Akhir
dari part Mengejar Masa Lalu 05, Adam bertemu dengan Roni yang mengatakan bahwa
Adam memilik wajah sama dengan Vicky. Hal itu merupakan secercah harapan Adam
untuk bertemu dengan Keluarganya.Terimakasih buat yang setia mengikuti kisah
ini, semoga Aku bisa menyelesaikannya hingga di part akhir yakni part 10.
Doakan saja semoga selalu diberi kesehatan dan lancar segara urusan yang saat
ini semakin banyak . J
Kebahagiaan**
Adam terbangun oleh suara Johar yang
membangunkannya untuk segera Sholat. Terlihat lingkar mata Adam lebih gelap
karena dia tidur terlalu larut memikirkan tentang keberadaan keluarganya. “Kak,
Udah waktunya sholat loh, semalam tidur jam berapa kok sampai sembab gitu”
Johar yang sudah sholat membangunkan Adam. “Gak tahu Dek, Ini sudah Jam
berapa?” Tanya Adam. “Sudah Jam lima kak! Cepat sholat!” Kata Johar dan
akhirnya Adam bergegas ke kamar mandi dan berwudlu.
Setelah Sholat, Adam selalu
menyempatkan membaca Ayat Suci Alqur’an meski itu hanya sebentar. Namun tidak
seperti biasanya, Adam membaca Al Qur’an dengan suara berat dan bersedih. Hal
itu membuat Johar merinding dan terdiam melihat Adam, Hingga Akhirnya Adam
menyelesaikan Mengajinya. “Kak!” Kata Johar ragu. Adam terdiam menghilangkan
kesedihannya. Johar menghampiri Adam, “Apa yang kakak pikirkan?” tnya Johar
sambil memegang pundaknya.
“Ntahlah, mengapa nasib kita seperti
ini ya dek, mengapa kita harus berpisah dengan keluarga kita!” Jawab Adam
sambil menyanggah kepalanya di atas meja. “Loh? Kok kakak Ngomong gitu?” Johar
heran. “Tadi Aku sempat memikirkan Mbok Dek, mengapa Mbok tega memisahkan kita.”
Kata Adam bersedih. “Loh? Kenapa Ngomong gitu sekarang? Kakak kecewa dengan
Mbok? Bukannya kita semua menyayangi Mbok Kak?” Kata Johar sambil memaksa Adam
untuk melihat ke arahnya.
“Aku gak kecewa! Kalau Aku gak
memikirkan Mbok ngapain Aku datang ke surabaya? Ngapain dek?!” Suara Adam
meninggi. “Maaf Kak, mungkin situasi yang kakak alami lebih berat, Mbok sengaja
memisahkan kakak, tidak seperti diriku yang memang dibuang oleh orang tuaku!” Kata
Johar dengan suara bergetar. “Aku hanya mohon pada Kakak, jangan salahkan Mbok
dan mengeluh kak! Itu akan memberatkannya di akhirat nanti!” Kata Johar sambil
memegang tangan Adam. “Maaf dek, kalau kakak membuat suasana di pagi ini tak
nyaman!” Adam memeluk Johar dengan penuh kehangatan.
“Kalau kakak mau Ayo kita temui
Roni, biar kakak bisa memastikan keraguan itu!”, johar mencoba melepas pelukan
Adam. “Yaudah, tapi hanya kita berdua dek, Aku tak mau orang lain tahu!” Kata
Adam. “Kenapa kak?” Tanya Johar heran. “Kalau ada hal yang kurang menyenangkan
biarlah menjadi rahasia kita berdua” Adam menjelaskan alasannya
“Hemmm… bagaimana kita menghubungi
Roni? Nomor Roni kan ada di Roy?” Kata Johar. “Haduh… Sepertinya kita harus
mengajak Roy!” keluh Adam. “Sekalian ajak Alex kak, jadi kita bisa minta anter
mereka!” Johar bersemangat. “Ih, Kalau Alex ikut nanti pasti cerita ke Stella”
Adam ragu. “Ya Juga sih, tapi gimana kak? Kita tidak punya motor!” Kata Johar.
“Yaudah, kita hubungi Roy aja, Ayo kita ke Mas Yudi untuk minta satu SMS!” Kata
Adam sambil keluar dari kamarnya.
“Mas, Boleh minta tolong sms ke Roy
nggak? Maaf mas numpang SMS lagi!” kata Adam malu-malu. “Iya, itu nomornya Roy
masih belum kuhapus kok, Eh, jangan gitu Dam kita kan saudara!” kata Yudi
sambil menjulurkan ponselnya. “Kalian mau belajar kelompok lagi?” Suara Nico
yang mengagetkan Johar yang tepat berada di depannya. “Ah Nico, Ngagetin aja!”
Kata Johar sambil melihat Nico dan tersenyum. “Hehehe, Maaf… Ada kerja kelompok
lagi ya?” Nico mengulang pertanyaannya.
“Enggak Nic… hanya ada sesuatu yang
harus dibicarakan dengan Roy” Kata Adam
datar. “Oh, kirain belajar kelompok lagi…” Nico langsung berbalik menuju
dapur. Tak lama setelah mengirim SMS ke Roy, Roy langsung menelfon ke nomor
Yudi dan Adam membicarakan hal penting itu di depan rumah. Di saat yang
bersamaan Johar mengikuti Nico ke dapur dan menarik kaos Nico. “Nic, Sebentar…
ini perasaanku atau kamu memang.…” Johar menghentikan kata-katanya ketika Nico
berbalik. “Apa Jo?” Sungut Nico mengarah pada Johar.
“Kamu itu berubah Nic, Gak seperti
biasanya dan perubahan kamu ini sejak Aku dan kak Adam mengajak teman-teman
main kesini” Kata Johar. “Heh, Biasa aja jo… Itu hanya perasaanmu aja!” Nico
membalikan Badannya dan menuju kompor untuk menyalakan kompor minyak. “Nggak,
Ini gak biasa, Kak Adam juga merasakan hal yang sama!” Kata Johar. Nico hanya
diam dan sambil menyiapkan keperluan memasak.
Johar mendekati Nico dan meraih
panci yang dipegang Nico. “Ngomong Nic, Apa gak boleh Aku mengajak teman ke
rumah ini?” Kata Johar terengar sedikit emosi. “Apa sih, Sini pancinya Aku mau
nyuci beras!” Kata Nico. “Biar Aku yang mencuci!” Johar langsung mengisi panci
dengan beras dan pergi mencucinya. “Kalau kamu memang gak suka dengan
teman-temanku, atau kami tidak boleh menerima tamu berikan alasannya!” Johar
masih berusaha meminta kejelasan pada Nico. “Aku sudah bilang tadi, kenapa kamu
masih ngotot?” Nico mulai geram.
“Sudahlah, Aku tak mau mencari
masalah dengan kamu Nic, maaf jika Aku berlebihan….Aku janji tidak akan membawa
teman-temanku datang ke sini lagi!” Johar meletakan beras yang sudah dicuci di
atas kompor dan masuk ke kamarnya. Di dalam kamar Adam membongkar isi lemari mencari
sesuatu. “Cari apa kak?” tanya Johar heran. “Cari cicin peninggalan Mbok dek.
Aku lupa dimana meletakannya!” Kata Adam yang terus sibuk mencari cicin
peninggalan di dalam lemari.
“Loh? Bukannya ada di saku kemeja
itu kak?” kata Johar menunjuk kemeja Adam yang digantung di lemari.
“Astaghfirullah, Aku lupa dek….Ini foto ayah ibumu juga ada disini” kata Adam
yang mengambil dua barang peninggalan mereka. “Iya kak, Aku menyimpannya
disana….” Jawab johar.
“Oia, Roy bilang satu jam lagi dia
akan kesini, Alex juga ikut dek!” Kata Adam. “Alex ikut beneran? Wah jadi kita
bisa minta antar mereka kak!” Jawab Johar yang senang. “Kamu ini seneng banget
jika Alex ikut, padahal dulu kalian saling membenci!” Kata Adam yang tersenyum.
“Hahaha… Bukan gitu kak, ada-ada aja kakak ini!” Johar malu.
“Eh, Udah masak?” tanya Adam. “Masih
masak Nasi kak! Sana bantuin Nico… Kasihan sendirian!” Kata Johar. “Aku masih
mau beresin baju-baju ini” Adam menunjuk baju-bajunya yang berantakan. “Biar
Aku yang beresin, tadi Aku berdebat dengan Nico, jadi lebih baik kakak yang
bantu Nico” jawab Johar sambil membereskan baju-baju Adam. “Kenapa lagi tuh?”
Adam melihat ke arah Johar.
“Seperti yang kita bicarakan
kemarin, Nico itu sedikit berubah sejak kita sering mengajak teman-teman main
kesini. Yaudah kutanyakan kenapa dia sampai seperti itu, tapi dia tidak
mengakui dan malah jawabnya sewot!” Johar mengkerutkan alisnya. “Aku yakin yang
salah kamu Jo, kamu kalau bicara biasa aja, jangan seperti orang emosi. Pasti
Nico salah paham! Yaudah Aku ke Nico aja.” Adam langsung menemui Nico untuk
membantunya memasak.
Satu setengah jam berlalu, Adam dan
Johar sudah selesai makan dan mandi. Mereka berdua menunggu Roy yang tak
kunjung datang. Ketika duduk di depan rumah, Johar melihat Alex berjalan dari
gang. “Mana Roy?” tanya Adam. “Ada di depan, Ayo!” Ajak Alex. Akhirnya Johar
dan Adam mengikuti Alex keluar dari gang menemui Roy yang sudah ada di sana.
“Roy, sudah hubungi Roni?” Tanya Adam.
“Sudah, dia menunggu di depan Amore café. Ayo pakai helm….” Roy
memberikan helm pada Adam. Adam langsung meraih dan memasangnya, dan menaiki
boncengan Roy, sedangkan Johar berada di boncengan Alex. Mereka berdua
melajukan motornya sangat cepat, tak peduli dengan keramaian kota surabaya.
“Hati-hati Al” Johar mengingatkan Alex. “Tenang saja Jo, berdoalah agar selamat!”
kata Alex.
Sesampainya di depan Amore Café, Roni sudah menunggu di depan
café dengan motornya. “Hey Ron, rumahnya masih jauh?” Tanya Adam. “Dekat kok,
Ayo ikuti Aku aja!” Roni memakai helmnya dan langsung melajukan motornya.
Ketika memasuki gerbang perumahan, Alex berbicara pada Johar, “Jo…. Ini komplex
perumahan elit!” kata Alex. “Oia? Pantesan rumahnya gede banget Al!” Johar
terkesima melihat barisan rumah besar berjejer.
Mereka mengendarai motor sangat
pelan, karena itu adalah wilayah perumahan. Johar membuka helmnya dan kagum
melihat bangunan-bangunan mewah. “Al…. Rumahnya bagus banget ya!” berkali-kali
Johar memuji barisan rumah membuat Alex tertawa. “Jangan tertawa” Johar
mencubit pinggang Alex. “Eh… Sakit dodol!” Kata Alex.
Akhirnya Roni berhenti di depan
rumah yang lumayan besar berwarna putih. “Ini rumah Vicky!” Roni menunjuk rumah
itu. “Tapi Aku malu untuk masuk, karena sebenarnya Aku dan Vicky tidak terlalu
akrab, dia hanya teman SDku dulu, dan ketika SMP dan SMA saat ini kita sudah
jarang bersama, meski terkadang kita berjumpa hanya sekedar tegur sapa!” Kata
Roni ragu. “Gimana sih Ron, berarti belum pasti orang ini mirip denganku kan?”
Adam mulai kecewa.
“Enggak, Aku serius kalau kamu itu
mirip, satu tahun yang lalu, Aku pernah kesini dan bertemu dengan Vicky kok”
Kata Roni meyakinkan Adam. “Yaudah, kita pencet bell ini aja! Jangan terlalu
lama di luar seperti ini” Kata Alex sambil memencet bell. “Al, haduh…” Adam
melemas. “Biar cepat selesai kak!” kata Johar menenagkan Adam.
Setelah dua kali Alex memencet Bell
rumah, barulah seorang Ibu-ibu membukakan Gerbang. “Eh den Vicky!” Kata Ibu itu
sambil membukakan pintu. Semua menoleh ke arah Adam. “Kok tambah kurus dan agak
sedikit gelap Den?” ibu itu memegang wajah Adam. “Maaf, Ibu ada?” Tanya Roni.
Ibu-ibu itu tidak menghiraukan pertanyaan Roni, dia hanya memegang
lengan-lengan Adam.
“Ada apa Bi?” Seorang wanita
berpenampilan menarik keluar dari rumah. “Vicky? Pulang gak ngasih kabar?” Kata
wanita itu menghampiri Adam. “Maaf, Saya Adam!” Jawab Adam ketika wanita itu
mendekat. Wanita itu pun langsung menutup mulutnya karena kaget. “Maaf, wajah
kamu mirip sekali dengan Vicky nak” Ibu-ibu yang mulai tadi memegang Adam
langsung melepaskannya.
“Kalian siapa?” Wanita pemilik rumah
itu masih heran. “Maaf tante, saya Roni teman Vicky….” Kata Roni memperkanalkan
diri. “Oh Aku ingat, kamu teman Vicky waktu SD kan?” Wanita itu memastikan
ingatannya. Wanita itu langsung mengubah pandangannya ke Adam. “Nyonya, Dia
mirip Vicky!” kata ibu-ibu di samping wanita itu. “Siapa kamu?” Tanya Wanita
itu penuh keheranan.
“Mungkin tante mengenal cicin ini?”
Adam menjulurkan cicin yang ada di tangannya. “Ibu itu meraih cincinnya dan
melihat relief pada cicin itu. Seketika air matanya menggenang di matanya. “Kamu
dapat darimana? Ini cicin pernikahanku dulu!” Kata Wanita itu tak kuasa menahan
air matanya. “Aku dapat dari mbok di banyuwangi, kata mbok cicin ini pemberian
orang yang melahirkanku!” Adam ragu menceritakannya. “Banyuwangi?” Wanita itu
terbata-bata.
“Kalau itu memang cicin tante,
berarti Aku telah berhasil menemukan pemiliknya!” Mata Adam berkaca-kaca. “Kamu
anakku!” Wanita itu langsung memeluk Johar. Suara tangis dari wanita itu pecah
di depan gerbang. Johar yang berada di samping Alex juga tak kuasa menahan Air
matanya. Seketika tangan Alex menggenggam tangan Johar mencoba menenangkannya.
Johar membalas genggaman Alex dan diam melihat keharuan Adam dan Ibunya.
“Ayo kalian semua masuk dulu!” Kata mama
Adam. Johar melepas genggaman tangan Alex dan mengikuti Adam masuk. Ada sedikit
iri melihat Adam yang bahagia dengan mamanya. Di dalam rumah Adam menceritakan
perjalanannya, menceritakan kisah yang diberikan mbok iyem. “Tente,…” Kata Adam
terhenti. “Panggil Aku mama ya nak!” Kata Mama Adam. “Ma….” Adam sedikit ragu.
“Maafkan kesalahan Mbok Iyem ya! Aku datang mencari Mama karena ini membawa
amanah Mbok Iyem. Mbok menyesal ma!” Kata Adam dengan suara yang sangat tulus.
“Aku tak tahu harus bilang Apa nak,
Aku benar-benar sangat shock ketika papamu meyakini bahwa dalam rahimku ada
anak kembar. Papamu memastikan ke Rumah Mbokmu namun Papamu tidak mendapatkan
bukti. Dan mama semakin tertekan karena Oma kamu atau mama dari Papa kamu
meyakini bahwa Aku mempunyai anak kembar dan mereka menuntut untuk mecarimu,
namun ketika Aku dan papa kamu ke banyuwangi Kami tak menemukan siapa-siapa,
hanya rumah kosong yang sudah hampir roboh. Akhirnya, Aku dan Papa kamu
bersepakat, mengatakan bahwa Aku tidak mengandung anak kembar dan membuat
dokumen palsu dari rumah sakit. Hal itu tidak membuat Oma kamu mengertin dan
hingga saat ini dia tidak mau menemuiku nak!” Kata Mama Adam menceritakan
kejadian masa lalunya.
“Tapi, sekarang Aku sudah ada disini
ma, Mama maafkan Mbok ya!” Adam memohon. “Maafkan ya Tante!” Johar juga menambahkan.
“Aku maafkan, dan Aku senang kalian bisa menemukanku, dan Mbok kamu merawatmu
hingga seperti ini!” Kata Mama Adam dan membuat mereka semua tersenyum. “Roni…
Tante juga berterimakasih pada kamu!” Mama Adam melihat Roni.
` “Roni hanya kebetulan tante, Oia
Vicky jarang pulang?” Roni menanyakan Vicky. “Iya Tante, boleh kami lihat
foto-foto Vicky?” Tanya Johar. “Sebentar ya!...” Mama Adam mengambilkan
foto-foto Vicky. “Ini foto-foto Vicky.” Mama Adam menyodorkan album foto pada
mereka. Johar dan Roy sangat antusias untuk melihat foto Vicky. “Eh mirip
banget ya!” Kata Roy bergantian menatap foto dan wajah Adam. “Iya, Tapi masih
gantengan yang di foto ini” Ledek Johar memandang Adam.
Adam hanya tersenyum tersipu sambil
menggaruk kepalanya yang tidak gatal. “Tante, ini siapa? Ayah kak Adam ya?”
Tanya Johar sambil menunjukan foto Vicky dan seorang laki-laki. “Iya, dia Papa
Adam juga… seandainya papa masih ada pasti dia yang paling bahagia, karena dia
mempunyai keyakinan kalau Aku dulu mengandung anak kembar” kata Mama Adam
bersedih. “Maaf tante, sekarang Om ada dimana?” tanya Adam ragu. “Setahun yang
lalu dia telah wafat!” Kata Mama Adam lesu.
“Iya, Setahun yang lalu Jo, Aku
datang ketika pemakamannya!” tambah Roni. Mendengar itu, Adam langsung
mengambil foto yang ada di tangan Johar. Dilihatnya sosok laki-laki yang
dirindukannya sebagai seorang Ayah. Tak kuasa Adam menahan Air matanya dan seketika
langsung mengalir dipipinya jatuh di atas album itu. “Andai saja Aku datang
lebih cepat, pasti Aku akan bertemu dengannya!” Adam terisak. “Sudahlah Nak,
Masih ada mama disini, tak ada yang sia-sia dalam perjalananmu!” Mama Adam
mendekati Adam dan memeluknya.
“Iya Kak, Sabar ya….Sekarang lihat
di sekeliling kakak, kakak masih memliki harapan dan orang yang menyayangi
kakak!” Johar memegang lutut Adam. Tak ada suara yang keluar dari bibir Adam,
dia hanya mengangguk pasrah sambil memeluk mamanya. “Oia, mama akan mengabari
Vicky di jakarta!” Kata mama Adam. “Dia selalu bermimpi mempunyai
saudara!” tambahnya sambil memencet
ponselnya.
“Vicky, bisa kamu pulang minggu ini?
Atau besok yang penting secepatnya” Mama Adam menelfon Vicky. “Ada Apa Ma?”
Suara Vicky terdengar sayup. “Tidak ada apa-apa mama punya kejutan untukmu nak,
cepat pulang jangan lupa kabari mama kalau mau pulang!” kata Mama Adam sambil
menutup telefonnya.
Tak terasa waktu berlalu begitu
cepat, hari semakin siang dan Alex mengajak Roy untuk segera pulang. “Kalian
mau pulang?” tanya Adam. “Iya Dam, kamu disini aja dulu kasihan mama kamu
sendirian dan masih kangen tuh” Jawab Alex. “Iya kak, Jo juga mau pulang dulu!”
Tambah Johar. “Jo, disini aja temani kakak!” pinta Adam. “Sudahlah kak, jangan
kayak anak kecil gitu! Jo harus pulang mengabari Nico dan Mas Yudi” Kata Johar.
“Yaudah, Nanti balik lagi ya Jo!”
Kata Adam memohon. “Insyallah…! Ayo Al kita pulang!” Kata Johar mengajak Alex
dan Roy. “Yaudah kita pamit dulu ke mama Adam” Usul Alex. Adam masih canggung
berkomunikasi dengan mamanya, berkali-kali dia memanggil tante namun langsung
dirubah menjadi kata Mama. “Teman-teman mau pamit pulang” Kata Adam menemui
mamanya yang sedang membereskan meja makan.
“Loh? Johar juga mau balik nak?”
Tanya Mama Adam memastikan. “Iya Tante, Jo masih banyak pekerjaan di rumah”
Kata Johar sopan. “Nginap disini saja Jo! Temeni Adam, kalian kan bersaudara.”
Kata Mama Adam. “Maaf tante, terimakasih… tapi Jo benar-benar tidak bisa
meninggalkan rumah!” johar berpamitan dan langsung keluar dari rumah itu. Di
pintu gerbang Adam mengingatkan Johar, “Nanti sore Datang lagi dek!” Kata Adam.
“Insyallah kak, Jo pulang dulu ya!” kata Johar di atas boncengan motor Alex.
“Duluan Dam” Kata Alex dan Roy.
Adam kembali masuk ke rumah duduk di
ruang tamu, melihat beberapa foto kenangan milik Mamanya. Terlihat vicky sangat
bahagia dan beruntung bisa berkumpul dengan keluarganya, namun tak ada rasa iri
sedikitpun di benak Adam. Adam merasa hidupnya juga sangat bahagia bersama Mbok
Iyem dan Mbak Yani juga bersama Johar. Satu persatu Adam membalikan lembar
Album dan tersenyum sendiri.
“Gak capek nak?” Kalau capek tidur
aja di kamar Vicky!” Mama Adam mendekati Adam yang duduk sendiri di ruang tamu.
“Enggak ma, terimakasih!” Adam masih terdengar canggung. “Ayo ikut mama ke
lantai atas, lihat kamar Vicky dan kamu bisa beristirahat di sana” Ajak Mama
Adam. Adam mengikuti Mamanya menuju lantai atas dan mendapati ruangan rapi
milik Vicky. Di ruangan itu tidak terlalu banyak perabotan karena Vicky membawa
barang-barangnya ke jakarta.
“Ma, Vicky di jakarta tinggal dimana?”
tanya Johar. “Di rumah Oma kamu Dam, Nanti kalau Vicky sudah pulang kita main
ke jakarta” kata Mama Adam. “Yaudah, kamu istirahat di sini dulu” Mama Adam
meninggalkan Johar di kamar Vicky. Adam melihat setiap sudut ruangan kamar itu,
beberapa Foto Vicky terpampang di sana, dan ketika tidur di kasur yang empuk
membuat Adam teringat Johar.
Di sisi Lain, Johar masih berada di atas
motor Alex yang jauh di belakang Roy. Alex sengaja mengendarai motornya pelan
sambil memberi tahu jalan-jalan yang ada di surabaya. “Jo, kita jalan-jalan
dulu ya!” kata Alex. “Kemana?” tanya Johar. “Ada deh” jawab Alex dan langsung
membelokkan motornya di pertigaan. Beberapa menit kemudian mereka tiba di
taman, Alex mengajak Johar masuk ke taman dan duduk di kursi. “Sejuknya!” Alex
meregangkan otot kakinya.
“Iya!” kata Johar datar. “Kok murung
gitu?” tanya Alex. “Ntahlah, sepertinya Aku akan jauh dengan kak Adam!” Johar
mengeluh. “Yah, gak mungkinlah… kita masih satu sekolah Jo, kamu bisa kapan
saja main ke rumah Adam, dan belum tentu juga Adam akan tinggal disana, atau
kamu ikut tinggal disana aja Jo”Banyak Pertimbangan yang diutarakan Alex pada
Johar. “Tak semudah itu Al, Aku tidak mungkin tinggal di rumah besar itu,
meninggalkan Nico dan mas Yudi di kontrakan!” Kata Johar semakin lesu.
“Oh ceritanya berat ninggalin Nico
yang imut itu?” tanya Alex dengan nada menyindir. “Bukan hanya Nico Al, mas
Yudi juga!” Kata Johar. Alex terdiam tidak merespon kalimat terakhir Johar.
“Terserah lah, menurutku jalan terbaiknya kamu harus ikut Adam” Alex berdiri
meninggalkan Johar. “Hei, mau kemana?” Tanya Johar mengejar Alex. “Pulang!”
Jawab Alex datar. “Aku mau ditinggal disini?” Johar terus mengikuti Alex.
“Kalau kamu mau tinggal di taman ini silahkan” Alex mulai tersenyum. “Oh… ngajak
berantem nih” Johar meledeni canda Alex. “Berantemnya lain waktu Aja Jo, Ayo
Pulang!” Ajak Alex.
Sesampainya di rumah, Johar
menceritakan apa yang terjadi di hari itu kepada Nico dan Yudi. Mereka
terdengar sangat senang mendengar bahwa Adam menemukan keluarganya. “Oia Mas,
maaf sebelumnya kalau kami merahasiakan sesuatu kepada kalian, sebenarnya kami
mendapatkan pekerjaan bernyanyi di café setiap malam sabtu dan minggu.
Bayarannya lumayan mas, semalam kami mendapatkan seratus ribu” kata Johar.
“Loh? Sejak kapan Jo?” Nico heran. “Iya bagaimana bisa kalian bernyanyi di cafe?”
tanya Yudi.
Johar menceritakan tentang bagaimana
dia bisa bernyanyi di café, Nico dan Adam hanya bisa kagum mendengar cerita
Johar. “Wah hebat banget kalian!” Kata Yudi memuji Johar. “Iya, baru mengamen
tiga bulan sudah manggung di café, bagaimana kalau tiga tahun ya!” Tambah Nico
dan membuat johar malu. “Ah bisa aja bikin Jo malu” kata Johar sambil tertawa.
Keika matahari sudah pulang
keperaduannya, langit senja berwarna Jingga Adam sedikit terbiasa dengan
kehidupannya yang berubah seratus delapan puluh derajat. Namun ketika teringat
Johar, dia menjadi gelisah dan berat jauh darinya. Adam memilih duduk sendirian
di teras rumah sambil menunggu Adzan maghrib. “Ada apa kok melamun Nak?” Tanya
mama Adam mendekatinya. “Nggak Ma, merasa tidak percaya aja Aku bisa menemukan
mama!” Adam tersenyum pada mamanya.
“Yaudah masuk aja, sudah gelap tuh!”
Kata mamanya mengajak masuk. Ketika mendengar suara Adazan, Adam langsung
melaksanakan Sholat, tidak mau seperti hari pertama datang ke surabaya yang
salah kiblat, Adam bertanya tentang arah kiblat kepada mamanya. Setelah Sholat,
Adam merebahkan diri di atas tempat tidur dan akhirnya terlelap dalam tidurnya.
Tiba-tiba Adam terbangun, dan kaget
mendapati dirinya berada di kamar yang bagus. “Johar” Adam menyebutkan nama
Johar dan langsung berbalik menatap jam dinding. Jam sudah menunjukanpukul
23:00 WIB, sudah terlalu malam bagi johar datang ke rumah itu. Ketika mengingat
Johar Adam merasa lapar dan langsung menuju dapur yang sudah gelap. Hanya
bagian meja yang masih diterangi lampu, dan terdapat tulisan di atas meja.
“Adam, kalau mau makan semuanya sudah siap, maaf mama tidak tega membangunkan
kamu!” Adam membca tulisan itu dan lansgung tersenyum.
Adam menikmati makanan yang
dihidangkan oleh mamanya, Ayam goreng dan ikan yang jumlahnya terlalu banyak
untuk tiga orang di rumah itu. Ketika menyantap masakan itu, Adam teringat lagi
pada Johar, membayangkan Johar makan bersama dengannya. “Tidak sepantasnya Aku
makan makanan seperti ini, Johar dan yang lainnya di kontrakan pasti makan
seadanya, tahu dan mie instan sudah menjadi menu tetap mereka” Kata Adam yang
langsung kehilangan selera makan.
Malam itu adalah malam terberat bagi
Johar, Johar tidur di kasur sendirian dan selalu membayangkan Adam di sampingnya.
“Kak, Akhirnya kamu bisa hidup enak!” kata Johar sambil mengelus guling milik
Adam. “Sedang apa kamu kak? Pasti kamu sudah pulas tidur di kasur yang empuk”
Johar terus berbicara sendiri. Namun tiba-tiba suara ketukan pintu terdengar.
“Jo, udah tidur?” suara Nico dari
luar kamar. “Belum Nic, ada apa?” Johar membukakan pintu kamarnya. “Boleh Aku
tidur disini?” Tanya Nico ragu. “Yaudah Nic, temeni Aku… Aku sendirian merasa
kesepian tanpa kak Adam” Johar melebarkan pintunya dan Nico pun masuk ke kamar
Johar. Setelah menutup kembali pintu kamar, Johar tidur bersebelahan dengan
Nico.
“Nic, kamu pernah jauh dari mas Yudi
nggak?” tanya Johar. “Belum pernah Jo, tapi Aku tahu suatu saat kita akan
berpisah karena mas Yudi akan berkeluarga” Jawab Nico. “Iya juga sih, tapi Aku
belum siap kalau kak Adam jauh dari kehidupanku” Kata Johar. “Tenang Jo, Aku
masih disini kok, masih ada mas Yudi juga” Nico memegang tangan Johar yang
berbaring di sampingnya. “Yaudah, Ayo kita tidur Nic!” Johar melepas genggaman
Nico dan meletakan tangannya di keningnya.
Ke esokan harinya Johar terbangun
dengan keadaan tangan Nico memeluknya. Perlahan Johar melepas pelukan itu dan
langsung menuju kamar mandi untuk berwudlu. Selesai Sholat, Johar membangunkan Nico
untuk segera Sholat, namun Nico enggan mau bangun hingga jam dinding menunjukan
pukul 6 pagi. “Nic, sudah Jam enam, kamu gak ke sekolah?” tanya Johar dan
berhasil membuat Nico terbangun dan langsung keluar dari kamar Johar.
Johar hanya bisa menggelengkan
kepalanya melihat tempat tidur berantakan tak karuan. “Ya ampun anak itu kalau
bangun tidur tidak merapikan kamarnya kali…!” johar menggerutu ketika
membereskan tempat tidurnya. Ketika Johar sudah berseragam rapi, tiba-tiba ada
suara yang mengagetkan dirinya di pintu kamar. “Lupa ya dengan janjinya akan
menemuiku?” Adam berdiri di depan pintu.
“Kak Adam…” Johar terlihat sangat
senang. “Semalam Aku gak bisa tidur memikirkan kamu Jo” Kata Adam. “Aku nggak
kak, malah sangat nyenyak tidur sendirian” kata Johar sambil tertawa. “Huft…
dasar!” Kata Adam sambil menimpuk kepala Johar. “Yaudah Kakak mau ganti baju
dulu, terus kita berangkat!” Kata Adam. “Ok Boss!” Johar langsung keluar.
“Dek, Ayo cepat… kita ditunggu pak
Joni di depan gang” kata Adam buru-buru. “Pak Joni? Siapa tuh?” tanya Johar.
“Sopirnya mama!” jawab Adam sambil menggendong ranselnya. “Kayaknya berat
banget tuh ransel” celetuk Johar melihat ransel Adam yang penuh. “Ini beberapa
pakaian ganti, Aku di minta menginap di sana lagi dek! Adek ikut ya!” kata
Adam. “Maaf kak, disana bukan tempatku” jawab johar datar. “Kok bilang gitu?
Kamu gak sayang ma kakak? Mama kakak juga mama Adek!” kata Adam mendekati gang
dan menuju Mobil.
Adam menitipkan beberapa pakaiannya
ke pak Joni sebelum mereka turun dari mobil. Adam meminta untuk diturunkan agak
jauh dari sekolah, karena dia tidak mau teman-temannya tahu bahwa dia diantar
pake mobil. Turun dari mobil perdebatan mereka yang tertunda dimulai lagi.
“Pokonya adek nanti ikut kakak
pulang ke rumah mama!” Adam sedikit memaksa. “Liha aja nanti, males bahas itu
lagi kak!” johar langsung masuk ke sekolah. “Assalamualaikum Bu” Kata Johar
melewati Bu Ana. Adam pun juga hanya menyapa Bu Ana yang berdiri di depan
kantornya. Ketika berada di dalam kelas, Stella langsung mendekati Adam dan
menanyakan kebenaran cerita Alex dan Roy. Adam kurang berminat menceritakannya
dan langsung duduk.
“Jangan terlalu di ekspose, Aku
malu!” Kata Adam pelan. “Maaf, tapi Aku ngomongnya pelan kok” jawab Stella.
Johar di samping Adam hanya diam melamun memandang papan hitam yang bersih.
“Jo, kok melamun?” suara Alex bergabung dengan Adam dan Stella. “Banyak
pikiran!” jawab johar datar. Seharian Johar kurang bersemangat, tidak seperti
Adam yang berwajah berseri-seri.
Ketika pulang sekolah, Johar
buru-buru meninggalkan sekolah tanpa menghiraukan Adam. Johar tak ingin Adam
membawa Johar ke rumahnya. Johar berjalan menjauh dari sekolah, ketika berjalan
di pinggir jalan tiba-tiba Alex dengan motornya mendekati Johar. “Butuh
tumpangan untuk kabur?” tanya Alex sambil tertawa. Johar tersenyum dan langsung
naik ke motor Alex.
“Alex memilih melewati jalan
alternatif yang jaraknya semakin jauh, ini dilakukan karena Johar tidak memakai
helm. “kamu kenapa sih Jo? Jangan bersikap gitu pada Adam… berikan dia kesempatan
untung menikmati kehidupannya” Kata Alex. “Emang Aku kenapa Al? Aku hanya
menolak diajak tinggal di rumahnya itu!” Kata Johar. “Yaudah, kamu hanya perlu
bicara baik-baik dan beri alasan kepada Adam” Alex memberi saran.
Alex memilih memasukan motornya
kedalam gang dan beristirahat di kontrakan johar. Ketika berada di kontrakan
Johar, Alex berbaring di kamar Johar. “Kalian benar-benar sudah tak bisa
dilepaskan Jo, Adam bercerita kepadaku kalau semalam dia memikirkan kamu” kata
Alex. “Aku juga begitu Al, tapi Aku gak menceritakannya biar dia bisa tenang
tinggal di rumahnya” Jawab Johar pasrah.
“Kamu gak mau pulang?” Tanya Johar
melihat Alex. “Yeeee… Baru sebentar sudah diusir!” Jawab Alex. “Bukan gitu Al,
takutnya kamu itu dicari orang tuamu, dan nanti sore Aku akan mengamen” Kata
johar. “Sendiri?” Alex meminta kepastian. “Nggak, berdua sama gitar kamu.
Hehehe” jawab Johar sambil mengambil gitar pemberian Alex dulu. “Gak usah
ngamen Jo, libur sehari aja ya!” rengek Alex.
“Heh, kamu kok malah seperti anak
kecil?” Jawab Johar. “Kalau Aku gak ngamen, darimana Aku mendapatkan ongkos ke sekolah?
Darimana Aku makan Al!” kata Johar sambil tertawa. Masalah ke sekolah, biar Aku
yang antar jemput kamu, makan gampang bisa di rumahku Jo” Saran Alex. “Wah,
masalah ke sekolah boleh aja Al, kalau makan di rumah kamu Ogah” kata Johar
tertawa. “Yah, kapan kamu mau datang ke rumahku Jo? Kita sudah berteman cukup
lama tapi Adam dan kamu gak pernah main ke rumah” Kata Alex.
“Nanti aja Al, kan masih banyak
waktu buat main ke rumahmu” Johar tersenyum sambil memetik gitarnya. “Alex
meraih gitar Adam yang ada di sampingnya dan memainkan gitar seirama permainan
Johar. Keduanya tersenyum, suara gitar mereka saling bersautan. Tak lama
kemudian Nico mengetuk pintu kamar Johar. “Ada apa Jo?” tanya Johar membuka
pintu. “Aku pikir kak Adam, eh ternyata Alex!” Nico langsung kembali ke
kamarnya. “Kenapa dengan Nico?” Alex berdiri melihat ke luar. “Gak tahu Al,
biarin lah!” Kata Johar sambil meletakan gitarnya di samping meja.
“Oia, Ikut Aku yuk Jo! Pasti kamu
bosen gak ada Adam disini!” Kata Alex. “Hmmm… Tapi Aku harus mengamen Al!”
Jawab Johar. “Yah… sekali aja libur ngamennya!” Alex memohon. “Yaudah, Aku
ganti baju dulu ya!” Kata Johar. “Ok, Aku tunggu di luar aja!” Kata Alex dan
langsung keluar menuju motornya.
Akhirnya Johar siap dan rapi
menggunakan jaket kesangannya. “Kemana Jo?” Tanya Nico. “Jalan-jalan sama Alex.
Hehehe… titip rumah ya Nic” kata Johar sambil tertawa ke Nico dan keluar menuju
Alex. Nico tak menjawab hanya diam melihat Johar berboncengan dengan Alex, “Hati-hati
di jalan” Jawab Nico pelan. Rasa cemburu semakin menjadi, Nico sepertinya sudah
tak tahan dengan rasa cemburunya. Kedekatan johar dan Alex membuat Nico gampang
emosi. Tak ayal Nico selalu meremas atau membanting bantalnya.
Ketika Nico sedang kesal di kamar,
tiba-tiba suara ketukan pintu terdengar. “Nic, Johar dimana?” tanya Adam. “Eh
kak Adam, tadi Jo keluar bareng temennya.” Kata Nico. “Siapa?” tanya Adam.
“Siapa lagi kalau bukan Alex!” Nico terdengar sangat tidak menyukai Alex.
“Jangan gitu Nic, gak baik membenci orang” kata Adam mengingatkan. “Benci? Aku
gak benci kok!” Kata Nico mengelak. “Kelihatan dari muka kamu Nic. Hehehe.
Yaudah Aku ditunggu di depan, rencananya mau jemput Johar” Kata Adam.
“Kak Adam gak mau tinggal di sini
lagi?” tanya Nico. “Aku akan kesini lagi kok, tapi sekarang Aku masih ingin
berkumpul dengan mamaku Nic, dua hari lagi Aku kembali ke sini” Kata Adam
sambil tersenyum meninggalkan Nico di rumah.
Di
waktu bersamaan, Johar dan Alex berada di jalan menuju rumah Alex. “Al, kita
mau kemana?” tanya Johar. “Ke rumahku Jo” jawab Alex dan terus melajukan
motornya. “Hah? Penculikan nih” jawab Johar sambil tertawa. “Eh, Aku malu loh
ke rumah kamu” tambah Johar. “Kenapa mesti malu? Orang tuaku baik kok!”
Jawabnya. Johar tidak merespon lagi apa yang dikatakan oleh Adam dan Akhirnya
mereka tiba di rumah bertingkat dua seperti rumah Adam.
“Wah,
rumah kamu sama besarnya kayak rumah mama Kak Adam ya!” Kata Johar kagum.
“Biasa aja Jo, ayo masuk!” Alex mengajak Johar masuk. “Assalamualaikum Ma” Alex
menyapa mamanya yang duduk di ruang tengah. “Walaikumsalam, kok baru pulang
Al?” Tanya mama Alex. “Iya ma, Masih nungguin Johar di rumahnya!” Jawab Alex
sambil menunjuk Johar. “Assalamualaikum tante” kata Johar menyalami Mama Alex.
“Walaikumsalam, Oh ini Johar yang waktu itu? terimakasih ya nak udah nolongin
Alex dan sedikit merubah sifatnya” kata Mama Alex memuji Johar.
“Emang
kenapa dengan sifatku ma? Aneh ya?” Sungut Alex pada mamanya. “Enggak,
sepertinya kamu sekarang sudah mendapatkan teman yang klop. Buktinya kamu
sekarang rajin belajar, yaudah Ajak Johar makan dulu!” kata Mama Alex. “Hehehe,
yaudah ma Aku sudah laper!” Jawab Alex melangkahkan kakinya ke dapur. “Eits,
ganti baju dulu dong!” Kata Mama Alex dengan nada memanjakan Alex. Mendengar
itu Johar langsung tersenyum.
Di
dalam kamar Alex masih bercanda dengan Johar. “Heh, Maksud kamu apa tadi
senyum-senyum?” Alex merangkul Johar layaknya mau bergulat. “Hahaha, Manja
banget kamu yah!” Jawab johar. “Aku gak manja, Joooo….! Alex membanting Johar
keatas kasurnya dan langsung menggelitik Johar. “Ampun Al..” Johar tertawa
kegelian. “Rasakan yah siksaan ini” Kata Alex sambil terus memeluk Johar dan
menggelitiknya.
Johar
semakin kegelian dan meronta-ronta. Dan tak sengaja ketika Johar membalikan
tubuhnya, wajah mereka sangat dekat. Alex terdiam dan memandang Johar, begitu
juga Johar. Tiba-tiba Alex mendaratkan bibirnya tepat di bibir Johar dan
berpautan satu sama lain. Johar lansgung mendorong Alex dan duduk di atas
kasur.
“Maaf
Jo” Kata Alex. Johar terdiam dan keluar menunggu di luar kamar Alex. Johar
masih memikirkan apa yang sedang terjadi beberapa saat yang lalu, Alex melumat
bibirnya dan dia hanya membalasnya. “Aneh!” umpat Johar pelan. “Ayo makan dulu
Jo!!” kata Alex datar dan langsung menuruni tangga. Ketika makan, keduanya
hanya diam, Johar selalu membuang muka di hadapan Alex.
“Jo,
maafin Aku” Kata Alex pelan disela makannya. Johar diam dan terus menghabiskan
makanannya. Ketika selesai, Johar membawa piring dan sendok kotornya ke tempat
cuci piring dan mencucinya. “Biarin Jo, gak usah dicuci” kata Alex mendekati
Johar. Johar masih terdiam dan langsung bergegas duduk di ruang tamu.
“Aku
mau pulang!” Kata Johar ketika Alex duduk di sampingnya. “Langit gelap loh,
sebentar lagi Hujan!” Kata Alex. “Daripada disini? Antarkan Aku pulang atau Aku
jalan sendiri!” Kata Johar. “Kamu marah Jo? Maafin Aku Jo, tadi…” Alex memotong
pembicaraannya. “Lupakanlah Al” Johar langsung pergi dari rumah Alex. Suara
Alex memanggil Johar namun tak digubrisnya.
Johar
terus berjalan keluar dari komplex perumahan, Alex dengan wajah kesal dan penuh
tanda tanya melihat kearah Johar. Johar berjalan tanpa arah, mengikuti trotoar
jalan raya dan berjalan menjauh dari rumah Alex. Johar melihat Alex sedang
berusaha mencari dirinya, Namun Johar terdiam berkumpul dengan para pekerja
kantor yang menunggu angkot.
Ketika
Alex sudah tak terlihat, Johar memutuskan akan menaiki Angkot. Namun sayang
Johar tidak membawa uang sepeser pun. Johar memutuskan untuk berjalan kaki
meski jarak yang harus ditempuh terlalu jauh. Dan akhirnya hujan benar-benar
turun dan membasahi Johar. Johar mencoba berteduh di emperan toko, namun
dilihatnya Hujan tidak akan redah dan membuat Johar memutuskan melanjutkan
perjalanannya.
Perjalanan
Jauh yang ia tempuh dengan pakaian yang basah membuatnya kedinginan, hingga
akhirnya dia tiba di kontrakannya. “Kehujanan Jo?” tanya Yudi. “Sudah pasti
mas, kelihatan dari pakaian basah ini kan?” kata Johar yang masih kesal. “Johar
langsung mengganti pakaian dan menghangatkan diri di dalam selimut. Suhu
tubuhnya semakin tinggi, dan tak seorang pun peduli padanya.
Ketika
malam semakin larut, Demam Johar semakin parah. Diam-diam Nico masuk kamar dan
mengobati Johar. “Jo, Kamu sakit ya? Kamu minum obat dulu” Kata Nico. Setengah
sadar Johar meminum obat pemberian Nico dan langsung berbaring lagi.
Keesokan
harinya, Johar terbangun dari tidurnya dan mendapati Nico berada dipelukannya.
Johar kaget dan membuat Nico terbangun. “Kamu kok disini Nic?” tanya Johar.
“Maaf Jo, semalam kamu demam dan Aku memberikan obat dan menemanimu disini”
kata Nico. “Terus mengapa kamu tidak pakai baju?” Kata Johar masih heran. “Kamu
kedinginan Jo, Aku menghangatkanmu…!” kata Nico datar.
“Kamu
homo ya? Kamu pasti berbuat macem-macem!” kata Johar sambil menutupi tubuhnya
dengan selimut. “ssst… Ngapain harus keras sih? Kalau Aku homo kenapa? Kalau
Aku suka kamu kenapa? Hah?” Nico mendekati Johar. Johar terdiam ketakutan,
“Pergi Nic” kata Johar. “Aku suka kamu Jo, kenapa kamu tidak mau mengerti?”
Kata Nico sambil memeluk Johar. “lepasin Nic! Pergi dari kamar ini!” kata Johar
sambil melepaskan pelukan Nico.
Nico
langsung pergi dri kamar Johar, Johar pun kembali berbaring di kamarnya
meratapi apa yang sebenarnya terjadi disekitarnya. “Kenapa harus Aku?” Kata
Johar. Ketika merenung, bayangan Alex selalu ada pada dirinya dan itu membuat
Johar semakin takut bertemu Alex. Akhirnya Johar memilih untuk mengunci kamar
dan bolos sekolah.
Beberapa
orang mengetuk kamar Johar, pertama adalah Yudi, Nico, dan Alex. Hingga siang
hari suara Adam terdengar membujuk Johar membukakan pintunya. Mendengar suara
Adam, Johar langsung bangun dan membukakan pintunya. Johar langsung memeluk
Adam dan menangis. “Kak, tinggallah bersamaku, Aku tak bisa sendiri seperti
ini” Kata Johar terisak.
“Kamu
kenapa dek? Ada masalah? Kenapa kamu tidak sekolah?” banyak pertanyaan yang
dilontarkan Adam. “Aku hanya sakit kak!” Jawab Johar datar. “Iya, badan kamu
panas, sudah makan?” tanya Adam. johar hanya menggelengkan kepalanya. “Oia,
kemana mas Yudi dan Nico?” tanya Adam yang mendapati rumah sepi. “Mungkin
mereka ngamen kak” jawab Adam lesu.
“Tadi
Alex juga datang kesini dek, katanya kamu gak mau keluar! Itu yang membuatku
khawatir! Kakak janji akan tinggal disini lagi bersama Adek. Mama mengijinkanku
dek!” kata Adam tersenyum. “Jadi kita akan bersama lagi kak?” Johar bersemangat.
“Iya, dua hari saja sudah membuat kamu sakit, jangan sakit lagi ya!” kata Adam.
Johar
sudah semakin bingung dengan Apa yang dialaminya. Meski ada sedikit rasa kepada
mereka yakni Alex dan Nico, Johar menganggap Rasa itu hanyalah hubungan
pertemanan yang kuat. Bersambung ke Mengejar Masa Lalu 07 Terimakasih sudah
embaca, tinggal 4 Part lagi J
sukses bikin abang termehek-mon
ReplyDeletebang ais kah? :D wah cept banget bacanya :D
Deletehehe menikmati bgt mon
ReplyDeleteMulai seru... Wah 4part lagi? Cepet amat? Ga sampe 100part tah? Hihihi... Bagus bngt loh.. Aq mikirnya bakal belibet... Ternyata ngga'.. Keren sejeren jdulnya... Oh iya ada salah nama tuh.. 2kali nama adam ketuker ma johar... Jngn bru2 tamat dong... Bru jga panas mesinnya :)
ReplyDelete*idans
huum dans, aku terbiasa dengan salah nama :( nanti pasti di edit ulang kok :D eh jangan lama-lama buat cerita... target 10 part :D entah ending atau maih menggantung kita lihat selanjutnya :D ckckck. buat idans, makasih :)
Deletemon bnyak yg typo salah nama gtu... Tp part ini sukses bkin simpati buat jo, kerasa bgt kesepiannya....lanjutannya dtggu ksih tau dira momon...
ReplyDeleteKelemahanku selalu salah penempatan nama :( makasih dir atas peringatannya :)
Deleteceritanya keren mas! oia, boleh izin posting di page facebook? kalau boleh minta filenya ja mas soalnya tidak bisa di copas. terimakasih.
ReplyDeleteInsyallah nanti kalau udah selesai... inbox FBku aja ya!
Deletewaduhh. . fp nya paaln
ReplyDeleteLanjutkan.. Masih perlu di edit ulang.
ReplyDeletePastinya... wajib diedit ulang :) makasih atas kunjungannya
Deletekomen lage jk row eh rey row hehe . Msh sama tetap keren td sempt sotoy berpikir kalo pak andi bokapnya johar, atow alex adl brother in law.nya johar hahaha , cuma ada typo penempatan nama aja rey tp overall great job . . .
ReplyDelete