Friends, Sex, or Love?
Arri Sakito
Untuk
mencintai,
Terkadang
kita tidak perlu mendapat balasan
Christ mendribel bola dengan lihainya.
Cowok berpostur tinggi dengan kulit putih terlihat sangat asik, sampai ia tidak
sadarkan diri kalau keringat sudah membasahi badannya. Wajahnya terlihat
sumringah, tatkala seseorang duduk dipinggiran lapangan sambil membawa sebotol
minuman. Ia menghentikan permainannya, dan menepi kearah seseorang.
Seseorang menyodorkan botol minumannya.
“Makasih.” Christ meneguk minumnya, ia
tersenyum simpul. Aron hanya bisa memandangi sosok cowok itu dengan tatapan
penuh arti. Namun ketika Christ memandang heran, Aron hanya bisa mengalihkan
pandangannya.
Christ dan Aron sudah bersahabat semenjak
kelas 3 SMP, tak heran kalau Aron begitu perhatian dengan satu-satunya sahabat
yang selalu mengerti dia. Namun memang belakangan ini, Aron merasa ada yang
lain dengan perasaanya sekarang. Ia sering deg-degan ketika melihat Christ
tersenyum manis, bahkan ia sering memandangi sosok Christ dengan tatapan penuh
arti.
“Lo keringetan, Christ.” Aron langsung
mengambil tissue yang ada dikantong, ia langsung menyodorkan pada Christ
“Romantis banget, homoan yah!” suara
orang sambil lalu, ternyata Rafi yang bercandain mereka. Namun sebutan ini
tidak masalah. Apalagi dengan Christ yang notabene cowok normal dan suka sekali
gonta-ganti cewek.
Keduanya duduk berdampingan, menatap
lapangan yang penuh dengan kehampaan.
“Lo entar malem jalan kemana?” tanya
Christ memandang Aron seketika
“Gak kemana-mana, lo nggak jalan sama
Cindy?” tanya Aron mengira-ngira, sebab sahabatnya ini sedang dekat dengan
Cindy
“Gak kayaknya, Cindy tar malem berangkat
ke Bandung sama nyokapnya.”
“Oh-,”
“Malem lo kemana, ke rumah gue aja. Bete
nih, adek gue juga ngikut nyokap mau ke Surabaya.”
“Iya deh, gue izin sama nyokap dulu.”
“Jiakhh... emang lo anak kecil, pake izin
segala.”
“Tau sendiri nyokap gue kaya gimana.”
***
Christ menyeruput capuccino hangat di
depan televisi. Sedangkan Aron nampak asik duduk ditempat tidur dan hanya
mengenakan boxer dan singlet. Wajahnya tampak sibuk memandangi Christ
sekali-kali.
“Ada film baru nih!” Christ melempar cd
filem bokep tepat kearah Aron, Aron yang melihat langsung melempar balik.
“Alah lo muna, nonton bareng sini. Biar
lo tahu perabotan cewek kaya gimana.”
Aron terdiam. Andai Christ tahu perasaan
sesungguhnya, kalau sahabat yang dianggap ia Straight dan macho itu ternyata gay. Aron buru-buru menuruti Christ,
biar bagaimanapun juga ia tidak mau kalau sampai Christ tahu.
1 Menit diputar, belum ada reaksi. Hanya
adegan cewek cowok saling ngobrol. Rasanya Aron sudah nampak gelisah, ia bingung
kalau-kalau ada yang menyempit dibagian celana bawahnya.
Namun, Aron seperti menikmati setiap
menit demi menit. Ia lebih asik melihat cowok bertubuh macho itu perlahan
membuka celananya. Tanpa sadar ia menatap dengan penasaran, dan tidak sadar
kalo Christ memperhatikannya dengan ketawa-ketawa cekikikan. Hingga akirnya
Aron sadar dan buru-buru menepis muka Christ.
“Apaan sih!” Aron malu, baru kali ini ia
nonton filem beginian sama Christ
Hingga lima belas menit permainan. Muka
Christ yang putih memerah, sepertinya ia horny
melihat adegan demi adegan. Begitu juga Aron. Christ asik meremas-remas
bagian bawahnya tanpa terbuka. Sedangkan Aron sesekali melirik Christ dan
menikmati Chrsit yang mulai menegang.
“Sial gak ada pelampiasan.” Christ ketawa
ngakak, dan membuyarkan fantasi Aron. “Kocok aja, Ron.” Tambah Christ “Sam-sama
cowok ini”
Aron nampak malu-malu, ia membuka pelan
celananya. Tampak percikan air terlihat di Cdnya, saat dibuka nampak penisnya
menyumbul dengan bulu-bulu halus dan cairan percum terlihat diujung penis.
“Haha, gede juga loh.” Christ Cuma
ngakak, tidak ada niat terpikirkan untuk tertarik dengan Aron. Aron yang baru
pertama kali nonton beginian tampak sudah tidak kuat menahan hasrat. Apalagi
cowok yang ada difilm permainannya dahsyat, dengan kontol tanpa sensor. Ia
menikmati adegan itu.
Adegan anal terlihat jelas di layar.
Christ iseng melirik bagian belakang Aron. Tampak bersih dan memerah, tidak
jauh beda dengan lubang cewek yang ada dilayar.
“Ron, pinjem yah!”
“Apaan?”
“Nuh!” Christ menunjuk ke layar, Aron
tampak kaget. Ia menjauh seketika. Pikirannya kembali buyar. Ada-ada saja
Chirist. Permintaanya sebagai teman aneh dan diluar batas wajar.
“Apaan sih lo, aneh!”
“Ah, bentar. Lagian juga lo nggak bakal
hamil. Iseng doang, kayaknya seru.”
Aron ingat benar perkataan Christ waktu
keduanya berjanji untuk menjadi sahabat yang saling mengerti.
“Kalo
kita membutuhkan sesuatu, kita harus saling menolong”
Sudah sepatutnya Aron berfikir untuk
menuruti keingnan Christ. Ia tidak tahu gimana rasanya kalau akan ada benda
tumpul menghujam lubang pantatanya. Dan gimana perasaanya kalau ternyata Christ
sedang tidak sadar. Tapi... ini juga kesempatan buat Aron untuk merasakan
seluruh raga Christ.
Aron langsung naik keatas tempat tidur.
Dan langsung ngangkang. Terlihat semburat bulu halus melingkari lubang
pantatanya yang memerah. Christ terlihat sibuk memasukan jari-jarinya dengan
bantuan air liur. Aron sesekali meringis kesakitan, bayangkan saja dua jari
masuk sekaligus.
“Sakit, Christ”
“Bentar Ron, lagian juga cobain dulu.
Sama-sama belum pernah. Haha, gak bakal hamil tenang aja walo ga pake kondom”
“Tapi kontol lo nggak licin, gimana bisa
masuk, yang ada susah. Gue emut dulu yah?”
“Wew, gue Cuma pengen ngerasain lubang
doang. Tapi gakpapa deh”
Aron langsung bangkit dengan sigap ia
merangkul Christ, dan meminta dua permintaan untuk mencium bibir Chirts yang
kemerahan membelah, dan melumat kontolnya. Christ yang ingin ngerasain lubang
pantat langsung setuju walo terlihat ia kadang agak jijik. Bayangin saja rasa
penasaran membuat ia harus berada dilingakaran sex tak wajar malam ini.
Aron menikmati kontol layaknya Loly Pop.
Dengan permainan lidahnya yang dahsyat dan bereksmperimen akan fantasinya, ia
membuat Christ kenikmatan dan kelojotan.
Selang lima menit kontol sudah basah dan
licin, Chirst pelan-pelan memasuukan ke lubang pantat Aron yang sudah sedikit
terbuka. Saat kontol masuk, tampak Aron terlihat kesakitan dan meringis. Tak
heran saat darah keluar dari lubang pantatnya. Namun Chirst tampak tidak
peduli, ia terus menarik ulur kontolnya. Aron yang merasa sakit namun akhirnya
menikmati juga.
“Chirst, gue mau keluar. Akh... akh....
croootttt” Sperma keluar dari batang kontol, Chirist tampak kuat dan semakin
nafsu menggenjot kontolnya dilubang Aron. Hingga lima menit kemudian..
“Akhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh” Christ
ngos-ngosan dan ia mengeluarkan cairam maninya kedalam lubang pantat Aron, Aron
menikmati kehangatan itu.
Kedunya langsung bersih-bersih.
“Ron, gue minta maaf” ujar Christ
“Gak papa” Aron tersenyum “Enak?”
“Hm... iya, ternyata enak juga yah. Gak
tau enakan mana sama memek cewek. Tapi gue nikmatin”
***
“Christ!” Aron memanggil dari kejauhan
Christ berusaha menghindar. Ia membiarkan
Aron mengejarnya.
“Lo kenapa? Kok ada gue lari?”
“Gue harap lo jangan deketin gue lagi”
“Kenapa?”
“Lo Gay, Maho, Homo?”
“Maksud lo apa?”
“Iya lo suka cowok, pantes semalem lo
nikmatin tubuh gue. Gue jijik sendiri semaleman. Gue benci sama lo. Gue harap
lo jangan deketin gue lagi. Dan jangan sampai ada orang tahu kalo kita pernah
ngesex”
“Oh, ini namanya persahabatan. Setelah
gue lakuin yang lo mau. Gue gay, tapi gue hargain lo, keinginan lo, bahkan gue
rela jadi kacung lo sekalipun. Tapi kini, lo seolah-olah gue hina dan gak pantes.
Oke gue terima.”
“Oke, itu lebih baik.”
Aron menangis. Ia membiarkan cowok itu pergi tanpa perasaan.
****
Chirst... terimakasih sudah menjadi
bagian hidup aku
Sudah saatnya aku pergi,
Makasih sudah memberi hal berarti
dalam hidup gue ini,
Kenangan, persahabatan, cinta dan
perasaan...
Hari ini terakhir kali gue ngelihat
bumi,
Dan gue akan tinggal nama...
Pesan dari Fb membuat Chirts kaget
setengah mati. Dan selang satu jam, mamah Aron menghubungi kalau Aron meninggal
gantung diri dikamarnya.
Hargailah
orang yang selalu memberi kebahgiaan seutuhnya padamu...
Salam
Arri
Sakito