mengerti apa yang Aku rasakan saat ini….” Kata Danu berbicara pada
makam Bunda. Aku hanya diam merasakan pegangan Danu ditanganku yang semakin
kuat. “Boy, Kenapa kamu tidak pernah bercerita kepadaku tentang perasaanmu? Sejak
kapan kamu mencintaiku? Aku kakakmu boy” Danu memaksaku untuk melihat
kearahnya.
Aku
hanya diam dan berusaha melepaskan pegangan tangannya. “Dani…!” Bentak Danu dan
berhasil membuatku berhenti berontak. Sesaat suasa hening dan semakin membuat
suasana makam sepi.
“Kamu
ingin tahu? Padahal kamu sendiri yang menumbuhkan rasa itu padaku” bentakku
padanya. Danu terperangah dan mengumpulkan kata-kata diotaknya yang akan
dilontarkan kepadaku, namun sebelum dia berbicara aku langsung menambahi Kalimatku
yang pertama.
“Kamu
pikir, apa yang kau ajarkan padaku dulu itu tidak mempengaruhiku? Dan apa yang
kita lakukan bersama sampai kita lulus SMA tidak membentukku seperti ini? Pikir
pakai otak, dan jangan hanya menyalahkanku bang!” cercaku padanya dan sekali
sentakan Aku berhasil melepaskan genggaman tangannya.
“Look… kamu pikir abang juga akan lepas
tangan begitu saja? Abang tahu Abang salah dan apa yang kita lakukan sejak SMP
itu tak pantas dilakukan. Abang hanya ingin merubah dan menebus kesalahan abang”
Kata Danu dan berusaha meraih tanganku lagi.
“Cukup,
sekarang Dani punya pilihan sendiri, dan Abang yang menujukan pilihan Dani. Aku
tak bisa membohongi perasaanku sendiri pada Abang. Lebih baik Aku pergi
merantau ke kota mencari kehidupanku sendiri” Kataku dan langsung pergi menjauh
dari Danu ayang sedang berdiri disamping makam Ayah dan Bunda.
“Dani…”
Teriak Danu memanggilku, namun Aku terus melangkahkan kakiku menjauh darinya.
“Dan… Kumohon jangan pergi” Danu memohon padaku.
“Maaf bang, Aku
tak bisa melihat Abang hidup bahagia dengan orang lain. Jalan satu-satunya Dani
harus pergi menjauhi Abang. Semoga Abang bahagia bersama Hana dan Terimakasih
telah mengajariku Cinta ini” Kataku sambil meraih tangannya dan menciumnya.
“Dani, maafkan Abang, Abang akan memperbaiki semuanya.
Abang janji… jangan tinggalkan abang sendiri, hanya kamu keluarga Abang.” Danu
memohon dan menatapku dengan mata berkaca-kaca. “Maaf bang, Dani harus pergi…
Abang akan bahagia bersama Hana, dan Dani akan Bahagia jika tak melihat
kebahagiaan abang dengan orang lain. Kita Akan tetap menjadi saudara. Jaga
makam Bunda dan Ayah, juga Makam nenek bang. Sampai jumpa bang” Aku melepas
pegangan tangannya dan pergi meninggalkannya.
Saat dipinggir jalan, Aku menggunakan jasa Ojek dan
sebelum berangkat Aku mencoba tersenyum menatap ke arahnya, melambaikan tangan
padanya. Tak ada senyuman dari dirinya, dia hanya memandangiku sambil mengusap
air matanya dengan lengan bajunya.
“Abang, meski kita tumbuh bersama dirahim yang sama,
namun takdir dan jalan hidup kita tidak sama. Semoga abang Bahagia” Kataku dalam
hati saat diatas ojek Motor menuju terminal terdekat.
*********************************************************************