(CINTA YANG SEMESTINYA)
“Jan... Aldi
ngundang kita makan malam, sekalian dia mau ngenalin bininya , loe mau kan ? '
tanyaku ke Jani istriku.
“Loe aja yang berangkat , gue males
. Loe kan kangen ma mantan loe itu , dasar gatel” jawab Jani ketus.
“Lah loe koq gitu Jan… loe cemburu ya?” kataku heran ketika melihatnya ketus dan terlihat
ada noda cemburu diwajahnya.
“Apaan cemburu… mau ini!” teriak Jani sambil mengepalkan
tangannya ke arahku.
“Weww. .maen kasar mulu” kataku sambil mundur menghindarinya.
Saat Jani menurunkan kepalan
tangannya Aku langsung mencoba lagi merayunya untuk menerima undangan Aldi.
“Hayolah Jan… mau ya! Gue udah janji ma Aldi neh” Aku menghampiri Jani dan memegang tangannya.
“Ogah… loe
kalo mau berangkat aja sendiri , udah ah gue mau tidur . .cape” Jani pun
pergi ke kamar. Aku
langsung
ke luar rumah menuju teras, sambil
berpikir bagaimana merayu Jani. Jani bukanlah seperti wanita lain yang mudah terbujuk rayuan
gombal. Dia berbeda karena dia tomboi. Namun didalam jiwanya yang tomboi Jani merupakan wanita paling baik menurutku. Dia
mau menerimaku yang seorang gay menjadi suaminya. Meskipun pernikahan kami adalah buah perjodohan kedua
orang tua kami.
Baru saja Jani menolak ajakanku untuk memenuhi
undangan Aldi yang tak lain adalah Mantanku. Dua hari yang lalu tak sengaja Aku dan Aldi bertemu lagi disebuah
rumah makan. Dan ini
merupakan perjumpaan kami setelah hampir 2 tahun. Aldi tidak banyak berubah , masih
tetap sosok mempesona bagiku. Masih
seperti dua tahun yang lalu ketika terakhir bersamanya.
*** Kamar Kos dua tahun yang lalu***
“Za , ada yang mau gue omongin sama
loe”, Aldi
memulai bicara
“Paan” jawabku singkat.
“Gue mau nikah minggu depan , ayah
jodohin gue” jawab
Aldi lesu
“Hahh . . .beneran ? Loe serius ?”, Kataku kaget mendengar berita dari Aldi.
“Iya… loe tau kan bunda sakit dan beliau
berharap cucu dari gue .Gue pengen berbakti sama ayah dan bunda Za , loe tau
hidup gue kayak gimana dan mungkin ini jalan gue untuk bisa berbakti ma orang
tua gue” Kata Aldi
menjelaskan semuanya kepadaku. Aku hanya bisa diam mendengar semua
penjelasannya, mendengar keluh kesahnya dan berfikir bagaimana Aku selanjutnya.
“Iya gue tau , terus gimana?” Kataku sekedar menimpalinya.
“Apanya yang gimana Za . .loe ga
marah gue mau nikah ? dan loe artinya tau kan kalo gue udah nikah. .kita
bakalan putus Za” Kata Aldi
memandangku tajam.
“Terus gue harus gimana? Marah? ngamuk ngamuk karena gak' terima
loe nikah? Enggak harus gitu kan?” kataku padanya.
“Ya setidaknya loe terkejut ato
gimana kek” Aldi langsung
tertunduk lesu mendengar kata-kataku.
“Al. .jujur gue sakit hati , marah
mendengar ini tapi gue juga harus realistis Al.
Hubungan kita ga
mungkin selamanya dan kitapun punya komitmen kan?” Kataku sambil memegang pundak Aldi.
“ Ya… gue masih inget Za komitmen kita bahwa hubungan ini berakhir bila
salah satu di antara kita ada yang nikah, tapi heran aja” Jawab Aldi lesu.
“Heran gimana maksud loe?”
“Loe kan bilangnya cinta mati ma gue
tapi reaksi loe koq datar gitu. Jadi curiga , loe udah ada serepan gue ya?” tukas Aldi.
“Serepan pala loe peyang ! ! Loe aneh ya. .tiap hari gue sama
loe kapan gue nyari serepan hahh”
kataku sambil menjitak kepala Aldi.
“Iya deh sorry tapi jangan manyun gitu .
.ato mau gue perkosa?”
kata Aldi sambil tersenyum kearahku.
“Mau perkosa gue ?” tantangku kearahnya
“Monggo mas hehehe” Aku membuka kedua pahaku.
“Itu mah mau loe” kata Aldi dan langsung menggelitik tubuhku.
“Ampunn. .Al . .ampun” Aku memelas padanya untuk menghentikan penyiksaan
dari Aldi. “Hehehe . .makanya jangan ngeledek gue” kata Aldi sambil tertawa dan ngos-ngosan.
Sesaat
suasana hening. Posisi
tubuh Aldi di atas tubuhku
yang tengkurap. Perlahan
Aku
merasakan hembusan nafas Aldi menyapu telingaku. Akhirnya hembusan itu berubah
menjadi ciuman dan jilatan Aldi di telinga dan mjalar ke leher. Aku hanya bisa mendesah berusaha menikmati
saat terakhir kami bersama memadu birahi.
“Za , gue ga tau apakah gue bisa
jalani ini. Terlalu indah cinta kita . Apa nanti gue bisa mencintai wanita yang
jadi bini gue?” kata Aldi
pelan.
“Al. .kuncinya cuma ikhlas . Gue tau
cinta loe ke gue tapi loe harus nyadar di depan itu masa depan loe” Aku mencoba menasehatinya meski sebenarnya Aku yang
lebih pantas untuk dinasehati masalah cinta ini. “Gue
yakin loe bisa kasih cinta ke bini loe seiring berjalannya waktu nanti. Dan kalo gue itu cinta
terindah loe tolong jangan lupain gue . Biarkan gue tetap di hati loe bersama
kenangan kita” Tambahku
padanya.
“Gue janji Za… loe bakal tetap di hati gue ga akan
pernah terhapus waktu”
Aldi tersenyum kearahku.
“Jangan berjanji ntar malah jadi
beban buat loe Al”
“Thankz Za pernah jadi bagian
terindah dalam hidup gue”
kata Aldi dan langsung memelukku.
“Terus kapan ?”
“Apanya Za ?”
“Nikahnya dodol. .mang paan ?”
“Oww. .besok pagi gue pulang
kampung. Minggu depan nikahnya”
“Hahh. . .cepet banget dah ngebet ya? Hehehe”
“Ayah yang minta dodol. . .” kata Aldi sambil tersenyum kearahku. Aku hanya diam
dan suasana menjadi hening. Aldi juga hanya diam memandangi langit-langit.
“Al . .berati ini malam terakhir
kita ya?” kataku
memecahkan keheningan.
“Jangan bilang malam terakhir, kayak mau mati aja” tukas Aldi.
“Hmm. . .iya deh. .” jawabku singkat.
“ZA . .,”
“apaan?”
Aldi
mengedip-ngedipkan mata kirinya. “mata
loe kesambet ya?” kataku terlihat serius. Aldi langsung manyun dan memandangku
sinis. Aku membalasnya dengan mencolek pinggulnya, dan hal itu membuat Aldi
tertawa.
“Kamu gak ngerti maksudku ya?” kata Aldi menatapku.
“Hahaha… ya I know” Aku tertawa memandangi wajahnya yang tampan.
“Mau berapa ronde malam ini? malam ini gue masih milik loe tapi
mulai besok gue milik orang laen”
kata Aldi sambil memencet hidungku.
“Gue bakalan kangen loe Al”
“Gue juga pastinya Za”.
Malam
itu adalah malam
terakhir Aku menikmati indahnya cintaku berasama Aldi. Saat semua selesai Aldi terlelap disampingku. Aku
tahu sebenarnya Aku tak pernah ikhlas atas perginya Aldi dalam kehidupanku.
Saat menatap wajah tampannya yang terlelap dalam mimpinya, rasanya Aku ingin
menghentikan detik waktu ini.
“Gue sayang loe Al” kataku sambil mengecup kening Aldi.
**********
Sepeninggal
Aldi ku tata hidupku menuju masa depan dan aku pun
juga menerima perjodohan orang tuaku dengan
wanita yang sama sekali belum ku kenal. Bagiku sudah tidak penting apakah aku mencintainya atau tidak. Karena cintaku sudah dibawa Aldi.
Tapi
satu keyakinanku cinta itu bakal tumbuh seiring kami hidup bersama. Sebelum menikah aku sudah
menceritakan semua tentang diriku pada wanita calon istriku. Semuanya. Tak terlupakan
tentang
Aldipun tak luput aku ceritakan.
Sengaja Aku menceritakannya karena Aku tak mau pernikahanku dengannya ada
sesuatu yang disembunyikan, dan Aku mau wanita itu menerimaku apa adanya.
Aku
bersyukur wanita itu menerimaku dan berjanji tidak mengungkit-ungkit masa
laluku.Wanita yang luar biasa menurutku.
Di
balik sifatnya yang tomboy , keras dan galak dia menyimpan hati seperti emas. Berjiwa besar dan sangat kuat. Hal itu menimpulkan
keseimbangan, aku yang pendiam di imbangi dengan sifat dia yang
aktif dan ceria .
tiga bulan setelah kepergian Aldi , kami pun menikah. Kehidupan
pernikahan kami normal-normal saja. Sampai pertemuanku dengan Aldi di sebuah
rumah makan 2 hari yang lalu. Getaran
rasa itu masih aku rasa tatkala ku lihat wajah Aldi lagi setelah lebih dari 2
tahun yang lalu. .
“Al… apa kabar loe?” ku peluk erat Aldi.
“oeee. . .ketemu lagi hehehe. .gue
bae . .loe ndiri gimana Za. .bae juga kan.
Tambah keren broo hehe” jawabnya terlihat senang melihatku dan Aldi pun membalas pelukanku. Sesaat
kemudian kami lepas pelukan
dan tertawa berasama.
“Gue bae Al. .istri loe gimana?”
“Udah punya anak brapa . .5 ya
hehehe”.
“Hahaha. .enak aja mang bikin paan.
.gue belum di kasih karunia itu Za. .mungkin Tuhan masih marah. . “ ucap Aldi.
“Maksud loe . .ga' ada hubungannya
kalee. . .udah coba ke dokter ?”
rentetan pernyataan dan pertanyaan menghujaninya.
“Istri loe gimana ?”
“Gue beruntung Al , istri gue bae
banget. Dia istri yang soleha. Tuh
kan pertanyaan gue gak dijawab” kataku memandangnya.
“Hmmm. . .kami udah periksa dokter “
“Hasilnya?”
“Hasilnya bae-baik saja . .ga ada
yang bermasalah dengan kami. Cuma menurut dokter istriku mungkin mengalami
tekanan jiwa. Aku seh maklum aja . Kami kan memang di jodohin” Aldi mencoba menjelaskan semua permasalahannya
kepadaku.
“ Dan itu mungkin saja, karena sebelum kami menikah
dia udah punya pacar dan aku ga mau nanya itu” tambahnya.
“Biar saja itu menjadi bagian masa
lalunya”
“Oya. .sebelum menikah gue udah
cerita ke bini tentang gue.
Termasuk hubungan kita” kataku pada Aldi mengenai keterbukaanku dengan
istriku.
“Hahh. .beneran loe cerita hubungan
kita Al ?”
“Iyaa. .gue ga mau ntar jadi masalah
di belakangnya, Terus
loe ndiri gimana Za? Selama
lebih dari 2 tahun ini kabar loe gimana . .udah punya cowok lagi?”
“Sialan loe, setelah kamu menikah, Aku pun juga
menikah” kataku padanya
“Hahaha.. oia ceritain dung tentang bini loe itu” Aldi
lebih tertarik tentang istriku.
“Bini gue lebih macho dari gue Al, Sifatnya kayak loe”
“Maksud loe?”
“Dia tomboi . .ceria dan rame kayak
loe. .ada aja tingkahnya yang bikin gue tertawa.
Gue sayang dia, dan kami lebih seperti sahabat” ceritaku dan Aldi hanya termangu
mendengar cerita dariku.
“oia, kalo di rumah kami biasa
manggil loe gue. .tapi kalo ama orang laen baru berubah jadi mas dan adek.” Tambahku di akhir cerita.
“Wuihh . .keren Za. .salut dah ma
kalian. Kapan kapan maen ke rumah gue ya. Oyaa. .sapa nama bini loe Za?”
“Jani… Lailatul
muljani… cowok
banget kan namanya hehe”
“iyaa…”
“Kapan kapan gue undang loe ma bini
ke rumah ya”
“Ntar gue kenalin ma Zu bini gue”
“Sipp dah . .ntar gue bilang Jani”
“Ehh sapa tadi nama bini loe . .Zu?” Koq kayak nama gue hehehe. .”
“Hahaha. .mirip dikit. .Zubaidah
lengkapnya” jawab alti
sambil tertawa.
Singkat
cerita kamipun berpisah dan saling tukar nomer handpone. Hari itu pun aku pulang dengan ceria. Bayangan wajah Aldi menghiasi fikirku.
Dan pertemuan
dengan Aldi benar-benar memberi energi positif buat aku.Sesampainya di rumah aku cerita ke Jani sesuatu
tak ku duga terjadi. Satu
tonjokan mendarat telak di pipiku.
Jani
ga bicara apa-apa tapi langsung masuk kamar.
Tadi
siang Aldi meneleponku dan mengundang aku dan Jani makan malam di rumahnya 3
hari lagi. Dan itu yang tadi aku bilang ke Jani tapi Jani menolak. Aku masih terpaku di teras berpikir
mencari jalan bagaimana Jani mau ikut makan malam di rumah Aldi. Kalo hanya rayuan ga bakal mempan karena dia
wanita perkasa bukan wanita biasa.
Tak
terasa malam makin larut sementara aku belum dapat jalan mengajak Jani makan
malam. Aku putuskan untuk tidur biar saja besok aku cari cara buat naklukin
Jani.
Tiga hari kemudian, Aku dan Jani sudah siap-siap
berangkat ke rumah Aldi untuk memenuhi undangan makan malam. Aku berhasil
membujuk Jani walo aku harus rela jadi tukang pijitnya selama 2 hari. Bagiku ga penting jadi tukang pijat
yang penting Jani mau ikut saja itu sudah cukup.
Pukul
7 malam kamipun berangkat ke rumah Aldi dengan mobil Jani setelah tadi aku
telpon Aldi menanyakan alamat rumahnya.
Tidak
terlalu sulit mencari rumah Aldi karena terletak di perumahan yang cukup
familiar di kota ini. 20
menit kami sudah
sampai di rumah Aldi dan di sambut di depan rumahnya.
Aku
terpaku melihat sosok wanita di sebelah Aldi. Sungguh
wanita yang sempurna secara fisik menurutku.
Cantik
tinggi dan ramping . .jilbab yang dia pakai menambah aura cahaya cantik
wajahnya. Ku lirik Janipun terpaku sama Zu.
“Napa kalian bengong . .liat bini
gue kayak gito . .naksir ya hehehe” ledek Aldi padaku. Aku tersipu malu dan ku lihat
Janipun melengos .
“Ini bini gue Za. .Zubaidah”
“Dan ini pasti Jani kan?” Aldi mengulurkan tangan menjabat
Jani. Ketika aku mengulurkan tangan untuk menjabat tangan Zu dia malah
menangkupkan tangan di dada. Aku
mengerti maksudnya. .
“Owwh . .iya dah maaf”
“Kenalin ini Jani” Jani dan Zu pun saling mendekat dan
cipika cipiki di pipi .Kami dah kenal koq hehe. ' Jani menimpali ucapku
“Hahh. .kapan . . ?” tanyaku dan Aldi berbarengan.
“Dulu kami bersahabat dekat tapi
setelah Zu nikah kami ga ada kontak sama sekali . .apalagi gue juga nikah sama
Reza. Dan hari ini
kami berjumpa lagi”. Terang Ajani kepada Aku dan Aldi.
“Owwh gitu” jawabku
“Bagus dunk . .jadi reunian kita
hehehe”
Aldi menimpali
“Yaudah yukk masuk. .kapan makannya
kalo di luar terus” tambah
Aldi
“Ayokk” Jani menggandeng Zu menuju dapur di rumah Aldi.
“Kita ke dapur aja Zu.. nyiapin makan… biar mereka berdua mengenang
nostalgia mereka”
“Yukk. .mas ke dapur dulu ya . .mas
tunggu saja di ruang tamu”
“Ok. .jangan lama-lama ya Zu” jawab Aldi.
Sementara Jani dan Zu
menyiapkan makanan aku dan Aldi mengobrol.
Banyak
hal yang kami bicarakan tapi bukan tentang masa lalu kami.
“Woee. .udah siap neh. .kalian mau
makan ato mau nostalgia terus?”
teriak
Jani.
“Ga usah pake teriak napa Jan. .mang
di rumah ndiri apa” aku
pun sedikit melantangkan
suaraku.
“Loe dengar ndiri kan Al . .gimana
teriakan Jani” kataku pada
Aldi. Aldi
dan Zu tertawa melihat tingkahku
dan Jani.
“Asyik juga suara Jani. .menggelegar
hahaha”
kata Aldi
“Udah ah mas. .apaan seh . .jadi
makan gak?”
Zu menengahi
“Wuihh ada ayam bakar . .tahu aja
kesukaan gue ma Jani” begitu
ku lihat ada ayam bakar di meja.
“Iya mas . .Mas Aldi cerita semua
tentang Mas Reza” kata
Zubaidah.
“Pasti yang jelek-jelek juga dia
cerita ya . .dasar Aldi pengadu ya”
sungutku.
“Gue kan suami yang jujur hehehe” jawab Aldi.
“Udahan ah . .hayoo makan. .keburu
dingin ayamnya mengkerut tuch”
protes
Zu.
“Hahaha. . .ada-ada saja. .timpalku”
“Dan kami pun makan tanpa bicara sedikitpun .
Aldi
beruntung punya istri Zu. Tak
salah Ayah Aldi memilih jodoh buat Aldi.
Zubaidah memang cantik , soleha dan pinter masak. Usai makan kami mengobrol di ruang
keluarga. .
“Jadi mas Aldi itu
cinta sejati mas Reza ya?” kata Jani saat melihat kearahku yang berdampingan
dengan Aldi.
“Ehh. . .tumben loe manggil gue Mas
Reza . .biasanya ga gitu”
kataku sambil melihat ke arahnya.
“napa? Gak mau?”
“Bukan gitu. .cuma aneh aja. .loe
kan biasanya suka nyablak”
kataku tak kalah sewot dengan Jani.
“Udah-udah gak usah berantem . .ga salah juga kan
Jani panggil loe dengan mas”
kata Aldi menengahi kami.
“Iya juga seh hehe” Aku pun tertawa pada mereka.
“Jawab donk” kata Jani.
“Iyaa… Aldi
ini cinta sejati gue . Tapi gue udah ikhlas koq apalagi setelah gue bertemu Zu… gue bener-bener udah ikhlas”
“Terus dulu apa alasan Mas Reza
melepasin Mas Aldi menikah.”
“Dulu itu kami kami udah ada
komitmen hubungan kami berakhir kalo ada yang menikah di antara kami”
“Bukan hanya itu kan alasannya Mas
Reza?” kata jani
melihatku.
“ Ok Menurut kalian apa arti cinta itu ?” Aku menebarkan pandanganku pada tiga sosok diruangan
itu.
“Cinta itu rumit . . .ga gampang
memaknainya” jawab Jani.
"
Cinta itu persahabatan. .sahabatlah yang ada di kala kita susah senang. .dengat
sahabat hidup lebih berwarna. .Sahabat bisa teman . .istri . .atau saudara kita” Jwab Aldi.
“Kalo menuru Zu ?”
“Menurutku cinta itu melayani. .di
mana kita penuh kasih memberi tampa meminta . .selalu tersenyum ketika melihat
orang yang kita cinta bahagia walau bahagianya bukan dengan kita” Jawab Zu lebih bermakna.
“Kunci dari cinta itu ikhlas” Tambahnya.
“Begitupun menurut gue cinta itu persahabatan yang tulus
ikhlas memberi tampa meminta . .ketika kita bisa tersenyum melihat orang kita
sayang melangkah meraih bahagia.
Kadang
cinta membuat kita sakit hati tapi bila kita mampu berpikir positif maka sakit
itu akan berubah menjadi senyum keikhlasan.
Begitu
juga yang gue rasa ke Aldi. Ketika dia bilang mau nikah jujur gue terkejut.
.tapi gue tetap tersenyum berusaha tegar dan ikhlas. Dari pertama kali kami mengambil
keputusan untuk berpacaran gue udah siapin diri bila saatnya kami tiba. Jadi ketika Aldi bilang mau nikah
gue kagetnya ya cuma sebentar. Gue
mau melihat Aldi bahagia.
Jadi
menurut gue cinta itu adalah di mana kita bisa tersenyum ikhlas ketika orang
yang kita sayang tersenyum bahagia.
Cinta
itu bukan hanya butuh tapi penuh pengorbanan” kataku panjang lebar menjelaskan makna cinta
menurutku.
Aldi
berdiri dan menghampiku kemudian memelukku, “Thanks ZA. . .loe sahabat sekaligus
cinta terindah yang di beri ke gue”.
“Kalo gue cinta terindah loe terus Zu itu cinta apa loe Al?” tanyaku sambil melihat zubaidah.
“Zu ntu cinta agung gue. .anugerah
Tuhan. .wanita terindah yang menerima kekurangan gue” kata Aldi sambil mendekati Zubaidah.
“Zu manusia biasa . .Zu juga punya
kekurangan mas”
timpal Zu.
“Ga ada manusia sempurna” tambah Jani
“Tapi Zu istimewa . .jarang kan ada
wanita berhati emas seperti Zu
yang mau menikahi orang dengan semua kekurangannya dan masa lalu yang kelam”
kata ku padanya.
“Bini sapa dulu dong. .hehehe" kata Aldi bangga.
“Iya iyaa . .ucapin makasih no ma
ayah loe” kataku pada
Aldi.
Saat Aku dan Aldi tetawa, Zubaidah menengahi obrolan
kita, “Zu
tadi udah ngobrol banyak ma Jani sewaktu di dapur. Kalo definisi cinta itu yang
seperti Mas Reza dan Mas Aldi bilang.
Hmmm… Zu ikhlasin Jani mas. .Ya aku ikhlasin Jani mengabdi sama
Mas Reza. .tolong jagain Jani ya mas.” Zubaidah tersenyum pada Jani.
HAHH.
. . ! ! ! ? ?
Aku
dan Aldi cuma melongo kaget.
Terkadang
kita tidak menyadari apa artinya cinta. .kadang kita cuma meminta dan menuntut
tampa mau memberi. kadang kita menuntut pada cinta tapi kita
tidak mau berkorban. Beginilah
menurutku definisi cinta itu. Tentu
masih banyak definisi cinta yang lain.
Karena
cinta itu universal.
So. .apa arti cinta
menurut kalian ? Dan
apakah yang sudah kalian korbankan untuk cinta.?
*tersenyumlah dengan
ikhlas walau itu menyakitkan*
Penyunting : Ray Rowling