Friday 29 June 2012

Sampai Jumpa Kawan


Sampai Jumpa Kawan


27 Juni 2012 Pukul 01.00 WIB - Mimpi
Sam, ini malam ketiga aku terbangun dari tidurku karena memimpikanmu. Dan lagi-lagi mimpi itu terulang.
Tapi, mimpi kali ini berbeda. Aku dapat menyelesaikannya sebelum akhirnya berteriak dan terjaga dari tidurku.
Aku tak tahu, kenapa mimpi itu selalu datang belakangan ini. Apa mungkin ini akan jadi nyata?
Ya Allah, berikan aku jawabannya. Jika ini hanya bunga tidur, mohon jangan berikan mimpi ini lagi.
Tapi, kalau memang mimpi ini adalah isyarat dari-Mu, mohon berikan hamba kesempatan untuk sekedar mengucapkan selamat tinggal padanya.

Kututup diary ku, dan meletakannya dengan rapih pada posisinya semula. Tanpa sengaja, mata ini melihat bingkai foto yang berdiri tegak diatas meja belajarku. Kupandangi kelima orang, termasuk aku sendiri, tersenyum didalamnya. Ah....mungkin lebih tepat kalau dibilang empat. Difoto ini, bahkan kau tak bisa sebentar saja tersenyum untuk merayakan kemenangan band kita di pentas musik tahun lalu. Kami sudah memaksamu tersenyum saat itu, tapi justru sikap kami yang membuatmu makin kehilangan selera untuk melakukannya. Sam, malah dengan sorot matamu yang terkesan lelah, dan bibir tipismu yang tanpa senyuman, kau makin terlihat menawan. Dan wajah itulah yang akhirnya membuatku menerima tawaran, untuk menjadi vokalis di band kalian.

Ahh...Sam, aku jadi teringat kembali dengan mimpi tadi. Semoga ini memang benar hanya bunga tidur saja. Aku tak sanggup membayangkan saat harus benar-benar mengucapkan selamat tinggal padamu.
Lebih baik aku Tahajud sekarang, semoga Allah segera memberikan jawabannya padaku.

* * * * * * * *

27 Juni 2012 Pukul 06.20 WIB - Di Sekolah
Waktu menunjukkan pukul 06.20, saat kulirik jam dinding yang menempel ditembok kelas tadi.
Aku tersenyum saat melihatmu masuk kedalam kelas dengan jalanmu yang santai, tapi lalu kau berhenti mendadak dan tercengang karena melihatku duduk dikursi sebelahmu.
Tadinya kupikir kau kaget mendengar keputusanku untuk duduk disebelahmu hari ini. Tapi ternyata bukan itu alasannya.
"Loh..tumben pagi-pagi dah dateng Rey? Mimpi apa semalem?"
Itulah perkataanmu saat kau akhirnya menarik kursi, dan duduk disebelahku.
Ah, Sam....seandainya kau tahu, memang karena mimpi semalam lah yang membuatku datang pagi-pagi sekali dan memilih duduk disebelahmu saat ini.

Entahlah, aku merasa kalau mimpi kali ini bukan hanya bunga tidur saja. Selesai Salat Tahajud tadi, aku t'lah memutuskan untuk menemanimu seharian.
Aku tahu, kau takkan suka kuikuti. Karena sebelumnya memang kau tak pernah mau ditemani, dan lebih memilih sendiri, kecuali saat kita harus latihan.
Tapi sepertinya keberuntungan memihakku hari ini. Tak lama setelah duduk, kau berkata padaku kalau hari ini kita akan latihan jam 2 siang nanti. Aku pun langsung mengiyakannya padamu.

Sebenarnya, ingin rasanya aku berbicara banyak dan panjang lebar padamu. Tapi sulit sekali. Selain karena tak tahu harus membahas apa, kau juga bukan tipe orang yang bisa diajak berbicara panjang lebar.
Pada akhirnya, kita sama-sama terdiam dan sibuk mengerjakan tugas sekolah, sampai akhirnya kelas pun ramai karena teman-teman yang lain telah berdatangan.
Saat melirik sekilas kearahmu, aku mendapatimu sedang menatapku. Bukan pandangan heran atau benci yang kutangkap.
Entahlah....sekilas melihat pandanganmu tadi, aku teringat lagi dengan mimpi semalam.

Kau menatapku dengan pandangan tadi, sambil berkata "Maafin gue Rey". Tak ada kata-kata lain. Hanya itu yang kau ucapkan. Tapi kemudian kau memelukku, layaknya memeluk seorang sahabat lama. Erat dan lama sekali. Lalu kau melepaskan pelukanmu, dan berjalan pergi meninggalkanku.

Aku tak sadar kalau ternyata kau masih menatapku, saat aku mencoba mengingat arti pandanganmu didalam mimpi tadi. Aku pun menunduk karena tak tahan lagi dengan tatapanmu itu. Ya....aku tahu sekarang. Apa arti dari pandanganmu itu dan pandanganmu didalam mimpi semalam. Itu pandangan perpisahan. Ya Allah, inikah jawabannya?

* * * * * * * *

27 Juni 2012 Pukul 16.00 WIB - Studio Latihan
"Jabat tanganku, mungkin untuk yang terakhir kali
Kita berbincang, tentang memori di masa itu

Peluk tuuuubuhkuu, usapkan juga air matakuuuu....
Kita teeeeerrrharuuuu, seakan tiada bertemu lagi

Bersenang-senanglah, karna hari ini yang kan kita rindukan
Dihari nantiii, sebuah kisah klasik untuk masa depan

Bersenang-senanglah, karna waktu ini yang kan kita banggakan
Dihari tuaaaa......wooooo.....

Sampai jumpa kawankuuu.....Semoga kita selaluuu...
Menjadi sebuah kisah klasik untuk masa depaaannnn...

Sampai jumpa kawanku....semoga kita selaluuu...
Menjadi sebuah kisah klasik untuk masa depaaaaaannnnn...."

"Oke, cukup Rey.
Sumpah, tadi itu suara lo mellow abisss....Penghayatannya dapet banget.
Asalkan lo bisa bawain lagu kita dengan penghayatan tadi, gue yakin...kita bisa dapet juara lagi,"

"Iya Rey. Keren gila....gue aja tadi maen gitar sampe merinding disco gara-gara denger suara lo,"

"Haha....lebay kalian. Tapi emang bener sih Rey, tadi itu...Awesome.
Gak salah deh bro, kita pilih lo jadi vokalis band kita,"

Aku hanya tersenyum mendengar komentar mereka. Andai saja mereka tahu, kenapa aku bisa menghayati lagu dari Sheila On 7 tadi.
Ah, Sam....kau mungkin tak berkomentar apa-apa tentang suaraku. Tapi, saat selesai bernyanyi tadi, aku sadar kalau kau sedang menatapku dengan pandangan....Ah, aku tak ingin mengatakannya.

Ya Allah, kenapa ini semua bisa kebetulan? Jawaban yang Engkau berikan makin jelas sekarang.
Saat ini, justu aku bertanya pada diriku. Apa aku sudah siap dengan perpisahan?

"Ya udah, pulang yok!!! Udah abis juga nih jam sewa studionya.
Enaknya sekarang kemana ya? Males kalo langsung pulang. Masih sore nih!!"

"Kerumah gue aja. Kebetulan bokap-nyokap lagi keluar kota, jadi rumah kosong," kuharap mereka tak menolak.

"Serius lo? Wah, boleh kalo gitu. Dikamar lo ada PS kan Rey?
Asyik, bisa tanding bola nih kita,"

"Oke, sepakat kalo gitu. Yuk keluar, kita kerumah Rey sekarang.
Sam, lo ngapain masih diem aja dibelakang drum? Ayo cabut!!"

Lagi-lagi aku merasa beruntung hari ini. Aku masih bisa bersama dengan Sam.
Dengan tersenyum, kuikuti mereka yang berjalan keluar studio. Aku memilih berjalan dibelakang Sam. Dengan begini, aku bisa melihat cara berjalannya. Entahlah, aku selalu suka melihat jalannya yang santai.

"Rey, lo sama gue aja. Gue mau taruh motor dulu dirumah. Biar gue ada temen ngobrol sambil jalan kerumah lo,"

"Oh...oke Sam,"

Hmmm...Sam, andai saja tawaran ini berlaku tiap hari.
Rumah kita memang dekat. Tapi sampai sekarang, aku belum punya keberanian untuk mengunjungi rumahmu.

"Guys, kalau gitu...kalian pegang kunci rumah gue. Takut nanti kelamaan nunggu,"

"Oke Rey..."

* * * * * * * *

27 Juni 2012 Pukul 17.00 WIB - Sampai Jumpa Kawan
Sam, sepanjang perjalanan tadi...kita sama-sama terdiam. Aku terlalu sibuk dengan pikiranku sendiri. Kau tahu Sam? Firasatku mengatakan, takkan lama lagi kita akan benar-benar berpisah. Aku....Aku tak tahu lagi Sam. Mudah-mudahan aku bisa ikhlas. Ya Allah, kuatkan hamba.

"Hey, malah bengong!! Ayo, jalan. Yang lain dah pada nunggu,"

"Eh...Iya Sam, sorry. Ayo!"

Saat berjalan disampingmu, aku masih saja tak punya topik menarik yang bisa kujadikan pemancing, agar kau mau berbicara panjang lebar denganku.
Sam, mungkinkah bila kau saja yang memulainya?

"Mmm..Rey.."

"Ya Sam?"

"Bokap-nyokap lo sering keluar kota? Trus, emang dirumah nggak ada pembantu?"

"Hmmm..Lumayan sering sih. Kadang malah keluar negeri.
Bik Inem lagi pulang kampung Sam, bentar lagi kan mau puasa...jadi dia mau kumpul dulu sama keluarganya,"  hey....apa tadi benar kau yang bertanya Sam?

"Ohh...berarti udah biasa ya? Lo anak tunggal kan Rey?"

"Hmmm...biasa sendiri, bukan berarti terbiasa kesepian.
Gue bersyukur dengan keadaan gue sekarang.  Bokap-nyokap bener-bener udah kerja keras buat menghidupi kami. Jasa mereka nggak akan pernah bisa gue bales.
Gue bisa seperti ini karna mereka Sam. Dan tentunya karna Allah. Tapi, bahkan sampai sekarang....gue belum terbiasa kesepian. Padahal gue sering banget sendirian.
Iya Sam, gue anak tunggal. Dan itu nggak bisa jadi alasan, gue akan terbiasa sama yang namanya kesepian,"

Hey, tolong jangan menatapku seperti itu Sam. Sungguh, aku tak kuat melihatnya.

"Rey..."

"Hmm..."

PLukKk....

Tuhan, Sam memelukku sekarang. Ia benar-benar memelukku. Erat sekali.
Badannya hangat sekali, dan Sam.....aku suka sekali dengan aroma tubuhmu.
Aku...Aku tak bisa mengelak lagi.
Sam, aku mencintaimu. Aku benar-benar mencintaimu. Aku tak ingin lagi membohongi perasaanku.
Tapi, ya Allah....pelukan ini....bukankah ini seperti yang didalam........

"Maafin gue Rey....."

Sam, kumohon....
Jangan sampai aku lepas kontrol.....

"Dan mulai sekarang, gue akan berusaha jadi kawan baik lo. Kapanpun lo butuh temen..... Rey, call me," akhirnya kau melepas pelukanmu juga Sam.

Hanya dengan tersenyum, aku bisa membalas tawarannya. Aku tak bisa memandang wajahnya lagi.
Mata ini sudah terasa panas. Aku tahu, sebentar lagi akan ada air yang menetes.

"Eh iya Rey, biasanya kalo gue lagi ngerokok...lo pasti nawarin permen.
Kebetulan gue mau ngerokok, boleh minta permennya? Hehe...buat pengganti rokok,"

"Ya Sam....habis. Tadi belum sempet beli,"

Apa yang harus kulakukan? Aku ingin menangis. Tapi tidak disini, didepanmu Sam.
Ah....bukankah itu.....

"Gue beli dulu deh Sam. Kebetulan ada mini-market tuh disebrang. Lo tunggu sini ya,"

"Eh Rey....."

Aku tak menunggunya selesai bicara. Aku tahu, kau pasti akan menolaknya Sam. Tapi hanya ini caranya agar kau tak melihat air mataku menetes.
Kali ini, aku tak menahannya lagi. Kubiarkan mata ini mengeluarkan airnya yang hangat, sampai aku merasa puas.
Ah....Sam. Tidakkah kau sadar?
Kau lah yang pertama berkata ingin jadi kawan baikku.
Hanya kau yang pernah memelukku dengan erat, selain kedua orang tuaku.
Dan yang terpenting, kau yang tlah membuatku merasakan, apa itu cinta.

Kurasa sudah cukup, aku sudah terlalu lama di toilet ini. Sam pasti menungguku.
Aku haus. Air mineral sepertinya pilihan yang tepat.

"Air mineral aja mas? Ada yang lain?"

Aku tak perhatikan, apa yang dibicarakan kasir itu. Pandanganku kini hanya fokus pada sebuah benda dengan kemasan yang unik tertata rapih dimeja kasir.

"Mmm...Mba, sama itu deh, Lolipopnya dua,"

Aku terus memandangi Lolipop yang kini dengan eratnya kupegang, saat keluar dari mini-market tadi.
Kemasannya unik. Aku suka. Semoga kau juga Sam.

"REYYYYYY......REYYYY....!!!!!

Hey, tak perlu berteriak Sam. Aku sedang kearahmu sekarang.
Ah...Sam, kini kau malah melambai.
Dengan tersenyum, akupun balas melambainya. Aku mencintaimu Sam. Benar-benar mencintaimu.
Saat berjalan kearahmu, aku tak pedulikan yang lain. Aku hanya ingin melihat wajahmu.
Lalu, aku tersadar. Kau melambai untuk menunjukkan sesuatu padaku. Saat aku mengikuti arah lambaianmu, aku melihatnya sekarang.

Sebuah mobil berkecepatan tinggi sedang melaju kearahku. Aku tahu, tak bisa lagi menghindarinya.
Yang kulakukan hanya tersenyum sambil melihat wajahmu dan berkata "Sampai jumpa Sam". Hanya sepersekian detik kemudian, aku merasa tubuhku terpental diudara. Lama sekali aku merasa tubuhku masih saja terbang diudara. Sampai kemudian, tubuhku mendarat dan mengeluarkan bunyi BUMMM dan KRAKKK keras sekali.
Lambat-laun aku merasa kan kehilangan kesadaran. Aku tahu apa yang terjadi. Sebelum semuanya terasa gelap, aku masih bisa melihat wajahmu Sam. Agak samar, tapi aku tetap mengenalimu. Aku pun ikhlas, lalu mencoba tersenyum dan berkata "Allahu Akbar". Kini semua akhirnya gelap.

* * * * * * * *

27 Juni 2012 Pukul 17.30 WIB - Sam
"REYYYYY....REYYYYY....BANGUN REYYYYYY.....
TOLONGGGGG.....TOLONGGGGGG!!!!!"

Ya Allah, kenapa ini terjadi?
Gue emang bego. Kenapa tadi gue biarin dia nyebrang sendirian. Padahal jelas tadi gue lihat Rey nangis waktu dia nyebrang ke mini-market. Harusnya gue tahan dia tadi, atau setidaknya nemenin dia kesana.
Sam....dasar bego, nggak guna!!!

Tapi semua udah terlambat, sekarang semua dah kejadian.
Rey, gue mohon....buka mata lo. Gue tahu lo orang yang kuat Rey.
Rey, bangun Rey......

Gue paham, semuanya udah terlambat. Tapi entah kenapa, gue masih terus mengguncang-guncang tubuhnya, seakan-akan...Rey akan bangun pada akhirnya.
Penglihatan gue mulai tertutup dengan sesuatu. Ternyata mata ini tak terasa meneteskan air.
Gue terus-terusan nangis sambil meluk tubuh Rey. Gue nggak peduli sama keadaan disekitar gue. Gue juga nggak peduli sama orang-orang yang maksa gue buat ngelepasin Rey, karna mereka bilang ambulans sudah datang.
Gue cuma mau sama dia sekarang!!! Gue mau meluk dia buat yang terakhir kalinya!!!

* * * * * * * *

"Reyyyyyy......maafin mama nak......Ini semua karna mama Rey....
Reyyyyyy......Ya Allah.....kenapa harus anakku yang Engkau panggil lebih dulu......"

"Mah.....sudah mah.....kita harus ikhlas. Agar Rey tenang disana. Ini sudah takdir mah....."

Gue bener-bener nggak tega lihat bokap sm nyokapnya Rey. Dengan sabar dan tenangnya, bokap Rey mencoba menenangkan istrinya agar tak mencoba menggali kubur dengan cakarnya seperti tadi. Padahal, gue yakin....bokapnya tak kalah menderita seperti istrinya.

Ya Allah, maafkan hamba yang tadinya berpikir Engkau tidak memperingatkan padaku sebelumnya.
Padahal tanda-tanda itu sudah jelas sekali.

Dari awal, semuanya udah jelas.
Rey datang ke sekolah pagi-pagi, dia juga minta duduk disebelah gue.
Sepanjang jam pelajaran, dia sama sekali nggak banyak omong. Nggak seperti biasanya. Padahal tiap kali gue lihat mata dia, jelas banget kalau dia mau bilang sesuatu.
Di Studio, dengan lirihnya Rey menghayati lagu yang bertema perpisahan dari Sheila On 7. Disana juga dia terkadang ngelirik gue dengan pandangan yang sekarang gue tahu artinya.
Dan terakhir, waktu gue jalan sama dia....entah kenapa, gue pengen meluk dia....dan rasanya, itu terakhir kali gue akan bisa meluk dia.

Ternyata, Allah udah ngasih Tanda ke gue, lewat sikap-sikapnya Rey seharian ini.
Sekarang semuanya udah terjadi. Semua udah ditetapkan. Waktu nggak bisa diputar ulang.

Sambil menatap Lolipop yang tadinya menempel erat ditangan lo saat kecelakaan, dan sekarang berada ditangan gue.
Gue menyadari hal penting lain yang selama ini berusaha gue tolak.

"Gue cinta sama lo Rey. Gue harap, lo masih bisa denger suara gue ini.
Dan gue baru paham apa arti dari ucapan lo, terbiasa sendiri...bukan berarti terbiasa kesepian.
Maafin gue Rey. Semoga tenang disana.
Sampai Jumpa Kawan......"


- Finish -

=============================================


About me:
Well....ini cerpen pertama gue....mmm, maksudnya cerpen pertama yang bertemakan kaum pelangi. Thank's God, ternyata bisa juga gue selesain.
Dan sekarang, gue juga lagi berusaha nerusin cerbung gue yang judulnya "Playboy Setengah Tulen". Sama, ini juga cerbung perdana yg bertemakan kaum pelangi. Mungkin belum ada yg baca sm sekali, hehe...
Anyway, i'm forgot to introduce my self.
Gue Sam. Sam Witwicky, offcourse not my real name.

Same like the actors rite? Hehe....itu bukan kebetulan kok.
Hmmm....mau bilang semoga kalian suka, kayaknya susah ya?
Mending gue ucapin, thank you so much....makasih banyak yg udah mau baca cerpen "Sampai Jumpa Kawan" ini.
Dan seperti judulnya.....
Sampai Jumpa Kawan^^


Comments
2 Comments

2 comments:

Terimakasih atas kunjungannya, besar harapan penulis tolong tinggalkan jejak dalam kolom komentar, terimakasih....