Monday, 11 February 2013

Mengejar Masa Lalu 08

Akhir Mengejar Masa Lalu part 07, Adam sudah bertemu dengan saudara kembarnya bernama Vicky, Dia adalah pemuda yang baik dan menganggap Adam dan Johar adalah adik laki-lakinya. Johar pun diangkat menjadi anak oleh Mama Adam. Kebahagiaan Aam berlipat ganda ketika ia berhasil mendapatkan cinta Stella. Namun bagi Johar hari-harinya semakin sulit dijalani, karena harus berhaapan engan Alex dan Nico 
            Beberapa bulan telah berlalu, Johar dan Adam telah menempuh Ujian kenaikan kelas dan menunggu hasil jerih payahnya selama setahun di kelas satu SMA. Kini di pagi yang cerah mereka berdua datang ke sekolah lebih awal dan berdiri di depan perpustakaan. “Mungkin nggak ya Aku menjadi juara kelas lagi?” Kata Johar tersenyum di depan Adam yang sedang sibuk dengan ponselnya. “Kita lihat saja nanti, siapa yang akan menjadi juara kelas” jawab Adam dan masih sibuk dengan Ponselnya. “Kalau masalah naik kelas, seratus persen Aku yakin naik kelas kak, tapi hanya 50% keyakinanku akan mengalahkan kak Adam” Jawab Johar murung.
            “Loh? Belum tentu lah, kita kan sudah belajar bersama selama ini dek?” Kata Adam yang langsung menyimpan ponselnya di saku celana. “Akhir-akhir ini Aku banyak masalah kak, jadi kurang fokus dalam urusan sekolah, Aku juga sering bolos dan hal itu menjadi pertimbangan para guru untuk memberikan nilai.” Johar duduk di lantai. “Hmmm… sebenarnya kamu itu punya masalah apa sih? Setiap Aku tanya kamu selalu saja mengelak” Adam duduk di dekat Johar.
            Johar pun langsung menyebarkan penglihatannya ke sekitar sekolah yang agak sepi dan mulai berbicara pada Adam. “Aku pengen jumpa Papaku kak!” Kata Johar murung. “Pasti Jo, kamu akan berjumpa dengan beliau, Alex dan Vicky sudah berupaya membantu kamu juga kan? Sabar aja ya! Suatu saat kita akan menemukan Papa kamu” Adam memegang pundak Johar dan menenangkannya.
            “Oia, boleh kakak tanya satu hal?” Adam memandang dalam pada Johar yang sangat murung. “Apa kak?” Johar melihat ke Arah Adam. “Kamu sudah berjanji pada Mama akan tinggal dengan kakak di rumah, kenapa kamu masih bertahan di kontrakan Jo? terus saat di kontrakan Aku merasakan hubunganmu dan Nico tidak seperti biasanya” Kata Adam dengan suara pelan. “Maaf kak, Aku masih tidak enak pada Mas Yudi dan Nico jika kita semua menetap di rumah Mama, hampir satu tahun kita tinggal di kontrakan dan Aku merasa berat meninggalkan kontrakan kak” Kata Johar menundukan kepalanya, memandang garis ubin.
            “Ya, Aku juga sama dek… makanya terkadang Aku masih menginap di kontrakan. Tapi kakak menjadi tidak enak pada Mas Yudi dan Nico, seharusnya mereka bisa menempati kamar masing-masing jika Adek mau tinggal di rumah.” Jawab Adam. “Entahlah!” Kata Johar datar. “Oia, kamu belum jawab masalah kamu dengan Nico, mengapa kamu menghindari Nico beberapa bulan ini?” tanya Adam dengan nada penuh curiga. “Ada sesuatu kak, tak mungkin Aku menceritakan pada kak Adam” jawab Johar yang membuat Adam semakin penasaran.
            “Yang jelas kalau ngomong dek! Aku tidak mengerti apa yang kamu katakan, mengapa harus ada rahasia di antara kita?” tanya Adam semakin penasaran. “Udahlah kak, Aku bisa menghadapinya kok, Oia tadi kak Vicky sms katanya hari jum’at pagi dia akan pulang, Jadi tidak sabar ingin bertemu dengannya” Jawab Johar sambil berdiri dan menjauh meninggalkan Adam sendiri menuju kelasnya. Hal itu dilakukan untuk menghindar dari pertanyaan Adam yang memojokan dirinya.
            “Hei, Ngapain kalian pagi-pagi sudah ada di sekolah?” Tanya Roy yang berjalan bertiga dengan Alex dan Rendy. “Biasa, Jaga sekolah!” Jawab Johar tersenyum. “Tidak terlalu pagi kok, kalian saja yang datangnya terlalu siang!” Jawab Adam yang berada di belakang Johar. “Oia, Stella gak bareng kalian?” tambah Adam mencari sosok Stella. “Bosen! Selalu Stella, Stella dan Stella yang ditanya tiap kita berjumpa.” Sungut Rendy yang sudah bosan mendengar kata Stella dari mulut Adam beberapa Bulan terakhir sejak Adam dan Stella berpacaran.
            “Haha, Masak Aku mau tanya tentang kalian? Sudah jelas kalian sehat dan berada di depanku” Adam tertawa mendekati Rendy dan merangkulnya kemudian mengacak-ngacak rambutnya. “Maklumlah, kita juga perlu diperhatikan oleh anggota kelompok, jangan Cuma satu orang dong” Tambah Alex tersenyum. “Udah Ah, jangan konyol deh! Sebentar lagi kita sudah di bangku keals dua dan tidak sepantasnya kita bersikap kekanak-kanakan” kata Johar sambil menghindar dari teman-temannya.
            “Hei Jo, mau kemana?” Tanya Rendy. “Ke ruang Olah Raga, mau ambil bola basket” Jawab Johar terus berjalan. Mendengar kata Bola Basket, Rendy dan Roy langsung berlari mengikuti Johar menuju ruang penyimpanan alat-alat olah raga. “Kamu gak ikut Dam?” Tanya Alex yang juga melangkahkan kakinya untuk mengikuti Johar. “Al, Aku mau bicara dengan kamu, kita ke kelas saja!” Ajak Adam terdengar serius.
            “Bicara apa? Di lapangan aja Dam, sekalian bermain basket.” Kata Alex yang sedang bingung untuk mengikuti Johar atau Adam yang sudah menaiki tangga. “Jangan!, Aku ingin membicarakan ini tanpa sepengetahuan Johar, ini menyangkut Johar Al. Ayolah ikut ke kelas!” Adam menarik Alex untuk mengikutinya menuju kelas.
            Ketika berada di dalam kelas yang kosong, Adam mulai melirik arah sekitarnya memastikan tidak ada yang mendengar. “Mau bicara apa Dam? Kayaknya serius banget!” Kata Alex. “Baiklah, pertama Aku mau tanya sesuatu padamu, Aku lihat kalian beruda tidak terlalu akrab sekarang, Akrab sih tapi kurang lepas dan tidak seperti dulu lagi!” Tanya Adam dan membuat Alex bingung untuk menjawabnya.
            “Maksudnya?” Alex memandang Adam. “Kamu dan Johar punya masalah apa?” Tanya Adam serius. “Enggak, tidak ada masalah kok, kamu tahu sendiri kita selalu belajar bersama saat ujian kemarin” Jawab Alex membela diri. “Iya, beberapa minggu ini, sebelumnya kenapa?” Tanya Adam menyudutkan Alex. “Aku gak tahu, mungkin itu Cuma perasaanmu saja, coba kamu tanyakan pada Johar jika jawabanku belum memuaskan! Emang ada apa sih kok curiga banget?” Alex mengkerutkan alisnya dan memandang sinis pada Adam.
            “Gak usah mandang gitu juga Al” Adam tersenyum dan berbalik menjauhi Alex. “Yaudah lupakan saja Al, oia satu pertanyaan lagi, bagaimana info tentang Ayah Johar?” Adam memastikan. “Papa masih mencari informasi ke para relasinya, kata papa Sulit mencari orang hanya bermodal foto masa SMAnya, dan sekarang pasti sudah berubah wajah dan tubuhnya.” Jawab Alex. “Iya juga sih, Aku hanya kasihan pada Johar Al, tadi pagi dia bilang sangat ingin bertemu dengan Ayahnya” Jawab Adam lesu duduk di atas meja.
            “Aku sudah berusaha semampuku Dam, atas saran Vicky kemarin Aku juga memosting di jejaring sosial juga, di video permainan music kalian juga kuselipkan di deskripsi youtube, Entahlah Aku jadi ikut merasa kasihan pada Johar” Jawab Alex sambil duduk di sebelah Adam memandang lantai kelas. “Yaudah Al, yang penting kita semua sudah berusaha kan? Sekarang hanya bisa berdoa kepada Allah atas usaha yang kita lakukan, semoga ada hasilnya.” Adam turun dari meja dan langsung keluar kelas meninggalkan Alex sendiri yang melamun memikirkan Johar.
            Di lapangan basket Johar asyik bermain bola basket bersama beberapa anak lain di sekolah. Di antara mereka ada Roy dan Rendy yang berdiri di pihak lain melawan tim Johar. Ketika Johar memandang ke lantai dua, terlihat Alex yang berdiri memandang ke arahnya. Johar tersenyum melambaikan tangannya guna mengajak Alex bergabung. Alex membalas senyumanya dan hanya memberi kode Ok dan langsung turun menuju lapangan basket. “Kak Adam! ayo main…!” Kata johar ketika melihat Adam melintas di sekitar lapangan Basket. “Timnya udah pas kan? Kamu main aja sendiri” Jawab Adam sambil meringis menghindari silaunya sinar matahari.
            “Ayo Dam, kamu di tim Johar dan Aku di team Roy dan Rendy” Alex menepuk pundak Adam dan langsung masuk ke lapangan basket. “Hei… over pemain nih” jawab Adam sambil melepas tas ranselnya. “Ini hanya permainan kak, bukan pertandingan… Ayo kita cetak skor terbanyak buat ngalahin mereka!” Johar tersenyum sambil memandang ke arah Alex yang berdiri di depan Roy dan Rendy. “Siap menjadi pecundang?” kata Alex tersenyum sinis. “Lihat saja nanti!” Kata Johar sambil  melemparkan Bola ke arah Alex.
            Akhirnya setelah beberapa menit berpanas-panasan bermain basket dan tim Alex memenagkan pertandingannya. Kemudian mereka semua menuju kantin sekolah untuk membeli minuman. “Dek, Nanti pulang ke rumah atau ke kontrakan?” Tanya Adam sambil meneguk minumannya. “Ke kontrakan kak, salam ke mama ya!” Jawab Johar sambil mengipas tubuhnya yang berkeringat. “Yaudah, yang penting malam sabtu dan minggu kamu menginap di rumah Mama seperti biasanya” Jawab Adam.
            “Kenapa sih kamu tidak tinggal bersama Adam saja?” tanya Rendy dengan mimik wajah keheranan. “Ya terserah Johar kan Ren?” jawab Roy ketus. “Heh monyet, Aku gak tanya kamu!” Rendy melempar Roy dengan tisu bekas. “Hahaha… udah-udah nanti berantem beneran!” Johar tertawa melihat tingkah Roy dan Rendy yang selalu tidak Akur. “Yaudah, Ayo kita pulang, semua sudah pada pulang tuh, dan beberapa nilai juga sudah terpampang di papan pengumuman” Ajak Adam sambil melangkahkan keluar dari kantin.
            “Eh Jo, kamu pulang ke kontrakan kan? Aku antar ke kontrakan ya!” Alex mendekati Johar. “Boleh, penghematan biaya Transport” Jawab Johar tersenyum. “Dek, kakak pulang dulu ya! Sampai jumpa besok pagi di sekolah. OK” Kata Adam ketika naik ke angkot menuju arah berbeda dengan Johar. “Iya kak, salam untuk mama!” Jawab Johar yang berdiri sendiri di depan gerbang.
            Ketika angkot yang dinaiki Adam menjauh, tiba-tiba Alex datang dengan motornya dari belakang Johar. “Adam udah pulang?” tanya Alex. “Iya baru saja naik angkot,  mungkin mumpung ada angkot lewat Al jadi gak nunggu kamu disini, Oia jadi nganter Aku nggak?” tanya Johar. “Ayo naik! Kita lewat jalan alternatif aja ya, soalnya kamu gak ada helm dan di waktu seperti ini pak sulipi bergentayangan” Kata Alex dan langsung melajukan motornya. “Heh, pak polisi bukan sulipi” Johar memprotes Alex sambil tertawa. “Hahaha… Kalau pilisi itu yang bener-bener mengayomi masyarakat, kalau pak sulipi itu yang meresahkan masyarakat” Kata Alex tertawa dan terus melajukan motornya menuju kontrakan Johar.
            Setibanya di rumah konrakan, Johar bertemu dengan Yudi yang sedang duduk di ruang tamu. “Mana Adam Jo?” Tanya Yudi yang mendapati Johar datang dengan Alex. “Kak Adam  malam ini nginep di rumahnya mas!” Jawab Johar yang terlihat sangat kelelahan. “Loh kamu gak ke sana juga Jo?” Tanya Yudi yang duduk di ruang tamu. “Nggak mas, Jo tidur di sini aja.” jawab Johar sambil duduk di ruang tamu. “Yaudah, Aku berangkat dulu Jo, Oia kalau Nico datang, suruh Nico buat bayar tagihan listrik bulan ini! Uangnya sudah ada di lemari.” Kata Yudi dan langsung keluar menuju terminal. “Ok, Mas!” jawab Johar sambil berdiri dari duduknya.
            “Al, Aku capek banget pengen rebahan di kasur!” Kata Johar sambil menggerak-gerakan tangannya. “Yaudah sana kau istirahat aja!” Jawab Alex. “Terus kamu gak mau pulang?” Tanya Johar heran. “Tadi Aku sudah bilang kan? Mama dan Papa lagi ke luar kota. Jadi di rumah hanya ada pembantu, kamu gak kasihan sama Aku?” Kata Alex memelas. “Yaudah, Ayo ke kamar aja Al, atau lebih baik kamu di ruang tamu aja!” Kata Johar sambil berdiri mendekati kamarnya.
            “Yah… masak Aku sendirian? Percuma dong Aku disini yang bertujuan mencari teman!” Kata Alex mengikuti Johar. “Yaudah, di kamar aja Al, kamu bisa main gitar atau mijitin Aku. Hehehe” Johar tertawa sambil berbaring di atas kasur. “Emang kamu sakit Jo? Kok minta dipijitin?” Tanya Alex tersenyum. “Iya Al, leher dan punggungku sakit semua, gara-gara olah raga tadi itu. Maklum lah lama gak berolah raga. hehehe” Jawab Johar sambil tertawa lemas.
            “Sini Aku pijitin!” Alex langsung meraih betis Johar dan memijitnya. “Sebentar, ini gratis kan?” tanya Johar sambil tertawa melihat Alex. “Kalau gak gratis kamu gak mungkin bisa membayarnya karena harga pijitanku paling mahal di dunia ini” Alex tertawa dan terus memijat betis Johar. “Alhamdulillah kalau gratis. Terusin yah. Hehehe” kata Johar dan membenarkan posisinya lagi.
            “Yaudah, Buat kamu apa aja boleh” Kata Alex. “Awas kalau macem-macem!” Johar berbalik lagi. “Iya nih Orang… berbaring dan rilex aja lah! Curiga terus!” Alex memaksa Johar untuk tidur. Alex memijat Johar dengan lembut di bagian leher dan punggungnya. Hingga beberapa menit kemudian, Johar minta ijin untuk membuka baju. “Al Aku buka Baju dulu, gerah banget!” Kata Johar. Alex menghentikan pijatannya dan melihat ke arah Johar yang berusaha duduk dan melepas bajunya. “Ya ampun, Baju kamu juga basah tuh!” Kata Johar melihat baju Alex yang basah.
            “Aku tahan mulai tadi Jo, takutnya kamu berburuk sangka lagi padaku!” Kata Alex sambil mengelap titik keringat di keningnya. “Yah, nggak juga Al… Buka Aja baju kamu! Oia, Kalau capek udahan mijitnya!" Kata Johar dan kembali telungkup. “Enak aja udahan, kalau udah nyaman jangan lupa gantian mijitin Aku” Alex menekan kepala Johar. “Oalah, Aku pikir gratis ternyata minta gantian! Tapi jangan sekarang ya Al Aku bener-bener sangat lelah” kata Johar yang berbaring telungkup di atas kasur.
            “Yaudah, kamu istirahat aja Jo” Alex berdiri dan mendekati jendela untuk menikmati udara yang berhembus. Ketika melihat Johar yang berbaring di atas kasur Alex mengunci pandangannya pada Johar yang berbaring kelelahan. “Lihat apa Al?” tanya Johar yang tiba-tiba memergoki Alex yang melamun memandangnya. “Masih aja perhatikan Aku kamu Jo, Gak mungkin Aku macem-macem lagu, kamu tidur aja!” Jawab Alex. “Hehe, enggak kok Al, Aku tidak memikirkan buruk tentang kamu, karena Aku lebih nyaman bersama kamu kok” kata Johar. “Nyaman? Maksudnya?” Tanya Alex heran. Johar tidak menjawab dan memilih untuk diam dan akhirnya dia terlelap dalam tidurnya.
            Udara yang berhembus tidak dapat menghilangkan gerah di tubuh Alex. Keringat bercucuran dan membuatnya sedikit mengkilat. Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu kamar Johar. “Jo, ada orang tuh” Alex mencoba membangunkan Johar, namun Johar tidak bangun dari tidurnya. Terpaksa Alex membuka pintu sedikit dan melihat siapa berada di luar. “Heh, ngapain kamu disini?” kata Nico yang mendorong pintu kamar Johar dan membuat Alex sedikit terpental.
“Kalian berdua ngapain sih? Berduaan di kamar sama-sama gak pake baju! Kalian mesum di rumah ini ya?” Suara Nico membangunkan Johar. “Ada apa Nic?” tanya Johar kaget sambil mengusap wajahnya. “Kamu mesum dengan orang ini Jo?” Nico mendekati Johar. Wajah Nico terlihat sangat marah dan membuat Johar kebingungan. “Apa yang kamu katakan Nic? Kamu jangan salah sangka dulu!” Johar mencoba menjelaskan pada Nico. “Iya Nic, kami tidak melakukan apa-apa!” Tambah Alex.
            “Heh, kamu ini hanya tamu di sini, jangan banyak bicara!” Kata Nico berbalik mendekati Alex. “Aku memang tamu, tapi tak sepantasnya kamu berburuk sangka Nic” Alex terus mencoba memberikan penjelasan pada Nico. “Diam!” Bentak Nico pada Alex. “Heh Nic, mau kamu itu apa? Kamu cemburu? Cemburu kalau Alex ada di kamarku? Ok Aku dan Alex barusan melakukan sesuatu yang belum pernah kau lakukan denganku!” Johar marah pada Nico. “Jo…!” Alex mencoba menenangkan Johar yang terpancing oleh ulah Nico.
            “Oh, kamu lebih memilihnya daripada memilihku Jo? Aku tahu kamu sebenarnya homo Jo, dasar laki-laki munafik bilang saja kalau kamu tidak mau denganku gara-gara Aku miskin kan? Sekarang Aku tahu, bahwa sebenarnya kamu itu gila harta Jo” Nico mencerca Johar. “Maksud kamu? Kalu bicara hati-hati Nic” Tanya Johar heran dan berdiri. “Kamu memilih orang ini karena dia kaya kan? Kamu lebih memilih tinggal dengan Adam karena Adam sekarang sudah kaya kan?” kata Nico menatap Johar.
            “Gila kamu Nic, sudah gak waras! Al ayo kita keluar aja, jangan hiraukan dia yang sudah tak waras!” Johar mengambil kaosnya yang ada di bawah kakinya. Alex juga meraih bajunya yang ada di dekat Nico dan mereka berdua langsung keluar dari kamar. Ketika Alex mengikuti Johar dari belakang, Nico meraih Ballpoint yang berada di atas meja Kamar Johar dan langsung menusukan ke punggung Alex. “Ahh…!” Alex mengeluh kesakitan dan memegang luka di punggungnya. “Kenapa Al?” Tanya Johar dan terkejut melihat punggung Alex yang menancap Ballpoin.
            “Bangsat!” Johar memegang krah baju Nico dan memukul Nico tepat di wajahnya. “Sudah Jo!” Alex memaksa Johar dan menariknya keluar. “Bajingan kau Nic! Setan!” Johar terus membentak Nico dan memukulnya. “Jo cukup! malu kalau di dengar tetangga!” Alex meringis memegang pundaknya dan melihat Nico yang menunduk tak berdaya menutupi wajahnya. “Kamu tidak apa-apa kan? Coba kulihat lukamu!” Kata Johar di ruang tamu. “Nyilu dan sedikit perih, tidak seharusnya kamu seperti itu ke Nico” jawab Alex dengan wajah kesal.
            “Biarin Al, sekali-kali dia pantas mendapatkannya.” Jawab Johar sambil memeriksa luka di punggung Alex. “Kamu keterlaluan Jo!” Jawab Alex ketus. “Yaudah, kita ke dokter Al dan jangan bahas anak itu lagi!” Kata Johar panik menarik Alex ke depan rumah. “Bagaimana dengan Nico? Kamu lihat kan darah yang keluar dari hidungnya tadi?” Alex menjadi khawatir. “Sudahlah, kamu maunya apa sih Al? Jangan buat Aku kesal padamu!” Kata Johar sambil mengerutkan alisnya.
“Maaf Jo, Kamu bisa bawa motor kan?” Kata Alex langsung mengalihkan arah pembicaraanya “Bisa Al, biar Aku yang bawa motor kamu! Di dekat sini ada dokter kok” Kata Johar sambil menaiki motor Alex. Akhirnya Johar membawa Alex menuju dokter yang tidak jauh dari tempat mereka. Dokter banyak tanya mengenai luka yang ada di punggung Alex, “Kenapa ini? Kena paku?” tanya Dokter sambil membersihkan luka di punggung Alex.
            “Bukan Dok, tadi kena plastik… saya kurang hati-hati!” jawab Alex sambil meringis kesakitan. “Kalau memang plastik, tidak masalah, tapi luka ini agak lama sembuhnya, jangan terlalu sering kena air dan selalu jaga kebersihan dan rajin ganti kain kasanya!” Jawab Dokter sambil membalut Luka Alex. “Tidak masalah kan dok? Takutnya ada benda yang tertinggal di dalamnya!” kata Johar memastikan. “Sudah saya periksa, tidak ada yang tersisa di lukanya, hanya pendarahan ringan aja!” Jawab Dokter ramah.
            Setelah ke dokter, Johar membawa Alex menuju rumahnya. “Jo, sekarang kamu mau kemana?” Tanya Alex ketika Johar memarkir motor Alex di depan garasinya. “Mungkin Aku ke rumah kak Adam aja, Sudah saatnya kami menetap di rumah itu.” jawab Johar lemas sambil duduk di teras rumah. “Yaudah, ayo masuk dulu Jo! Oia, kejadian ini jangan sampai ada yang tahu ya! Bisa jadi masalah serius nantinya.” Kata Alex yang duduk di samping Johar. “Aku tahu kok! Maaf Al tadi itu salahku! Andai saja Aku bilang pada kamu apa yang terjadi antara Aku dan Nico, dan Andai saja Aku tidak mengatakan kalau kamu adalah kekasihku, kamu tidak akan seperti ini Al” Kata Johar pelan.
            “Sudahlah, meski tadi hanya bo’ongan Aku sangat seneng kok mendengarnya!” Alex tersenyum meletakan tangannya di atas tangan Johar. Johar menarik tangannya dan merubah arah pembicaraan. “Oia, kamu nggak mau ngajak Aku masuk dan memberi minum atau apa gitu?” Tanya Johar sambil berdiri dari kursi di teras rumah. “Hahaha, yaudah Ayo masuk Jo, kamu sudah hubungi Adam kalau kamu ada disini?” tanya Alex sambil menyentuh punggung Johar dan sedikit mendorongnya masuk ke rumah. “Nanti saja Al” Kata Johar.
            Beberapa jam berlalu, setelah makan di rumah Alex johar mendapati ponselnya berdering. “Kak Adam Al” Kata Johar sambil mengangkat panggilan Adam. “Iya kak, Aku di rumah Alex nih…! Kalau tidak keberatan bisa jemput di rumah Alex? Kalau gak bisa tunggu saja di kontrakan!” kata Johar. “Yaudah, Aku kesana dek, mumpung Pak Joni tidak sibuk!” Jawab Adam di ujung telefon. “Yaudah kak, Aku tunggu sekarang!” Johar langsung mengakhiri sambungan telefonnya.
            “Adam mau kesini?” tanya Alex khawatir. “Kok khawatir gitu Al?” Tanya Johar heran. “Jangan ceritakan masalah ini ya Jo! Pada siapa pun tak terkecuali Adam” Kata Alex memohon. “Iya, tidak mungkin juga Aku akan menceritakannya! Kamu tenang aja Al semua akan baik-baik saja setelah Aku pergi dari kontrakan itu masalahnya pasti akan menguap begitu saja” Jawab Johar.
            “Bagaimana lukamu Al? masih terasa sakit?” tanya Johar. “Masih Jo, perih dan agak panas!” jawab Alex sambil meringis. “Terus siapa yang akan mengganti perban itu Al?” Tanya Johar khawatir. “Ya kamulah, siapa lagi? Tak mungkin aku minta bantuan mama atau papa, pasti mereka akan banyak tanya nantinya” Jawab Alex merengut. “Hah? Aku harus datang ke sini setiap hari mengganti perban itu? Macam perawat saja!” Tukas Johar. “Ya Nggak Juga Jo, Gantinya bisa di sekolah kan? Di toilet atau di UKS!” Saran Alex. “Oh… yaudah kalau gitu, kamu bawa aja perlengkapannya dan Aku akan mengganti perban di punggung kamu” Johar mengiyakan saran Alex.
            Akhirnya Adam datang ke rumah Alex, Adam tidak mau berlama-lama dan segera berpamitan. “Al, Aku balik dulu ya! Sudah hampir maghrib dan harus cepat pulang ke rumah!” kata Adam. “Yaudah kalian berdua hati-hati ya!” Alex mengantar mereka hingga depan gerbang. Di perjalanan pulang Johar tidak banyak bicara, dia hanya diam memikirkan apa yang akan terjadi ketika dia bertemu dengan Nico nanti. Berkali-kali Adam mengajak Johar berbicara namun Johar menjawabnya dengan singkat dan tak bersemangat. Ada sedikit curiga pada diri Adam. “Dek, kenapa suram gitu?” tanya Adam memandang Johar. “Enggak kok, Oia kak mulai malam ini kita pamit ke mas Yudi dan Nico ya! Sudah saatnya kita meninggalkan rumah itu!” kata Johar.
            “Akhirnya, kamu mau juga tinggal di rumah mama bersama kakak! Yaudah barang-barang yang masih ada di kamar kita itu bawa aja dek, sebagian punya kakak udah ada di rumah kok!” jawab Adam.
            Setibanya di rumah kontrakan, Johar tidak mendapati Nico, hanya ada Yudi yang sedang memainkan gitarnya. “Assalamualaikum mas!” kata Adam. “Walaikum salam, kalian darimana? Katanya sekarang mau menginap di rumah mamamu Dam?” tanya Yudi. “Iya mas, begini mas Yudi… Mungkin kami berdua tidak akan tinggal di rumah ini lagi. tapi kami akan sering berkunjung ke rumah ini mas!” Adam menghentikan pembicaraannya ketika Yudi mulai menghentikan permainan gitarnya.
            “Yaudah Dam, sebaiknya kalian tinggal di rumah itu, tapi jangan lupakan saudara-saurdaramu yang disini” Yudi tersenyum. “Pastinya mas, Mas Yudi banyak membantu, ntah kalau kami tidak bertemu dengan mas Yudi mungkin kami tidak akan seperti ini” kata Adam yang juga tersenyum. “Iya mas, Aku juga mau bilang banyak terimakasih dan memohon maaf yang sebesar-besarnya pada Mas Yudi, karena sebelumnya selalu berburuk sangka” Tambah Johar. “Hahaha, karena Aku pengamen kan? Itu kan dulu Jo! Oia kalian gak mau nunggu Nico dulu?” tanya Yudi.
            “Iya, Nico kemana Mas?” Tanya Adam. “Belum pulang Dam,  sebentar lagi pasti dia pulang kok!” jawab Yudi sambil membakar ujung rokoknya. “Yaudah mas, sekalian kami mengemasi barang-barang ya!” Adam berdiri menuju kamarnya. Johar mengikuti Adam dan langsung mengemasi barang-barang milik mereka. “Dek, karpet kamar biarkan di sini aja ya! Bawa buku dan baju kita aja dek!” kata Adam mengingatkan Johar. “Oia, biar kakak yang bawa ini ke depan gang ya! Sambil mengingatkan Pak Joni untuk bersabar!” kata Adam dan langsung keluar membawa barang-barangnya.
            Ketika Adam berada di luar rumah, dia berpapasan dengan Nico yang terlihat cak-acakan. “Hei Nic, darimana aja? Kami akan pindahan mulai malam ini!” sapa Adam ketika berpapasan dengan Nico. “Johar juga ikut?” tanya Nico heran. “Itu rencana Johar, dan dia yang ingin cepat-cepat tinggal di rumah, itu Johar ada di kamar lagi beres-beres, Oia… kenapa muka kamu? Berantem Nic?” Adam sedikit heran melihat plipis Nico lebam. “Tidak, Aku terpelesat di kamar mandi Kak! Yaudah Aku kesana dulu ya” jawab Nico dan langsung berjalan menujuu rumah.
            Mendengar penjelasan Nico tentang luka lebam di plipisnya membuat Adam kurang yakin jika luka itu akibat jatuh. Adam memiliki keyakinan bahwa luka yang didapat adalah luka pukulan dan  terlihat ada warna biru lebam disekitar mata Nico. Adam pun menyangkut pautkan akan kurang dekatnya hubungan Nico dan Johar serta keputusan Johar yang terkesan terburu-buru untuk pindah rumah. Namun Adam lebih memilih berpositif thinking dan tidak terlalu memikirkan hal aneh tentang Johar dan Nico.
            Di dalam rumah, ketika Nico masuk ke ruang, Yudi langsung menyapa Nico “Nic, darimana aja kamu?” tanya Yudi pada Nico. “Dari jalanan mas!” jawab Nico datar dan langsung melangkahkan kaki menuju kamar Johar. “Sebentar, kamu kenapa? Berantem sama siapa kamu?” Tanya Yudi Heran. “Bukan Mas, tadi Aku terjatuh di kamar mandi!” Nico menutupi plipisnya. “Oh, makanya hati-hati ya!” Kata Yudi dan melanjutkan bermain gitar.
Nico pun masuk ke kamar Johar dan mendapati Johar sedang memasukan beberapa barang ke dalam ranselnya. “Kamu mau pergi dari rumah ini?” tanya Nico memegang pundak Johar. Johar masih marah pada Nico dan menepis pegangan tangannya. “Bukan urusanmu lagi, Oia Terimakasih selama ini kamu sudah menjadi bagian dalam hidup kami, menjadi saudara kami dan banyak membantu kami! Satu lagi, terimakasih untuk ilmu yang kau berikan!” kata Johar memasukan beberapa pakaiannya ke ransel.
            Nico tak menjawabnya dan langsung memeluk Johar dari belakang. “Maafkan Aku Jo!” suara Nico pelan. “Lepaskan Nic!” kata Johar pelan dan berusaha melepas pelukan Nico. “Jangan macem-macem Nic, otak kamu itu sudah gak waras!” Johar mengecilkan suaranya dan heran melihat plipis Nico yang berwarna biru. “Aku sayang kamu Jo!” kata Nico yang juga pelan. Johar terdiam sejenak memandang Nico yang terlihat sangat tulus. “Maaf Nic” Jawab Johar dan langsung keluar membawa ranselnya.
            “Mas, Kak Adam masih di luar ya?” tanya Johar sambil duduk di samping Yudi. Johar memilih untuk menunggu Adam di ruang tamu karena menurutnya ruang tamu yang ada Yudi merupakan tempat aman dari Nico. Ketika Adam datang, mereka berdua langsung berpamitan kepada Nico dan Yudi. “Nic, terimakasih atas kebaikanmu selama ini ma’afin Adam jika punya banyak salah!” Kata Adam berjabat tangan dengan Nico. “Iya kak, Nico juga minta maaf jika punya salah” Nico memeluk Adam dengan erat.
            “Aku akan kesini lagi kok, jangan terlalu bersedih Nic” kata Adam sambil tersenyum. “Aku juga berterimakasih pada kamu Nic, terimakasih atas semua kebaikanmu” Kata Johar yang ragu menjulurkan tangannya. “Nico juga minta maaf Jo!” Kata Nico dan berusaha memeluk Johar. Tidak ada pilihan selain merangkul Nico dan menepuk punggungnya. “Aku tidak akan menyerah!” bisik Nico di telinga Johar. Johar pun langsung melepas pelukan Nico dan berusaha bersikap biasa. “Yaudah, kami pamit dulu ya!” kata Adam dan mereka pun pergi dari rumah Yudi dan Nico.
            Ketika berada di perjalanan menuju rumah, Johar memikirkan Nico, di dalam pikirannya hanya Nico dan bekas pukulan di plipisnya. Johar merasa terlalu berlebihan bersikap menghadapi Nico. Dan rasa sesal pun datang menghantuinya. “Maafkan Aku Nic, tadi Aku emosi dan tidak bisa mengontrol diri! Sekarang kamu pasti kesakitan” kata Johar di dalam hatinya. “Dek… Kok sering melamun sih?” tanya Adam ketika mereka berhenti di depan rumah. “Eh, sudah sampai ya kak? Maaf Johar kecapean kak jadi keseringan melamun. hehehe!” jawab Johar  dan langsung keluar dari mobil.
            “Yaudah, setelah sholat dan makan, sebaiknya kamu tidur aja dek” Saran Adam mendekati Johar. “Iya kak, Sebaiknya begitu biar tidak sakit kan?” Johar tersenyum dan melangkahkan kakinya menuju pintu rumah. Ketika mereka berdua masuk ke dalam rumah, mama Adam menyambutnya dengan sangat bahagia. “Akhirnya, Anak-anakku tinggal disini dan berkumpul bersama!” kata Mama Adam sambil mendekati mereka berdua.
            “Assalamualaikum Ma” kata Adam tersenyum. “Walaikumsalam, eh mama sudah masak enak malam ini. Kalian pasti lapar kan?” Mama Adam membantu membawakan koper milik Adam. “Kami belum sholat ma, sebentar lagi maghrib udah lewat! Kami sholat dulu aja.. Oia biar kami yang bawa barang-barang kami! Ini berat loh.” Kata Adam meraih koper miliknya dan Menuju lantai dua. “Permisi Ma” Johar tersenyum mengikuti Adam dari belakang dan hal itu membuat Mama Adam tersenyum bahagia.
Malam itu adalah malam yang sangat membahagiakan bagi Adam dan Mamanya karena Johar sudah tinggal bersama mereka, tidak seperti yang dirasakan Johar yang sedang kalut, dia lebih memilih untuk tiduran di kamar sendiri daripada duduk dengan Mama Adam menonton acara televisi. Masih banyak hal yang Johar pikirkan, yang terpenting baginya adalah mendapatkan kebahagiaan dan menemukan ayahnya. Merasa sedih dan butuh teman untuk mengobrol, Johar teringat Alex yang sedang sakit, dia selalu memikirkan luka di punggung Alex.
Mengingat luka itu membuat Johar semakin tidak suka pada Nico, Nico yang selama ini ada untuknya ternyata dia orang yang nekad dan sangat ambisius. Namun di hati kecil Johar, dia merasa bersalah pada Nico. Melihat luka lebam di pelipis Nico menggambarkan betapa berlebihan tindakannya pada Nico. “Apa dosaku, mengapa orang-orang didekatku menjadi kesakitan begini?” Kata Johar dalam hatinya dan terus gelisah di tempat tidur.
Ketika meraih ponselnya, Johar langsung mencari nama seseorang yakni Vicky. Dia mengirim sms ke Vicky sekedar menanyakan kabar, dan ketika mendapat balasan dari Vicky wajahnya langsung bahagia. Malam itu Johar menghabiskan malamnya dengan ber-sms dengan Vicky.
****
            Ke esokan harinya, Adam dan Johar tiba di sekolah agak siang, karena hari itu adalah hari terakhir mereka datang ke sekolah untuk mengambil undangan pengambilan raport kenaikan kelas. Ketika memasuki gerbang sekolah, keduanya bertemu dengan Stella dan Roy yang datang menggunakan motor. “Baru datang juga?” Tanya Roy berhenti di dekat Adam dan Johar. Adam tersenyum dan berkata, “Iya Roy, sebenarnya mau lebih siang lagi, tapi nih anak buru-buru banget pengen ke sekolah.” Adam menyenggol bahu Johar pelan.
            “Oh, berarti sama seperti nyonya Adam ini” Jawab Roy sambil tertawa melirik Stella yang sudah turun dari motor Roy. “Hehehe… ini kan hari terakhir sebelum libur panjang nanti, jadi pengennya berlama-lama berkumpul dengan teman-teman!” Stella tertawa kecil. “Bukannya tidak ingin waktu terbuang sia-sia tanpa adanya kak Adam nih?” Johar meledek Stella dan berhasil membuatnya tersipu malu. “Apaan sih nih anak, yaudah ayo kita masuk.. Oia, Alex dan Rendy udah datang belum?” Tanya  Adam. “Rendy bilang agak siangan, kalau Alex sepertinya belum datang, motornya aja tidak ada” Jawab Roy sambil memarkir Motornya.
            “Eh Aku ke toilet dulu ya! Kebelet pipis” kata Johar dan langsung berlari ke arah toilet. “Aneh, tidak seperti biasanya anak itu ke toilet pagi-pagi seperti ini” kata Adam dan terus berjalan menuju tempat favorit mereka yakni di depan perpustakaan. “Yah, mungkin banyak minum air Dam, yaudah kita tunggu Alex disini aja” jawab Roy sambil duduk di depan perpustakaan.
            Di dalam toilet Johar menemui Alex yang sejak pagi sudah menunggunya. “Lama banget! Aku merasa lukanya semakin parah Jo, Rasa sakitnya tidak hilang.” Kata Alex dan langsung berdiri di wash tofel. “Maaf Al, Aku sudah berusaha berangkat pagi kok, oia mana peralatannya biar Aku ganti perbannya!” Kata johar sambil mencuci tangannya. “Nih, lakukan dengan cepat dan segera kembali pada teman-teman dan ajak mereka ke dalam kelas” kata Alex sambil menjulurkan kotak berisi keperluan untuk menggantik perban Alex.
            “Kamu mandi Al?” tanya Johar. “Enggaklah, kan tidak boleh kena air” Jawab Alex sambil meringis ketika perban di punggungnya dibuka. “Pantesan!” jawab Johar terkekeh. “kenapa bau ya? Itu derita kamu Jo!” Adam tertawa kecil dan sesekali meringis menahan rasa perih ketika Johar membersihkan lukan Alex. “Enggak kok, Aku hanya merasa bahwa parfum yang kamu pakai ini terlalu banyak dan wanginya minta ampun. Ketahuan kalau gak mandi” jawab Johar sambil tersenyum dan terus mengobati luka Alex.
            “Syukurlah kalau begitu, daripada bau nanti cewek-cewek gak ada yang melirik lagi” Jawab Alex datar. “Emang doyan cewek?” tanya Johar sambil menekan luka Alex dan berhasil membuat Alex meringis kesakitan. “Aseeem, hati-hati Jo!” Tukas Alex. “Ini juga hati-hati kok, Ok, udah selesai” Kata Johar dan membantu Alex memakaikan seragamnya. “Oia, emang kamu suka cewek Al?”Johar menanyakan pertanyaan yang belum dijawab oleh Alex. “Kenapa? Cemburu ya?” Kata Alex tertawa melihat Johar. “Stress…!” Kata Johar sambil mentoyor kening Alex dan keluar dari toilet. Alex hanya tertawa dan membereskan ranselnya sambil melihat Johar dari pintu toilet.
            Tak jauh dari toilet Johar berhenti ketika ada suara memanggil namanya. “Jo… Tunggu sebentar” suara seorang gadis menghentikan langkahnya. Johar heran melihat gadis yang tidak dikenalnya berlari menuju dirinya yang mematung. “Syukurlah Aku bertemu denganmu” kata Gadis bernama Rista itu. “Rista?” Kata Johar pelan. “Kamu kenal Aku?” Rista tersenyum bahagia. “Itu di dada kamu jelas terpampang nama kamu” Johar menggerakan melihat ke nama di seragam Rista.
            “Oh, Aku kira kamu kenal Jo” Jawab Rista malu-malu. “Yaudah, kalau hanya mau bicara ayo bergabung dengan teman-temanku disana, Aku sudah ditunggu.” Kata Johar dan langsung membalikan badannya. “Eh, sebentar… Aku hanya mau ngasih ini sama kamu” kata Rista menjulurkan sebuah amplop berwarna biru muda. “Apa ini?” Johar heran tanpa menerima Amplop itu. “Ini undangan buat kamu dan teman-temanmu Jo, datang ya!” kata Rista sambil menempelkan undangan ke tangan Johar. “Oh, InsyaAllah dan terimakasih atas undangannya ya, Sorry Aku harus ke depan perpustakaan.” Kata Johar tersenyum dan berpamitan kepada Rista. “Datang ya! Ajak semua teman-teman kamu itu” Rista membalas senyuman dari Johar dan berjalan membelakangi Johar.
            “Heh… Lama banget ke toiletnya!” Tukas Roy ketika Johar tiba di depan perpustakaan. “Maaf, tadi Aku bertemu seseorang di belakang sana” Jawab Johar sambil duduk di sebelah Roy. “Siapa Jo?” tanya Adam heran. “Namanya Rista, Aku belum pernah melihatnya sebelumnya, sepertinya dia bukan dari kelas kita kak, Nih Undangan darinya, satu undangan untuk kita semua!” kata Johar sambil menjulurkan undangan ke arah Adam. “Rista Oktaviana?” Roy heran membaca nama diundangan itu.
            “Kamu kenal?” Tanya Johar heran. “Hahaha… Aku sih tahu nih orang, bahkan Stella dan Alex tahu siapa nih anak” Kata Roy tertawa sambil melihat ke arah Rendy yang sedikit gelisah. “Siapa sih?” Desak Adam penasaran. “Ehemmm, Kalau pacaran dengan Rista pasti bangganya minta ampun dia itu cewek tercantik di sekolah ini” Jawab Roy dengan nada berlebihan. “Oia, ah paling juga cantikan Stella” Jawab Johar sambil tersenyum ke arah Stella. “Enggak kok kak, Rista itu bener-bener cantik, dan itu menjadi cinta pertama rendy di sekolah ini” Jawab Stella sambil melirik Rendy.
            “Hahaha, Stella langsung buka Aib nih” Kata Roy tertawa. “Itu dulu ya, sekarang Aku sudah tidak tertarik lagi pada Rista” Sungut Rendy. “Hadeeeh… bilang gitu karena dulu pernah ditolak kan?” Ledek Roy dan berhasil membuat Rendy sedikit kesal. “Eh Monyet… Aku belum mengatakan cinta padanya dan rasa itu juga sudah hilang” Kata Rendy sambil melempar roy dengan daun kering.
            “Sudah, ngapain bahas tuh anak? Kalau mau datang saja ke pesta ulang tahunnya besok malam!” kata Johar dan langsung berdiri berjalan menuju kelas. “Kemana Jo?” tanya Adam. “Ke kelas, Ini kan hari terakhir kita masuk kelas itu Kak, Aku pengen bernostalgia mengingat satu tahun terakhir” Kata Johar sambil tertawa memamerkan susunan giginya. “Bener banget, Ayo kita ke kelas aja! Di sini juga agak panas” Kata Rendy mengikuti Johar. “Panas karena diledekin ya?” Kata Roy yang juga berjalan menuju kelas dan diikuti oleh Adam dan Stella di belakang mereka.
            Tak berapa lama ketika mereka duduk dan bercanda di dalam kelas, tiba-tiba Alex datang bergabung. “hei, nagapai ke sekolah jam segini? Sebentar lagi juga sudah pulang kan?” Ledek Adam. “Kalau Aku tidak datang siapa yang mau ambil undangan untuk orang tua?” tukas Alex sambil duduk di meja dekat pintu. “Loh kok jutex gitu Al?” tanya Stella yang tidak suka dengan cara berbicara Alex pada Adam. “Maaf Stell, bukan maksudku untuk berbicara seperti itu kok, maaf ya Dam” Alex langsung mendekati teman-temannya dan meminta maaf.
            “Oia, kita diundang untuk datang ke pesta ulang tahun Rista besok malam” Kata Roy bersemangat. “Aku sudah Tahu” Jawab Alex datar. “Loh darimana kamu tahu? Padahal baru tadi pagi Johar mendapatkan undangan dari Rista loh” Roy melihat ke arah Johar. “Eh, maksudku Aku tahu kalau itu undangannya” Kata Alex menunjuk undangan yang masih di tangan Roy. “Oh Aku pikir kamu sama seperti Johar, mendapat kesempatan bertegur sapa dengan Rista, Eh Jo, Sikat Aja tuh Rista” kata Roy bersemangat.
            “Bukan tipeku, Aku mau yang sederhana dan berjilbab” Jawab Johar datar. “Tapi itu cantik dan kaya loh” Roy masih berusaha membela Rista. “Kalau Johar tidak mau, kenapa kamu yang maksa Roy?” tuka Alex yang tidak suka. “Eh, sebentar… kenapa kamu sensi gitu Al? jangan-jangan kamu suka Rista ya?” ledek Roy. “Eh nih anak crewet banget, semua orang dijodohin ke satu orang, kamu sendiri juga suka kan?” Rendy juga menjadi kesal dengan ulah Roy. “Hahaha, kalian semua kok sewot gitu sih? Ampun deh daripada dikroyok kalian mending Aku diam” Kata Roy sambil terkekeh.
            “Sudah, gak usah ribut… kita sudah diundang besok malam, semua terserah Johar. Kalau Johar hadir kita juga hadir, kalau enggak yaudah kita juga gak usah hadir karena undangannya hanya ada satu dan itu diberika pada Johar” kata Adam memberikan opsi untuk semuanya. “Bener banget, mau tidak mau kita ikuti apa yang Johar pilih” tambah Roy yang sependapat dengan Adam. “Bagaimana Jo? Kok diam gitu?” Tanya Stella mengagetkan Johar.
            “Eh, Yaudah daripada Aku malu tidak hadir di acara tersebut mending kita semua hadir aja, Rendy ikut kan?” Tanya Johar dengan nada meledek Rendy. “Kalau ada paksaan Aku ikut kok” Rendy tersenyum dan membuat semua tertawa. “Sorry, Aku tidak tahu bisa datang atau tidak” Alex memotong pembicaraan mereka.”Yaudah, kita berlima saja, tanpa ada Alex juga tidak masalah kan?” Jawab Johar dan membuat semuanya terdiam. “Yaudah, emang terserah Aku kok!” Tukas Alex sedikit kesal dan langsung keluar dari kelas.
            “Kenapa tuh orang?” tanya Adam khwatir. “Nggak tahu, banyak kali” jawab Stella pelan. “Yaudah biarkan dia sendiri saja” tambah Roy dan Rendy hampir bersamaan. “Jo, kamu kenapa sih? Kamu ada masalah dengan Alex? Tanya Adam menyudutkan ohar. “Loh? Kenapa harus Aku kak? Aku tidak ada masalah dengannya dan kakak lihat sendiri bagaimana kita berteman.” Jawab Johar dengan nada agak kesal. “Bukan gitu Jo, sepertinya tingkat emosi kamu dan Alex itu sama, Aku tanya baik-baik kamu jawabnya ketus, Kalau memang ada masalah tolong ceritakan pada kami” Kata Adam pelan.
            “Kak… Aku dan Alex tidak bermasalah, kalau pun sekarang Aku punya masalah… kalian semua tahu kok apa masalahku, Yakni masalah dengan nasib orang tuaku yakni ayahku kak” jawab Johar juga pelan dan pergi meninggalkan mereka berempat. “Haduuu… semuanya kurang kondusif, yaudah ayo kita keruang administrasi saja, minta undangan untuk kita dan segera pulang, kalau lama-lama disini bisa terjadi perang dunia ke tiga” saran Rendy mengajak semuanya menuju ruang administrasi. “Yaudah, sebaiknya kita pulang saja” jawab Adam danlangsung  berdiri bersamaan dengan Stella.
*****
            Ke esokan harinya, Adam dan Johar menunggu mamanya yang datang kesekolah untuk mengambil raposrt kenaikan kelas. Keduanya tidak khawatir akan kenaikan kelasnya, yang membuat keduanya agak khawatir adalah siapa diantara mereka berdua yang lebih unggul. Tepat ketika jam dinding menujukan pukuln 10:00 WIB, Suara mobil mama Adam masuk halaman rumah. Saat itu juga Adam dan Johar bergegas menunggu Mamanya membawakan hasil belajar selama satu semester dari sekolah.
            “Kalian berdua memang membanggakan” kata mama Adam sambil memeluk Adam dan Johar bergantian. “Bagaimana ma?” tanya Adam yang sudah tidak sabar. “Lihat saja sendiri!” Jawab Mama Adam sambil menjulurkan buku raport ke Johar dan Adam. “Alhamdulillah, Aku juara kelas!” Adam sangat gembira melihat ranking di raportnya. “Bener kan, sudah kuduga Aku bakalan kalah” jawab Johar kurang bersemangat membuka raportnya. “Jangan gitu sayang, kalian juara satu dan dua kok, nilainya juga hanya selisih beberearapa poin” Mama Adam menyanjung keduanya. “Hehehe, pastilah Ma… Alhamdulillah Johar hanya bisa dikalahkan oleh kak Adam” Jawab Johar tersenyum pada Adam dan Mamanya.
            SAYA MENYADARI PART INI SEBENARNYA PERLU DIPERBAIKI LAGIIII… Namun Atas kunjungannya saya ucapkan banyak terimakasih, dan maaf jika kurang memuaskan pembaca L, Oia, Silahkan kirim kritik dan sarannya di kolom komentar baik di facebook maupun di Blog… Jangan Lupa, suka tidak suka tetep Minta Like-nya…. :D hAhAha See You in Mengejar Masa Lalu 09.


Comments
18 Comments

18 comments:

  1. Ah bagus ko... g*y nya manly...
    Next part Nico nya banyakin, hahahahha...

    ReplyDelete
    Replies
    1. lebih jelasnya gaynya dikit alias dipaksakan :D hahaha, thanks idans

      Delete
  2. baru baca mon, maaf ya... Tp baguss kog...lanjut lg ya dtunggu...

    ReplyDelete
  3. cerita'y makin keren. Jadi penasaran nich Johar bakal milih siapa, Alex atau Nico? Btw, part 9 kapan niy?

    ReplyDelete
  4. kapan ni part 9 muncul dah ga sabar Ray hehe . . . Lanjudtin yah aku tggu

    ~ ganbatte ~

    ReplyDelete
  5. aku pikir jo mgkn sedikit keterlaluan ke nico. klu emang benar dia ga gay, makanya alex juga ga diladeni.. soalnya nico lebi dulu hadir dlm hidupnya jo ketika kehidupan mrk masi sgt susah. mgkn nico benar, tanpa disedari oleh jo sendiri.

    ReplyDelete
  6. mgkn lebi bahagia klu jo biar jd str8, tp nico ama alex jadian... bisa ga? hahaha

    ReplyDelete
  7. ^_^ tak bisa nerusin nih cerbung... maaf yaaa! :D

    ReplyDelete
  8. mana lanjutannya mas? yg cepat dong updatenya...

    ReplyDelete
  9. mas, ini cerita bagus banget, gw yang gk pernh suka yang namanya baca, gw liat judul cerbung ini dan gw suka, gw baca dr part satu sampe 8, semua tentang kehidupan ada dicerita ini. pergaulan, persahabatan, permusuhan, romansa cinta, air mata, dn semuanya ada. dan kecewa klo selanjutnya n ending dr cerita ini gk ada,, lanjutin mas, lanjutin

    ReplyDelete
  10. Iya lanjutin dong.. Klau pindah update kbari dong..

    ReplyDelete
  11. mana ini RayRow nya..? kok gak dilanjutin, yg punya cp sih admin bilangin dong dilanjutin, kangen sama Nico, Alex, ma Jo :D atau jangan" Adminnya lagi bantuin si Jo Nyari ayahnya Jo..?

    ReplyDelete
  12. Part 9 mana..? awalnya ku mals koment tapi kok klamaan gak ada part 9 nih,, udah setahunann perasaan.

    ReplyDelete
  13. Lanjut mas mantap ceritanya tinggal sedikit lagi.

    ReplyDelete
  14. Lanjut mas mantap ceritanya tinggal sedikit lagi.

    ReplyDelete

Terimakasih atas kunjungannya, besar harapan penulis tolong tinggalkan jejak dalam kolom komentar, terimakasih....