Jimmy Love Story II (Dhany from Fany)

Jika belum baca part sebelumnya silahkan baca di Jimmy Love story I
Jimmy Love Story II (Dhany from Fany)
            Menjalani hidup tanpa mengingat beban di masa lalu adalah hal yang tak mudah. Sudah setahun berlalu sejak aku di tinggalkan oleh seseorang yang pernah ada dalam hatiku yakni Fany. Aku jalani hidupku tanpa adanya orang yang berarti dalam diriku. Dua hari lagi aku berumur 17 tahun. Papa dan mama berencana untuk merayakan hari ulang tahunku ini, dimana aku akan di anggap menjadi orang dewasa setelah berumur 17th. Namun tidak ada yang spesial dalam diriku karena aku tidak memiliki seorang kekasih. Beberapa teman akrabku, baik dari teman sekolah maupun teman komunitas menanyakan kenapa aku masih tidak pacaran sampai saat ini. aku selalu menjawab pertanyaan itu dengan alasan yang tidak masuk akal, “ aku akan pacaran setelah aku berumur 17 tahun, itulah yang di sarankan oleh papa, dan mama”. Dengan pernyataan itu teman-teman selalu memanggilku anak mama, namun aku tak pernah marah karena aku tau mereka hanya bercanda dengan diriku.
            Besok adalah hari ulang tahunku, dan undangan telah aku bagi ke pada teman-teman. Sedangkan diriku tidak ada persiapan menyambut hari ulang tahunku, yang aku rasakan biasa-biasa saja meski ini adalah pertama dalam hidupku merayakan pesta ulang trahun bersama teman-temanku.
“jim, jimmy.. “ suara mama memanggil di lantai bawah
“iya ma, bentar jimmy ganti baju dulu” kataku sedikit lantang
“dasar anak ini, udah dari tadi pulang sekolah belum ganti baju, kayak anak kecil aja” kata mama sedikit jengkel.aku langsung menuruni tangga sambil memakai kaos oblong.
“dasar anak ini, jimmy udah besar jangan kayak anak kecil sukanya malas-malasan” kata mama.
“maafin jimmy ma, jimmy kecapean karena tadi di sekolah ada pengambilan nilai untuk mata palajaran olah raga.” Kataku sedikit lesu.
“yaudah, ayo anterin mama ke toko kue buat pesan kue untuk acara kamu besok” ajak mama.
“yah, kenapa harus jimmy ma?” protesku
“udah, ayo masuk ke mobil” kata mama sedikit memaksa. Aku hanya diam di samping mama yang sedang mengendarai mobil menuju toko kue. Setelah sampai disana mama tidak hanya memesan kue, namun juga ngobrol bersama pemilik toko yang tak lain adalah sahabat mama. Tokonya lumayan nyaman jadi pelanggannya sangat banyak dan pegawainya juga banyak, sekitar 10 orang. Mama mengajakku untuk masuk kedalam menuju ruang tamu pemilik toko kue itu, namanya ibu Siska.
            Hampir satu jam mama ngobrol dengan ibu Siska, dan aku sudah sangat boring meski di meja sudah terhidang kue-kue lezat produk ibu siska. Tiba-tiba ibu siska memanggil seseorang,
“dhan..dhany..tolong ambilkan katalog yang baru di kamar mama” perintah ibu siska ke orang tersebut.
“ini ma katalognya” kata anak itu. ternyata anak itu adalah putra ibu siska, tubuhnya tinggi dan putih bersih. Aku sedikit kaget melihatnya karena orang ini tak asing bagiku, dia adalah kapten tim basket di sekolah namun tidak sekelas dengan diriku. Dhany ada di kelas D sedangkan aku di kelas A, Dia terkenal sombong dan angkuh, sehingga banyak teman-teman yang menjauhinya. Namun dia masih lebih beruntung di banding dengan diriku, kemana dia pergi pasti bersama ceweknya, gadis cantik yang masih duduk di kelas satu. Sedangkan diriku hanya bersama teman-teman kelas bergerombol jadi satu.
            Dhany ternyata sangat sopan di depan orang tuanya, apalagi di hadapan tamu. “tante nita, pasti lagi ada acara ya? kok sore-sore gini sudah ada di toko.” sapa dhany kepada mama.
“iya dhan, tante lagi pesan kue buat acara ulang tahun Jimmy yang ke tujuh belas” mama menunjuk kearahku. Aku yang termenung melihat kearah mereka langsung kaget dan hanya tersenyum melihat ke arah mama.
“ooh…ternyata Jimmy putra tante nita…” Dhany sedikit heran.
“lho, kamu kenal Jimmy?” kata mama dhany.
“iya ma, dia teman sekolah Dhany, tapi belum pernah satu kelas dari kelas satu, oia Jimmy terkenal sebagai anak unggulan di sekolah ma” kata Dhany. Dhany menghampiri diriku yang duduk sedikit jauh dari mama dan ibu Fatimah,
“hai bro, ternyata kamu putra tante nita ya? hehe” sapa dhany sambil menjabat tanganku.
“hehe iya, kita belum kenalan…aku jimmy” kataku sedikit canggung.
“dhany, pasti kamu sudah tau aku kan? Pasti terkenalnya negatif-negatif, pembuat onar, sombong dan angkuh. Hehehe” kata Dhany sambil menggaruk kepalanya.
“enggak juga kok, aku tau kamu karena kamu kapten tim basket disekolah, tapi ada juga sih yang kamu sebutin tadi yang membuat kamu terkenal. hehe” sedikit gurauan agar obrolan kami lebih santai.
“yah, itu sebenarnya salah bro, yang bener itu aku anaknya baik dan sopan. Hahaha” lagi-lagi Dhany tertawa.
“hehe” jawabku. Tak lama kemudian mama sudah beranjak berdiri pertanda kami harus segera pulang.ke rumah.
“ok dhan, kita jumpa besok di sekolah yah” kataku sambil menuju keluar rumah dan melewati toko ibu fatimah.
            Hari sudah semakin sore, dan akhirnya kami sampai juga di rumah. Aku langsung menuju ke lantai atas menuju kamarku untuk mandi dan sholat. Rasanya sangat capek banget seharian dari sekolah terus mengantar mama ke rumah temannya. Ku pejamkan mataku untuk menikmati malamku. aku merasa aku tidur hanya sekejab dan terbangun oleh suara ketokan pintu
“jim..jim..bangun cepat..” suara mama terdengar dari luar. Aku langsung turun dari tempat tidur, sempat kulihat jam masih menunjukan pukul 00:30
“ada apa ma?” aku terlihat sedikit lesu.
“papa kamu belum pulang jim, di garasi sepertinya ada orang, mama takut itu pencuri” kata mama sedikit gugup.
“apa? Pencuri?” aku sangat terkejut dan rasa kantukku langsung hilang.
“ayo jim kita cek bareng-bareng” ajak mama
“tapi ma? Kenapa kita gak langsung telfon polisi saja?” kataku sedikit takut.
“kamu kan laki-laki jim, kita pastikan dulu” kata mama meyakinkanku.
“baiklah, ayo ma” aku langsung mengambil vas bunga yang erbuat dari batu marmer sebagai senjata. Perlahan aku memimpin di depan menuju ke garasi. Ketakutanku makin parah saat lampu Garasi mati, “ma, biar jimmy saja yang cek..mama menjauh saja dan jika terjadi sesuatu mama langsung lari ke kamar dan telfon polisi” kataku penuh keberanian.
“siapa? Aku tau di sini ada orang jangan bersembunyi” kataku yang terdengar setengah gugup.
Tiba-tiba lampu garasi menyala dan di ikuti suara sorakan dan berhasil membuat diriku sedikit berteriak kecil karena kaget. Ternyata di garasi ada papa sedang membawa kue kecil dengan angka 17. Papa langsung menyalakan lilin tersebut dan mama memelukku dari belakang. Aku sangat senang pada pagi itu tak pernah aku merasakan kebahagiaan seperti ini sebelumnya.
            Selamat ulang tahun ya nak, semoga menjadi anak yang soleh dan berbakti kepada orang tua, sukses dan yang pasti umurnya barokah. Itu doa dari papa dan mama untuk diriku.
“dan ini kado dari papa dan mama” ditariknya kain putih yang menutupi motorku.
“paa, ini motor jimmy?” kataku sedikit kegirangan.
“iya, papa sengaja ganti motor jimmy dengan motor ini karena jimmy sudah gedhe dan pantasnya naik motor ini” kata papa. Aku langsung memeluk papa dan mama.
“oia papa lupa, papa juga punya kejutan lain, kalau sampai lupa kasian ma” kata papa ke mama
“iya pa, kasian. Hehe” sambung mama. Tiba-tiba pintu mobil papa di dalam garasi terbuka, dan keluarlah seseorang yang tak pernah aku bayangkan sebelumnya dia akan menemuiku secepat ini. “hai..selamat ulang tahun dek” dengan senyuman khasnya dia mengucapkan selamat ulang tahun kepada diriku.
“kak Fany?” aku sedikit terkejut melihat Fany.
“kenapa jim? Gak seneng ada Fany disini?” tanya papa karena aku masih terkejut melihat kedatangan kak Fany.
Aku langsung menghampiri kak Fany dan berjabat tangan, kuerat kuat-kuat tangan kak Fany karena aku sangat kesal kepadanya. Fany hanya terdiam menahan remasan tanganku.
            Akhirnya mama mengajak kami masuk ke dalam rumah dan menyuruh kami untuk istirahat, karena besok aku harus ke sekolah. Mama dan papa langsung menuju ke kamarnya begitu juga Fany, dia menuju ke kamar tamu. Begitu aku melihat pintu kamar mama di tutup, aku langsung lari menuju kamar Fany. Ku tahan pintunya yang akan di tutup, dan berhasil mengagetkan Fany. Aku langsung masuk kedalam dan mendorong Fany hingga dia terpental kebelakang.
“heh kak, apa maksud kak Fany datang keini?” Aku pegang lengan kak Fany. Fany hanya tersenyum.
“ belum puas kamu sakiti aku dulu? Kamu berjanji untuk tidak meninggalkanku saat nenek tiada” aku makin kuat meremas kedua lengannya.
“maafkan kak Fany jim, kak Fany juga gak bisa hidup sendiri, kakak sangat kesepian saat kamu memilih untuk tinggal disini, jadi bukan sepenuhnya salahku aku meninggalkan dirimu.” Kata Fany sedikit mengerutkan keningnya. Aku langsung melepas genggamanku dan bersikap tenang “iya, aku juga salah karena aku gak bisa tinggal di rumah nenek, namun sekarang aku sudah dewasa kak, aku bisa menerima kenyataan ini, kak Fany datang kesini jimmy sangat senang karena kak Fany sudah aku anggap saudara kandungku.” Kataku sambil memeluk tubuh Fany. Fany juga memeluk erat tubuhku, “kak Fany minta maf ya dek, karena Fany tidak pamit secara langsung dan memutuskan adik melalui surat kaleng” kata Fany sedikit menyesal. Fany memegang lembut pipiku dan berusaha mendaratkan bibirnya di bibirku.
            Ku rasakan bibir kak Fany menempel di bibirku, aku langsung melepas ciumannya dan melepas pelukannya.
“kak, perasaanku terhadap kak Fany sekarang sudah berubah, aku sudah tidak punya rasa sayang yang lebih dari sekedar hubungan persaudaraan, aku harap kak Fany mengerti” kataku tegas.
“kenapa jim? Jimmy sudah ada yang lain?” tanya kak Fany.
“iya, dan dia sayang kepada jimmy” kataku tegas.
“siapa dia? Teman sekolah?” tanya kak Fany antusias.
“kak Fany tak perlu tau, yang penting jimmy sudah senang dan bahagia dengan kehidupan yang sekarang.” Jawabku yang berusaha terlihat tegar.
“kak Fany sangat senang mendengar berita ini, ternyata jimmy sekarang sudah tidak merasa kesepian lagi” kak Fany trsenyum sambil mengelus rambutku.
“iya kak, terimakasih karena sudah datang memberi kejutan di hari ulang tahunku” kataku sambil memegang pipi kak Fany.
“itu pastilah karena kamu adalah saudara kesayanganku, apapun buat jimmy. hehe, yaudah jimmy kembali ke kamar sana karena besok harus sekolah, tuh lihat udah jam dua pagi” kata Fany sambil mendorong jimmy keluar kamar.
“iya..kalau telat bukan salah jimmy, tapi salah papa dan mama, trutama kak Fany..whek” aku langsung lari kecil menuju kamar untuk melanjutkan tidurku.
            Kurasakan tetesan air jatuh diatas wajahku membuat diriku terbangun dari tidurku. Ku buka perlahan mataku sambil mengusap wajahku yang basah karena air.
“heh, bangun pemalas..” suara kak Fany yang membangunkanku. Dia menyrami wajahku dengan air sambil tertawa kecil.
“apa-apaan kak, jimmy dah bangun..kayak anak kecil aja harus di bangunin” kataku sedikit sewot.
“kamu tau ini sudah jam berapa?” kata kak Fany. Aku langsung melihat ke arah jam dinding di kamar
“astaghfirullah, mampus aku telat..” ternyata jam sudah menunjukan pukul 06:45, 15 menit lagi jam pelajaran akan dimulai, jarak dari rumah ke sekolah memakan waktu 15 menit. Aku langsung lari kekamar mandi sekedar gosok gigi dan  cuci muka, aku langsung ganti memakai seragam sekolah. Fany hanya tertawa kecil melihat diriku yang buru-buru.
“Dasar jorok, ke sekolah nggak mandi” kata Fany meledekku.
“biarin bukan urusan kak Fany, udah kak aku berangkat dulu Hehehe” segera aku keluar kamar menuruni anak tangga.
“jim, biar aku yang antar yah, aku boring di sini sendiri hanya di temani bi indah” kata Fany di belakangku. Yaudah ayo kak cepat ni hampir masuk, aku pasti udah telat. Dengan motor baruku aku di antar oleh Fany menuju ke sekolah. Ternyata benar aku sudah telat, pintu gerbang sudah di tutup. Jalan satu-satunya adalah melompati pagar belakang kantin. Aku langsung lari kebelakang sekolah di temani Fany. Untung saja pagar sekolah gak terlalu tinggi, mudah bagiku untuk memanjatnya.
“kak, aku masuk dulu ok, biar nanti aku pulang sendiri bareng temen” kataku sambil melompat ke dalam sekolah.
            Ku dengar suara motorku sudah menjauh dan aku mengendap ke dalam kelas untungnya guru pertama tidak masuk dan aku bisa bebas masuk ke dalam kelas tanpa menggunakan surat izin. Teman-teman di kelas sudah pada ribut karena aku datangnya telat
“wah, parah kau jim, untung aja pak Je gak datang”, kata tony teman sebangkuku. Aku hanya tertawa kecil dan mengeluarkan buku dan perlengkapan lain. Palajaran pertama sudah lewat, dilanjut dengan pelajaran ke dua yang membuat aku ngantuk karena guru satu ini hobynya mendongeng, huft…
            Tak terasa jam terakhir sudah usah, saatnya pulang kerumah dan tak lupa mengingatkan teman-teman untuk datang di acara mlam nanti. Aku berjalan melewati koridor sekolah yang sudah agak sepi, tiba-tiba ada teman kelas bernama rere.
“jim, di panggil pak je tuh” kata rere
“pak je? Ada apa ya? kataku sedikit heran
“yah aku Cuma menyampaikan pesan beliau aja jim, coba samperin beliau.” Rere langsung melangkahkan kakinya menuju gerbang sekolah.
“oia jim, pak je ada di dalam kelas XB karena tadi jam terakhir beliau ngajar kelas itu” rere setengah berteriak.
“ok re, makasih atas infonya” aku balik arah menuju ke kelas X yang ada di belakang. Melewati koridor yang sudah agak sepi hanya beberapa siswa yang masih duduk-duduk di depan kelasnya. Aku langsung mengetuk pintu kelas dan ternyata di dalam sana tidak ada pak Je.
“bodoh kamu jim, udah tau pak  JE tadi tidak datang mengajar malah kamu ke sini..hehehe” suara beberapa teman di belakangku
“ada apa ini? aku di tipu kalian? Kurang ajar.” Kataku sedikit kesal.
Tiba-tiba aku sudah di pegangi oleh teman-teman dan diseret ke depan toilet. Disana sudah ada teman-teman cewek yang sudah siap menyiram dan melumuri aku dengan tepung. Aku tak berdaya dan hanya menerima perlakuan mereka. Suara tertawa teman-teman riuh, juga suara jeritan teman cewek yang sengaja aku cipratkan air dan tepung untuk berbagi kotor. Mereka semua langsung lari berhamburan meninggalkanku di depan toilet dengan keadaan kotor dan bau amis dari telur yang di lempar ke kepalaku.
            “dasar teman-teman jail, ngasik surprise bukan gini caranya ne malah bikin aku malu ntar di jalan.” Aku menggerutu sendirian di depan toilet. Langsung saja aku masuk kedalam toilet dan menghidupkan kran air. Aku buka seragam sekolahku dan kulihat seberapa parah noda telur dan tepung yang menempel di seragamku. Ternyata hampir di setiap bagian sangat kotor dan bau amis, langsung saja aku siram seragamku dengan air dan sedikit aku kucek. Tiba-tiba ada suara di belakangku yang membuat aku kaget setengah mati.
“gak sekalian nyebur aja jim?” suara di belakangku dan di ikuti guyuran.
“heeei, “ aku sedikit marah dan menoleh kebelakang.
“dhany?” kataku terkejut. Aku mlihat dhany hanya tertawa kecil melihatku basah kuyup.
“ne pake kaosku aja” , dhany menjulurkan kaos oblongnya. Aku mengambil kaos yang di julurkan oleh dhany.
“jim, aku tunggu di depan yah, kamu mandi aja.” Kata dhany sambil berjalan keluar.
“dhan, makasih boss” aku mengangkat kaos yang di pinjamkan dhany ke padaku. dhany hanya tersenyum dan langsung keluar.
            Setelah selesai ganti baju, aku langsung keluar dan ternyata dhany masih menungguku di luar sambil menelfon seseorang. Melihat aku yang sudah bersih, dhany langsung mematikan hapenya dan menawarkan diri untuk mengantarku pulang ke rumah.
“ayo jim, ku antar kamu pulang. Kamu gak bawa motor kan?” tanya dhany.
“iya aku tadi di anter saudaraku, dan kamu kok tau kalau aku gak bawa motor? Tanyaku kepada dhany.
“lihat tuh tempat parkir hanya ada satu motor yakni motorku” kata dhany sambil menunjuk ke arah tempat parkir.
“heheh..iya juga .” aku hanya tertawa kecil.
Akhirnya aku di antar oleh dhany menuju rumah, tanpa di beri aba-aba dhany sudah tahu di mana rumahku. Dhany tau di mana rumahku karena dia sering ikut mamanya ke rumah saat mengantar pesanan kue ke rumah.
“ayo dhan masuk dulu” ajakku kepada dhany.
“gak usah jim, lain kali aja” jawabnya.
“oia dhan, nanti kamu datang ya ke acaraku, maaf kemarin gak sempat ngasik undangan. Hehe” aku mengundang secara langsung dhany untuk hadir nanti malam.
“ok jim, aku usahain nanti malam datang, hmmm.. boleh ngajak teman nggak?” tanya dhany.
“boleh aja, ajak aja gank kamu itu, gank anak nakal. Hahaha…bercanda lho dhan” aku sedikit meledek dhany.
“heh, kami itu penampilannya aja yang garang, tapi hatinya baik  jim.” Kata dhany membela teman-temannya.
“iya maaf tadi kan aku bilang kalau bercanda”
“hehehe..gpp kok. Yaudah aku cabut dulu, jumpa ntar malem (insyaallah) hehe” dhany langsung menarik gas motornya dan melaju cepat.
            Aku langsung masuk ke dalam rumah dan mengucap salam. “ assalamualaikum” langsung saja aku naik ke lantai atas. Ternyata kak Fany ada di breranda atas.
“pinter juga adek pilih cowok” kata Fany
“maksudnya?” kataku rada kebingungan
“halah, itu kan cowok kamu yang sekarang?’
“ngaku aja jim, kelihatan dari sikap kalian” Fany langsung menghujani aku dengan segala pertanyaannya yang gak masuk akal.
“bentar fan, maksud kamu anak tadi itu cowokku? Ngaco ah..udah aku mandi dulu.” Kataku berlalu langsung masuk kedalam kamar
“hahaha…dasar kamu itu jim, dengan aku aja masih maen rahasia-rahasiaan aku akan cari tahu sendiri” kata Fany.
“huh..tau terserah kak Fany aja “ aku langsung menutup kamar mandi dan mandi bersih. Setelah mandi ternyata Fany sudah tidak ada di dalam kamar. Ternyata Fany sudah masuk ke kamarnya dan mungkin sedang istirahat. Aku langsung merebahkan tubuhku dan memejamkan mata sejenak, untuk menghilangkan rasa capek.
“jim, bangun…dah sore lho” ternyata papa membangunkan diriku.
“oh, dah jam berapa pa?” tanyaku
“udah jam 5 tuh” sambil menunjuk ke arah jam dinding.
Aku langsung bangun dan menuju ke kamar mandi, biar segar aku langsung mandi dan berpakaian santai. Terdengar suara mama yang memanggil diriku, aku langsung saja menuruni anak tangga menuju ke ruang tengah. Ternyata ruang tengah sudah di hiasi pernik khas ulang tahun. Terlihat Fany juga membantu papa dan beberapa teman papa.
“lha. Ini pengantinnya sudah bangun” kata Fany yang membuat papa dan mama tertawa.
“hmmm. Dipikir ini acara pernikahan?” kataku sewot. Sebenarnya aku tidak menginginkan acara ulang tahunku seperti ini, berkumpul dengan keluarga saja aku sangat senang, namun papa mama yang merencanakan semua ini jadi aku hanya mengikuti alur mereka saja.
            Tepat pukul setengah tujuh malam para tamu berdatangan, aku hanya mengundang teman-teman kelas dan teman dekat saja, kira-kira hanya 50 orang. Suara alunan music mengisi seluruh ruangan. Teman-teman yang hadir langsung mencicipi hidangan yang ada. Papa menemaniku di depan pintu, sedangkan Fany masih ada di kamanya dan dia sebagai MC di acara ini. tiba-tiba ada jari yang mencolekku dari belakang, dan berhasil membuatku bergelinjang dan sedikit mengeluarkan suara teriakan kecil. Ternyata Fany yang sudah rapi menggantikan papa menunggu teman-teman yang belum datang. Aku melihat jam tanganku ternyata sudah menunjukan pukul 19:00 dan tamu terakhir datang, mobil avanza hitam berhenti di depan rumah, aku tahu ini siapa pasti dhany, ternyata dugaanku benar dhany turun dari mobil itu bersama 2 temanya.
“happy birthday bro, kami telat nggak?’ kata dhany sambil menjabat tanganku.
“enngak juga, ne acara hampir mau di mulai.” Kataku sambil mengajak mereka bertiga masuk.
Kulihat Fany tersenyum ke arahku penuh arti, aku langsung mengerutkan kening.
            Acara ulang tahunku di mulai dengan acara sambutan dari papa dan aku yang ulang tahun dilanjutkan dengan tiup lilin, dan sederet acara khas pesta ulang tahun. Dan sekarang hanya di isi oleh hiburan dari teman-teman yang memang hoby karaokean. Aku langsung bergabung dengan teman-teman kelas membaur jadi satu.
“jim, sejak kapan kamu kenal mereka” tanya andika sambil melihat ke arah dhany dan teman-temannya yang gak mau bergabung dengan teman-temanku.
“oh..sebenarnya aku baru kenal sama dhany, dhany itu anak teman mama” jawabku singkat.
tiba-tiba ada sms masuk, “ heh, masak tamu di diemin seperti ini? kalau Cuma gitu perlakuan tuan rumah mending kami pulang saja. By : Dhany” ternyata sms ini dari dhany. Aku tidak tahu darimana dia tahu nomorku ini, aku langsung menuju kerah dhany dan kedua temannya.
“hei, sorry aku barusan di ajak ngobrol teman-teman, dan bergantian menyapa mereka. hee” kataku pada mereka
“hmm pasti ngomongi kita tuh dhan, bener nggak?” kata johan.
“halah, jangan buruk sangka dulu bro gak ada teman-temanku yang ngomongi kalian kok, kayak artis aja. Hahaha” aku sedikit memberikan candaan agar mereka ikut tertawa. Banyak yang kami obrolin bersama ketiga teman baru ini, dhany, johan, dan ryan.
            Beberapa menit aku ngobrol bersama mereka dhany menanyakan aku toilet, katanya pengen buang air kecil. Aku langsung antar dhany ke kamar mandi luar, dan ternyata kamar mandinya ada yang menggunakannya.
“yaudah, ke kamarku aja dhan” aku langsung mengajak dhany ke kamar, setelah itu aku pamit untuk kembali bergabung dengan teman-teman.
Waktu sudah menunjukan pukul 21:00 dan beberapa teman bergantian pamit untuk pulang. Tersisa johan dan ryan yang masih duduk sambil menikmati minuman dan snack. Aku samperin mereka berdua
“jim, dahny kemana?” tanya johan
“ow, tadi dia ke toilet, berarti mulai tadi dia belum turun. Bentar jo aku panggil dia” aku langsung menaiki tangga menuju ke kamarku. Ternyata dhany baru keluar dari kamar dan langsung turun melewati diriku sambil tersenyum ke arahku. Aku mengikuti dia turun dan dhany terlihat buru-buru mengajak ke dua temannya.
“jim, makasih yah atas semua hidangannya. Hehehe” kata ryan.
“yoi bro makasih atas semuanya” sambung johan
“jim, aku juga mau ucap terimakasih, moga kita jadi teman, kami pamit dulu”  kata dhany. Dhany dan teman-temanya langsung keluar dan menuju nmobilnya. Aku tutup pintu gerbang dan ku arahkan penglihatanku ke beranda atas ternyata ada kak Fany sedang berdiri memandang ke luar. Aku langsung masuk ke dalam rumah dan menutup pintu, bi indah merapikan semua sisa dari acara di rumah. Aku langung masuk ke dalam kamar menemui Fany. Aku tau pasti semua ini ada hubungannya dengan kak Fany karena dhany teerlihat aneh.
“kak, ngobrol apa aja dengan dhany? Kayaknya lama di dalam sini” tanyaku langsung kepada intinya.
“gak ada Cuma ngomongin tentang motor milik dhany, modifikikasinya bagus dan aku pengen motorku juga di modif eperti miliknya” jawabnya sambil tersenyum padaku.
“ow gitu yaa. Kirain ngobrol yang aneh-aneh” aku langsung menuju kasur dan berbaring diatasnya.
“mang kamu kira aku mau rebut dhany kamu? Hehehe” lagi-lagi Fany menyinggung hubunganku dengan dhany.
“tau terserah kak Fany mau bilang apa yang jelas aku dengan dhany itu Cuma teman baru, dan aku juga gak tau dia penyuka sejenis atau tidak, udah ah aku mau bobok” kataku sedikit sewot.
“hehehe, yaudah aku juga mau ke kamar, karena besok aku harus balik lagi ke pesantren” kata Fany sambil menutup kamarku. akhirnya aku bisa istirahat juga, dan ku pejamkan mataku hingga pagi menjelang.
            Suara alarm membangunkanku dari tidurku, hari ini aku bangun tepat waktu untuk sholat shubuh. Setelah sholat aku langsung turun ke dapur untuk ambil air minum, dan ternyata disana ada mama dan bi indah yang lagi masak.
“tumben ma, masak pagi-pagi seperti ini” sambil meneguk air putih ku sapa mama.
“iya, ini buat oleh-oleh untuk kak Fany bawa pulang” jawab mama singkat.
“ouw gitu ya, sekarang kak Fany kemana ma?” tanyaku.
“mungkin masih di kamarnya, coba di lihat takutnya dia belum sholat shubuh.” Jawab mama. Aku langsung menuju ke kamar tamu, dan ternyata kak Fany sudah bangun dan sedang menelfon seseorang.
“aku kira belum bangun” kataku sambil berbalik arah meninggalkan kamar Fany.
“jim, sini bentar. Aku mau kenalin kamu ke temenku.” Suara Fany menghentikan langkahku dan berbalik menuju dia yang sedang duduk di atas kasur.
“siapa?” tanyaku agak datar.
“temanku, ni ngomong aja” sambil menjulurkan handphonenya ke arahku
“halo, jimmy ya?” suara seorang cowok dari ujung sana.
“iya, ini siapa?” jawabku
“aku teman Fany, mantan kamu dulu” jawabnya sambil tertawa. Aku langsung memberikan kembali hp kak Fany.
“siapa sih?, udah aku mau mandi aja. Orang gak jelas suruh ngomong ma aku.’ Jawabku sewot dan beranjak berdiri
“halo, jimmynya lagi ngambek tuh, kamu ngomong apa?” kata Fany yang tertuju kepada orang di telfon itu.
“ hahahaha” tiba-tiba kak Fany tertawa.
“dasar gak jelas, aneh” jawabku sambil mengerutkan kening dan keluar dari kamar tamu.
            Matahari sudah mulai tinggi dan saatnya kami mengantar kak Fany ke stasiun. Dia akan pulang kerumah mamanya lebih dulu sebelum kembali ke pesantren. Fany mencium tangan papa dan mama, juga menjabat tanganku.
“ sampai jumpa om, tante, jim. Fany pulang dulu nanti kalau ada waktu Fany main ke sini lagi” kata Fany sambil mnggendong tas ranselnya.
“kak, makasih ya..kak Fany mau datang ke acara ulang tahunku” kataku sambil tersenyum padanya.
“sama-sama. Hehe. Ne kak Fany di bawain oleh-oleh banyak”  jawabnya sambil menunjuk karton di samping kanan kakinya.
kak Fany langsung masuk ke gerbong kereta dan kereta tersebut berangkat perlahan. Kak Fany melambaikan tangannya ke arah kami dan kami membalasnya sambil tersenyum ke padanya. Akhirnya kak Fany pulang ke rumahnya. Ternyata hari ulang tahunku yang ke tujuh belas ini banyak kejadian yang tak terduga dan semuanya sangat mengesankan berawal ari kenalnya aku dan dhany yang sudah di cap sebagai anak sombong dan angkuh oleh teman-teman, hingga bertemunya kembali aku dengan kak Fany. Ternyata perasaanku ke kak Fany memang sudah berubah, tak ada rasa lain selain rasa sayang sebagai saudara.
            Seminggu telah berlalu dan aku lalui hari-hariku seperti biasa, ke sekolah, main di rumah temen dan sebagian besar waktu di habiskan di rumah dengan membaca dan nonton TV. Namun disekolah aku tidak pernah berjumpa dengan dhany, di saat aku ikut mama ke toko kue milik ibunya dhany juga tak terlihat. Namun beberapa teman masih membicarakan dhany yang terkenal nakal dan arogan. Terakhir aku dengar kabar bahwa dhany berkelahi dengan kakak kelas dan dia berurusan dengan guru BP. Semua tentang dhany dan kenakalannya selalu di bicarakan namun aku tak pernah melihat dhany di sekolah meski beberapa teman melihatnya. Ku putuskan untuk menemui dhany di saat kegiatan eskul basket pada hari sabtu sore nanti.
            Sepulang sekolah di hari sabtu itu, aku langsung pamit ke mama untuk kembali ke sekolah karena ada acara pertandingan basket, tentu saja mama tidak pernah melarangku dan memberi saran untuk membawa mobil karena cuaca saat itu mendung. Namun aku menolaknya karena aku kurang faham bawa mobil, dari pada nanti terjadi hal yang tak di inginkan di jalan mending aku bawa motor saja. Sesampainya di sekolah ternyata dhany ada di lapangan basket sedang latihan bersama tim basketnya. Di sana juga ada guru olah raga, juga terlihat johan yang asik nonton di pinggir lapangan. Tak ku sangka ternyata di sekolah sangat ramai bukan hanya teman-teman yang nonton pertandingan basket tapi juga ada siswa yang sedang main papan selunjur dan lainnya. Karena suasana yang ramai aku hanya duduk di warung samping sekolah sambil menikmati minuman hangat. Sekitar satu jam kemudian latihan basket sudah selesai dan beberapa teman sudah banyak yang pulang. Ku juga sempat melihat johan dengan teman ceweknya juga pulang, namun aku belum melihat dhany keluar dari sekolah. aku coba lihat ke dalam sekolah ternyata sekolah sudah sepi, “pasti dhany tadi udah lewat dan aku tidak melihatnya” pikirku sambil berbalik ke luar sekolah.
            Tiba-tiba tetesan air hujan jatuh dari langit yang gelap, aku langsung lari menuju warung samping sekolah. ku lihat hujan makin deras dan langit semakin gelap, untunglah aku di warung ini, karena warung ini tutup sampai jam 21:00 dan aku yakin hujannya bentar lagi juga reda. Udara dingin membuatku merasa lapar dan langsung saja ku pesan soto ayam untuk mengisi perut. Aku yang sedang asik makan soto tiba-tiba di kejutkan oleh tangan dingin dan basah yang memegang pipiku dari belakang. Aku menoleh ke belakang ternyata dhany yang basah kuyup dengan kaos basketnya.
“dasar kamu jim, temannya terjebak hujan di dalam sekolah kamu malah enak-enakan makan disini.” Kata dhany sambil mengambil mangkok isi soto milikku dan memakannya.
“heh, maaf aku pikir di dalam sekolah sudah gak ada orang, dan ngapain kamu makan soto milikku ini?” aku menjawabnya agak heran, dan langsung saja aku memesan satu teh hangat dan semangkok soto ayam.
“ hehehe, aku kan dingin jim, perut juga lapar daripada sakit yah ku embat aja makanan kamu ini” jawabnya sambil tertawa.
“jiaah, ne soto kamu, makan ini aja jangan milikku karena sama aja kamu nanti lapar karena sudah tinggal sedikit.” Aku menjulurkan soto yang baru di antar.
“ hehehe..terimaksih jim” dhany tersenyum sambil menikmati soto ayamnya.
“oia, kamu ke sini buat nemuin aku kan?” kata dhany sambil menoleh kearahku. Aku sedikit batuk karena tersedak saat minum teh hangat.
“ngawur, aku kesini tadi ada janji ma teman, dan ku tunggu sampai sekarang gak datang. Dan aku terjebak hujan” aku mencoba membuat alasan.
“oalah, aku pikir kamu kesini buat nemui aku, sempat aku GR tadi saat aku lihat kamu datang kesekolah karena setahuku kamu gak pernah ke sekolah di sore hari. Hehehe” kata dhany sedikit tersenyum.
“halah, dasar kau dhan ada-ada aja” aku juga tersenyum dan meminum teh hangatku.
            Langit semakin gelap dan hujan belum berhenti. Dhany yang tidak membawa motor langsung memintaku untuk mengantarnya pulang.
“jim, aku gak bawa motor dan tadi berangkat bareng johan. Bisa anterin aku sampai rumah nggak?” pintanya
“boleh, tapi kan hujannya belum reda” kataku ambil melihat ke luar warung.
“kalau tunggu reda mungkin besok kita pulang, lihat langitnya gelap tertutup awan hitam” jawab dhany.
“yaudah ayo kita pulang, tapi kalau sakit jangan salahkan aku ya..!”
“ok boss” kata dhany
Setelah membayar makanan yang kami makan , kami langsung keluar dari warung menuju motorku. Kami berdua melaju dengan kecepatan sedang karena jalanan licin. Dhany yang duduk di belakang memegang pinggangku dan sedikit menduk kepunggungku untuk menghindari tetsan air hujan karena dia tidak memakai helm. Di tengah perjalanan dhany memeluk erat perutku dan membuat jantungku berdetak kencang. Beberapa meter sebelum sampai dirumahnya, dhany melepas pelukannya dan sampailah kita di depan tokonya. Dhany langsung turun, dan aku berencana untuk langsung pamit pulang. Tapi ibu fatimah keluar dari toko, dan menyuruhku untuk masuk dulu.
“nak jimy? Ayo masuk dulu, nanti sakit basah-basahan gini” kata ibu fatimah sambil membukakan pintu gerbang rumah yang terletak disamping toko kuenya.
“ayo jim, masuk dulu” kata dhany sambil mengambil kunci motorku. Tak ada pilihan lagi aku langsung menuntun motorku memasuki halaman rumah dhany. Ibu fatimah dari dalam rumah langsung membawakan dua buah handuk kering. Beranda rumah dhany agak gelap jadi aku tidak sungkan membuka bajuku di teras rumahnya.
“jim, ngapain buka baju di sini? Ayo ke kamar aja pakai bajuku” dhany menarik tanganku menuju kamarnya yang tak jauh dari pintu masuk.
“i..iya” kataku sedikit kaget dengan tindakan dhany yang tiba-tiba. Ternyata kamar dhany berantakan, sangat berantakan. Buku dan kertas berserakan di meja, sprei berantakan, dan baju kotor juga di gantung gak karuan. Aku melihat keadaan kamar dhany yang berantakan membuat diriku sedikit risih.
“ini kamar atau kandang ayam dhan?” tanyaku sambil tertawa meledek dhany
“hehehe, aku malas beresin kamar, biasanya pembantu di rumah ini yang beresin, tapi dia lagi pulang kampung karena ada urusan.” Kata dhany sambil nyengir dan menggaruk kepalanya
“dasar pemalas. Hahaha” Aku meledeknya sekali lagi.
“udah, kamu ke kamar mandi aja aku mau ambilin minuman hangat di dapur.” Kata dhany sambil mendorongku ke kamar mandinya. Aku langsung masuk ke kamar mandi yang ada di kamarnya, meski kamarnya kotor tapi kamar mandinya lumayan bersih. Aku buka bajuku dan celanaku yang basah. Aku siram tubuhku dan ku sabuni dengan sabun cair.
“tok-tok, jim ini handuknya” suara dhany dari luar kamar mandi. Aku buka kunci kamar mandi dan ku buka sedikit pintu terlihatlah dhany yang sedang memegang handuk dan hanya memakai celana basketnya. Aku menjulurkan tanganku untuk mengambil handuk itu, dhany tidak memberikanku handuknya malah dia mendorong pintu kamar mandi dan menerobos masuk.
“dhaaan..” bentakku sambil menahan pintu. Tanganku yang licin dengan sabun membuat dhany mudah mendobrak pintu kamar mandi.
“ngapain sih dhan?” aku berbalik dan membelakangi dhany. Dhany hanya diam dan memandangi tubuh telanjangku. Dhany langsung memelukku dari belakang, “dhan, lepasin nggak?” kataku sedikit mengancam.
“kalau aku nggak mau lepasin kamu mau apa?” tanya dhany sambil menempelkan hidungnya ke tengkukku.
“aku akan teriak biar mamamu dengar” kataku sedikit mengancam.
“silahkan, biar mama kita tahu bagaimana sebenarnya anak mereka” jawab dhany sinis.
“maksud kamu?”
“yah, biar mama kita tahu kalau anak mereka sakit, dengan kata lain anak mereka seorang GAY” jawabnya perlahan di telingaku. Aku langsung membalikan tubuhku, dhany juga meregangkan pelukannya. Sekarang posisi kami berhadapan dan kurasakan penisku menyentuh penis dhany yang tegang di dalam celana basketnya.
“jim, sebenarnya aku suka padamu sejak kita pertama masuk sekolah dulu. Pertama kali aku melihat kamu pada saat kamu memimpin barisan kelompokmu. Suara yang tegas dan tubuh tegakmu membuat aku suka sama kamu, tapi kita tak pernah satu kelas sejak kelas satu dulu. Sekarang aku baru bisa mengenalmu, dan ku tahu kamu seperti diriku dari Fany. aku sangat senang ketika Fany bercerita tentang masa lalumu bersamanya, aku senang ternyata aku tidak sendirian terlahir seperti ini di dunia ini.” dhany langsung memelukku. Aku hanya diam tanpa ada respon.
‘jim, katakanlah kalau kamu juga menyukaiku” dhany makin erat memelukku.
“dhan, sebenarnya aku juga menyukaimu sejak kamu menjadi bahan omomongan teman-teman di kelas” ku lepaskan pelukan dhany sambil membalutkan handuk di pinggangku.
“berarti benar kamu suka aku jim” kata dhany mengikuti langkahku keluar dari kamar mandi sambil melilitkan handuk di pinggangku dan duduk di kasur.
“jim, katakan sejujurnya bagaimana perasaanmu sekarang padaku?” dhany duduk di depanku dan memegang lututku.
“sudah aku katakan aku juga suka ma kamu” aku sedikit mengerutkan keningku. Dhany langsung tersenyum dan berdiri memelukku.
“jim, jadilah kekasihku, aku janji aku akan lebih baik dari Fany” kata dhany dengan suara pelan di samping telingaku. aku menganggukan kepalaku pertanda aku menerima cintanya.
Dhany langsung menciumku dan menyuruhku untuk memakai kaos oblong yang tersedia di atas tempat tidurnya. Setelah minum kopi hangat dan aku langsung pamit pulang karena hujan sudah reda.
            Akhirnya kisah cinta baru di mulai bersama dhany, dan aku harap kebahagiaan akan selalu menghiasi hari-hariku bersamanya. Aku tak menyangka di umurku yang ke tujuh belas aku mendapatkan kado seorang dhany. Kado terindah yang di berikan oleh kak Fany kepadaku. aku yakin kak Fany dapat merasakan apa yang aku rasakan terhadap dhany, dan kak Fany berusaha mencari tahu apakah dhany juga begitu. Dan inilah akhir dari rencana kak Fany, aku jadian dengan dhany. sesampainya di rumah aku langsung menghubungi kak Fany dan menceritakan semuanya, ternyata kak Fany sangat senang dan satu perkataanya yang membuat aku bangga memiliki saudara sepertinya “ aku akan lakukan apa saja demi kebahagiaan adek, dan semua ini aku lakukan demi menebus kesalahanku yang  dulu, karena telah menyia-nyiakan adek, Mulai sekarang tak ada orang yang boleh menyakiti adek seperti diriku yang pernah menyakiti hati adek, jika aku maasih ada di dunia ini. Itu janji seumur hidupku kepada adek, karena kau adalah saudara tersayangku” itulah kata-kata kak Fany. Semuanya telah berubah saat aku berumur tujuh belas tahun, dan inilah jalan hidupku, hidup dengan caraku sendiri tanpa merugikan orang lain.

Comments
0 Comments

0 comments:

Post a Comment

Terimakasih atas kunjungannya, besar harapan penulis tolong tinggalkan jejak dalam kolom komentar, terimakasih....