Wednesday 27 June 2012

In My Heart



Entah kenapa manusia diciptakan untuk bisa merasakan senang dan sedih?
Entah kenapa manusia juga memerlukan seseorang dihidupnya?
Entah kenapa Tuhan memberi manusia sebuah perasaan?
Manusia, dan aku juga manusia, yang lemah karena adanya perasaan
Tapi manusia diberi sebuah kemampuan untuk meminta kepada Tuhan
Andai aku kembali dari awal...
Hanya satu yang aku pinta Tuhan...
Jangan ambil nyawaku secepatnya...
Amin...

            Saat itu, sekitar 6 tahun yang lalu, aku tengah berjalan di malam hari di sebuah Mall. Malang Town Square atau lebih sering disebut Matos, begitu nama Mall yang aku kunjungi. Tempatnya tidak begitu jauh dari kostku yang tepat berada di belakang Mall ini. Mungkin ada sekitar 10 menit berjalan kaki dari kostku. Aku biasanya hanya berjalan kaki kalau bepergian ke mana pun termasuk ke tempat itu, namun sejauh apa pun aku berjalan, itu tidak melelahkan bagiku karena aku sudah terbiasa berjalan kaki.
            Aku berjalan menelusuri lantai satu di Mall itu, banyak gerai-gerai baju, sepatu yang terletak di lantai itu, tidak lupa di sudut kirinya ada Gramedia, toko buku kesayanganku. Aku terus menelusuri jalan di antara gerai-gerai itu tepat ke arah Gramedia, di depannya ada sebuah ekskalator yang menghubungkan dengan lantai bawah Mall. Aku pun segera melangkahkan kakiku menuruni ekskalator tersebut. Tujuanku adalah Hypermart yang terletak di lantai dasar Mall ini.
            Hanya dengan mengenakan celana pendek dan baju yang aku pasangkan dengan jaket. Penampilanku layaknya seperti mahasiswa yang berasal dari “rumah miskin”, apalagi rambutku bentuknya tidak jelas, pendek nyaris botak dipadukan dengan badanku yang agak kurus kala itu. Tapi itu kenyataannya, biaya kuliah, makan semuanya hasil dari hutang kedua orang tuaku, hanya saja kita tidak akan membahas hal bodoh seperti itu. Aku baru saja masuk ke dalam Hypermart, aku mulai berkeliling mencari sesuatu yang ingin aku berikan ke pacarku.
            Aku sudah jadian dengan dia hampir 1 tahun lebih walaupun akhir-akhir ini kami berdua sering bertengkar hanya karena dia mau praktek di luar Kota Malang. Tapi itu tidak menjadi masalah bagiku dan dalam beberapa hari ini dia akan berulang tahun, makanya aku mengusahakan untuk memberi dia kejutan kepadanya. Karena aku tahu, dia pernah bercerita bagaimana rasanya tidak pernah mendapatkan kejutan spesial.

<i>Beberapa waktu yang lalu, saat aku berjumpa dengan dia di kamar kostku.
“Pas aku ulang tahun, sering dirayakan, pesta besar malah”, ucapku girang di kostku.
“Enak ya?”, wajahnya berubah sedih mendengar ceritaku.
“Kenapa? Kok jadi sedih?”, tanyaku.
“Aku, semenjak pisah dari orang tua ngga pernah dirayakan, pengen sebenarnya dirayakan gitu”, ucapnya pelan.
“Sudah, yang sabar aja”, aku memeluk dia untuk menenangkannya.</i>

            Ingat kejadian itu, membuat aku bersemangat untuk memberinya kejutan di saat ulang tahun, lagi pula sangat jarang aku memberi kejutan keseseorang yang aku sayangi. Aku benar-benar sayang dengan dia hingga rela mengeluarkan berapapun untuk memberi kejutan baginya.

......................................................................................................................................................
            Aku sudah sampai di sudut Hypermart, di sana banyak sekali kue-kue yang dijual. Mulai dari kue hias, kue panggang, terus ada beberapa kue crossant kesukaanku, hingga aku sampai di sebuah lemari kue yang kecil. Di situ terletak kue yang dihiasi beberapa coklat yang di atasnya diletakkan 3 atau 4 buah cerry sebagai penghiasnya. Kue Blackforest, seperti namanya hitam tapi tidak ada hutannya.
            Aku melihat ada berbagai ukuran kue Blackforest, mulai dari yang paling kecil hingga paling besar. Harganya pun menyesuaikan dengan ukuran kuenya, lumayanlah buat kue Blackforest tarif yang dipasang cukup di atas rata-rata. Memang susah kalau beli kue sebesar ini, agak tidak sesuai dengan kantong-kantong mahasiswa, tapi tidak apa-apalah, ini juga demi dia, aku ingin sekali memberi kejutan di saat ulang tahunnya, aku ingin menunjukkan kalau aku sayang sekali sama dia.

<i>20 menit sebelumnya, aku sedang berada di ATM BNI
            Aku berjalan masuk di dalam ruangan ATM di dalam Mall itu, ada deretan ATM berbagai Bank, hanya ATMnya berjumlah sedikit. Aku masuk ke bilik ATM BNI yang letaknya persis di samping gerai baju. Lumayan sepi malam ini, jadi aku tidak antri untuk masuk ke dalam ATM Mall tersebut.  Dengan sigap aku keluarkan kartu ATM dan mengecek jumlah uangku di dalam rekeningku.
“Ada sekitar 300 ribu lebih”, senyumku dalam hati. Mungkin cukup buat membeli dia hadiah, walaupun ini uang terakhir aku bulan ini. Tapi, nanti aku makan apa ya? Sudahlah lebih baik aku memikirkan dia bahagia, itu sudah cukup membuatku senang.</i>

......................................................................................................................................................
            Akhirnya aku menemukan harga kue Blackforest sesuai kantongku, harganya sekitar 10 ribu lebih. Agak kecil sebenarnya, mungkin yang makan kue itu nanti hanya dia seorang, soalnya aku kurang suka kue yang banyak krimnya seperti Blakcforest ini. Kemudian aku perhatikan sebentar detail kue-kuenya, cukup menarik. Kuenya ditempelkan irisan coklat di atas krimnya, lalu di tengah-tengah ada buah cerry.
            Karena ulang tahunnya masih lusa besok, aku rencanakan besok saja belinya. Karena aku pikir tidak mungkin menyimpan kue tersebut di kamar kostku, bisa-bisa dikeroyok semut. Aku lalu bergegas keluar dari supermarket itu. Sekarang tujuanku menuju lantai dua, karena aku ingin cari sesuatu.
            Lumayan jauh juga jarak antara lantai bawah dengan lantai dua, aku harus kembali menaiki satu-satunya ekskalator di depan Gramedia lalu menaiki kembali ekskalator yang menuju ke lantai dua. Sesampai di lantai dua, aku terus berjalan ke arah sisi samping ekskalator itu, ada beberapa toko boneka yang berada di situ. Aku berjalan ke arah salah satu toko boneka itu.
“Em....”, aku memperhatikan beberapa deretan boneka yang dijajarkan di raknya. Ada boneka berbagai bentuk dan salah satu boneka yang aku cari ada di situ.
“Maaf, ada yang bisa dibantu?”, seorang penjaga wanita muncul di hadapanku. Pakaian yang dia kenakan sangat ketat, baju kaos merah dipadukan dengan celana jeans.
“Cuma pengen lihat-lihat aja”, jawabku.
“Oh, boleh-boleh, mau lihat boneka yang mana Mas?”, tanya penjaganya.
“Yang ini”, aku menunjuk sebuah boneka Tazmania yang berukuran besar.
“Oh yang itu”.
“Iya Mbak, harganya kira-kira berapa?”.
“Yang besar itu harganya dua ratus ribu”, ucap penjaganya. “Kalau yang sedang di sebelahnya cuma seratus ribu aja”.
“Wah, lumayan ya Mbak”.
“Emangnya mau beli buat pacarnya ya?”, selidik penjaga itu.
“Em.... iya”, jawabku tersipu malu-malu. “Mau buat hadiah ulang tahunnya”.
“Mas ini romantis ya”, puji penjaga itu. “Jarang-jarang lho ada cowok yang mau belikan boneka buat pacarnya”.
“Hahahahahaha”, aku tertawa. “Saya kan cuma lihat-lihat saja, takut uangnya ntar ngga cukup buat beli Mbak”.
“Ngga apa-apa kok Mas, jangan lupa ke sini lagi”, pinta penjaganya tersenyum ke arahku.
“Ya udah, saya ke tempat lain lagi Mbak”.
“Ok”, jawab penjaga itu.
            Kemudian aku beranjak dari toko boneka itu. Aku melangkah kembali untuk pulang kembali ke kost aku karena hari sudah semakin malam. Sekarang aku sudah bisa menghitung kalkulasi biaya yang dikeluarkan kalau membeli boneka itu. Tapi..... uangku bulan ini bakal habis, meskipun begitu aku lebih senang melihat pacarku bahagia mendapatkan kejutan dari aku dibandingkan kesusahanku.
....................................................................................................................................................
            Lumayan membuat lelah hari ini, aku sudah banyak berjalan kaki ke sana kemari. Ke kampus saja jaraknya hampir 3 km, belum tadi ke Mall itu. Lama-lama kakiku bakal berotot juga.
“Haaaa..............”, aku rebahan di kasur kecilku di kamar kostku. “Dia sedang apa ya? Kok ngga ada kabarnya?”.
            Aku kembali merangkak meraih handphone yang biasa aku letakkan di atas lantai. dengan sigap aku mulai mengetik beberapa kata buat dia, setidaknya aku ingin tahu kabarnya stau hari ini.
<i>Aku :
-Halo yank, kok ngga ada kabarnya?-
Send</i>
            Aku letakkan kembali handphonku di samping kasurku. Kemudian aku raih remote TV dan menyalakan, sendirian begini lebih asyik kalau ditemani TV.
Selang beberapa puluh menit..................................
            Aku sudah mulai bosan menonton TV, lalu aku mengambil handphone, tidak ada satu pun balasan dari dia. Kenapa dia tidak membalas? Atau mungkin dia..... sudahlah, mungkin dia sudah tidur.
<i>Aku :
-Ya udah kalo ngga balas, gud nite-
Send</i>
....................................................................................................................................................
            Aku satu hari ini hanya bisa merenung, aku masih memikirkan kabar dari dia. Tidak sedikit pun dia membalas smsku, sampai siang hari ini. Aku kemudian berlalu, berjalan dengan langkah gontai keluar dari gedung kampusku untuk pulang.
“Jangan lesu gitu dong”, sapa temanku yang berpapasan saat pulang.
“Ah, biasa saja, aku duluan ya”, pamitku.
“Iya, hati-hati”, balasnya melambai tangan.
            Sepintas aku kembali teringat kejadian beberapa hari yang lalu, sudah lama sebenarnya. Disaat aku membaca sms di handphone-nya, semua berisi nama DIAN. Aku begitu marah karena dia sudah tidak jujur lagi. Memang sebenarnya pacarku itu sangat tertutup, bahkan kami sudah jalan satu tahun ini aku tidak tahu dia tinggal di mana, sekolahnya berada di mana bahkan aku tidak tahu dia bersama siapa saja kalau jalan. Padahal dia selalu melarang aku untuk tidak berhubungan dengan orang lain.

<i>Beberapa bulan yang lalu, saat pacarku kembali berkunjung di kostku. Di saat dia tidur, tanpa sengaja aku terbangun dan mengambil handphone miliknya yang selalu diletakkan di bawah bantalnya. Karena penasaran dia jarang terbuka tentang dirinya dan isi handphonenya kemudian aku membuka isi smsnya, aku sangat terkejut ternyata ada puluhan sms dari orang yang bernama DIAN dan satu hal lagi, dia tidak menyimpan nomorku. Ada rasa panas yang menjalar di dadaku, aku mulai menebak-nebak siapa itu Dian? Atau jangan-jangan dia orang yang bernama?
Esok paginya, kebetulan adalah hari libur sekolah baginya. Aku yang sudah bangun terlebih dahulu sedang memasak nasi di magic jar. Dia yang ternyata sudah bangun saat aku sedang membersihkan beras yang ingin aku masak.
“Pagi....”, sapanya.
Aku hanya terdiam tidak menjawab sapaannya dan tanpa sengaja tutup magic jar aku banting keras. Dia terkejut mendengarnya.
“Kamu kenapa?”, wajahnya berubah takut.
“Ngga napa-napa”, jawabku kasar dna tidak mau menoleh dia sedikit pun. Aku kemudian menyalakan TV.
“Kamu kenapa sih pagi-pagi langsung marah”, dia balas ikut marah juga.
“Aku mau nanya, sapa itu Dian?”, tanyaku sinis.
“Dian?”, dia sedikit bingun atau terkejut aku mengetahui tentang Dian.
“Kemaren malam aku baca smsmu”.
“Ngapain buka-buka hp-ku”, hardiknya kesal dan menarik handphone yang tergeletak di bawah bantal.
“Siapa?!”.
“Teman aja, terus cemburu gitu?”, balasnya.
“Teman apa teman? Terus kenapa nomorku ngga disimpan?”.
“Takut ketahuan kalau dibaca temanku”, jawabnya dengan alasan klise. “Kan sms aku bisa dibaca temanku terus ketahuan kayak kemaren, makanya ngga aku simpan”.
“Halah, terus kenapa ngga dijawab? Dian itu Andi kan”, selidikku.
“Kamu ini kenapa sih? Andi itu sudah baik lho sama aku, dia juga aku anggap teman aja”, dia mencoba menjelaskan.
Aku masih tidak percaya sepenuhnya dengan perkataan dia, dari dulu dia selalu membela orang yang namanya Andi. “Bilang aja selingkuhan”, ledekku.
“Apa sih! Pagi-pagi marah! Udah aku pulang aja!”, ucapnya marah.</i>

....................................................................................................................................................
            Siang hari ini benar-benar membuat aku sangat lelah, apalagi berjalan pulang ke kostku, melewati banyaknya kendaraan yang berlalu lalang. Langsung saja aku rebahkan badanku di kasurku. Aku terus menerus melihat handphone, ternyata tidak ada sama sekali sms dari dia. Aku pun kembali mengetik sms untuknya.
<i>Aku :
-Kok ngga ada kabar? Balas ya-
Send</i>
            Kemudian, bermenit-menit aku menunggu balasan darinya tapi tidak kunjung berbalas, semakin aku berpikir macam-macam tentang dia. Atau bisa saja dia sedang senang-senang bersama temannya atau bersama orang yang bernama Andi itu. Mengingat nama itu membuat dadaku sesak, emosiku semakin tidak stabil. Lelah aku berpikir tentangnya hingga aku tertidur lelap di siang hari itu.
            Tak terasa aku tertidur hingga sore hari, mataku terbangun dan dengan sigap tanganku meraih handphoneku. Ternyata masih kosong dari smsnya. Mungkin nanti malam aku telepon saja dia.
.....................................................................................................................................................
            Badanku sudah segar karena tadi baru saja mandi. Sekarang saatnya aku pergi untuk menyewa kaset di Lotus. Rental VCD-nya memang lumayan jauh dari kostku, mungkin kalau aku jalan kaki, bolak-balik ada setengah jam. Tapi tidak apa-apa, jalan kaki itu menyehatkan bagiku.
            Aku berjalan melewati gang-gang yang berkelok-kelok. Di Kota Malang ini memang rumah dibuat berdempetan dengan yang lainnya, serasa sangat padat. Begitu juga gangnya, sempit tapi selalu ramai dilalui kendaran roda dua bahkan ada mobil yang bisa masuk ke dalam gangnya.
            Mungkin ada sekitar 10 menit lebih aku akhirnya sampai di rental VCD Lotus, biasanya aku menyewa kaset VCD film hanya di sini. Aku buka pintu masuknya dan langsung pergi ke arah kaset yang sudah mau aku sewa. High School Musical 3, dia sangat ingin sekali menonton film yang satu ini, sekalian juga buat perayaaan ulang tahunnya.
            Aku ambil kaset itu lalu aku bawa ke arah kasir yang sudah berjaga di situ. Kebetulan salah satu kasirnya adalah Kakak Angkatan di kampusku, hanya saja dia sudah lulus kuliah tahun kemaren. Orangnya sangat cantik daan badannya menurutku seperti model.
“Sore Mbak”, sapaku.
“Sore... Hai...”, balasnya sembari membetulkan kemeja dinas rentalnya serta membenarkan jepitan rambut pendeknya. “Gimana kabarnya Dek?”.
“Baik, ini Mbak”, aku menyerahkan kaset yang mau aku sewa.
“Mau nyewa ini ya?”, dia mengambil kasetku dan mengetik kode yang tertempel dikasetnya. Kemudian dilayar komputernya muncul kode lainnya beserta bon yang harus aku bayar.
“Empat ribu aja Dek”, ucapnya.
“Ini”, aku membayar biaya sewa itu.
“Makasi....” balasnya dan memberi kembali kaset yang sewa beserta bonnya.
            Aku pun segera beranjak pergi dari rental kaset itu dan kembali pulang. Sembari menenteng kaset yang sudah ada digenggamku. Ada secercah optimis, kalau nanti pacarku bakal senang bisa mendapatkan apa yang dia mau selama ini.
.....................................................................................................................................................
            Setiba aku di kamar kostku, segera aku mengambil handphoneku dan langsung ingin menghubungi pacarku tersayang. Aku harap malam ini dia mau ketemu sama aku. Kemudian aku tekan beberapa nomor dan...........
Tut... tut.... tut........
            Beberapa kali aku menelepon tidak diangkatnya sama sekali, ke manakah dia? Tapi aku tetap berusaha untuk meneleponnya dan..
<i>“HALO!!”, jawabnya kasar.
“Kok marah?”, kataku kaget mendengar sapaannya yang kasar. Entah kenapa perasaanku bergejolak tak menentu seperti mendapatkan firasat buruk.
“Ada apa sih!”, balasnya lagi dengan kasar.
“Aku cuma mau.....”, belum sempat aku selesai berkata.
“Udah, ngga usah hubungi lagi!!”, potongnya, nadanya semakin tidak enak didengar.
“Aku ada salah apa?’, tanyaku.
“Udah ah! BYE!!”, tutupnya.</i>
            Jantungku saat itu berasa berhenti berdetak. Pikiranku menerawang hingga ke lubuk hatiku yang paling dalam. Berbagai pikiran muncul dibenakku, ada apa dengan dia yang tiba-tiba marah seperti itu? Apa aku selingkuh? Apa aku sudah buat dia kesal? Apa aku, aku, aku...
“ARGH!”, aku banting kaset yang sewa tadi. Aku tidak tahu, kenapa aku malah menjadi sangat kesal karena dia. Biasanya aku tidak marah seperti ini, tapi ini benar-benar keterlaluan, dia sudah tidak menghargai aku sebagai pacarnya lagi.
            Pikiranku menjadi gila, hatiku menjadi kalut, tiba-tiba dicampakkan seperti itu serasa aku menjadi pelacur bekas. Aku sudah berusaha menyusun kejutan itu demi dia, untungnya saja aku belum beli boneka dan kuenya, kalau sudah beli? Apa dikata? Benar-benar GILA!!!
            Apa yang aku rencanakan batal, aku pun juga tidak tahu kenapa pacarku marah? Kali ini aku hanya bisa terdiam di kamar kostku. Aku menatap semu layar TV dan sesekali melihat handphoneku yang hampir seminggu ini tidak pernah mendapatkan kabar darinya. Lama aku merenung tak terasa air mataku menetas, aku teringat bagaimana aku berkorban demi dia. Bahkan aku rela meninggalkan Ibu dan Adikku saat berkunjung ke Kota Malang, hanya karena egonya pacarku. Apa aku sudah dibutakan oleh cinta?
            Malam itu aku benar-benar menjadi lemah, aku menangis, dadaku terasa sesak mengenang kebersamaan dengan dia dan apa yang sudah dia lakukan terhadapku. Saat awal bertemu dengan dia kami sudah diawali dengan pertengkaran. Namun berkat dia, aku bisa berubah menjadi orang yang lebih dewasa lagi. Aku selama satu tahun lebih menjaga diriku untuk tidak berkenalan dengan laki-laki lain hanya demi dia. Tapi dia? Ternyata di belakangku diam-diam berkenalan dengan laki-laki lain bahkan dia lebih percaya dengan orang lain dibandingkan aku. Mataku pun terpejam dikelamnya hatiku. Aku hanya bisa meringkuk lemas dikasurku dan berharap besok aku masih bisa beri dia hadiah untuk ulang tahunnya. Dan dihati kecilku, aku masih berharap bisa selalu bersamanya.
.....................................................................................................................................................
            Aku sudah berada di Toko Lolipop kecil, tempatnya sangat jauh dari kostku jadi terpaksa aku harus naik angkot untuk pergi ke sini. Kata temanku, di sini dijual berbagai bentuk lolipop dengan harga yang lumayan murah. Aku pun sudah berdiri di depan Toko Lolipop, di pintu masuknya dihiasi dengan berbagai bentuk ukuran lolipop, mulai dari boneka Teddy Bear, bentuk cinta, bentuk pohon lalu ada bentuk yang paling unik, bentuk babi.
            Aku pun masuk ke dalam karena sudah tidak tahan berlama-lama di luar. Soalnya siang ini terasa cukup panas, sama seperti hatiku yang masih panas karena kejadian semalam tapi aku berusaha untuk menahannya. Makanya aku bertekad ke sini membeli sebuah lolipop lucu dan meminta maaf kepadanya walaupun aku tidak tahu salahku apa.
            Ruangannya lumayan luas dan cukup dingin. Berjejer berbagai lolipop di rak-rak kecil di toko itu. Aku segera memilih satu lolipop berbentuk hati, yah biasanya dipakai buat menyatakan cinta itu, sebenarnya agak malu membeli bentuk seperti itu, tapi demi pacarku tidak apa-apalah.
“Saya beli ini Pak”, aku menyodorkan lolipop cinta itu ke kasirnya. Kasirnya wanita muda dengan pakaian serba merahnya. Rambutnya yang dibuat pendek dan kelihatan angkuh.
            Kasir itu menatap heran melihatku, mungkin karena penampilanku yang tidak mengerti style pakaian masa kini. Apalagi kacamata hitamku yang sudah sedikit usang.
“Lima belas ribu”, ucapnya.
“Ini Pak”, aku menyodorkan uang.
“Ngga dikotakin?”, tanya kasir itu. “Sama dikasih ini”, dia menyodorkan sebuah lembaran kartu ucapan.
“Boleh Mbak”, jawabku.
            Akhirnya kasir itu pun membungkuskan aku sebuah lolipop ke dalam kotak berwarna biru. Bagian tutup memang dibuat transparan agar bisa terlihat isi lolipopnya, lalu aku menulis dikartu ucapan itu dan menempelkannya dikotaknya.
“Sudah jadi”, ucap kasirnya. “Total dua puluh lima ribu mas”.
“Ok”, aku menyodorkan sisa uang yang kurang. “Makasi ya Mbak”.
“Sama-sama”, jawabnya ramah. Aku hanya tersenyum kecil melihatnya, padahal wajahnya kelihatan angkuh tapi ternyata baik orangnya.
            Aku segera keluar dari Toko Lolipop yang ada di Jalan Kawi, Malang. Aku berdiri sebentar menatap ramainya lalu lintas. Ternyata di depan Toko Lolipop ini berseberangan dengan KFC Kawi. Aku terus menatap ke arah KFC, diparkirannya samar-samar aku melihat seseorang yang aku kenal.
            Aku majukan sedikit badanku hingga ke sisi jalan dan semakin jelas aku melihat orang itu. Badannya yang kurus, kulitnya yang hitam dengan rambutnya yang cepak mengenakan jaket biru dengan celana jeans hitamnya. Ternyata itu dia, dan dia sedang bersama seseorang yang lebih tua darinya.
            Pikiranku pun kembali kacau, apakah orang itu adalah Andi ataukah orang lain lagi. Tanganku gemetar melihat dia bersama dengan orang lain. Apalagi mereka terlihat sangat akrab. Aku dengan cepat meraih handphone yang ada disaku celanaku dan mencoba untuk menghubungi.
<i>”Halo”, dia menjawab telepon dariku. Suaranya terdengar pelan
“Kamu lagi apa?”, tanyaku
‘Em...”, dia terlihat sedang mikir. “Lagi makan aja”.
“Di KFC ya?”, jawabku.
“Hah!”, dia kaget dan melihat sekeliling hingga melihat aku yang berdiri di seberang jalan. Aku melihat dia gugup dan bingung.
“Sama siapa?”, dadaku mulai bergejolak lagi, tangan yang menggengam lolipop untuknya semakin keras gemetar. Aku mencoba menahan emosiku. Tanpa sadar aku terus melangkah masuk ke badan jalan.
            Dia terlihat menunduk, dan tidak mau menjawab teleponku. Tiba-tiba dia mematikan teleponku. Aku yang melangkah pelan ke arahnya semakin kehilangan pikiran sehatku. Aku menangis di tengah keramaian orang dan......
BRAK!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!                                  
            Sebuah mobil yang tiba-tiba melaju langsung menabrak tubuhku. Aku terjatuh di depannya. Suara dan penglihatanku semakin redup, sempat aku mendengar jeritan orang-orang di sekelilingku.
            Selang beberapa menit, mataku mulai terbuka. Aku pun semakin jelas melihat orang-orang di sekitarku. Mereka berkerumunan di................. tunggu dulu! Aku melayang? Aku terpisah dari badanku. Badanku masih tergeletak di jalan, dan orang-orang hanya melihatnya saja.
            Apa aku sudah mati? Rohku melayang, aku hanya bisa mendengar hiruk pikuk orang dan aku bisa melihat dia yang berlari ke arah tubuhku berada. Dia sepertinya syok melihat kejadian yang mendadak itu. Aku pun mendekat ke arahnya.
“Kamu kenapa?”, tanya orang yang tadi bersamanya. Wajahnya terlihat sedikit lebih tua, mungkin umurnya sudah 25 tahun lebih dan badannya sedikit gemuk.
“Itu..”, suaranya gemetar melihat badanku yang tergeletak. Aku berusaha menggapai badannya.
“Kamu kenal?”, tanya orang itu.
“Em....”, dia menunduk. “Ngga kenal Andi!”, jawabnya.
“Ya sudah, kita pergi aja dari sini Yank”, ajak orang itu sambil mengandeng tangan orang yang paling kusayangi.
            Aku sangat kaget mendengarnya, dia tidak berpura-pura tidak mengenalku. Dia juga lebih memilih pergi bersama pria lain. Usahaku selama tiga hari ini hanya menjadi sia-sia dan sekarang aku sudah tiada. Aku kesal, aku marah, aku merasa memang benar-benar diputuskan. Tuhan, kembalikanlah nyawaku, aku ingin hidup! Satu yang kupinta, aku ingin hidup untuk melupakan orang BRENGSEK ITU!
            Seketika saja suasana di sekitar berubah layaknya badai. Semuanya menghilang ke dalam lingkaran angin yang kencang. Anginnya terus berputar mengelilingiku, rohk berubah kembali menjadi asap dan bercampur baur dengan angin tersebut.
..........Krek............ bunyi patahan dilolipop terbelah jadi dua.
“Hei, lihat lolipop hatinya tiba-tiba terbelah jadi dua”, ucap seoarng pria tua yang ikut berkumpul di sekitar badanku. Orang-orang pun menjadi heran melihatnya.
“Wah..... lihat!”, tunjuk seorang wanita yang mengenakan daster. “Orangnya............”.
            Badanku bergejolak, jantungku kembali terasa berdetak. Pikiranku sudah kembali hidup, nafasku pun menderu. Kemudian aku buka mataku!

Comments
0 Comments

0 comments:

Post a Comment

Terimakasih atas kunjungannya, besar harapan penulis tolong tinggalkan jejak dalam kolom komentar, terimakasih....