Thursday 24 January 2013

Mengejar Masa Lalu 06


            Akhir dari part Mengejar Masa Lalu 05, Adam bertemu dengan Roni yang mengatakan bahwa Adam memilik wajah sama dengan Vicky. Hal itu merupakan secercah harapan Adam untuk bertemu dengan Keluarganya.Terimakasih buat yang setia mengikuti kisah ini, semoga Aku bisa menyelesaikannya hingga di part akhir yakni part 10. Doakan saja semoga selalu diberi kesehatan dan lancar segara urusan yang saat ini semakin banyak . J
Kebahagiaan**
            Adam terbangun oleh suara Johar yang membangunkannya untuk segera Sholat. Terlihat lingkar mata Adam lebih gelap karena dia tidur terlalu larut memikirkan tentang keberadaan keluarganya. “Kak, Udah waktunya sholat loh, semalam tidur jam berapa kok sampai sembab gitu” Johar yang sudah sholat membangunkan Adam. “Gak tahu Dek, Ini sudah Jam berapa?” Tanya Adam. “Sudah Jam lima kak! Cepat sholat!” Kata Johar dan akhirnya Adam bergegas ke kamar mandi dan berwudlu.
            Setelah Sholat, Adam selalu menyempatkan membaca Ayat Suci Alqur’an meski itu hanya sebentar. Namun tidak seperti biasanya, Adam membaca Al Qur’an dengan suara berat dan bersedih. Hal itu membuat Johar merinding dan terdiam melihat Adam, Hingga Akhirnya Adam menyelesaikan Mengajinya. “Kak!” Kata Johar ragu. Adam terdiam menghilangkan kesedihannya. Johar menghampiri Adam, “Apa yang kakak pikirkan?” tnya Johar sambil memegang pundaknya.
            “Ntahlah, mengapa nasib kita seperti ini ya dek, mengapa kita harus berpisah dengan keluarga kita!” Jawab Adam sambil menyanggah kepalanya di atas meja. “Loh? Kok kakak Ngomong gitu?” Johar heran. “Tadi Aku sempat memikirkan Mbok Dek, mengapa Mbok tega memisahkan kita.” Kata Adam bersedih. “Loh? Kenapa Ngomong gitu sekarang? Kakak kecewa dengan Mbok? Bukannya kita semua menyayangi Mbok Kak?” Kata Johar sambil memaksa Adam untuk melihat ke arahnya.
            “Aku gak kecewa! Kalau Aku gak memikirkan Mbok ngapain Aku datang ke surabaya? Ngapain dek?!” Suara Adam meninggi. “Maaf Kak, mungkin situasi yang kakak alami lebih berat, Mbok sengaja memisahkan kakak, tidak seperti diriku yang memang dibuang oleh orang tuaku!” Kata Johar dengan suara bergetar. “Aku hanya mohon pada Kakak, jangan salahkan Mbok dan mengeluh kak! Itu akan memberatkannya di akhirat nanti!” Kata Johar sambil memegang tangan Adam. “Maaf dek, kalau kakak membuat suasana di pagi ini tak nyaman!” Adam memeluk Johar dengan penuh kehangatan.
            “Kalau kakak mau Ayo kita temui Roni, biar kakak bisa memastikan keraguan itu!”, johar mencoba melepas pelukan Adam. “Yaudah, tapi hanya kita berdua dek, Aku tak mau orang lain tahu!” Kata Adam. “Kenapa kak?” Tanya Johar heran. “Kalau ada hal yang kurang menyenangkan biarlah menjadi rahasia kita berdua” Adam menjelaskan alasannya
            “Hemmm… bagaimana kita menghubungi Roni? Nomor Roni kan ada di Roy?” Kata Johar. “Haduh… Sepertinya kita harus mengajak Roy!” keluh Adam. “Sekalian ajak Alex kak, jadi kita bisa minta anter mereka!” Johar bersemangat. “Ih, Kalau Alex ikut nanti pasti cerita ke Stella” Adam ragu. “Ya Juga sih, tapi gimana kak? Kita tidak punya motor!” Kata Johar. “Yaudah, kita hubungi Roy aja, Ayo kita ke Mas Yudi untuk minta satu SMS!” Kata Adam sambil keluar dari kamarnya.
            “Mas, Boleh minta tolong sms ke Roy nggak? Maaf mas numpang SMS lagi!” kata Adam malu-malu. “Iya, itu nomornya Roy masih belum kuhapus kok, Eh, jangan gitu Dam kita kan saudara!” kata Yudi sambil menjulurkan ponselnya. “Kalian mau belajar kelompok lagi?” Suara Nico yang mengagetkan Johar yang tepat berada di depannya. “Ah Nico, Ngagetin aja!” Kata Johar sambil melihat Nico dan tersenyum. “Hehehe, Maaf… Ada kerja kelompok lagi ya?” Nico mengulang pertanyaannya.
            “Enggak Nic… hanya ada sesuatu yang harus dibicarakan dengan Roy” Kata Adam  datar. “Oh, kirain belajar kelompok lagi…” Nico langsung berbalik menuju dapur. Tak lama setelah mengirim SMS ke Roy, Roy langsung menelfon ke nomor Yudi dan Adam membicarakan hal penting itu di depan rumah. Di saat yang bersamaan Johar mengikuti Nico ke dapur dan menarik kaos Nico. “Nic, Sebentar… ini perasaanku atau kamu memang.…” Johar menghentikan kata-katanya ketika Nico berbalik. “Apa Jo?” Sungut Nico mengarah pada Johar.
            “Kamu itu berubah Nic, Gak seperti biasanya dan perubahan kamu ini sejak Aku dan kak Adam mengajak teman-teman main kesini” Kata Johar. “Heh, Biasa aja jo… Itu hanya perasaanmu aja!” Nico membalikan Badannya dan menuju kompor untuk menyalakan kompor minyak. “Nggak, Ini gak biasa, Kak Adam juga merasakan hal yang sama!” Kata Johar. Nico hanya diam dan sambil menyiapkan keperluan memasak.
            Johar mendekati Nico dan meraih panci yang dipegang Nico. “Ngomong Nic, Apa gak boleh Aku mengajak teman ke rumah ini?” Kata Johar terengar sedikit emosi. “Apa sih, Sini pancinya Aku mau nyuci beras!” Kata Nico. “Biar Aku yang mencuci!” Johar langsung mengisi panci dengan beras dan pergi mencucinya. “Kalau kamu memang gak suka dengan teman-temanku, atau kami tidak boleh menerima tamu berikan alasannya!” Johar masih berusaha meminta kejelasan pada Nico. “Aku sudah bilang tadi, kenapa kamu masih ngotot?” Nico mulai geram.
            “Sudahlah, Aku tak mau mencari masalah dengan kamu Nic, maaf jika Aku berlebihan….Aku janji tidak akan membawa teman-temanku datang ke sini lagi!” Johar meletakan beras yang sudah dicuci di atas kompor dan masuk ke kamarnya. Di dalam kamar Adam membongkar isi lemari mencari sesuatu. “Cari apa kak?” tanya Johar heran. “Cari cicin peninggalan Mbok dek. Aku lupa dimana meletakannya!” Kata Adam yang terus sibuk mencari cicin peninggalan di dalam lemari.
            “Loh? Bukannya ada di saku kemeja itu kak?” kata Johar menunjuk kemeja Adam yang digantung di lemari. “Astaghfirullah, Aku lupa dek….Ini foto ayah ibumu juga ada disini” kata Adam yang mengambil dua barang peninggalan mereka. “Iya kak, Aku menyimpannya disana….” Jawab johar.
            “Oia, Roy bilang satu jam lagi dia akan kesini, Alex juga ikut dek!” Kata Adam. “Alex ikut beneran? Wah jadi kita bisa minta antar mereka kak!” Jawab Johar yang senang. “Kamu ini seneng banget jika Alex ikut, padahal dulu kalian saling membenci!” Kata Adam yang tersenyum. “Hahaha… Bukan gitu kak, ada-ada aja kakak ini!” Johar malu.
            “Eh, Udah masak?” tanya Adam. “Masih masak Nasi kak! Sana bantuin Nico… Kasihan sendirian!” Kata Johar. “Aku masih mau beresin baju-baju ini” Adam menunjuk baju-bajunya yang berantakan. “Biar Aku yang beresin, tadi Aku berdebat dengan Nico, jadi lebih baik kakak yang bantu Nico” jawab Johar sambil membereskan baju-baju Adam. “Kenapa lagi tuh?” Adam melihat ke arah Johar.
            “Seperti yang kita bicarakan kemarin, Nico itu sedikit berubah sejak kita sering mengajak teman-teman main kesini. Yaudah kutanyakan kenapa dia sampai seperti itu, tapi dia tidak mengakui dan malah jawabnya sewot!” Johar mengkerutkan alisnya. “Aku yakin yang salah kamu Jo, kamu kalau bicara biasa aja, jangan seperti orang emosi. Pasti Nico salah paham! Yaudah Aku ke Nico aja.” Adam langsung menemui Nico untuk membantunya memasak.
            Satu setengah jam berlalu, Adam dan Johar sudah selesai makan dan mandi. Mereka berdua menunggu Roy yang tak kunjung datang. Ketika duduk di depan rumah, Johar melihat Alex berjalan dari gang. “Mana Roy?” tanya Adam. “Ada di depan, Ayo!” Ajak Alex. Akhirnya Johar dan Adam mengikuti Alex keluar dari gang menemui Roy yang sudah ada di sana. “Roy, sudah hubungi Roni?” Tanya Adam.
            “Sudah, dia menunggu di depan Amore café. Ayo pakai helm….” Roy memberikan helm pada Adam. Adam langsung meraih dan memasangnya, dan menaiki boncengan Roy, sedangkan Johar berada di boncengan Alex. Mereka berdua melajukan motornya sangat cepat, tak peduli dengan keramaian kota surabaya. “Hati-hati Al” Johar mengingatkan Alex. “Tenang saja Jo, berdoalah agar selamat!” kata Alex.
            Sesampainya di depan Amore Café, Roni sudah menunggu di depan café dengan motornya. “Hey Ron, rumahnya masih jauh?” Tanya Adam. “Dekat kok, Ayo ikuti Aku aja!” Roni memakai helmnya dan langsung melajukan motornya. Ketika memasuki gerbang perumahan, Alex berbicara pada Johar, “Jo…. Ini komplex perumahan elit!” kata Alex. “Oia? Pantesan rumahnya gede banget Al!” Johar terkesima melihat barisan rumah besar berjejer.
            Mereka mengendarai motor sangat pelan, karena itu adalah wilayah perumahan. Johar membuka helmnya dan kagum melihat bangunan-bangunan mewah. “Al…. Rumahnya bagus banget ya!” berkali-kali Johar memuji barisan rumah membuat Alex tertawa. “Jangan tertawa” Johar mencubit pinggang Alex. “Eh… Sakit dodol!” Kata Alex.
            Akhirnya Roni berhenti di depan rumah yang lumayan besar berwarna putih. “Ini rumah Vicky!” Roni menunjuk rumah itu. “Tapi Aku malu untuk masuk, karena sebenarnya Aku dan Vicky tidak terlalu akrab, dia hanya teman SDku dulu, dan ketika SMP dan SMA saat ini kita sudah jarang bersama, meski terkadang kita berjumpa hanya sekedar tegur sapa!” Kata Roni ragu. “Gimana sih Ron, berarti belum pasti orang ini mirip denganku kan?” Adam mulai kecewa.
            “Enggak, Aku serius kalau kamu itu mirip, satu tahun yang lalu, Aku pernah kesini dan bertemu dengan Vicky kok” Kata Roni meyakinkan Adam. “Yaudah, kita pencet bell ini aja! Jangan terlalu lama di luar seperti ini” Kata Alex sambil memencet bell. “Al, haduh…” Adam melemas. “Biar cepat selesai kak!” kata Johar menenagkan Adam.
            Setelah dua kali Alex memencet Bell rumah, barulah seorang Ibu-ibu membukakan Gerbang. “Eh den Vicky!” Kata Ibu itu sambil membukakan pintu. Semua menoleh ke arah Adam. “Kok tambah kurus dan agak sedikit gelap Den?” ibu itu memegang wajah Adam. “Maaf, Ibu ada?” Tanya Roni. Ibu-ibu itu tidak menghiraukan pertanyaan Roni, dia hanya memegang lengan-lengan Adam.
            “Ada apa Bi?” Seorang wanita berpenampilan menarik keluar dari rumah. “Vicky? Pulang gak ngasih kabar?” Kata wanita itu menghampiri Adam. “Maaf, Saya Adam!” Jawab Adam ketika wanita itu mendekat. Wanita itu pun langsung menutup mulutnya karena kaget. “Maaf, wajah kamu mirip sekali dengan Vicky nak” Ibu-ibu yang mulai tadi memegang Adam langsung melepaskannya.
            “Kalian siapa?” Wanita pemilik rumah itu masih heran. “Maaf tante, saya Roni teman Vicky….” Kata Roni memperkanalkan diri. “Oh Aku ingat, kamu teman Vicky waktu SD kan?” Wanita itu memastikan ingatannya. Wanita itu langsung mengubah pandangannya ke Adam. “Nyonya, Dia mirip Vicky!” kata ibu-ibu di samping wanita itu. “Siapa kamu?” Tanya Wanita itu penuh keheranan.
            “Mungkin tante mengenal cicin ini?” Adam menjulurkan cicin yang ada di tangannya. “Ibu itu meraih cincinnya dan melihat relief pada cicin itu. Seketika air matanya menggenang di matanya. “Kamu dapat darimana? Ini cicin pernikahanku dulu!” Kata Wanita itu tak kuasa menahan air matanya. “Aku dapat dari mbok di banyuwangi, kata mbok cicin ini pemberian orang yang melahirkanku!” Adam ragu menceritakannya. “Banyuwangi?” Wanita itu terbata-bata.
            “Kalau itu memang cicin tante, berarti Aku telah berhasil menemukan pemiliknya!” Mata Adam berkaca-kaca. “Kamu anakku!” Wanita itu langsung memeluk Johar. Suara tangis dari wanita itu pecah di depan gerbang. Johar yang berada di samping Alex juga tak kuasa menahan Air matanya. Seketika tangan Alex menggenggam tangan Johar mencoba menenangkannya. Johar membalas genggaman Alex dan diam melihat keharuan Adam dan Ibunya.
            “Ayo kalian semua masuk dulu!” Kata mama Adam. Johar melepas genggaman tangan Alex dan mengikuti Adam masuk. Ada sedikit iri melihat Adam yang bahagia dengan mamanya. Di dalam rumah Adam menceritakan perjalanannya, menceritakan kisah yang diberikan mbok iyem. “Tente,…” Kata Adam terhenti. “Panggil Aku mama ya nak!” Kata Mama Adam. “Ma….” Adam sedikit ragu. “Maafkan kesalahan Mbok Iyem ya! Aku datang mencari Mama karena ini membawa amanah Mbok Iyem. Mbok menyesal ma!” Kata Adam dengan suara yang sangat tulus.
            “Aku tak tahu harus bilang Apa nak, Aku benar-benar sangat shock ketika papamu meyakini bahwa dalam rahimku ada anak kembar. Papamu memastikan ke Rumah Mbokmu namun Papamu tidak mendapatkan bukti. Dan mama semakin tertekan karena Oma kamu atau mama dari Papa kamu meyakini bahwa Aku mempunyai anak kembar dan mereka menuntut untuk mecarimu, namun ketika Aku dan papa kamu ke banyuwangi Kami tak menemukan siapa-siapa, hanya rumah kosong yang sudah hampir roboh. Akhirnya, Aku dan Papa kamu bersepakat, mengatakan bahwa Aku tidak mengandung anak kembar dan membuat dokumen palsu dari rumah sakit. Hal itu tidak membuat Oma kamu mengertin dan hingga saat ini dia tidak mau menemuiku nak!” Kata Mama Adam menceritakan kejadian masa lalunya.
            “Tapi, sekarang Aku sudah ada disini ma, Mama maafkan Mbok ya!” Adam memohon. “Maafkan ya Tante!” Johar juga menambahkan. “Aku maafkan, dan Aku senang kalian bisa menemukanku, dan Mbok kamu merawatmu hingga seperti ini!” Kata Mama Adam dan membuat mereka semua tersenyum. “Roni… Tante juga berterimakasih pada kamu!” Mama Adam melihat Roni.
`           “Roni hanya kebetulan tante, Oia Vicky jarang pulang?” Roni menanyakan Vicky. “Iya Tante, boleh kami lihat foto-foto Vicky?” Tanya Johar. “Sebentar ya!...” Mama Adam mengambilkan foto-foto Vicky. “Ini foto-foto Vicky.” Mama Adam menyodorkan album foto pada mereka. Johar dan Roy sangat antusias untuk melihat foto Vicky. “Eh mirip banget ya!” Kata Roy bergantian menatap foto dan wajah Adam. “Iya, Tapi masih gantengan yang di foto ini” Ledek Johar memandang Adam.
            Adam hanya tersenyum tersipu sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. “Tante, ini siapa? Ayah kak Adam ya?” Tanya Johar sambil menunjukan foto Vicky dan seorang laki-laki. “Iya, dia Papa Adam juga… seandainya papa masih ada pasti dia yang paling bahagia, karena dia mempunyai keyakinan kalau Aku dulu mengandung anak kembar” kata Mama Adam bersedih. “Maaf tante, sekarang Om ada dimana?” tanya Adam ragu. “Setahun yang lalu dia telah wafat!” Kata Mama Adam lesu.
            “Iya, Setahun yang lalu Jo, Aku datang ketika pemakamannya!” tambah Roni. Mendengar itu, Adam langsung mengambil foto yang ada di tangan Johar. Dilihatnya sosok laki-laki yang dirindukannya sebagai seorang Ayah. Tak kuasa Adam menahan Air matanya dan seketika langsung mengalir dipipinya jatuh di atas album itu. “Andai saja Aku datang lebih cepat, pasti Aku akan bertemu dengannya!” Adam terisak. “Sudahlah Nak, Masih ada mama disini, tak ada yang sia-sia dalam perjalananmu!” Mama Adam mendekati Adam dan memeluknya.
            “Iya Kak, Sabar ya….Sekarang lihat di sekeliling kakak, kakak masih memliki harapan dan orang yang menyayangi kakak!” Johar memegang lutut Adam. Tak ada suara yang keluar dari bibir Adam, dia hanya mengangguk pasrah sambil memeluk mamanya. “Oia, mama akan mengabari Vicky di jakarta!” Kata mama Adam. “Dia selalu bermimpi mempunyai saudara!”  tambahnya sambil memencet ponselnya.
            “Vicky, bisa kamu pulang minggu ini? Atau besok yang penting secepatnya” Mama Adam menelfon Vicky. “Ada Apa Ma?” Suara Vicky terdengar sayup. “Tidak ada apa-apa mama punya kejutan untukmu nak, cepat pulang jangan lupa kabari mama kalau mau pulang!” kata Mama Adam sambil menutup telefonnya.
            Tak terasa waktu berlalu begitu cepat, hari semakin siang dan Alex mengajak Roy untuk segera pulang. “Kalian mau pulang?” tanya Adam. “Iya Dam, kamu disini aja dulu kasihan mama kamu sendirian dan masih kangen tuh” Jawab Alex. “Iya kak, Jo juga mau pulang dulu!” Tambah Johar. “Jo, disini aja temani kakak!” pinta Adam. “Sudahlah kak, jangan kayak anak kecil gitu! Jo harus pulang mengabari Nico dan Mas Yudi” Kata Johar.
            “Yaudah, Nanti balik lagi ya Jo!” Kata Adam memohon. “Insyallah…! Ayo Al kita pulang!” Kata Johar mengajak Alex dan Roy. “Yaudah kita pamit dulu ke mama Adam” Usul Alex. Adam masih canggung berkomunikasi dengan mamanya, berkali-kali dia memanggil tante namun langsung dirubah menjadi kata Mama. “Teman-teman mau pamit pulang” Kata Adam menemui mamanya yang sedang membereskan meja makan.
            “Loh? Johar juga mau balik nak?” Tanya Mama Adam memastikan. “Iya Tante, Jo masih banyak pekerjaan di rumah” Kata Johar sopan. “Nginap disini saja Jo! Temeni Adam, kalian kan bersaudara.” Kata Mama Adam. “Maaf tante, terimakasih… tapi Jo benar-benar tidak bisa meninggalkan rumah!” johar berpamitan dan langsung keluar dari rumah itu. Di pintu gerbang Adam mengingatkan Johar, “Nanti sore Datang lagi dek!” Kata Adam. “Insyallah kak, Jo pulang dulu ya!” kata Johar di atas boncengan motor Alex. “Duluan Dam” Kata Alex dan Roy.
            Adam kembali masuk ke rumah duduk di ruang tamu, melihat beberapa foto kenangan milik Mamanya. Terlihat vicky sangat bahagia dan beruntung bisa berkumpul dengan keluarganya, namun tak ada rasa iri sedikitpun di benak Adam. Adam merasa hidupnya juga sangat bahagia bersama Mbok Iyem dan Mbak Yani juga bersama Johar. Satu persatu Adam membalikan lembar Album dan tersenyum sendiri.
            “Gak capek nak?” Kalau capek tidur aja di kamar Vicky!” Mama Adam mendekati Adam yang duduk sendiri di ruang tamu. “Enggak ma, terimakasih!” Adam masih terdengar canggung. “Ayo ikut mama ke lantai atas, lihat kamar Vicky dan kamu bisa beristirahat di sana” Ajak Mama Adam. Adam mengikuti Mamanya menuju lantai atas dan mendapati ruangan rapi milik Vicky. Di ruangan itu tidak terlalu banyak perabotan karena Vicky membawa barang-barangnya ke jakarta.
            “Ma, Vicky di jakarta tinggal dimana?” tanya Johar. “Di rumah Oma kamu Dam, Nanti kalau Vicky sudah pulang kita main ke jakarta” kata Mama Adam. “Yaudah, kamu istirahat di sini dulu” Mama Adam meninggalkan Johar di kamar Vicky. Adam melihat setiap sudut ruangan kamar itu, beberapa Foto Vicky terpampang di sana, dan ketika tidur di kasur yang empuk membuat Adam teringat Johar.
            Di sisi Lain, Johar masih berada di atas motor Alex yang jauh di belakang Roy. Alex sengaja mengendarai motornya pelan sambil memberi tahu jalan-jalan yang ada di surabaya. “Jo, kita jalan-jalan dulu ya!” kata Alex. “Kemana?” tanya Johar. “Ada deh” jawab Alex dan langsung membelokkan motornya di pertigaan. Beberapa menit kemudian mereka tiba di taman, Alex mengajak Johar masuk ke taman dan duduk di kursi. “Sejuknya!” Alex meregangkan otot kakinya.
            “Iya!” kata Johar datar. “Kok murung gitu?” tanya Alex. “Ntahlah, sepertinya Aku akan jauh dengan kak Adam!” Johar mengeluh. “Yah, gak mungkinlah… kita masih satu sekolah Jo, kamu bisa kapan saja main ke rumah Adam, dan belum tentu juga Adam akan tinggal disana, atau kamu ikut tinggal disana aja Jo”Banyak Pertimbangan yang diutarakan Alex pada Johar. “Tak semudah itu Al, Aku tidak mungkin tinggal di rumah besar itu, meninggalkan Nico dan mas Yudi di kontrakan!” Kata Johar semakin lesu.
            “Oh ceritanya berat ninggalin Nico yang imut itu?” tanya Alex dengan nada menyindir. “Bukan hanya Nico Al, mas Yudi juga!” Kata Johar. Alex terdiam tidak merespon kalimat terakhir Johar. “Terserah lah, menurutku jalan terbaiknya kamu harus ikut Adam” Alex berdiri meninggalkan Johar. “Hei, mau kemana?” Tanya Johar mengejar Alex. “Pulang!” Jawab Alex datar. “Aku mau ditinggal disini?” Johar terus mengikuti Alex. “Kalau kamu mau tinggal di taman ini silahkan” Alex mulai tersenyum. “Oh… ngajak berantem nih” Johar meledeni canda Alex. “Berantemnya lain waktu Aja Jo, Ayo Pulang!” Ajak Alex.
            Sesampainya di rumah, Johar menceritakan apa yang terjadi di hari itu kepada Nico dan Yudi. Mereka terdengar sangat senang mendengar bahwa Adam menemukan keluarganya. “Oia Mas, maaf sebelumnya kalau kami merahasiakan sesuatu kepada kalian, sebenarnya kami mendapatkan pekerjaan bernyanyi di café setiap malam sabtu dan minggu. Bayarannya lumayan mas, semalam kami mendapatkan seratus ribu” kata Johar. “Loh? Sejak kapan Jo?” Nico heran. “Iya bagaimana bisa kalian bernyanyi di cafe?” tanya Yudi.
            Johar menceritakan tentang bagaimana dia bisa bernyanyi di café, Nico dan Adam hanya bisa kagum mendengar cerita Johar. “Wah hebat banget kalian!” Kata Yudi memuji Johar. “Iya, baru mengamen tiga bulan sudah manggung di café, bagaimana kalau tiga tahun ya!” Tambah Nico dan membuat johar malu. “Ah bisa aja bikin Jo malu” kata Johar sambil tertawa.
            Keika matahari sudah pulang keperaduannya, langit senja berwarna Jingga Adam sedikit terbiasa dengan kehidupannya yang berubah seratus delapan puluh derajat. Namun ketika teringat Johar, dia menjadi gelisah dan berat jauh darinya. Adam memilih duduk sendirian di teras rumah sambil menunggu Adzan maghrib. “Ada apa kok melamun Nak?” Tanya mama Adam mendekatinya. “Nggak Ma, merasa tidak percaya aja Aku bisa menemukan mama!” Adam tersenyum pada mamanya.
            “Yaudah masuk aja, sudah gelap tuh!” Kata mamanya mengajak masuk. Ketika mendengar suara Adazan, Adam langsung melaksanakan Sholat, tidak mau seperti hari pertama datang ke surabaya yang salah kiblat, Adam bertanya tentang arah kiblat kepada mamanya. Setelah Sholat, Adam merebahkan diri di atas tempat tidur dan akhirnya terlelap dalam tidurnya.
            Tiba-tiba Adam terbangun, dan kaget mendapati dirinya berada di kamar yang bagus. “Johar” Adam menyebutkan nama Johar dan langsung berbalik menatap jam dinding. Jam sudah menunjukanpukul 23:00 WIB, sudah terlalu malam bagi johar datang ke rumah itu. Ketika mengingat Johar Adam merasa lapar dan langsung menuju dapur yang sudah gelap. Hanya bagian meja yang masih diterangi lampu, dan terdapat tulisan di atas meja. “Adam, kalau mau makan semuanya sudah siap, maaf mama tidak tega membangunkan kamu!” Adam membca tulisan itu dan lansgung tersenyum.
            Adam menikmati makanan yang dihidangkan oleh mamanya, Ayam goreng dan ikan yang jumlahnya terlalu banyak untuk tiga orang di rumah itu. Ketika menyantap masakan itu, Adam teringat lagi pada Johar, membayangkan Johar makan bersama dengannya. “Tidak sepantasnya Aku makan makanan seperti ini, Johar dan yang lainnya di kontrakan pasti makan seadanya, tahu dan mie instan sudah menjadi menu tetap mereka” Kata Adam yang langsung kehilangan selera makan.
            Malam itu adalah malam terberat bagi Johar, Johar tidur di kasur sendirian dan selalu membayangkan Adam di sampingnya. “Kak, Akhirnya kamu bisa hidup enak!” kata Johar sambil mengelus guling milik Adam. “Sedang apa kamu kak? Pasti kamu sudah pulas tidur di kasur yang empuk” Johar terus berbicara sendiri. Namun tiba-tiba suara ketukan pintu terdengar.
            “Jo, udah tidur?” suara Nico dari luar kamar. “Belum Nic, ada apa?” Johar membukakan pintu kamarnya. “Boleh Aku tidur disini?” Tanya Nico ragu. “Yaudah Nic, temeni Aku… Aku sendirian merasa kesepian tanpa kak Adam” Johar melebarkan pintunya dan Nico pun masuk ke kamar Johar. Setelah menutup kembali pintu kamar, Johar tidur bersebelahan dengan Nico.
            “Nic, kamu pernah jauh dari mas Yudi nggak?” tanya Johar. “Belum pernah Jo, tapi Aku tahu suatu saat kita akan berpisah karena mas Yudi akan berkeluarga” Jawab Nico. “Iya juga sih, tapi Aku belum siap kalau kak Adam jauh dari kehidupanku” Kata Johar. “Tenang Jo, Aku masih disini kok, masih ada mas Yudi juga” Nico memegang tangan Johar yang berbaring di sampingnya. “Yaudah, Ayo kita tidur Nic!” Johar melepas genggaman Nico dan meletakan tangannya di keningnya.
            Ke esokan harinya Johar terbangun dengan keadaan tangan Nico memeluknya. Perlahan Johar melepas pelukan itu dan langsung menuju kamar mandi untuk berwudlu. Selesai Sholat, Johar membangunkan Nico untuk segera Sholat, namun Nico enggan mau bangun hingga jam dinding menunjukan pukul 6 pagi. “Nic, sudah Jam enam, kamu gak ke sekolah?” tanya Johar dan berhasil membuat Nico terbangun dan langsung keluar dari kamar Johar.
            Johar hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tempat tidur berantakan tak karuan. “Ya ampun anak itu kalau bangun tidur tidak merapikan kamarnya kali…!” johar menggerutu ketika membereskan tempat tidurnya. Ketika Johar sudah berseragam rapi, tiba-tiba ada suara yang mengagetkan dirinya di pintu kamar. “Lupa ya dengan janjinya akan menemuiku?” Adam berdiri di depan pintu.
            “Kak Adam…” Johar terlihat sangat senang. “Semalam Aku gak bisa tidur memikirkan kamu Jo” Kata Adam. “Aku nggak kak, malah sangat nyenyak tidur sendirian” kata Johar sambil tertawa. “Huft… dasar!” Kata Adam sambil menimpuk kepala Johar. “Yaudah Kakak mau ganti baju dulu, terus kita berangkat!” Kata Adam. “Ok Boss!” Johar langsung keluar.
            “Dek, Ayo cepat… kita ditunggu pak Joni di depan gang” kata Adam buru-buru. “Pak Joni? Siapa tuh?” tanya Johar. “Sopirnya mama!” jawab Adam sambil menggendong ranselnya. “Kayaknya berat banget tuh ransel” celetuk Johar melihat ransel Adam yang penuh. “Ini beberapa pakaian ganti, Aku di minta menginap di sana lagi dek! Adek ikut ya!” kata Adam. “Maaf kak, disana bukan tempatku” jawab johar datar. “Kok bilang gitu? Kamu gak sayang ma kakak? Mama kakak juga mama Adek!” kata Adam mendekati gang dan menuju Mobil.
            Adam menitipkan beberapa pakaiannya ke pak Joni sebelum mereka turun dari mobil. Adam meminta untuk diturunkan agak jauh dari sekolah, karena dia tidak mau teman-temannya tahu bahwa dia diantar pake mobil. Turun dari mobil perdebatan mereka yang tertunda dimulai lagi.
            “Pokonya adek nanti ikut kakak pulang ke rumah mama!” Adam sedikit memaksa. “Liha aja nanti, males bahas itu lagi kak!” johar langsung masuk ke sekolah. “Assalamualaikum Bu” Kata Johar melewati Bu Ana. Adam pun juga hanya menyapa Bu Ana yang berdiri di depan kantornya. Ketika berada di dalam kelas, Stella langsung mendekati Adam dan menanyakan kebenaran cerita Alex dan Roy. Adam kurang berminat menceritakannya dan langsung duduk.
            “Jangan terlalu di ekspose, Aku malu!” Kata Adam pelan. “Maaf, tapi Aku ngomongnya pelan kok” jawab Stella. Johar di samping Adam hanya diam melamun memandang papan hitam yang bersih. “Jo, kok melamun?” suara Alex bergabung dengan Adam dan Stella. “Banyak pikiran!” jawab johar datar. Seharian Johar kurang bersemangat, tidak seperti Adam yang berwajah berseri-seri.
            Ketika pulang sekolah, Johar buru-buru meninggalkan sekolah tanpa menghiraukan Adam. Johar tak ingin Adam membawa Johar ke rumahnya. Johar berjalan menjauh dari sekolah, ketika berjalan di pinggir jalan tiba-tiba Alex dengan motornya mendekati Johar. “Butuh tumpangan untuk kabur?” tanya Alex sambil tertawa. Johar tersenyum dan langsung naik ke motor Alex.
            “Alex memilih melewati jalan alternatif yang jaraknya semakin jauh, ini dilakukan karena Johar tidak memakai helm. “kamu kenapa sih Jo? Jangan bersikap gitu pada Adam… berikan dia kesempatan untung menikmati kehidupannya” Kata Alex. “Emang Aku kenapa Al? Aku hanya menolak diajak tinggal di rumahnya itu!” Kata Johar. “Yaudah, kamu hanya perlu bicara baik-baik dan beri alasan kepada Adam” Alex memberi saran.
            Alex memilih memasukan motornya kedalam gang dan beristirahat di kontrakan johar. Ketika berada di kontrakan Johar, Alex berbaring di kamar Johar. “Kalian benar-benar sudah tak bisa dilepaskan Jo, Adam bercerita kepadaku kalau semalam dia memikirkan kamu” kata Alex. “Aku juga begitu Al, tapi Aku gak menceritakannya biar dia bisa tenang tinggal di rumahnya” Jawab Johar pasrah.
            “Kamu gak mau pulang?” Tanya Johar melihat Alex. “Yeeee… Baru sebentar sudah diusir!” Jawab Alex. “Bukan gitu Al, takutnya kamu itu dicari orang tuamu, dan nanti sore Aku akan mengamen” Kata johar. “Sendiri?” Alex meminta kepastian. “Nggak, berdua sama gitar kamu. Hehehe” jawab Johar sambil mengambil gitar pemberian Alex dulu. “Gak usah ngamen Jo, libur sehari aja ya!” rengek Alex.
            “Heh, kamu kok malah seperti anak kecil?” Jawab Johar. “Kalau Aku gak ngamen, darimana Aku mendapatkan ongkos ke sekolah? Darimana Aku makan Al!” kata Johar sambil tertawa. Masalah ke sekolah, biar Aku yang antar jemput kamu, makan gampang bisa di rumahku Jo” Saran Alex. “Wah, masalah ke sekolah boleh aja Al, kalau makan di rumah kamu Ogah” kata Johar tertawa. “Yah, kapan kamu mau datang ke rumahku Jo? Kita sudah berteman cukup lama tapi Adam dan kamu gak pernah main ke rumah” Kata Alex.
            “Nanti aja Al, kan masih banyak waktu buat main ke rumahmu” Johar tersenyum sambil memetik gitarnya. “Alex meraih gitar Adam yang ada di sampingnya dan memainkan gitar seirama permainan Johar. Keduanya tersenyum, suara gitar mereka saling bersautan. Tak lama kemudian Nico mengetuk pintu kamar Johar. “Ada apa Jo?” tanya Johar membuka pintu. “Aku pikir kak Adam, eh ternyata Alex!” Nico langsung kembali ke kamarnya. “Kenapa dengan Nico?” Alex berdiri melihat ke luar. “Gak tahu Al, biarin lah!” Kata Johar sambil meletakan gitarnya di samping meja.
            “Oia, Ikut Aku yuk Jo! Pasti kamu bosen gak ada Adam disini!” Kata Alex. “Hmmm… Tapi Aku harus mengamen Al!” Jawab Johar. “Yah… sekali aja libur ngamennya!” Alex memohon. “Yaudah, Aku ganti baju dulu ya!” Kata Johar. “Ok, Aku tunggu di luar aja!” Kata Alex dan langsung keluar menuju motornya.
            Akhirnya Johar siap dan rapi menggunakan jaket kesangannya. “Kemana Jo?” Tanya Nico. “Jalan-jalan sama Alex. Hehehe… titip rumah ya Nic” kata Johar sambil tertawa ke Nico dan keluar menuju Alex. Nico tak menjawab hanya diam melihat Johar berboncengan dengan Alex, “Hati-hati di jalan” Jawab Nico pelan. Rasa cemburu semakin menjadi, Nico sepertinya sudah tak tahan dengan rasa cemburunya. Kedekatan johar dan Alex membuat Nico gampang emosi. Tak ayal Nico selalu meremas atau membanting bantalnya.
            Ketika Nico sedang kesal di kamar, tiba-tiba suara ketukan pintu terdengar. “Nic, Johar dimana?” tanya Adam. “Eh kak Adam, tadi Jo keluar bareng temennya.” Kata Nico. “Siapa?” tanya Adam. “Siapa lagi kalau bukan Alex!” Nico terdengar sangat tidak menyukai Alex. “Jangan gitu Nic, gak baik membenci orang” kata Adam mengingatkan. “Benci? Aku gak benci kok!” Kata Nico mengelak. “Kelihatan dari muka kamu Nic. Hehehe. Yaudah Aku ditunggu di depan, rencananya mau jemput Johar” Kata Adam.
            “Kak Adam gak mau tinggal di sini lagi?” tanya Nico. “Aku akan kesini lagi kok, tapi sekarang Aku masih ingin berkumpul dengan mamaku Nic, dua hari lagi Aku kembali ke sini” Kata Adam sambil tersenyum meninggalkan Nico di rumah.
Di waktu bersamaan, Johar dan Alex berada di jalan menuju rumah Alex. “Al, kita mau kemana?” tanya Johar. “Ke rumahku Jo” jawab Alex dan terus melajukan motornya. “Hah? Penculikan nih” jawab Johar sambil tertawa. “Eh, Aku malu loh ke rumah kamu” tambah Johar. “Kenapa mesti malu? Orang tuaku baik kok!” Jawabnya. Johar tidak merespon lagi apa yang dikatakan oleh Adam dan Akhirnya mereka tiba di rumah bertingkat dua seperti rumah Adam.
“Wah, rumah kamu sama besarnya kayak rumah mama Kak Adam ya!” Kata Johar kagum. “Biasa aja Jo, ayo masuk!” Alex mengajak Johar masuk. “Assalamualaikum Ma” Alex menyapa mamanya yang duduk di ruang tengah. “Walaikumsalam, kok baru pulang Al?” Tanya mama Alex. “Iya ma, Masih nungguin Johar di rumahnya!” Jawab Alex sambil menunjuk Johar. “Assalamualaikum tante” kata Johar menyalami Mama Alex. “Walaikumsalam, Oh ini Johar yang waktu itu? terimakasih ya nak udah nolongin Alex dan sedikit merubah sifatnya” kata Mama Alex memuji Johar.
“Emang kenapa dengan sifatku ma? Aneh ya?” Sungut Alex pada mamanya. “Enggak, sepertinya kamu sekarang sudah mendapatkan teman yang klop. Buktinya kamu sekarang rajin belajar, yaudah Ajak Johar makan dulu!” kata Mama Alex. “Hehehe, yaudah ma Aku sudah laper!” Jawab Alex melangkahkan kakinya ke dapur. “Eits, ganti baju dulu dong!” Kata Mama Alex dengan nada memanjakan Alex. Mendengar itu Johar langsung tersenyum.
Di dalam kamar Alex masih bercanda dengan Johar. “Heh, Maksud kamu apa tadi senyum-senyum?” Alex merangkul Johar layaknya mau bergulat. “Hahaha, Manja banget kamu yah!” Jawab johar. “Aku gak manja, Joooo….! Alex membanting Johar keatas kasurnya dan langsung menggelitik Johar. “Ampun Al..” Johar tertawa kegelian. “Rasakan yah siksaan ini” Kata Alex sambil terus memeluk Johar dan menggelitiknya.
Johar semakin kegelian dan meronta-ronta. Dan tak sengaja ketika Johar membalikan tubuhnya, wajah mereka sangat dekat. Alex terdiam dan memandang Johar, begitu juga Johar. Tiba-tiba Alex mendaratkan bibirnya tepat di bibir Johar dan berpautan satu sama lain. Johar lansgung mendorong Alex dan duduk di atas kasur.
“Maaf Jo” Kata Alex. Johar terdiam dan keluar menunggu di luar kamar Alex. Johar masih memikirkan apa yang sedang terjadi beberapa saat yang lalu, Alex melumat bibirnya dan dia hanya membalasnya. “Aneh!” umpat Johar pelan. “Ayo makan dulu Jo!!” kata Alex datar dan langsung menuruni tangga. Ketika makan, keduanya hanya diam, Johar selalu membuang muka di hadapan Alex.
“Jo, maafin Aku” Kata Alex pelan disela makannya. Johar diam dan terus menghabiskan makanannya. Ketika selesai, Johar membawa piring dan sendok kotornya ke tempat cuci piring dan mencucinya. “Biarin Jo, gak usah dicuci” kata Alex mendekati Johar. Johar masih terdiam dan langsung bergegas duduk di ruang tamu.
“Aku mau pulang!” Kata Johar ketika Alex duduk di sampingnya. “Langit gelap loh, sebentar lagi Hujan!” Kata Alex. “Daripada disini? Antarkan Aku pulang atau Aku jalan sendiri!” Kata Johar. “Kamu marah Jo? Maafin Aku Jo, tadi…” Alex memotong pembicaraannya. “Lupakanlah Al” Johar langsung pergi dari rumah Alex. Suara Alex memanggil Johar namun tak digubrisnya.
Johar terus berjalan keluar dari komplex perumahan, Alex dengan wajah kesal dan penuh tanda tanya melihat kearah Johar. Johar berjalan tanpa arah, mengikuti trotoar jalan raya dan berjalan menjauh dari rumah Alex. Johar melihat Alex sedang berusaha mencari dirinya, Namun Johar terdiam berkumpul dengan para pekerja kantor yang menunggu angkot.
Ketika Alex sudah tak terlihat, Johar memutuskan akan menaiki Angkot. Namun sayang Johar tidak membawa uang sepeser pun. Johar memutuskan untuk berjalan kaki meski jarak yang harus ditempuh terlalu jauh. Dan akhirnya hujan benar-benar turun dan membasahi Johar. Johar mencoba berteduh di emperan toko, namun dilihatnya Hujan tidak akan redah dan membuat Johar memutuskan melanjutkan perjalanannya.
Perjalanan Jauh yang ia tempuh dengan pakaian yang basah membuatnya kedinginan, hingga akhirnya dia tiba di kontrakannya. “Kehujanan Jo?” tanya Yudi. “Sudah pasti mas, kelihatan dari pakaian basah ini kan?” kata Johar yang masih kesal. “Johar langsung mengganti pakaian dan menghangatkan diri di dalam selimut. Suhu tubuhnya semakin tinggi, dan tak seorang pun peduli padanya.
Ketika malam semakin larut, Demam Johar semakin parah. Diam-diam Nico masuk kamar dan mengobati Johar. “Jo, Kamu sakit ya? Kamu minum obat dulu” Kata Nico. Setengah sadar Johar meminum obat pemberian Nico dan langsung berbaring lagi.
Keesokan harinya, Johar terbangun dari tidurnya dan mendapati Nico berada dipelukannya. Johar kaget dan membuat Nico terbangun. “Kamu kok disini Nic?” tanya Johar. “Maaf Jo, semalam kamu demam dan Aku memberikan obat dan menemanimu disini” kata Nico. “Terus mengapa kamu tidak pakai baju?” Kata Johar masih heran. “Kamu kedinginan Jo, Aku menghangatkanmu…!” kata Nico datar.
“Kamu homo ya? Kamu pasti berbuat macem-macem!” kata Johar sambil menutupi tubuhnya dengan selimut. “ssst… Ngapain harus keras sih? Kalau Aku homo kenapa? Kalau Aku suka kamu kenapa? Hah?” Nico mendekati Johar. Johar terdiam ketakutan, “Pergi Nic” kata Johar. “Aku suka kamu Jo, kenapa kamu tidak mau mengerti?” Kata Nico sambil memeluk Johar. “lepasin Nic! Pergi dari kamar ini!” kata Johar sambil melepaskan pelukan Nico.
Nico langsung pergi dri kamar Johar, Johar pun kembali berbaring di kamarnya meratapi apa yang sebenarnya terjadi disekitarnya. “Kenapa harus Aku?” Kata Johar. Ketika merenung, bayangan Alex selalu ada pada dirinya dan itu membuat Johar semakin takut bertemu Alex. Akhirnya Johar memilih untuk mengunci kamar dan bolos sekolah.
Beberapa orang mengetuk kamar Johar, pertama adalah Yudi, Nico, dan Alex. Hingga siang hari suara Adam terdengar membujuk Johar membukakan pintunya. Mendengar suara Adam, Johar langsung bangun dan membukakan pintunya. Johar langsung memeluk Adam dan menangis. “Kak, tinggallah bersamaku, Aku tak bisa sendiri seperti ini” Kata Johar terisak.
“Kamu kenapa dek? Ada masalah? Kenapa kamu tidak sekolah?” banyak pertanyaan yang dilontarkan Adam. “Aku hanya sakit kak!” Jawab Johar datar. “Iya, badan kamu panas, sudah makan?” tanya Adam. johar hanya menggelengkan kepalanya. “Oia, kemana mas Yudi dan Nico?” tanya Adam yang mendapati rumah sepi. “Mungkin mereka ngamen kak” jawab Adam lesu.
“Tadi Alex juga datang kesini dek, katanya kamu gak mau keluar! Itu yang membuatku khawatir! Kakak janji akan tinggal disini lagi bersama Adek. Mama mengijinkanku dek!” kata Adam tersenyum. “Jadi kita akan bersama lagi kak?” Johar bersemangat. “Iya, dua hari saja sudah membuat kamu sakit, jangan sakit lagi ya!” kata Adam.
Johar sudah semakin bingung dengan Apa yang dialaminya. Meski ada sedikit rasa kepada mereka yakni Alex dan Nico, Johar menganggap Rasa itu hanyalah hubungan pertemanan yang kuat. Bersambung ke Mengejar Masa Lalu 07 Terimakasih sudah embaca, tinggal 4 Part lagi J


Comments
13 Comments

13 comments:

  1. sukses bikin abang termehek-mon

    ReplyDelete
    Replies
    1. bang ais kah? :D wah cept banget bacanya :D

      Delete
  2. hehe menikmati bgt mon

    ReplyDelete
  3. Mulai seru... Wah 4part lagi? Cepet amat? Ga sampe 100part tah? Hihihi... Bagus bngt loh.. Aq mikirnya bakal belibet... Ternyata ngga'.. Keren sejeren jdulnya... Oh iya ada salah nama tuh.. 2kali nama adam ketuker ma johar... Jngn bru2 tamat dong... Bru jga panas mesinnya :)




    *idans

    ReplyDelete
    Replies
    1. huum dans, aku terbiasa dengan salah nama :( nanti pasti di edit ulang kok :D eh jangan lama-lama buat cerita... target 10 part :D entah ending atau maih menggantung kita lihat selanjutnya :D ckckck. buat idans, makasih :)

      Delete
  4. mon bnyak yg typo salah nama gtu... Tp part ini sukses bkin simpati buat jo, kerasa bgt kesepiannya....lanjutannya dtggu ksih tau dira momon...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kelemahanku selalu salah penempatan nama :( makasih dir atas peringatannya :)

      Delete
  5. ceritanya keren mas! oia, boleh izin posting di page facebook? kalau boleh minta filenya ja mas soalnya tidak bisa di copas. terimakasih.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Insyallah nanti kalau udah selesai... inbox FBku aja ya!

      Delete
  6. waduhh. . fp nya paaln

    ReplyDelete
  7. Lanjutkan.. Masih perlu di edit ulang.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Pastinya... wajib diedit ulang :) makasih atas kunjungannya

      Delete
  8. komen lage jk row eh rey row hehe . Msh sama tetap keren td sempt sotoy berpikir kalo pak andi bokapnya johar, atow alex adl brother in law.nya johar hahaha , cuma ada typo penempatan nama aja rey tp overall great job . . .

    ReplyDelete

Terimakasih atas kunjungannya, besar harapan penulis tolong tinggalkan jejak dalam kolom komentar, terimakasih....