Akhir Mengejar Masa Lalu part 07, Adam sudah bertemu
dengan saudara kembarnya bernama Vicky, Dia adalah pemuda yang baik dan
menganggap Adam dan Johar adalah adik laki-lakinya. Johar pun diangkat menjadi
anak oleh Mama Adam. Kebahagiaan Aam berlipat ganda ketika ia berhasil
mendapatkan cinta Stella. Namun bagi Johar hari-harinya semakin sulit dijalani,
karena harus berhaapan engan Alex dan Nico
Beberapa bulan telah berlalu, Johar dan Adam telah
menempuh Ujian kenaikan kelas dan menunggu hasil jerih payahnya selama setahun
di kelas satu SMA. Kini di pagi yang cerah mereka berdua datang ke sekolah
lebih awal dan berdiri di depan perpustakaan. “Mungkin nggak ya Aku menjadi
juara kelas lagi?” Kata Johar tersenyum di depan Adam yang sedang sibuk dengan
ponselnya. “Kita lihat saja nanti, siapa yang akan menjadi juara kelas” jawab
Adam dan masih sibuk dengan Ponselnya. “Kalau masalah naik kelas, seratus
persen Aku yakin naik kelas kak, tapi hanya 50% keyakinanku akan mengalahkan
kak Adam” Jawab Johar murung.
“Loh? Belum tentu lah, kita kan sudah belajar bersama
selama ini dek?” Kata Adam yang langsung menyimpan ponselnya di saku celana.
“Akhir-akhir ini Aku banyak masalah kak, jadi kurang fokus dalam urusan
sekolah, Aku juga sering bolos dan hal itu menjadi pertimbangan para guru untuk
memberikan nilai.” Johar duduk di lantai. “Hmmm… sebenarnya kamu itu punya
masalah apa sih? Setiap Aku tanya kamu selalu saja mengelak” Adam duduk di
dekat Johar.
Johar pun langsung menyebarkan penglihatannya ke sekitar
sekolah yang agak sepi dan mulai berbicara pada Adam. “Aku pengen jumpa Papaku
kak!” Kata Johar murung. “Pasti Jo, kamu akan berjumpa dengan beliau, Alex dan
Vicky sudah berupaya membantu kamu juga kan? Sabar aja ya! Suatu saat kita akan
menemukan Papa kamu” Adam memegang pundak Johar dan menenangkannya.
“Oia, boleh kakak tanya satu hal?” Adam memandang dalam
pada Johar yang sangat murung. “Apa kak?” Johar melihat ke Arah Adam. “Kamu
sudah berjanji pada Mama akan tinggal dengan kakak di rumah, kenapa kamu masih
bertahan di kontrakan Jo? terus saat di kontrakan Aku merasakan hubunganmu dan
Nico tidak seperti biasanya” Kata Adam dengan suara pelan. “Maaf kak, Aku masih
tidak enak pada Mas Yudi dan Nico jika kita semua menetap di rumah Mama, hampir
satu tahun kita tinggal di kontrakan dan Aku merasa berat meninggalkan
kontrakan kak” Kata Johar menundukan kepalanya, memandang garis ubin.
“Ya, Aku juga sama dek… makanya terkadang Aku masih
menginap di kontrakan. Tapi kakak menjadi tidak enak pada Mas Yudi dan Nico, seharusnya
mereka bisa menempati kamar masing-masing jika Adek mau tinggal di rumah.”
Jawab Adam. “Entahlah!” Kata Johar datar. “Oia, kamu belum jawab masalah kamu
dengan Nico, mengapa kamu menghindari Nico beberapa bulan ini?” tanya Adam
dengan nada penuh curiga. “Ada sesuatu kak, tak mungkin Aku menceritakan pada
kak Adam” jawab Johar yang membuat Adam semakin penasaran.
“Yang jelas kalau ngomong dek! Aku tidak mengerti apa
yang kamu katakan, mengapa harus ada rahasia di antara kita?” tanya Adam
semakin penasaran. “Udahlah kak, Aku bisa menghadapinya kok, Oia tadi kak Vicky
sms katanya hari jum’at pagi dia akan pulang, Jadi tidak sabar ingin bertemu
dengannya” Jawab Johar sambil berdiri dan menjauh meninggalkan Adam sendiri
menuju kelasnya. Hal itu dilakukan untuk menghindar dari pertanyaan Adam yang
memojokan dirinya.
“Hei, Ngapain kalian pagi-pagi sudah ada di sekolah?”
Tanya Roy yang berjalan bertiga dengan Alex dan Rendy. “Biasa, Jaga sekolah!”
Jawab Johar tersenyum. “Tidak terlalu pagi kok, kalian saja yang datangnya
terlalu siang!” Jawab Adam yang berada di belakang Johar. “Oia, Stella gak
bareng kalian?” tambah Adam mencari sosok Stella. “Bosen! Selalu Stella, Stella
dan Stella yang ditanya tiap kita berjumpa.” Sungut Rendy yang sudah bosan
mendengar kata Stella dari mulut Adam beberapa Bulan terakhir sejak Adam dan
Stella berpacaran.
“Haha, Masak Aku mau tanya tentang kalian? Sudah jelas
kalian sehat dan berada di depanku” Adam tertawa mendekati Rendy dan
merangkulnya kemudian mengacak-ngacak rambutnya. “Maklumlah, kita juga perlu
diperhatikan oleh anggota kelompok, jangan Cuma satu orang dong” Tambah Alex
tersenyum. “Udah Ah, jangan konyol deh! Sebentar lagi kita sudah di bangku
keals dua dan tidak sepantasnya kita bersikap kekanak-kanakan” kata Johar
sambil menghindar dari teman-temannya.
“Hei Jo, mau kemana?” Tanya Rendy. “Ke ruang Olah Raga,
mau ambil bola basket” Jawab Johar terus berjalan. Mendengar kata Bola Basket,
Rendy dan Roy langsung berlari mengikuti Johar menuju ruang penyimpanan
alat-alat olah raga. “Kamu gak ikut Dam?” Tanya Alex yang juga melangkahkan
kakinya untuk mengikuti Johar. “Al, Aku mau bicara dengan kamu, kita ke kelas
saja!” Ajak Adam terdengar serius.
“Bicara apa? Di lapangan aja Dam, sekalian bermain
basket.” Kata Alex yang sedang bingung untuk mengikuti Johar atau Adam yang
sudah menaiki tangga. “Jangan!, Aku ingin membicarakan ini tanpa sepengetahuan
Johar, ini menyangkut Johar Al. Ayolah ikut ke kelas!” Adam menarik Alex untuk
mengikutinya menuju kelas.
Ketika berada di dalam kelas yang kosong, Adam mulai
melirik arah sekitarnya memastikan tidak ada yang mendengar. “Mau bicara apa
Dam? Kayaknya serius banget!” Kata Alex. “Baiklah, pertama Aku mau tanya
sesuatu padamu, Aku lihat kalian beruda tidak terlalu akrab sekarang, Akrab sih
tapi kurang lepas dan tidak seperti dulu lagi!” Tanya Adam dan membuat Alex
bingung untuk menjawabnya.
“Maksudnya?” Alex memandang Adam. “Kamu dan Johar punya
masalah apa?” Tanya Adam serius. “Enggak, tidak ada masalah kok, kamu tahu
sendiri kita selalu belajar bersama saat ujian kemarin” Jawab Alex membela
diri. “Iya, beberapa minggu ini, sebelumnya kenapa?” Tanya Adam menyudutkan
Alex. “Aku gak tahu, mungkin itu Cuma perasaanmu saja, coba kamu tanyakan pada
Johar jika jawabanku belum memuaskan! Emang ada apa sih kok curiga banget?”
Alex mengkerutkan alisnya dan memandang sinis pada Adam.
“Gak usah mandang gitu juga Al” Adam tersenyum dan
berbalik menjauhi Alex. “Yaudah lupakan saja Al, oia satu pertanyaan lagi,
bagaimana info tentang Ayah Johar?” Adam memastikan. “Papa masih mencari
informasi ke para relasinya, kata papa Sulit mencari orang hanya bermodal foto
masa SMAnya, dan sekarang pasti sudah berubah wajah dan tubuhnya.” Jawab Alex.
“Iya juga sih, Aku hanya kasihan pada Johar Al, tadi pagi dia bilang sangat
ingin bertemu dengan Ayahnya” Jawab Adam lesu duduk di atas meja.
“Aku sudah berusaha semampuku Dam, atas saran Vicky
kemarin Aku juga memosting di jejaring sosial juga, di video permainan music
kalian juga kuselipkan di deskripsi youtube, Entahlah Aku jadi ikut merasa
kasihan pada Johar” Jawab Alex sambil duduk di sebelah Adam memandang lantai
kelas. “Yaudah Al, yang penting kita semua sudah berusaha kan? Sekarang hanya
bisa berdoa kepada Allah atas usaha yang kita lakukan, semoga ada hasilnya.”
Adam turun dari meja dan langsung keluar kelas meninggalkan Alex sendiri yang
melamun memikirkan Johar.
Di lapangan basket Johar asyik bermain bola basket
bersama beberapa anak lain di sekolah. Di antara mereka ada Roy dan Rendy yang
berdiri di pihak lain melawan tim Johar. Ketika Johar memandang ke lantai dua,
terlihat Alex yang berdiri memandang ke arahnya. Johar tersenyum melambaikan
tangannya guna mengajak Alex bergabung. Alex membalas senyumanya dan hanya
memberi kode Ok dan langsung turun
menuju lapangan basket. “Kak Adam! ayo main…!” Kata johar ketika melihat Adam
melintas di sekitar lapangan Basket. “Timnya udah pas kan? Kamu main aja
sendiri” Jawab Adam sambil meringis menghindari silaunya sinar matahari.
“Ayo Dam, kamu di tim Johar dan Aku di team Roy dan
Rendy” Alex menepuk pundak Adam dan langsung masuk ke lapangan basket. “Hei…
over pemain nih” jawab Adam sambil melepas tas ranselnya. “Ini hanya permainan
kak, bukan pertandingan… Ayo kita cetak skor terbanyak buat ngalahin mereka!”
Johar tersenyum sambil memandang ke arah Alex yang berdiri di depan Roy dan
Rendy. “Siap menjadi pecundang?” kata Alex tersenyum sinis. “Lihat saja nanti!”
Kata Johar sambil melemparkan Bola ke
arah Alex.
Akhirnya setelah beberapa menit berpanas-panasan bermain
basket dan tim Alex memenagkan pertandingannya. Kemudian mereka semua menuju
kantin sekolah untuk membeli minuman. “Dek, Nanti pulang ke rumah atau ke kontrakan?”
Tanya Adam sambil meneguk minumannya. “Ke kontrakan kak, salam ke mama ya!”
Jawab Johar sambil mengipas tubuhnya yang berkeringat. “Yaudah, yang penting
malam sabtu dan minggu kamu menginap di rumah Mama seperti biasanya” Jawab
Adam.
“Kenapa sih kamu tidak tinggal bersama Adam saja?” tanya
Rendy dengan mimik wajah keheranan. “Ya terserah Johar kan Ren?” jawab Roy
ketus. “Heh monyet, Aku gak tanya kamu!” Rendy melempar Roy dengan tisu bekas.
“Hahaha… udah-udah nanti berantem beneran!” Johar tertawa melihat tingkah Roy
dan Rendy yang selalu tidak Akur. “Yaudah, Ayo kita pulang, semua sudah pada
pulang tuh, dan beberapa nilai juga sudah terpampang di papan pengumuman” Ajak
Adam sambil melangkahkan keluar dari kantin.
“Eh Jo, kamu pulang ke kontrakan kan? Aku antar ke
kontrakan ya!” Alex mendekati Johar. “Boleh, penghematan biaya Transport” Jawab
Johar tersenyum. “Dek, kakak pulang dulu ya! Sampai jumpa besok pagi di
sekolah. OK” Kata Adam ketika naik ke angkot menuju arah berbeda dengan Johar.
“Iya kak, salam untuk mama!” Jawab Johar yang berdiri sendiri di depan gerbang.
Ketika angkot yang dinaiki Adam menjauh, tiba-tiba Alex
datang dengan motornya dari belakang Johar. “Adam udah pulang?” tanya Alex.
“Iya baru saja naik angkot, mungkin mumpung
ada angkot lewat Al jadi gak nunggu kamu disini, Oia jadi nganter Aku nggak?”
tanya Johar. “Ayo naik! Kita lewat jalan alternatif aja ya, soalnya kamu gak
ada helm dan di waktu seperti ini pak sulipi bergentayangan” Kata Alex dan
langsung melajukan motornya. “Heh, pak polisi bukan sulipi” Johar memprotes
Alex sambil tertawa. “Hahaha… Kalau pilisi itu yang bener-bener mengayomi
masyarakat, kalau pak sulipi itu yang meresahkan masyarakat” Kata Alex tertawa
dan terus melajukan motornya menuju kontrakan Johar.
Setibanya di rumah konrakan, Johar bertemu dengan Yudi
yang sedang duduk di ruang tamu. “Mana Adam Jo?” Tanya Yudi yang mendapati
Johar datang dengan Alex. “Kak Adam
malam ini nginep di rumahnya mas!” Jawab Johar yang terlihat sangat
kelelahan. “Loh kamu gak ke sana juga Jo?” Tanya Yudi yang duduk di ruang tamu.
“Nggak mas, Jo tidur di sini aja.” jawab Johar sambil duduk di ruang tamu.
“Yaudah, Aku berangkat dulu Jo, Oia kalau Nico datang, suruh Nico buat bayar
tagihan listrik bulan ini! Uangnya sudah ada di lemari.” Kata Yudi dan langsung
keluar menuju terminal. “Ok, Mas!” jawab Johar sambil berdiri dari duduknya.
“Al, Aku capek banget pengen rebahan di kasur!” Kata
Johar sambil menggerak-gerakan tangannya. “Yaudah sana kau istirahat aja!”
Jawab Alex. “Terus kamu gak mau pulang?” Tanya Johar heran. “Tadi Aku sudah
bilang kan? Mama dan Papa lagi ke luar kota. Jadi di rumah hanya ada pembantu,
kamu gak kasihan sama Aku?” Kata Alex memelas. “Yaudah, Ayo ke kamar aja Al,
atau lebih baik kamu di ruang tamu aja!” Kata Johar sambil berdiri mendekati
kamarnya.
“Yah… masak Aku sendirian? Percuma dong Aku disini yang
bertujuan mencari teman!” Kata Alex mengikuti Johar. “Yaudah, di kamar aja Al,
kamu bisa main gitar atau mijitin Aku. Hehehe” Johar tertawa sambil berbaring
di atas kasur. “Emang kamu sakit Jo? Kok minta dipijitin?” Tanya Alex tersenyum.
“Iya Al, leher dan punggungku sakit semua, gara-gara olah raga tadi itu. Maklum
lah lama gak berolah raga. hehehe” Jawab Johar sambil tertawa lemas.
“Sini Aku pijitin!” Alex langsung meraih betis Johar dan
memijitnya. “Sebentar, ini gratis kan?” tanya Johar sambil tertawa melihat
Alex. “Kalau gak gratis kamu gak mungkin bisa membayarnya karena harga
pijitanku paling mahal di dunia ini” Alex tertawa dan terus memijat betis
Johar. “Alhamdulillah kalau gratis. Terusin yah. Hehehe” kata Johar dan
membenarkan posisinya lagi.
“Yaudah, Buat kamu apa aja boleh” Kata Alex. “Awas kalau
macem-macem!” Johar berbalik lagi. “Iya nih Orang… berbaring dan rilex aja lah!
Curiga terus!” Alex memaksa Johar untuk tidur. Alex memijat Johar dengan lembut
di bagian leher dan punggungnya. Hingga beberapa menit kemudian, Johar minta
ijin untuk membuka baju. “Al Aku buka Baju dulu, gerah banget!” Kata Johar.
Alex menghentikan pijatannya dan melihat ke arah Johar yang berusaha duduk dan
melepas bajunya. “Ya ampun, Baju kamu juga basah tuh!” Kata Johar melihat baju
Alex yang basah.
“Aku tahan mulai tadi Jo, takutnya kamu berburuk sangka
lagi padaku!” Kata Alex sambil mengelap titik keringat di keningnya. “Yah, nggak
juga Al… Buka Aja baju kamu! Oia, Kalau capek udahan mijitnya!" Kata Johar
dan kembali telungkup. “Enak aja udahan, kalau udah nyaman jangan lupa gantian
mijitin Aku” Alex menekan kepala Johar. “Oalah, Aku pikir gratis ternyata minta
gantian! Tapi jangan sekarang ya Al Aku bener-bener sangat lelah” kata Johar
yang berbaring telungkup di atas kasur.
“Yaudah, kamu istirahat aja Jo” Alex berdiri dan
mendekati jendela untuk menikmati udara yang berhembus. Ketika melihat Johar
yang berbaring di atas kasur Alex mengunci pandangannya pada Johar yang
berbaring kelelahan. “Lihat apa Al?” tanya Johar yang tiba-tiba memergoki Alex
yang melamun memandangnya. “Masih aja perhatikan Aku kamu Jo, Gak mungkin Aku
macem-macem lagu, kamu tidur aja!” Jawab Alex. “Hehe, enggak kok Al, Aku tidak
memikirkan buruk tentang kamu, karena Aku lebih nyaman bersama kamu kok” kata
Johar. “Nyaman? Maksudnya?” Tanya Alex heran. Johar tidak menjawab dan memilih
untuk diam dan akhirnya dia terlelap dalam tidurnya.
Udara yang berhembus tidak dapat menghilangkan gerah di
tubuh Alex. Keringat bercucuran dan membuatnya sedikit mengkilat. Tiba-tiba
terdengar suara ketukan pintu kamar Johar. “Jo, ada orang tuh” Alex mencoba
membangunkan Johar, namun Johar tidak bangun dari tidurnya. Terpaksa Alex
membuka pintu sedikit dan melihat siapa berada di luar. “Heh, ngapain kamu
disini?” kata Nico yang mendorong pintu kamar Johar dan membuat Alex sedikit
terpental.
“Kalian
berdua ngapain sih? Berduaan di kamar sama-sama gak pake baju! Kalian mesum di
rumah ini ya?” Suara Nico membangunkan Johar. “Ada apa Nic?” tanya Johar kaget
sambil mengusap wajahnya. “Kamu mesum dengan orang ini Jo?” Nico mendekati
Johar. Wajah Nico terlihat sangat marah dan membuat Johar kebingungan. “Apa
yang kamu katakan Nic? Kamu jangan salah sangka dulu!” Johar mencoba
menjelaskan pada Nico. “Iya Nic, kami tidak melakukan apa-apa!” Tambah Alex.
“Heh, kamu ini hanya tamu di sini, jangan banyak bicara!”
Kata Nico berbalik mendekati Alex. “Aku memang tamu, tapi tak sepantasnya kamu
berburuk sangka Nic” Alex terus mencoba memberikan penjelasan pada Nico.
“Diam!” Bentak Nico pada Alex. “Heh Nic, mau kamu itu apa? Kamu cemburu?
Cemburu kalau Alex ada di kamarku? Ok Aku dan Alex barusan melakukan sesuatu
yang belum pernah kau lakukan denganku!” Johar marah pada Nico. “Jo…!” Alex
mencoba menenangkan Johar yang terpancing oleh ulah Nico.
“Oh, kamu lebih memilihnya daripada memilihku Jo? Aku
tahu kamu sebenarnya homo Jo, dasar laki-laki munafik bilang saja kalau kamu
tidak mau denganku gara-gara Aku miskin kan? Sekarang Aku tahu, bahwa
sebenarnya kamu itu gila harta Jo” Nico mencerca Johar. “Maksud kamu? Kalu
bicara hati-hati Nic” Tanya Johar heran dan berdiri. “Kamu memilih orang ini
karena dia kaya kan? Kamu lebih memilih tinggal dengan Adam karena Adam
sekarang sudah kaya kan?” kata Nico menatap Johar.
“Gila kamu Nic, sudah gak waras! Al ayo kita keluar aja,
jangan hiraukan dia yang sudah tak waras!” Johar mengambil kaosnya yang ada di
bawah kakinya. Alex juga meraih bajunya yang ada di dekat Nico dan mereka
berdua langsung keluar dari kamar. Ketika Alex mengikuti Johar dari belakang,
Nico meraih Ballpoint yang berada di atas meja Kamar Johar dan langsung
menusukan ke punggung Alex. “Ahh…!” Alex mengeluh kesakitan dan memegang luka
di punggungnya. “Kenapa Al?” Tanya Johar dan terkejut melihat punggung Alex
yang menancap Ballpoin.
“Bangsat!” Johar memegang krah baju Nico dan memukul Nico
tepat di wajahnya. “Sudah Jo!” Alex memaksa Johar dan menariknya keluar.
“Bajingan kau Nic! Setan!” Johar terus membentak Nico dan memukulnya. “Jo
cukup! malu kalau di dengar tetangga!” Alex meringis memegang pundaknya dan
melihat Nico yang menunduk tak berdaya menutupi wajahnya. “Kamu tidak apa-apa
kan? Coba kulihat lukamu!” Kata Johar di ruang tamu. “Nyilu dan sedikit perih,
tidak seharusnya kamu seperti itu ke Nico” jawab Alex dengan wajah kesal.
“Biarin Al, sekali-kali dia pantas mendapatkannya.” Jawab
Johar sambil memeriksa luka di punggung Alex. “Kamu keterlaluan Jo!” Jawab Alex
ketus. “Yaudah, kita ke dokter Al dan jangan bahas anak itu lagi!” Kata Johar
panik menarik Alex ke depan rumah. “Bagaimana dengan Nico? Kamu lihat kan darah
yang keluar dari hidungnya tadi?” Alex menjadi khawatir. “Sudahlah, kamu maunya
apa sih Al? Jangan buat Aku kesal padamu!” Kata Johar sambil mengerutkan
alisnya.
“Maaf Jo,
Kamu bisa bawa motor kan?” Kata Alex langsung mengalihkan arah pembicaraanya
“Bisa Al, biar Aku yang bawa motor kamu! Di dekat sini ada dokter kok” Kata
Johar sambil menaiki motor Alex. Akhirnya Johar membawa Alex menuju dokter yang
tidak jauh dari tempat mereka. Dokter banyak tanya mengenai luka yang ada di
punggung Alex, “Kenapa ini? Kena paku?” tanya Dokter sambil membersihkan luka
di punggung Alex.
“Bukan Dok, tadi kena plastik… saya kurang hati-hati!”
jawab Alex sambil meringis kesakitan. “Kalau memang plastik, tidak masalah,
tapi luka ini agak lama sembuhnya, jangan terlalu sering kena air dan selalu
jaga kebersihan dan rajin ganti kain kasanya!” Jawab Dokter sambil membalut
Luka Alex. “Tidak masalah kan dok? Takutnya ada benda yang tertinggal di
dalamnya!” kata Johar memastikan. “Sudah saya periksa, tidak ada yang tersisa
di lukanya, hanya pendarahan ringan aja!” Jawab Dokter ramah.
Setelah ke dokter, Johar membawa Alex menuju rumahnya.
“Jo, sekarang kamu mau kemana?” Tanya Alex ketika Johar memarkir motor Alex di
depan garasinya. “Mungkin Aku ke rumah kak Adam aja, Sudah saatnya kami menetap
di rumah itu.” jawab Johar lemas sambil duduk di teras rumah. “Yaudah, ayo
masuk dulu Jo! Oia, kejadian ini jangan sampai ada yang tahu ya! Bisa jadi
masalah serius nantinya.” Kata Alex yang duduk di samping Johar. “Aku tahu kok!
Maaf Al tadi itu salahku! Andai saja Aku bilang pada kamu apa yang terjadi
antara Aku dan Nico, dan Andai saja Aku tidak mengatakan kalau kamu adalah
kekasihku, kamu tidak akan seperti ini Al” Kata Johar pelan.
“Sudahlah, meski tadi hanya bo’ongan Aku sangat seneng
kok mendengarnya!” Alex tersenyum meletakan tangannya di atas tangan Johar.
Johar menarik tangannya dan merubah arah pembicaraan. “Oia, kamu nggak mau
ngajak Aku masuk dan memberi minum atau apa gitu?” Tanya Johar sambil berdiri
dari kursi di teras rumah. “Hahaha, yaudah Ayo masuk Jo, kamu sudah hubungi
Adam kalau kamu ada disini?” tanya Alex sambil menyentuh punggung Johar dan
sedikit mendorongnya masuk ke rumah. “Nanti saja Al” Kata Johar.
Beberapa jam berlalu, setelah makan di rumah Alex johar
mendapati ponselnya berdering. “Kak Adam Al” Kata Johar sambil mengangkat
panggilan Adam. “Iya kak, Aku di rumah Alex nih…! Kalau tidak keberatan bisa
jemput di rumah Alex? Kalau gak bisa tunggu saja di kontrakan!” kata Johar.
“Yaudah, Aku kesana dek, mumpung Pak Joni tidak sibuk!” Jawab Adam di ujung
telefon. “Yaudah kak, Aku tunggu sekarang!” Johar langsung mengakhiri sambungan
telefonnya.
“Adam mau kesini?” tanya Alex khawatir. “Kok khawatir
gitu Al?” Tanya Johar heran. “Jangan ceritakan masalah ini ya Jo! Pada siapa
pun tak terkecuali Adam” Kata Alex memohon. “Iya, tidak mungkin juga Aku akan
menceritakannya! Kamu tenang aja Al semua akan baik-baik saja setelah Aku pergi
dari kontrakan itu masalahnya pasti akan menguap begitu saja” Jawab Johar.
“Bagaimana lukamu Al? masih terasa sakit?” tanya Johar.
“Masih Jo, perih dan agak panas!” jawab Alex sambil meringis. “Terus siapa yang
akan mengganti perban itu Al?” Tanya Johar khawatir. “Ya kamulah, siapa lagi?
Tak mungkin aku minta bantuan mama atau papa, pasti mereka akan banyak tanya
nantinya” Jawab Alex merengut. “Hah? Aku harus datang ke sini setiap hari
mengganti perban itu? Macam perawat saja!” Tukas Johar. “Ya Nggak Juga Jo,
Gantinya bisa di sekolah kan? Di toilet atau di UKS!” Saran Alex. “Oh… yaudah
kalau gitu, kamu bawa aja perlengkapannya dan Aku akan mengganti perban di
punggung kamu” Johar mengiyakan saran Alex.
Akhirnya Adam datang ke rumah Alex, Adam tidak mau
berlama-lama dan segera berpamitan. “Al, Aku balik dulu ya! Sudah hampir
maghrib dan harus cepat pulang ke rumah!” kata Adam. “Yaudah kalian berdua
hati-hati ya!” Alex mengantar mereka hingga depan gerbang. Di perjalanan pulang
Johar tidak banyak bicara, dia hanya diam memikirkan apa yang akan terjadi
ketika dia bertemu dengan Nico nanti. Berkali-kali Adam mengajak Johar
berbicara namun Johar menjawabnya dengan singkat dan tak bersemangat. Ada
sedikit curiga pada diri Adam. “Dek, kenapa suram gitu?” tanya Adam memandang
Johar. “Enggak kok, Oia kak mulai malam ini kita pamit ke mas Yudi dan Nico ya!
Sudah saatnya kita meninggalkan rumah itu!” kata Johar.
“Akhirnya, kamu mau juga tinggal di rumah mama bersama
kakak! Yaudah barang-barang yang masih ada di kamar kita itu bawa aja dek,
sebagian punya kakak udah ada di rumah kok!” jawab Adam.
Setibanya di rumah kontrakan, Johar tidak mendapati Nico,
hanya ada Yudi yang sedang memainkan gitarnya. “Assalamualaikum mas!” kata
Adam. “Walaikum salam, kalian darimana? Katanya sekarang mau menginap di rumah
mamamu Dam?” tanya Yudi. “Iya mas, begini mas Yudi… Mungkin kami berdua tidak
akan tinggal di rumah ini lagi. tapi kami akan sering berkunjung ke rumah ini
mas!” Adam menghentikan pembicaraannya ketika Yudi mulai menghentikan permainan
gitarnya.
“Yaudah Dam, sebaiknya kalian tinggal di rumah itu, tapi
jangan lupakan saudara-saurdaramu yang disini” Yudi tersenyum. “Pastinya mas,
Mas Yudi banyak membantu, ntah kalau kami tidak bertemu dengan mas Yudi mungkin
kami tidak akan seperti ini” kata Adam yang juga tersenyum. “Iya mas, Aku juga
mau bilang banyak terimakasih dan memohon maaf yang sebesar-besarnya pada Mas
Yudi, karena sebelumnya selalu berburuk sangka” Tambah Johar. “Hahaha, karena
Aku pengamen kan? Itu kan dulu Jo! Oia kalian gak mau nunggu Nico dulu?” tanya
Yudi.
“Iya, Nico kemana Mas?” Tanya Adam. “Belum pulang
Dam, sebentar lagi pasti dia pulang
kok!” jawab Yudi sambil membakar ujung rokoknya. “Yaudah mas, sekalian kami
mengemasi barang-barang ya!” Adam berdiri menuju kamarnya. Johar mengikuti Adam
dan langsung mengemasi barang-barang milik mereka. “Dek, karpet kamar biarkan
di sini aja ya! Bawa buku dan baju kita aja dek!” kata Adam mengingatkan Johar.
“Oia, biar kakak yang bawa ini ke depan gang ya! Sambil mengingatkan Pak Joni
untuk bersabar!” kata Adam dan langsung keluar membawa barang-barangnya.
Ketika Adam berada di luar rumah, dia berpapasan dengan
Nico yang terlihat cak-acakan. “Hei Nic, darimana aja? Kami akan pindahan mulai
malam ini!” sapa Adam ketika berpapasan dengan Nico. “Johar juga ikut?” tanya
Nico heran. “Itu rencana Johar, dan dia yang ingin cepat-cepat tinggal di
rumah, itu Johar ada di kamar lagi beres-beres, Oia… kenapa muka kamu? Berantem
Nic?” Adam sedikit heran melihat plipis Nico lebam. “Tidak, Aku terpelesat di
kamar mandi Kak! Yaudah Aku kesana dulu ya” jawab Nico dan langsung berjalan
menujuu rumah.
Mendengar penjelasan Nico tentang luka lebam di plipisnya
membuat Adam kurang yakin jika luka itu akibat jatuh. Adam memiliki keyakinan
bahwa luka yang didapat adalah luka pukulan dan
terlihat ada warna biru lebam disekitar mata Nico. Adam pun menyangkut
pautkan akan kurang dekatnya hubungan Nico dan Johar serta keputusan Johar yang
terkesan terburu-buru untuk pindah rumah. Namun Adam lebih memilih berpositif
thinking dan tidak terlalu memikirkan hal aneh tentang Johar dan Nico.
Di dalam rumah, ketika Nico masuk ke ruang, Yudi langsung
menyapa Nico “Nic, darimana aja kamu?” tanya Yudi pada Nico. “Dari jalanan
mas!” jawab Nico datar dan langsung melangkahkan kaki menuju kamar Johar.
“Sebentar, kamu kenapa? Berantem sama siapa kamu?” Tanya Yudi Heran. “Bukan
Mas, tadi Aku terjatuh di kamar mandi!” Nico menutupi plipisnya. “Oh, makanya
hati-hati ya!” Kata Yudi dan melanjutkan bermain gitar.
Nico pun
masuk ke kamar Johar dan mendapati Johar sedang memasukan beberapa barang ke
dalam ranselnya. “Kamu mau pergi dari rumah ini?” tanya Nico memegang pundak
Johar. Johar masih marah pada Nico dan menepis pegangan tangannya. “Bukan
urusanmu lagi, Oia Terimakasih selama ini kamu sudah menjadi bagian dalam hidup
kami, menjadi saudara kami dan banyak membantu kami! Satu lagi, terimakasih
untuk ilmu yang kau berikan!” kata Johar memasukan beberapa pakaiannya ke
ransel.
Nico tak menjawabnya dan langsung memeluk Johar dari
belakang. “Maafkan Aku Jo!” suara Nico pelan. “Lepaskan Nic!” kata Johar pelan
dan berusaha melepas pelukan Nico. “Jangan macem-macem Nic, otak kamu itu sudah
gak waras!” Johar mengecilkan suaranya dan heran melihat plipis Nico yang
berwarna biru. “Aku sayang kamu Jo!” kata Nico yang juga pelan. Johar terdiam
sejenak memandang Nico yang terlihat sangat tulus. “Maaf Nic” Jawab Johar dan
langsung keluar membawa ranselnya.
“Mas, Kak Adam masih di luar ya?” tanya Johar sambil
duduk di samping Yudi. Johar memilih untuk menunggu Adam di ruang tamu karena
menurutnya ruang tamu yang ada Yudi merupakan tempat aman dari Nico. Ketika
Adam datang, mereka berdua langsung berpamitan kepada Nico dan Yudi. “Nic,
terimakasih atas kebaikanmu selama ini ma’afin Adam jika punya banyak salah!”
Kata Adam berjabat tangan dengan Nico. “Iya kak, Nico juga minta maaf jika
punya salah” Nico memeluk Adam dengan erat.
“Aku akan kesini lagi kok, jangan terlalu bersedih Nic”
kata Adam sambil tersenyum. “Aku juga berterimakasih pada kamu Nic, terimakasih
atas semua kebaikanmu” Kata Johar yang ragu menjulurkan tangannya. “Nico juga
minta maaf Jo!” Kata Nico dan berusaha memeluk Johar. Tidak ada pilihan selain
merangkul Nico dan menepuk punggungnya. “Aku tidak akan menyerah!” bisik Nico
di telinga Johar. Johar pun langsung melepas pelukan Nico dan berusaha bersikap
biasa. “Yaudah, kami pamit dulu ya!” kata Adam dan mereka pun pergi dari rumah
Yudi dan Nico.
Ketika berada di perjalanan menuju rumah, Johar
memikirkan Nico, di dalam pikirannya hanya Nico dan bekas pukulan di plipisnya.
Johar merasa terlalu berlebihan bersikap menghadapi Nico. Dan rasa sesal pun
datang menghantuinya. “Maafkan Aku Nic, tadi Aku emosi dan tidak bisa
mengontrol diri! Sekarang kamu pasti kesakitan” kata Johar di dalam hatinya.
“Dek… Kok sering melamun sih?” tanya Adam ketika mereka berhenti di depan
rumah. “Eh, sudah sampai ya kak? Maaf Johar kecapean kak jadi keseringan
melamun. hehehe!” jawab Johar dan
langsung keluar dari mobil.
“Yaudah, setelah sholat dan makan, sebaiknya kamu tidur
aja dek” Saran Adam mendekati Johar. “Iya kak, Sebaiknya begitu biar tidak
sakit kan?” Johar tersenyum dan melangkahkan kakinya menuju pintu rumah. Ketika
mereka berdua masuk ke dalam rumah, mama Adam menyambutnya dengan sangat
bahagia. “Akhirnya, Anak-anakku tinggal disini dan berkumpul bersama!” kata
Mama Adam sambil mendekati mereka berdua.
“Assalamualaikum Ma” kata Adam tersenyum. “Walaikumsalam,
eh mama sudah masak enak malam ini. Kalian pasti lapar kan?” Mama Adam membantu
membawakan koper milik Adam. “Kami belum sholat ma, sebentar lagi maghrib udah
lewat! Kami sholat dulu aja.. Oia biar kami yang bawa barang-barang kami! Ini
berat loh.” Kata Adam meraih koper miliknya dan Menuju lantai dua. “Permisi Ma”
Johar tersenyum mengikuti Adam dari belakang dan hal itu membuat Mama Adam
tersenyum bahagia.
Malam itu
adalah malam yang sangat membahagiakan bagi Adam dan Mamanya karena Johar sudah
tinggal bersama mereka, tidak seperti yang dirasakan Johar yang sedang kalut,
dia lebih memilih untuk tiduran di kamar sendiri daripada duduk dengan Mama
Adam menonton acara televisi. Masih banyak hal yang Johar pikirkan, yang
terpenting baginya adalah mendapatkan kebahagiaan dan menemukan ayahnya. Merasa
sedih dan butuh teman untuk mengobrol, Johar teringat Alex yang sedang sakit,
dia selalu memikirkan luka di punggung Alex.
Mengingat
luka itu membuat Johar semakin tidak suka pada Nico, Nico yang selama ini ada
untuknya ternyata dia orang yang nekad dan sangat ambisius. Namun di hati kecil
Johar, dia merasa bersalah pada Nico. Melihat luka lebam di pelipis Nico
menggambarkan betapa berlebihan tindakannya pada Nico. “Apa dosaku, mengapa
orang-orang didekatku menjadi kesakitan begini?” Kata Johar dalam hatinya dan
terus gelisah di tempat tidur.
Ketika
meraih ponselnya, Johar langsung mencari nama seseorang yakni Vicky. Dia
mengirim sms ke Vicky sekedar menanyakan kabar, dan ketika mendapat balasan
dari Vicky wajahnya langsung bahagia. Malam itu Johar menghabiskan malamnya
dengan ber-sms dengan Vicky.
****
Ke esokan harinya, Adam dan Johar tiba di sekolah agak
siang, karena hari itu adalah hari terakhir mereka datang ke sekolah untuk
mengambil undangan pengambilan raport kenaikan kelas. Ketika memasuki gerbang
sekolah, keduanya bertemu dengan Stella dan Roy yang datang menggunakan motor.
“Baru datang juga?” Tanya Roy berhenti di dekat Adam dan Johar. Adam tersenyum
dan berkata, “Iya Roy, sebenarnya mau lebih siang lagi, tapi nih anak buru-buru
banget pengen ke sekolah.” Adam menyenggol bahu Johar pelan.
“Oh, berarti sama seperti nyonya Adam ini” Jawab Roy
sambil tertawa melirik Stella yang sudah turun dari motor Roy. “Hehehe… ini kan
hari terakhir sebelum libur panjang nanti, jadi pengennya berlama-lama
berkumpul dengan teman-teman!” Stella tertawa kecil. “Bukannya tidak ingin
waktu terbuang sia-sia tanpa adanya kak Adam nih?” Johar meledek Stella dan
berhasil membuatnya tersipu malu. “Apaan sih nih anak, yaudah ayo kita masuk..
Oia, Alex dan Rendy udah datang belum?” Tanya Adam. “Rendy bilang agak siangan, kalau Alex
sepertinya belum datang, motornya aja tidak ada” Jawab Roy sambil memarkir
Motornya.
“Eh Aku ke toilet dulu ya! Kebelet pipis” kata Johar dan
langsung berlari ke arah toilet. “Aneh, tidak seperti biasanya anak itu ke
toilet pagi-pagi seperti ini” kata Adam dan terus berjalan menuju tempat
favorit mereka yakni di depan perpustakaan. “Yah, mungkin banyak minum air Dam,
yaudah kita tunggu Alex disini aja” jawab Roy sambil duduk di depan
perpustakaan.
Di dalam toilet Johar menemui Alex yang sejak pagi sudah
menunggunya. “Lama banget! Aku merasa lukanya semakin parah Jo, Rasa sakitnya
tidak hilang.” Kata Alex dan langsung berdiri di wash tofel. “Maaf Al, Aku
sudah berusaha berangkat pagi kok, oia mana peralatannya biar Aku ganti
perbannya!” Kata johar sambil mencuci tangannya. “Nih, lakukan dengan cepat dan
segera kembali pada teman-teman dan ajak mereka ke dalam kelas” kata Alex
sambil menjulurkan kotak berisi keperluan untuk menggantik perban Alex.
“Kamu mandi Al?” tanya Johar. “Enggaklah, kan tidak boleh
kena air” Jawab Alex sambil meringis ketika perban di punggungnya dibuka.
“Pantesan!” jawab Johar terkekeh. “kenapa bau ya? Itu derita kamu Jo!” Adam
tertawa kecil dan sesekali meringis menahan rasa perih ketika Johar
membersihkan lukan Alex. “Enggak kok, Aku hanya merasa bahwa parfum yang kamu
pakai ini terlalu banyak dan wanginya minta ampun. Ketahuan kalau gak mandi”
jawab Johar sambil tersenyum dan terus mengobati luka Alex.
“Syukurlah kalau begitu, daripada bau nanti cewek-cewek
gak ada yang melirik lagi” Jawab Alex datar. “Emang doyan cewek?” tanya Johar
sambil menekan luka Alex dan berhasil membuat Alex meringis kesakitan. “Aseeem,
hati-hati Jo!” Tukas Alex. “Ini juga hati-hati kok, Ok, udah selesai” Kata
Johar dan membantu Alex memakaikan seragamnya. “Oia, emang kamu suka cewek
Al?”Johar menanyakan pertanyaan yang belum dijawab oleh Alex. “Kenapa? Cemburu
ya?” Kata Alex tertawa melihat Johar. “Stress…!” Kata Johar sambil mentoyor
kening Alex dan keluar dari toilet. Alex hanya tertawa dan membereskan
ranselnya sambil melihat Johar dari pintu toilet.
Tak jauh dari toilet Johar berhenti ketika ada suara
memanggil namanya. “Jo… Tunggu sebentar” suara seorang gadis menghentikan
langkahnya. Johar heran melihat gadis yang tidak dikenalnya berlari menuju
dirinya yang mematung. “Syukurlah Aku bertemu denganmu” kata Gadis bernama
Rista itu. “Rista?” Kata Johar pelan. “Kamu kenal Aku?” Rista tersenyum
bahagia. “Itu di dada kamu jelas terpampang nama kamu” Johar menggerakan
melihat ke nama di seragam Rista.
“Oh, Aku kira kamu kenal Jo” Jawab Rista malu-malu. “Yaudah,
kalau hanya mau bicara ayo bergabung dengan teman-temanku disana, Aku sudah
ditunggu.” Kata Johar dan langsung membalikan badannya. “Eh, sebentar… Aku
hanya mau ngasih ini sama kamu” kata Rista menjulurkan sebuah amplop berwarna
biru muda. “Apa ini?” Johar heran tanpa menerima Amplop itu. “Ini undangan buat
kamu dan teman-temanmu Jo, datang ya!” kata Rista sambil menempelkan undangan
ke tangan Johar. “Oh, InsyaAllah dan terimakasih atas undangannya ya, Sorry Aku
harus ke depan perpustakaan.” Kata Johar tersenyum dan berpamitan kepada Rista.
“Datang ya! Ajak semua teman-teman kamu itu” Rista membalas senyuman dari Johar
dan berjalan membelakangi Johar.
“Heh… Lama banget ke toiletnya!” Tukas Roy ketika Johar
tiba di depan perpustakaan. “Maaf, tadi Aku bertemu seseorang di belakang sana”
Jawab Johar sambil duduk di sebelah Roy. “Siapa Jo?” tanya Adam heran. “Namanya
Rista, Aku belum pernah melihatnya sebelumnya, sepertinya dia bukan dari kelas
kita kak, Nih Undangan darinya, satu undangan untuk kita semua!” kata Johar
sambil menjulurkan undangan ke arah Adam. “Rista Oktaviana?” Roy heran membaca
nama diundangan itu.
“Kamu kenal?” Tanya Johar heran. “Hahaha… Aku sih tahu
nih orang, bahkan Stella dan Alex tahu siapa nih anak” Kata Roy tertawa sambil
melihat ke arah Rendy yang sedikit gelisah. “Siapa sih?” Desak Adam penasaran. “Ehemmm,
Kalau pacaran dengan Rista pasti bangganya minta ampun dia itu cewek tercantik
di sekolah ini” Jawab Roy dengan nada berlebihan. “Oia, ah paling juga cantikan
Stella” Jawab Johar sambil tersenyum ke arah Stella. “Enggak kok kak, Rista itu
bener-bener cantik, dan itu menjadi cinta pertama rendy di sekolah ini” Jawab
Stella sambil melirik Rendy.
“Hahaha, Stella langsung buka Aib nih” Kata Roy tertawa. “Itu
dulu ya, sekarang Aku sudah tidak tertarik lagi pada Rista” Sungut Rendy. “Hadeeeh…
bilang gitu karena dulu pernah ditolak kan?” Ledek Roy dan berhasil membuat
Rendy sedikit kesal. “Eh Monyet… Aku belum mengatakan cinta padanya dan rasa
itu juga sudah hilang” Kata Rendy sambil melempar roy dengan daun kering.
“Sudah, ngapain bahas tuh anak? Kalau mau datang saja ke
pesta ulang tahunnya besok malam!” kata Johar dan langsung berdiri berjalan
menuju kelas. “Kemana Jo?” tanya Adam. “Ke kelas, Ini kan hari terakhir kita
masuk kelas itu Kak, Aku pengen bernostalgia mengingat satu tahun terakhir”
Kata Johar sambil tertawa memamerkan susunan giginya. “Bener banget, Ayo kita
ke kelas aja! Di sini juga agak panas” Kata Rendy mengikuti Johar. “Panas
karena diledekin ya?” Kata Roy yang juga berjalan menuju kelas dan diikuti oleh
Adam dan Stella di belakang mereka.
Tak berapa lama ketika mereka duduk dan bercanda di dalam
kelas, tiba-tiba Alex datang bergabung. “hei, nagapai ke sekolah jam segini? Sebentar
lagi juga sudah pulang kan?” Ledek Adam. “Kalau Aku tidak datang siapa yang mau
ambil undangan untuk orang tua?” tukas Alex sambil duduk di meja dekat pintu. “Loh
kok jutex gitu Al?” tanya Stella yang tidak suka dengan cara berbicara Alex
pada Adam. “Maaf Stell, bukan maksudku untuk berbicara seperti itu kok, maaf ya
Dam” Alex langsung mendekati teman-temannya dan meminta maaf.
“Oia, kita diundang untuk datang ke pesta ulang tahun
Rista besok malam” Kata Roy bersemangat. “Aku sudah Tahu” Jawab Alex datar. “Loh
darimana kamu tahu? Padahal baru tadi pagi Johar mendapatkan undangan dari
Rista loh” Roy melihat ke arah Johar. “Eh, maksudku Aku tahu kalau itu
undangannya” Kata Alex menunjuk undangan yang masih di tangan Roy. “Oh Aku
pikir kamu sama seperti Johar, mendapat kesempatan bertegur sapa dengan Rista,
Eh Jo, Sikat Aja tuh Rista” kata Roy bersemangat.
“Bukan tipeku, Aku mau yang sederhana dan berjilbab”
Jawab Johar datar. “Tapi itu cantik dan kaya loh” Roy masih berusaha membela
Rista. “Kalau Johar tidak mau, kenapa kamu yang maksa Roy?” tuka Alex yang
tidak suka. “Eh, sebentar… kenapa kamu sensi gitu Al? jangan-jangan kamu suka
Rista ya?” ledek Roy. “Eh nih anak crewet banget, semua orang dijodohin ke satu
orang, kamu sendiri juga suka kan?” Rendy juga menjadi kesal dengan ulah Roy. “Hahaha,
kalian semua kok sewot gitu sih? Ampun deh daripada dikroyok kalian mending Aku
diam” Kata Roy sambil terkekeh.
“Sudah, gak usah ribut… kita sudah diundang besok malam,
semua terserah Johar. Kalau Johar hadir kita juga hadir, kalau enggak yaudah
kita juga gak usah hadir karena undangannya hanya ada satu dan itu diberika
pada Johar” kata Adam memberikan opsi untuk semuanya. “Bener banget, mau tidak
mau kita ikuti apa yang Johar pilih” tambah Roy yang sependapat dengan Adam. “Bagaimana
Jo? Kok diam gitu?” Tanya Stella mengagetkan Johar.
“Eh, Yaudah daripada Aku malu tidak hadir di acara
tersebut mending kita semua hadir aja, Rendy ikut kan?” Tanya Johar dengan nada
meledek Rendy. “Kalau ada paksaan Aku ikut kok” Rendy tersenyum dan membuat
semua tertawa. “Sorry, Aku tidak tahu bisa datang atau tidak” Alex memotong
pembicaraan mereka.”Yaudah, kita berlima saja, tanpa ada Alex juga tidak
masalah kan?” Jawab Johar dan membuat semuanya terdiam. “Yaudah, emang terserah
Aku kok!” Tukas Alex sedikit kesal dan langsung keluar dari kelas.
“Kenapa tuh orang?” tanya Adam khwatir. “Nggak tahu,
banyak kali” jawab Stella pelan. “Yaudah biarkan dia sendiri saja” tambah Roy
dan Rendy hampir bersamaan. “Jo, kamu kenapa sih? Kamu ada masalah dengan Alex?
Tanya Adam menyudutkan ohar. “Loh? Kenapa harus Aku kak? Aku tidak ada masalah
dengannya dan kakak lihat sendiri bagaimana kita berteman.” Jawab Johar dengan
nada agak kesal. “Bukan gitu Jo, sepertinya tingkat emosi kamu dan Alex itu
sama, Aku tanya baik-baik kamu jawabnya ketus, Kalau memang ada masalah tolong
ceritakan pada kami” Kata Adam pelan.
“Kak… Aku dan Alex tidak bermasalah, kalau pun sekarang
Aku punya masalah… kalian semua tahu kok apa masalahku, Yakni masalah dengan
nasib orang tuaku yakni ayahku kak” jawab Johar juga pelan dan pergi
meninggalkan mereka berempat. “Haduuu… semuanya kurang kondusif, yaudah ayo
kita keruang administrasi saja, minta undangan untuk kita dan segera pulang,
kalau lama-lama disini bisa terjadi perang dunia ke tiga” saran Rendy mengajak
semuanya menuju ruang administrasi. “Yaudah, sebaiknya kita pulang saja” jawab
Adam danlangsung berdiri bersamaan
dengan Stella.
*****
Ke esokan harinya, Adam dan Johar menunggu mamanya yang
datang kesekolah untuk mengambil raposrt kenaikan kelas. Keduanya tidak
khawatir akan kenaikan kelasnya, yang membuat keduanya agak khawatir adalah
siapa diantara mereka berdua yang lebih unggul. Tepat ketika jam dinding
menujukan pukuln 10:00 WIB, Suara mobil mama Adam masuk halaman rumah. Saat itu
juga Adam dan Johar bergegas menunggu Mamanya membawakan hasil belajar selama
satu semester dari sekolah.
“Kalian berdua memang membanggakan” kata mama Adam sambil
memeluk Adam dan Johar bergantian. “Bagaimana ma?” tanya Adam yang sudah tidak
sabar. “Lihat saja sendiri!” Jawab Mama Adam sambil menjulurkan buku raport ke
Johar dan Adam. “Alhamdulillah, Aku juara kelas!” Adam sangat gembira melihat
ranking di raportnya. “Bener kan, sudah kuduga Aku bakalan kalah” jawab Johar
kurang bersemangat membuka raportnya. “Jangan gitu sayang, kalian juara satu
dan dua kok, nilainya juga hanya selisih beberearapa poin” Mama Adam menyanjung
keduanya. “Hehehe, pastilah Ma… Alhamdulillah Johar hanya bisa dikalahkan oleh
kak Adam” Jawab Johar tersenyum pada Adam dan Mamanya.
SAYA MENYADARI PART INI SEBENARNYA PERLU DIPERBAIKI LAGIIII… Namun Atas
kunjungannya saya ucapkan banyak terimakasih, dan maaf jika kurang memuaskan
pembaca L,
Oia, Silahkan kirim kritik dan sarannya di kolom komentar baik di facebook
maupun di Blog… Jangan Lupa, suka tidak suka tetep Minta Like-nya…. :D hAhAha See
You in Mengejar Masa Lalu 09.